Rabu, 31 Maret 2021

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

A.    Pengertian Resusitasi

Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung dan organ-organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan menjamin ventilasi yang adekuat (Rilantono, 2010). Tindakan ini merupakan tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan terutama pada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Kegawatdaruratan pada kedua sistem tubuh ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4-6 menit).

Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 2011). Resusitasi pada anak yang mengalami gawat nafas merupakan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh perawat yang kompeten. Perawat harus dapat membuat keputusan yang tepat pada saat kritis. Kemampuan ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang unik pada situasi kritis dan mampu menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis (Hudak dan Gallo, 2011)

 

B.     Kondisi bayi yang  memerlukan resusitasi

Kira-kira 10% bayi baru lahir memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan saat lahir, dan sekitar 1% saja yang memerlukan resusitasi lengkap mulai dari pembersihan jalan nafas hingga pemberian obat-obat darurat.

Apa kriteria bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi? Sederhananya, bahwa setiap menolong bayi baru lahir, ada 5 pertanyaan yang menentukan apakah resusitasi dibutuhkan:

1.      Apakah bersih dari mekonium ?

2.      Apakah bernafas atau menangis ?

3.      Apakah tonus otot baik?

4.      Apakah warna kulit kemerahan?

5.      Apakah cukup bulan ?

Jika salah satu dari pertanyaan-pertanyaan itu dijawaban tidak, maka bayi itu perlu dilakukan resusitasi.

Bagaimana dengan bayi yang lahir prematur? Bayi premature merupakan kelompok resiko tinggi, karena karakteristik bayi premature berbeda dengan bayi aterm, perbedaan bayi prematur dengan bayi aterm/cukup bulan adalah:

1.      Paru-paru bayi prematur kekurangan surfaktan sehingga lebih sukar dikembangkan

2.      Kulit bayi prematur lebih tipis dan permeable

3.      Bayi premature lebih rentan terhadap infeksi

4.      Pembuluh darah kapiler otak bayi premature rapuh dan mudah pecah jika mengalam asfiksia.

 

C.    Tujuan diberikan resusitasi

      Tindakan resusitasi diberikan untuk mencegah kematian akibat asfiksia. Dan bila pada bayi asfiksia berat yang mengalami gangguan system saraf pusat, misalnya “cerebral palsy”, kelainan jantung  misalnya tidak menutupnya “ductus arterious”.

Kapan Bayi perlu diresusitasi ?

Tidak semua bayi baru lahir memerlukan resusitasi. Tiga hal penting sebagai dasar mengambil keputusan melakukan resusitasi lengkap yang harus diperhatikan, antara lain:

1.      Pernafasan : yang perlu diperhatikan adalah : Lihat gerakan dada naik turun

a.       Hitunglah jumlah/frekuensi pernafasan selama 1 menit

b.      Perhatikan dalamnya pernafasan

c.       Jika nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan, misalnya apneu

d.      Jika pernafasan telah efektif yaitu biasanya 30-50x/menit dan menangis, anda bisa melangkah ke penilaian selanjutnya.

2.      Frekuensi jantung: frekuensi denyut jantung harus lebih dari 100 kali per menit. Cara yang termudah dan cepat menghitung frekuensi jantung adalah dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria secara terus menerus. Dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 = Frekuensi denyut jantung selama  1 menit)

Hasil penilaian:

a.       Apabila frekuensi >100 x/menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai warna kulit

b.      Apabila frekuensi <100 x/menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)

3.      Warna kulit : setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan. Jika masih ada sianosis sentral, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis perifer, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena sushu ruang bersalin yang dingin.

 

D.    Langkah-Langkah Sebelum Tindakan Resusitasi

1.      Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir

Di dalam setiap persalinan, harus selalu siap melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan kehilangan waktu yang sangat berharga bagi upaya pertolongan. Walaupun hanya beberapa menit tidak bernafas, bayi baru lahir dapat menglami kerusakan otak yang beratatau meninggal.

2.      Persiapan Keluarga

Sebelum menolong persalinan, perlu diberitahukan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayinya serta persiapan yang dilakukan oleh penolong untuk membantu kelancaran persalinan dan melakukan tindakan yang diperlukan.

3.      Persiapan Tempat Resusitasi

Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi. Gunakan ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih, dan kering, misalnya meja, atau di atas lantai beralas tikar. Kondisi yang rata diperlukan untuk mengatur posisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya di dekat sumber pemanas (misalnya: lampu sorot) dan tidak banyak tiupan angin (jendela atau pintu yang terbuka). Biasanya  digunakan lampu sorot atau bohlam berdaya 60 watt atau lampu gas minyak bumi (petromax). Nyalakan lampu menjelang kelahiran  bayi.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNNCCWR0n4H4YKn8NVL6mmB3K5m4U8arjQWPIvxOLbCC-o6QM00jLmiZsISSfdgCWsczsna7x8O6nMPyvcAbyc84Z117DD7EccMmxCoNLf3vBiAZ1iyb66l1YgpbcMXtmaTb8zcPu_-19_/s1600/
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAyIKTgR4kAtsIHMP5EApsaLMMsbHZkv0yKyTh8JI0O0_EpREdV46hyP0m3z340luz7Gp2HSfnnmvCHQc9_IgJh6Mort-wXp-KqMgBo3VD0KEgOuOCEZV4mS_Lx0BnhduspXohxQvd4mDL/s1600/
 

 

 

 

 

 

 

 

 


4.      Persiapan Alat Resusitasi

http://www.perinasia.com/protected/uploads/kategoriproduk/0010/

Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:

a.       Dua helai kain/handuk

b.      Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.

c.       Alat pengisap lender DeLee atau bola karet

d.      Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal

e.       Kotak alat resusitasi

f.       Jam atau pencatat waktu

5.      Penilaian Segera

Segera setelah lahir, letakkan bayi di perut bawah ibu atau dekat perineum (harus bersih dan kering). Cegah kehilangan panas dengan menutupi tubuh bayi dengan kain/handuk yang telah disiapkan sambil melakukan penilaian dengan menjawab 2 pertanyaan:

a.       Apakah bayi menangis kuat, tidak bernapas atau megap-megap?

b.      Apakah bayi lemas

Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa bayi baru lahir perlu resusitasi, segera lakukan tindakan yang diperlukan. Penundaan pertolongan dapat memabahayakan keselamatan bayi. Jepit dan potong tali pusat dan pindahkan bayi ke tempat resusitasi yang telah disediakan. Lanjutkan dengan langkah awal resusitasi.

6.      Penilaian

Sebelum bayi baru lahir, sesudah ketuban pecah: Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) pada presentasi kepala.

Segera setelah bayi lahir:

a.       Apakah bayi menangis

b.      Apakah bayi dapat bernapas spontan dan teratur

c.       Apakah bayi dapat bernapas megap-megap atau tidak bernapas

d.      Apakah bayi lemas atau lunglai

7.      Keputusan

Putuskan perlu dilakukan tindakan resusitasi apabila:

a.       Air ketuban bercampur mekonium

b.      Bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap

c.       Bayi lemas atau lunglai

8.      Tindakan

Segera lakukan tindakan apabila: bayi tidak bernapas atau megap-megap atau lemas.

 

E.     Langkah-Langkah Resusitasi BBL

1.      Langkah Awal

Sambil melakukan langkah awal:

a.       Beritahu ibu dan keluarganya bahwa bayinya memerlukan bantuan untuk memulai bernapas.

b.      Minta keluarga mendampingi ibu (member dukungan moral, menjaga dan melaporkan kepada penolong apabila terjadi perdarahan).

Langkah awal perlu dilakukan secara cepat (dalam waktu 30 detik). Secara umum, 6 langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi baru lahir untuk bernapas spontan dan teratur.

Enam langkah awal (dilakukan dalam 30 detik) adalah:

a.       Jaga bayi tetap hangat

b.      Atur posisi bayi

c.       Isap lendir

d.      Keringkan dan rangsangan taktil

e.       Reposisi

f.       Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur

Cara yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a.       Jaga bayi tetap hangat:

1)      Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat perineum

2)      Selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat

3)      Pindahkan bayi ke atas kain ke tempat resusitasi

b.      Atur posisi bayi

1)      Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong

2)      Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi

L3S12A

 

c.       Isap lendir

https://harsonosites.files.wordpress.com/2014/06/

1)      Gunakan alat penghisap lendir De Lee atau bola karet.

2)      Pertama, isap lendir di dalam mulut, kemudian baru isap lendir di hidung

3)      Hisap lendir sambil menarik keluar pengisap (bukan pada saat memasukkan)

4)      Bila menggunakan pengisap lendir DeLee, jangan memaasukkan ujung penghisap terlalu dalam (lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung) karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau henti napas bayi.

d.      Keringkan dan rangsang bayi

1)      Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi atau bernapas lebih baik.

 

 

Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini :

a)      Menepuk atau menyentil telapak kaki.

b)      Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan. Berbagai bentuk rangsangan taktil yang dulu pernah dilakukan, sebagian besar tak di lakukan lagi karena membahayakan kondisi bayi baru lahir. Rangsangan yang kasar, keras atau terus menerus, tidak akan banyak menolong dan malahan dapat membahayaka  bayi.

e.       Atur kembali posisi kepala dan selimuti bayi :

1)      Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru (disiapkan).

2)      Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada agar pemantauan pernapasan bayi dapat diteruskan.

3)      Atur kembali posisi terbaik kepala bayi (sedikit ekstensi).

f.       Lakukan penilaian bayi. Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, megap-megap atau tidak bernapas.

1)      Bila bayi bernapas normal, berikan pada ibunya :

a)      Letakan bayi di atas dada ibu dan selimuti keduanya untuk menjaga kehangatan tubuh bayi melalui persentuhan kulit ibu bayi.

b)      Anjurkan ibu untuk menyusukan bayi sambil membelainya.

2)      Bila bayi bernapas atau mengap-mengap : segera lakukan tindakan ventilasi

2.      Melakukan Tindakan Ventilasi Tekanan Positif

Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah udara ke dalam paru dengan tekanan positif yang memadai untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur.

VTP dilakukan apabila pada penilaian pasca langkah awal didapatkan salah satu keadaan berikut:

a.       Apnu

b.      Frekuensi jantung <100 kali/menit

c.       Tetap sianosis sentral walaupun telah diberikan oksigen aliran bebas

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAyIKTgR4kAtsIHMP5EApsaLMMsbHZkv0yKyTh8JI0O0_EpREdV46hyP0m3z340luz7Gp2HSfnnmvCHQc9_IgJh6Mort-wXp-KqMgBo3VD0KEgOuOCEZV4mS_Lx0BnhduspXohxQvd4mDL/s1600/

Adapun langkah-langkah ventilasi sebagai berikut:

a.       Pemasangan sungkup : pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi.

b.      Ventilasi percobaan (2 kali) : lakukan tiuapan udara dengan tekanan 30 cm air tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveloli paru agar bayi bisa mulai bernapasan dan sekaligus menguji apakah jalan napas terbuka atau bebas. Lihat apakah dada bayi mengembang.

c.       Bila tidak mengembang

1)      Periksa posisi kepala, pastikan posisinya suda benar.

2)      Periksa pemasangan sungkup dan pastikan tidak terjadi kebocoran.

3)      Periksa ulang apakah jalan napas tersumbat cairan atau lendir (isap kembali).

Bila dada mengembang, lakukan tahap berikutnya.

a.       Ventilasi defintif (20 kali dalam 30 detik).

1)      Lakukan tiupan dengan tekanan 20 cm air, 20 kali dalam 30 detik.

2)      Pastikan udara masuk (dada mengembang) dalam 30 detik tindakan.

b.      Lakukan penilaian

Bila bayi sudah bernapas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi. Bayi diberikan asuhan pasca resusitasi.

Bila bayi belum bernapas atau mengap-mengap, lanjutkan ventilasi.

a.       Lanjutkan ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20x untuk 30 detik berikutnya.

b.      Evaluasi hasil ventilasi setiap 30 detik.

c.       Lakukan penilaian bayi apakah bernapas, tidak bernapas atau megap-megap.

1)      Bila bayi sudah mulai bernapas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi dengan seksama, berikan asuhan pascaresusitasi.

2)      Bila bayi tidak bernapas mengap-mengap, teruskan ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20x untuk 30 detik berikutnya dan nilai hasilnya setiap 30 detik. Siapkan rujukan bila bayi belum bernapas normal sesudah 2 menit diventilasi.

a)      Mintalah keluarga untuk membantu persiapan rujukan.

b)      Teruskan resusitasi sementara persiapan rujukan dilakukan.

c)      Bila bayi tidak bisa dirujuk:

(1)   Lanjutkan ventilasi sampai 20 menit.

(2)   Pertimbangkan untuk menghentikan tindakan resusitasi jika setelah 20 menit, upaya ventilasi tidak berhasil. Bayi yang tidak bernapas normal setelah 20 menit diresusitasi akan mengalami kerusakan otak sehingga bayi akan menderita kecacatan yang berat atau meninggal.

3.      VTP + Kompresi Dada

L4S7

Apabila setelah tindakan VTP selama 30 detik, frekuensi jantung <60 detik, maka lakukan kompresi dada yang terkoordinasi dengan ventilasi selama 30 detik dengan kecepatan 3 kompresi: 1 ventilasi selama 2 detik. Kompresi dilakukan dengan dua ibu jari atau jari tengah-telunjuk/ tengah-manis. Lokasi kompresi ditentukan dengan menggerakka jari sepanjang tepi iga terbawah menyusur ke atas sampai mendapatkan sifois, letakkan ibu jari atau jari-jari pada tulang dada sedikit di atas sifoid. Berikan topangan pada bagian belakang bayi. Tekan sedalam 1/3 diameter anteroposterior dada.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


4.      Intubasi

Intubasi endotrakea dilakukan pada keadaan berikut:

a.       Ketuban tercampur mekonium dan bayi tidak bugar

b.      Jika VTP dengan balon dan sungkup tidak efektif

c.       Membantu koordinasi VTP dan kompresi dada

d.      Pemberian epinefrin untuk stimulasi jantung

e.       Indikasi lain: sangat premature dan hernia diafragmatika

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4B5i9XOdEX_c-dh5_Aqii-dwvR90CJqh7vK0up5cV_xG7s50c16jVGrPp4UBJCsquaPibl-wi1t13wy7LuPh3yQpCEzNUES2-xcOoawfAo8kUR2KuZdX9u-tYCIz2tC4t2I1AlX0gnEo/s1600/12.jpg

5.      Obat-Obatan

a.       Obat-obatan yang harus disediakan untuk resusitasi bayi baru lahir adalah epinefrin dan cairan penambah volume plasma.

b.      Epinefrin

1)      Indikasi : setelah pemberian VTP selama 30 detik dan pemberian secara terkoordinasi VTP + kompresi dada selama 30 detik, frekuensi jantung tetap <60 kali/menit.

2)      Cara pemberian dan dosis :

a)      Persiapan : 1 mL cairan 1:10000 (semprit yang lebih besar diperlukan utuk pemberian  melalui pipa endotrakea)

b)      Melalui vena umbilikalis (dianjurkan) : 0,1-0,3 mL/kgBB

c)      Melalui pipa endotrakea : 0,3-1,0 mL/kgBB

3)      Kecepatan pemberian : secepat mungkin

Cairan penambah volume plasma

Cairan yang dipakai

a)      Garam normal (dianjurkan)

b)      Ringer laktat

c)      Darah O-negatif

Persiapan   : dalam semprit besar (50 mL)

Dosis         : 10 mL/kgBB

Jalur           : vena umbilikalis

Kecepatan : 5-10 menit (hati-hati bayi kurang bulan)

6.      Penghentian Resusitasi

a.       Jika sesudah 10 menit resusitasi yang benar, bayi tidak bernapas dan tidak ada denyut jantung, pertimbangkan untuk menghentikan resusiasi.

b.      Orang tua perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan, jelaskan keadaan bayi.

c.       Persilahkan ibu memegang bayinya jika ia menginginkan.

F.     Asuhan Pasca Resusitasi

Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah menerima tindakan resusitasi. Asuhan pasca resusitasi dilakukan pada keadaan:

1.      Resusitasi Berhasil

Resusitasi berhasil : bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau sesuda ventilasi, perlu pemantauan dan dukungan.

Resusitasi berhasil bila pernapasan bayi teratur, wanra kulitnya kembali normal yang kemudian diikuti dengan perbaikan tonus otot atau bergerak aktif. Lanjutkan dengan asuhan berikutnya.

a.       Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.

b.      Ajarkan ibu cara menilai pernapasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi. Bila ditemukan kelainan, segera hubungi penolong.

c.       Anjurkan ibu segera member ASI kepada bayinya. Bayi dengan gangguan pernapasan perlu banyak energy. Pemberian ASI segera, dapat memasok energy yang dibutuhkan.

d.      Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi (asuhan dengan metode kangguru).

e.       Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda-tanda bahaya bayi baru lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila terlihat tanda-tanda tersebut pada bayi.

2.      Lakukan Asuhan Bayi Baru Lahir Normal Termasuk :

a.       Anjurkan ibu menyusui sambil membelai bayinya.

b.      Berikan vitamin K, antibiotic salep mata, imunisasi hepatitis B

3.      Lakukan Pemantauan Dengan Seksama Terhadap Bayi Pasca Resusitasi Selama 2 Jam Pertama :

a.       Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi :

1)      Tarik interkostal, napas megap-megap, frekuensi napas <> 60x per menit.

2)      Bayi kebiruan atau pucat.

3)      Bayi lemas.

b.      Pantau juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak bernapas normal.

c.       Jaga agar bayi tetap hangat dan kering.

d.      Tunda memandikan bayi hingga 6-24 jam setelah lahir (perhatikan temperatur tubuh telah normal dan stabil).

 

 

4.      Bayi Perlu Rujukan

Resusitasi tidak/kurang berhasil, bayi perlu rujukan yaitu sesudah ventilasi 2 menit belum bernapas atau bayi sudah bernapasan tetapi masih megap-megap atau pada pemantauan ternyata kondisinya makin memburuk. Bila bayi pascaresusitasi kondisinya memburuk, segera rujukan.

Tanda-tanda bayi yang memerlukan rujukan sesudah resusitasi

a.       Frekuensi pernapasan kurang dari 30 kali permenit atau lebih dari 60 kali per menit

b.      Adanya retraksi (tarikan) interkostal

c.       Bayi merintih bising napas ekspirasi) atau megap-megap (bising napas inspirasi)

d.      Tubuh bayi pucat atau kebiruan

e.       Bayi lemas

Saudara selain sebagai bidan jadilah konselor yang dapat membantu meringankan beban pasien. Berikan penjelasan dengan kalimat yang mudah dipahami oleh keluarga pasien. Penjelasan apa saja yang harus disampaikan ?

Konseling

a.       Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayinya perlu dirujuk. Bayi dirujuk bersama ibunya dan didampingi oleh saudara. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu atau keluarganya.

b.      Meinta keluarga untuk meyiapkan sarana trasportasi secepatnya. Suami atau salah seorang anggota keluarga juga diminta untuk menemani ibu dan bayi selama perjalanan rujukan.

c.       Beritahukan (bila mungkin) ke tempat rujukan yang dituju tentang kondisi bayi dan perkiraan waktu tiba. Beritahukan juga ibu baru melahirkan bayi yang sedang dirujuk.

d.      Bawa peralatan resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan selama perjalanan ke tempat rujukan.

5.      Asuhan Bayi Baru Lahir Yang Dirujuk

a.       Periksa keadaan bayi selama perjalanan (pernapasan, warna kulit, suhu tubuh) dan catatan medik.

b.      Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, tutu kepala bayi dan bayi dalam posisi “metode kangguru” dengan ibunya. Selimuti ibu bersama bayi dalam satu selimut.

c.       Lindungi bayi dari sinar matahari.

d.      Jelaskan kepada ibu bahwa sebagainya member ASI segera kepada bayinya, kecuali pada keadaan gangguan napas, dan kontraindikasi lainnya.

6.      Asuhan Lanjutan

Merencanakan asuhan lanjutan sesudah bayi pulang dari tempat rujukkan akan sangat membantu pelaksanaan asuhan yang diperlukan oleh ibu dan bayinya sehingga apabila kemudian timbul masalah maka hal tersebut dapat dikenali sejak dini dan kesehatan bayi tetap terjaga.

7.      Jika Resusitasi Tidak Berhasil

a.       Resusitasi gagal : setelah 20 menit di ventilasi bayi gagal bernapas.

b.      Bila bayi gagal bernapas setelah 20 menit tindakan resusitasi dilakukan makan hentikan upaya tersebut.

c.       Biasanya bayi akan mengalami gangguan yang berat pada susunan syaraf pusat dan kemudian meninggal.

d.      Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral yang adekuat secara hati-hati dan bijaksana, ajak ibu dan keluarga untuk memahami masalah dan musibah yang terjadi serta berikan dukungan moral sesuai adat dan budaya setempat.

Dukungan moral:

a.       Bicaralah dengan ibu dan keluarganya bahwa tindakan resusitasi dan rencana rujukan yang telah didiskusikan sebelumnya ternyata belum member hasil seperti yang diharapkan.

b.      Minta mereka untuk tidak larutan dalam kesedihan sel seluruh kemampuan dan upaya  dari penolong ( dan fasilitas rujukan) telah diberikan dan hasil yang buruk juga sangat disesalkan bersama, minta agar ibu dan keluarga untuk tabah dan memikirkan pemulihan kondisi ibu.

c.       Berikan jawaban yang memuaskan terhadap setiap pertanyaan yang diajukan ibu dan keluarganya.

d.      Minta keluarga ikut membantu pemberian asuhan lanjutan bagi ibu dengan memperhatikan nilai budaya dan kebiasaan setempat.

e.       Tunjukan kepedulian atas kebutuhan mereka. Bicarakan apa yang selanjutnya dapat dilakukan terhadap bayi yang telah meninggal.

f.       Ibu mungkin merasa sedih atau bahkan menangis. Perubahan hormone saat pascapersalinan dapat menyebabkan perasaan ibu menjadi sangat sensitive, terutama jika bayinya meninggal.

g.      Bila ibu ingin mengungkapkan perasaannya, minta ia berbicara dengan orang paling dekat atau penolong.

h.      Jelaskan pada ibu dan keluarganya bahwa ibu perlu beristirahat, dukungan moral dan makanan bergizi. Sebaiknya ibu tidak mulai bekerja kembali dalam waktu dekat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar