RESUSITASI
BAYI BARU LAHIR
A.
Pengertian
Resusitasi
Resusitasi
merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung dan organ-organ
vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan
menjamin ventilasi yang adekuat (Rilantono, 2010). Tindakan ini merupakan
tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan terutama pada
sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Kegawatdaruratan pada kedua sistem
tubuh ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4-6
menit).
Tindakan
resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya
untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 2011). Resusitasi pada anak yang
mengalami gawat nafas merupakan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh perawat
yang kompeten. Perawat harus dapat membuat keputusan yang tepat pada saat
kritis. Kemampuan ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan
keperawatan yang unik pada situasi kritis dan mampu menerapkannya untuk
memenuhi kebutuhan pasien kritis (Hudak dan Gallo, 2011)
B.
Kondisi
bayi yang memerlukan resusitasi
Kira-kira
10% bayi baru lahir memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan saat lahir, dan
sekitar 1% saja yang memerlukan resusitasi lengkap mulai dari pembersihan jalan
nafas hingga pemberian obat-obat darurat.
Apa
kriteria bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi? Sederhananya, bahwa setiap
menolong bayi baru lahir, ada 5 pertanyaan yang menentukan apakah resusitasi
dibutuhkan:
1. Apakah
bersih dari mekonium ?
2. Apakah
bernafas atau menangis ?
3. Apakah
tonus otot baik?
4. Apakah
warna kulit kemerahan?
5. Apakah
cukup bulan ?
Jika
salah satu dari pertanyaan-pertanyaan itu dijawaban tidak, maka bayi itu perlu
dilakukan resusitasi.
Bagaimana
dengan bayi yang lahir prematur? Bayi premature merupakan kelompok resiko
tinggi, karena karakteristik bayi premature berbeda dengan bayi aterm,
perbedaan bayi prematur dengan bayi aterm/cukup bulan adalah:
1. Paru-paru
bayi prematur kekurangan surfaktan sehingga lebih sukar dikembangkan
2. Kulit
bayi prematur lebih tipis dan permeable
3. Bayi
premature lebih rentan terhadap infeksi
4. Pembuluh
darah kapiler otak bayi premature rapuh dan mudah pecah jika mengalam asfiksia.
C.
Tujuan
diberikan resusitasi
Tindakan
resusitasi diberikan untuk mencegah kematian akibat asfiksia. Dan bila pada
bayi asfiksia berat yang mengalami gangguan system saraf pusat, misalnya
“cerebral palsy”, kelainan jantung
misalnya tidak menutupnya “ductus arterious”.
Kapan
Bayi perlu diresusitasi ?
Tidak
semua bayi baru lahir memerlukan resusitasi. Tiga hal penting sebagai dasar
mengambil keputusan melakukan resusitasi lengkap yang harus diperhatikan,
antara lain:
1. Pernafasan
: yang perlu diperhatikan adalah : Lihat gerakan dada naik turun
a. Hitunglah
jumlah/frekuensi pernafasan selama 1 menit
b. Perhatikan
dalamnya pernafasan
c. Jika
nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan, misalnya
apneu
d. Jika
pernafasan telah efektif yaitu biasanya 30-50x/menit dan menangis, anda bisa
melangkah ke penilaian selanjutnya.
2. Frekuensi
jantung: frekuensi denyut jantung harus lebih dari 100 kali per menit. Cara
yang termudah dan cepat menghitung frekuensi jantung adalah dengan menggunakan
stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria secara terus menerus.
Dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 = Frekuensi denyut jantung
selama 1 menit)
Hasil penilaian:
a. Apabila
frekuensi >100 x/menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai
warna kulit
b. Apabila
frekuensi <100 x/menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk
dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
3. Warna
kulit : setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi
kemerahan. Jika masih ada sianosis sentral, oksigen tetap diberikan. Bila
terdapat sianosis perifer, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena
peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena sushu ruang bersalin yang
dingin.
D.
Langkah-Langkah
Sebelum Tindakan Resusitasi
1. Persiapan
Resusitasi Bayi Baru Lahir
Di dalam setiap persalinan, harus selalu siap
melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat
menghindarkan kehilangan waktu yang sangat berharga bagi upaya pertolongan.
Walaupun hanya beberapa menit tidak bernafas, bayi baru lahir dapat menglami
kerusakan otak yang beratatau meninggal.
2. Persiapan
Keluarga
Sebelum menolong persalinan, perlu diberitahukan
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayinya serta persiapan
yang dilakukan oleh penolong untuk membantu kelancaran persalinan dan melakukan
tindakan yang diperlukan.
3. Persiapan
Tempat Resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin
dan tempat resusitasi. Gunakan ruangan yang hangat dan terang. Tempat
resusitasi hendaknya rata, keras, bersih, dan kering, misalnya meja, atau di
atas lantai beralas tikar. Kondisi yang rata diperlukan untuk mengatur posisi
kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya di dekat sumber pemanas (misalnya:
lampu sorot) dan tidak banyak tiupan angin (jendela atau pintu yang terbuka).
Biasanya digunakan lampu sorot atau bohlam
berdaya 60 watt atau lampu gas minyak bumi (petromax). Nyalakan lampu menjelang
kelahiran bayi.
4. Persiapan
Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan,
siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:
a. Dua
helai kain/handuk
b. Bahan
ganjal bahu bayi. Bahan ganjal berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil,
digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
c. Alat
pengisap lender DeLee atau bola karet
d. Tabung
dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal
e. Kotak
alat resusitasi
f. Jam
atau pencatat waktu
5. Penilaian
Segera
Segera setelah lahir, letakkan bayi di perut bawah
ibu atau dekat perineum (harus bersih dan kering). Cegah kehilangan panas
dengan menutupi tubuh bayi dengan kain/handuk yang telah disiapkan sambil
melakukan penilaian dengan menjawab 2 pertanyaan:
a. Apakah
bayi menangis kuat, tidak bernapas atau megap-megap?
b. Apakah
bayi lemas
Setelah melakukan
penilaian dan memutuskan bahwa bayi baru lahir perlu resusitasi, segera lakukan
tindakan yang diperlukan. Penundaan pertolongan dapat memabahayakan keselamatan
bayi. Jepit dan potong tali pusat dan pindahkan bayi ke tempat resusitasi yang
telah disediakan. Lanjutkan dengan langkah awal resusitasi.
6. Penilaian
Sebelum bayi baru lahir, sesudah ketuban pecah:
Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) pada presentasi kepala.
Segera setelah bayi lahir:
a. Apakah
bayi menangis
b. Apakah
bayi dapat bernapas spontan dan teratur
c. Apakah
bayi dapat bernapas megap-megap atau tidak bernapas
d. Apakah
bayi lemas atau lunglai
7. Keputusan
Putuskan
perlu dilakukan tindakan resusitasi apabila:
a. Air
ketuban bercampur mekonium
b. Bayi
tidak bernapas atau bernapas megap-megap
c. Bayi
lemas atau lunglai
8. Tindakan
Segera lakukan tindakan apabila: bayi tidak bernapas
atau megap-megap atau lemas.
E.
Langkah-Langkah
Resusitasi BBL
1.
Langkah Awal
Sambil melakukan langkah awal:
a. Beritahu
ibu dan keluarganya bahwa bayinya memerlukan bantuan untuk memulai bernapas.
b. Minta
keluarga mendampingi ibu (member dukungan moral, menjaga dan melaporkan kepada
penolong apabila terjadi perdarahan).
Langkah
awal perlu dilakukan secara cepat (dalam waktu 30 detik). Secara umum, 6
langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi baru lahir untuk bernapas
spontan dan teratur.
Enam
langkah awal (dilakukan dalam 30 detik) adalah:
a. Jaga
bayi tetap hangat
b. Atur
posisi bayi
c. Isap
lendir
d. Keringkan
dan rangsangan taktil
e. Reposisi
f. Penilaian
apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur
Cara yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Jaga
bayi tetap hangat:
1) Letakkan
bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat perineum
2) Selimuti
bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat
3) Pindahkan
bayi ke atas kain ke tempat resusitasi
b. Atur
posisi bayi
1) Baringkan
bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong
2) Ganjal
bahu agar kepala sedikit ekstensi
c. Isap
lendir
1) Gunakan
alat penghisap lendir De Lee atau bola karet.
2) Pertama,
isap lendir di dalam mulut, kemudian baru isap lendir di hidung
3) Hisap
lendir sambil menarik keluar pengisap (bukan pada saat memasukkan)
4) Bila
menggunakan pengisap lendir DeLee, jangan memaasukkan ujung penghisap terlalu
dalam (lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung)
karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau henti napas bayi.
d. Keringkan
dan rangsang bayi
1) Keringkan
bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan.
Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi atau bernapas lebih baik.
Lakukan
rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini :
a) Menepuk
atau menyentil telapak kaki.
b) Menggosok
punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan. Berbagai bentuk
rangsangan taktil yang dulu pernah dilakukan, sebagian besar tak di lakukan
lagi karena membahayakan kondisi bayi baru lahir. Rangsangan yang kasar, keras
atau terus menerus, tidak akan banyak menolong dan malahan dapat
membahayaka bayi.
e. Atur
kembali posisi kepala dan selimuti bayi :
1) Ganti
kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru (disiapkan).
2) Selimuti
bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada agar pemantauan
pernapasan bayi dapat diteruskan.
3) Atur
kembali posisi terbaik kepala bayi (sedikit ekstensi).
f. Lakukan
penilaian bayi. Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, megap-megap atau
tidak bernapas.
1) Bila
bayi bernapas normal, berikan pada ibunya :
a) Letakan
bayi di atas dada ibu dan selimuti keduanya untuk menjaga kehangatan tubuh bayi
melalui persentuhan kulit ibu bayi.
b) Anjurkan
ibu untuk menyusukan bayi sambil membelainya.
2) Bila
bayi bernapas atau mengap-mengap : segera lakukan tindakan ventilasi
2.
Melakukan
Tindakan Ventilasi Tekanan Positif
Ventilasi adalah bagian dari tindakan
resusitasi untuk memasukkan sejumlah udara ke dalam paru dengan tekanan positif
yang memadai untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan
teratur.
VTP dilakukan apabila pada penilaian
pasca langkah awal didapatkan salah satu keadaan berikut:
a. Apnu
b. Frekuensi
jantung <100 kali/menit
c. Tetap
sianosis sentral walaupun telah diberikan oksigen aliran bebas
Adapun langkah-langkah ventilasi sebagai
berikut:
a. Pemasangan
sungkup : pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi.
b. Ventilasi
percobaan (2 kali) : lakukan tiuapan udara dengan tekanan 30 cm air tiupan awal
ini sangat penting untuk membuka alveloli paru agar bayi bisa mulai bernapasan
dan sekaligus menguji apakah jalan napas terbuka atau bebas. Lihat apakah dada
bayi mengembang.
c. Bila
tidak mengembang
1) Periksa
posisi kepala, pastikan posisinya suda benar.
2) Periksa
pemasangan sungkup dan pastikan tidak terjadi kebocoran.
3) Periksa
ulang apakah jalan napas tersumbat cairan atau lendir (isap kembali).
Bila
dada mengembang, lakukan tahap berikutnya.
a. Ventilasi
defintif (20 kali dalam 30 detik).
1) Lakukan
tiupan dengan tekanan 20 cm air, 20 kali dalam 30 detik.
2) Pastikan
udara masuk (dada mengembang) dalam 30 detik tindakan.
b. Lakukan
penilaian
Bila bayi sudah
bernapas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi. Bayi diberikan asuhan
pasca resusitasi.
Bila
bayi belum bernapas atau mengap-mengap, lanjutkan ventilasi.
a. Lanjutkan
ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20x untuk 30 detik berikutnya.
b. Evaluasi
hasil ventilasi setiap 30 detik.
c. Lakukan
penilaian bayi apakah bernapas, tidak bernapas atau megap-megap.
1) Bila
bayi sudah mulai bernapas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi dengan
seksama, berikan asuhan pascaresusitasi.
2) Bila
bayi tidak bernapas mengap-mengap, teruskan ventilasi dengan tekanan 20 cm air,
20x untuk 30 detik berikutnya dan nilai hasilnya setiap 30 detik. Siapkan
rujukan bila bayi belum bernapas normal sesudah 2 menit diventilasi.
a) Mintalah
keluarga untuk membantu persiapan rujukan.
b) Teruskan
resusitasi sementara persiapan rujukan dilakukan.
c) Bila
bayi tidak bisa dirujuk:
(1) Lanjutkan
ventilasi sampai 20 menit.
(2) Pertimbangkan
untuk menghentikan tindakan resusitasi jika setelah 20 menit, upaya ventilasi
tidak berhasil. Bayi yang tidak bernapas normal setelah 20 menit diresusitasi
akan mengalami kerusakan otak sehingga bayi akan menderita kecacatan yang berat
atau meninggal.
3.
VTP
+ Kompresi Dada
Apabila setelah tindakan VTP selama 30
detik, frekuensi jantung <60 detik, maka lakukan kompresi dada yang
terkoordinasi dengan ventilasi selama 30 detik dengan kecepatan 3 kompresi: 1
ventilasi selama 2 detik. Kompresi dilakukan dengan dua ibu jari atau jari
tengah-telunjuk/ tengah-manis. Lokasi kompresi ditentukan dengan menggerakka
jari sepanjang tepi iga terbawah menyusur ke atas sampai mendapatkan sifois, letakkan
ibu jari atau jari-jari pada tulang dada sedikit di atas sifoid. Berikan
topangan pada bagian belakang bayi. Tekan sedalam 1/3 diameter anteroposterior
dada.
4.
Intubasi
Intubasi
endotrakea dilakukan pada keadaan berikut:
a. Ketuban
tercampur mekonium dan bayi tidak bugar
b. Jika
VTP dengan balon dan sungkup tidak efektif
c. Membantu
koordinasi VTP dan kompresi dada
d. Pemberian
epinefrin untuk stimulasi jantung
e. Indikasi
lain: sangat premature dan hernia diafragmatika
5.
Obat-Obatan
a. Obat-obatan
yang harus disediakan untuk resusitasi bayi baru lahir adalah epinefrin dan
cairan penambah volume plasma.
b. Epinefrin
1) Indikasi
: setelah pemberian VTP selama 30 detik dan pemberian secara terkoordinasi VTP
+ kompresi dada selama 30 detik, frekuensi jantung tetap <60 kali/menit.
2) Cara
pemberian dan dosis :
a) Persiapan
: 1 mL cairan 1:10000 (semprit yang lebih besar diperlukan utuk pemberian melalui pipa endotrakea)
b) Melalui
vena umbilikalis (dianjurkan) : 0,1-0,3 mL/kgBB
c) Melalui
pipa endotrakea : 0,3-1,0 mL/kgBB
3) Kecepatan
pemberian : secepat mungkin
Cairan penambah volume
plasma
Cairan yang
dipakai
a) Garam
normal (dianjurkan)
b) Ringer
laktat
c) Darah
O-negatif
Persiapan : dalam semprit besar (50 mL)
Dosis : 10 mL/kgBB
Jalur : vena umbilikalis
Kecepatan : 5-10 menit (hati-hati bayi kurang bulan)
6.
Penghentian
Resusitasi
a. Jika
sesudah 10 menit resusitasi yang benar, bayi tidak bernapas dan tidak ada
denyut jantung, pertimbangkan untuk menghentikan resusiasi.
b. Orang
tua perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan, jelaskan keadaan bayi.
c. Persilahkan
ibu memegang bayinya jika ia menginginkan.
F.
Asuhan
Pasca Resusitasi
Asuhan
pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah menerima tindakan
resusitasi. Asuhan pasca resusitasi dilakukan pada keadaan:
1.
Resusitasi
Berhasil
Resusitasi berhasil : bayi menangis dan
bernapas normal sesudah langkah awal atau sesuda ventilasi, perlu pemantauan
dan dukungan.
Resusitasi berhasil bila pernapasan bayi
teratur, wanra kulitnya kembali normal yang kemudian diikuti dengan perbaikan
tonus otot atau bergerak aktif. Lanjutkan dengan asuhan berikutnya.
a. Jelaskan
pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan. Jawab
setiap pertanyaan yang diajukan.
b. Ajarkan
ibu cara menilai pernapasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi. Bila ditemukan
kelainan, segera hubungi penolong.
c. Anjurkan
ibu segera member ASI kepada bayinya. Bayi dengan gangguan pernapasan perlu
banyak energy. Pemberian ASI segera, dapat memasok energy yang dibutuhkan.
d. Anjurkan
ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi (asuhan dengan metode kangguru).
e. Jelaskan
pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda-tanda bahaya bayi baru lahir dan
bagaimana memperoleh pertolongan segera bila terlihat tanda-tanda tersebut pada
bayi.
2.
Lakukan
Asuhan Bayi Baru Lahir Normal Termasuk :
a. Anjurkan
ibu menyusui sambil membelai bayinya.
b. Berikan
vitamin K, antibiotic salep mata, imunisasi hepatitis B
3.
Lakukan
Pemantauan Dengan Seksama Terhadap Bayi Pasca Resusitasi Selama 2 Jam Pertama :
a. Perhatikan
tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi :
1) Tarik
interkostal, napas megap-megap, frekuensi napas <> 60x per menit.
2) Bayi
kebiruan atau pucat.
3) Bayi
lemas.
b. Pantau
juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak bernapas normal.
c. Jaga
agar bayi tetap hangat dan kering.
d. Tunda
memandikan bayi hingga 6-24 jam setelah lahir (perhatikan temperatur tubuh
telah normal dan stabil).
4.
Bayi
Perlu Rujukan
Resusitasi tidak/kurang berhasil, bayi
perlu rujukan yaitu sesudah ventilasi 2 menit belum bernapas atau bayi sudah
bernapasan tetapi masih megap-megap atau pada pemantauan ternyata kondisinya
makin memburuk. Bila bayi pascaresusitasi kondisinya memburuk, segera rujukan.
Tanda-tanda bayi yang memerlukan rujukan
sesudah resusitasi
a. Frekuensi
pernapasan kurang dari 30 kali permenit atau lebih dari 60 kali per menit
b. Adanya
retraksi (tarikan) interkostal
c. Bayi
merintih bising napas ekspirasi) atau megap-megap (bising napas inspirasi)
d. Tubuh
bayi pucat atau kebiruan
e. Bayi
lemas
Saudara selain
sebagai bidan jadilah konselor yang dapat membantu meringankan beban pasien.
Berikan penjelasan dengan kalimat yang mudah dipahami oleh keluarga pasien.
Penjelasan apa saja yang harus disampaikan ?
Konseling
a. Jelaskan
pada ibu dan keluarga bahwa bayinya perlu dirujuk. Bayi dirujuk bersama ibunya
dan didampingi oleh saudara. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu atau
keluarganya.
b. Meinta
keluarga untuk meyiapkan sarana trasportasi secepatnya. Suami atau salah
seorang anggota keluarga juga diminta untuk menemani ibu dan bayi selama
perjalanan rujukan.
c. Beritahukan
(bila mungkin) ke tempat rujukan yang dituju tentang kondisi bayi dan perkiraan
waktu tiba. Beritahukan juga ibu baru melahirkan bayi yang sedang dirujuk.
d. Bawa
peralatan resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan selama perjalanan ke
tempat rujukan.
5.
Asuhan
Bayi Baru Lahir Yang Dirujuk
a. Periksa
keadaan bayi selama perjalanan (pernapasan, warna kulit, suhu tubuh) dan
catatan medik.
b. Jaga
bayi tetap hangat selama perjalanan, tutu kepala bayi dan bayi dalam posisi
“metode kangguru” dengan ibunya. Selimuti ibu bersama bayi dalam satu selimut.
c. Lindungi
bayi dari sinar matahari.
d. Jelaskan
kepada ibu bahwa sebagainya member ASI segera kepada bayinya, kecuali pada
keadaan gangguan napas, dan kontraindikasi lainnya.
6.
Asuhan
Lanjutan
Merencanakan asuhan lanjutan sesudah
bayi pulang dari tempat rujukkan akan sangat membantu pelaksanaan asuhan yang
diperlukan oleh ibu dan bayinya sehingga apabila kemudian timbul masalah maka
hal tersebut dapat dikenali sejak dini dan kesehatan bayi tetap terjaga.
7.
Jika
Resusitasi Tidak Berhasil
a. Resusitasi
gagal : setelah 20 menit di ventilasi bayi gagal bernapas.
b. Bila
bayi gagal bernapas setelah 20 menit tindakan resusitasi dilakukan makan
hentikan upaya tersebut.
c. Biasanya
bayi akan mengalami gangguan yang berat pada susunan syaraf pusat dan kemudian
meninggal.
d. Ibu
dan keluarga memerlukan dukungan moral yang adekuat secara hati-hati dan
bijaksana, ajak ibu dan keluarga untuk memahami masalah dan musibah yang
terjadi serta berikan dukungan moral sesuai adat dan budaya setempat.
Dukungan
moral:
a. Bicaralah
dengan ibu dan keluarganya bahwa tindakan resusitasi dan rencana rujukan yang
telah didiskusikan sebelumnya ternyata belum member hasil seperti yang
diharapkan.
b. Minta
mereka untuk tidak larutan dalam kesedihan sel seluruh kemampuan dan upaya dari penolong ( dan fasilitas rujukan) telah
diberikan dan hasil yang buruk juga sangat disesalkan bersama, minta agar ibu
dan keluarga untuk tabah dan memikirkan pemulihan kondisi ibu.
c. Berikan
jawaban yang memuaskan terhadap setiap pertanyaan yang diajukan ibu dan
keluarganya.
d. Minta
keluarga ikut membantu pemberian asuhan lanjutan bagi ibu dengan memperhatikan
nilai budaya dan kebiasaan setempat.
e. Tunjukan
kepedulian atas kebutuhan mereka. Bicarakan apa yang selanjutnya dapat
dilakukan terhadap bayi yang telah meninggal.
f. Ibu
mungkin merasa sedih atau bahkan menangis. Perubahan hormone saat
pascapersalinan dapat menyebabkan perasaan ibu menjadi sangat sensitive,
terutama jika bayinya meninggal.
g. Bila
ibu ingin mengungkapkan perasaannya, minta ia berbicara dengan orang paling
dekat atau penolong.
h. Jelaskan
pada ibu dan keluarganya bahwa ibu perlu beristirahat, dukungan moral dan
makanan bergizi. Sebaiknya ibu tidak mulai bekerja kembali dalam waktu dekat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar