Asuhan Ibu Post Partum Dirumah
A.
Definisi
Asuhan
ibu postpartum adalah suatu bentuk manajemen kesehatan yang dilakukan pada ibu
nifas dimasyarakat. Pemberian asuhan secara menyeluruh, tidak hanya kepada ibu
nifas, akan tetapi pemberian asuhan melibatkan seluruh keluarga dan anggota
masyarakat disekitaranya
B.
Jadwal Kunjungan Dirumah
Ibu
nifas sebaiknya paling sedikit melakukan 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan
untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi
dan menangani masalah–masalah yang terjadi. Dimana hal ini dilakukan untuk
menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik, melaksanakan
skirining yang komperhensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberikan pendidikan kesehatan
tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat, serta memberikan
pelayanan keluarga berencana (Prawirohardjo, 2002)
Namun
dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas sangat jarang terwujud dikarenakan oleh
beberapa faktor diantaranya yaitu faktor fisik dan lingkungan ibu yang biasanya
ibu mengalami keletihan setelah proses persalinan dan membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk beristirahat, sehingga mereka enggan untuk melakukan kunjungan
nifas kecuali bila tenaga kesehatan dalam hal ini bidan yang melakukan
pertolongan persalinan datang melakukan kunjungan ke rumah ibu. Dilihat dari
faktor lingkungan dan keluarga juga berpengaruh dimana biasanya ibu setelah
melahirkan tidak dianjurkan untuk berpergian sendiri tanpa ada yang menemani
sehingga ibu memiliki kesulitan untuk menyesuaikan waktu dengan anggota
keluarga yang bersedia untuk mengantar ibu melakukan kunjungan nifas.
Asuhan
post partum di rumah difokuskan pada pengkajian, penyuluhan dan konseling.
Dalam memberikan asuhan kebidanan di rumah bidan dan keluarga
diupayakan dapat berinteraksi dalam suasana yang respek dan kekeluargaan.
Tantangan yang dihadapi bidan dalam melakukan pengkajian dan peningkatan
perawatan pada ibu dan bayi di rumah pada pelaksanaannya bisa cukup umur,
sehingga bidan akan memberi banyak kesempatan untuk menggunakan keahlian
berpikir secara kritis untuk meningkatkan suatu pikiran kreatif perawatan
bersama keluarga.
1. Perencanaan Kunjungan Rumah
a. Merencanakan kunjungan rumah dalam
waktu tidak lebih dari 24-48 jam setelah kepulangan klien ke rumah
b. Pastikan keluarga telah mengetahui
rencana mengenai kunjungan rumah dan waktu kunjungan bidan ke rumah telah
direncanakan bersama anggota keluarga.
c. Menjelaskan maksud dan tujuan
kunjungan.
2. Keamanan merupakan hal yang harus
dipikirkan oleh bidan.
Tindakankewaspadaan ini dapat
meliputi:
a. Mengetahui dengan jelas alamat yang
lengkap arah rumah klien
b. Gambar rute alamat klien dengan peta
sebelum berangkat perhatikan keadaan disekitar lingkungan rumah klien
c. Beritahu rekan kerja anda ketika
anda pergi untuk kunjungan
d. Beri kabar kepada rekan anda segera
setelah kunjungan selesai (Ambar, 2009).
Kesehatan
ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi karena
seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Apabila ibu
sehat maka akan menghasilkan bayi yang sehat yang akan menjadi generasi kuat.
Ibu yang sehat juga menciptakan keluarga sehat dan bahagia. Jadwal kunjungan
rumah paling sedikit dilakukan 4x, yaitu diantaranya :
1) Kunjungan 1 (6-8 jam setelah
persalinan)
Kunjungan pertama dilakukan setelah
6-8 jam setelah persalinan, jika memang ibu melahirkan dirumahnya. Kunjungan
dilakukan karena untuk jam-jam pertama pasca salin keadaan ibu masih rawan dan
perlu mendapatkan perawatan serta perhatian ekstra dari bidan, karena 60% ibu
meninggal pada saat masa nifas dan 50% meninggal pada saat 24 jam pasca salin.
Adapun tujuan dari dilakukan
kunjungan tersebut ialah :
a. Mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri
b. Memberikan konseling pada ibu atau
salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
c. Pemberi ASI awal : bidan mendorong
pasien untuk memberikan ASI
d. secara ekslusif, cara menyusui yag baik,
mencegah nyeri puting dan
e. perawatan puting (Meilani, 2009: 54)
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi.
g. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut.
h. Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil .
i.
Perdarahan : bidan mengkaji warna dan banyaknya/ jumlah yang
semestinya, adakah tanda-tanda perdarahan yang berlebihan, yaitu nadi cepat dan
suhu naik, uterus tidak keras dan TFU menaik.
j.
Involusi uterus : bidan mengkaji involusi uterus dan beri
penjelasan ke pasien mengenai involusi uterus.
k. Pembahasan tentang kelahiran, kaji
perasaan ibu.
l.
Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu
dan bayi (keluarga), pentingnya sentuhan fisik, komunikasi dan rangsangan.
m. Bidan memberikan penyuluhan tentang
tanda-tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi dan rencana menghadai kegawat
daruratan (Meilani, 2009: 54).
2) Kunjungan 2 (6 hari setelah
persalinan)
Kunjungan kedua dilakukan setelah
enam hari pasca salin dimana ibu sudah bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari
seperti sedia kala.
Tujuan dari dilakukannya kunjungan
yang kedua yaitu :
a. Memastikan involusi uterus berjalan
normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbikalis, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
b. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
c. Memberikan konseling pada ibu
mengenai seluruh asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan
merawat bayi sehari-hari .
d. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau perdarahan abnormal.
e. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat (Ambarwati, 2010).
f. Diet : makanan seimbang, banyak
mengandung protein, serat dan air sebanyak 8-10 gelas per hari untuk mencegah
konstipasi kebutuhan kalori untuk laktasi, zat besi, vitamin A.
g. Kebersihan/ perawatan diri sendiri,
terutama putting susu dan perineum.
h. Senam kegel serta senam perut yang
ringan tergantung pada kondisi ibu.
i.
Kebutuhan akan istirahat : cukup tidur.
j.
Bidan mengkaji adanya tanda-tanda post partum blues.
k. Keluarga berencana melanjutkan
hubungan seksual setelah selesai masa nifas.
l.
Tanda-tanda bahaya : kapan dan bagaimana menghubungi bidan
jika ada tanda-tanda bahaya,
m. Perjanjian untuk pertemuan
berikutnya (Meilani, 2009: 54).
3) Kunjungan 3 ( 2-4 minggu setelah
persalinan)
Kunjungan ke tiga dilakukan setelah
2 minggu pasca dimana untuk teknis pemeriksaannya sama persis dengan
pemeriksaan pada kunjungan yang kedua. Untuk lebih jelasnya tujuan daripada
kunjungan yang ketiga yaitu :
a. Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal (Ambarwati, 2010).
b. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat
c. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
d. Memberikan konseling pada ibu
mengenai seluruh asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan
merawat bayi sehari-hari .
e. Gizi : zat besi/ folat, makanan yang
bergizi
f. Menentukan dan menyediakan metode
dan alat KB
g. Senam : rencana senam lebih kuat dan
menyeluruh setelah otot abdomen kembali normal
h. Keterampilan membesarkan dan membina
anak
i.
Rencana untuk asuhan selanjutnya bagi ibu
j.
Rencana untuk chek-up bayi serta imunisasi (Meilani, 2009:
54-55).
4) Kunjungan 4 (4-6 minggu setelah
persalinan)
Untuk kunjungan yang ke empat lebih
difokuskan pada penyulit dan juga keadaan laktasinya. Lebih jelasnya tujuan
dari kunjungan ke empat yaitu :
a. Menanyakan pada ibu tentang
penyulit-penyulit yang ia atau ibu hadapi
b. Tali pusat harus tetap kencang
c. Perhatikan kondisi umum bayi
(Ambarwati, 2009: 88).
d. Memberikan konseling mengenai
imunisasi, senam nifas serta KB secara dini .
Tindakan yang baik untuk asuhan masa
nifas normal pada ibu di rumah yaitu:
1. Kebersihan Diri
a. Menganjurkan kebersihan seluruh
tubuh.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan
daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk
membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang
baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan
diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c. Menyarankan ibu untuk mengganti
pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan
ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau
disetrika.
d. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan
dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi
atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
a. Menganjurkan ibu untuk istirahat
cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
b. Menyarankan ibu untuk kembali ke
kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang
atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Menjelaskan kepada ibu bahwa kurang
istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal :
1. Mengurangi jumlah ASI yang
diproduksi
2. Memperlambat proses involusi uterus
dan memperbanyak perdarahan
3. Menyebabkan depresi dan
ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
3. Latihan
a. Mendiskusikan pentingnya
mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasakan
lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi
rasa sakit pada punggung.
b. Menjelaskan bahwa latihan-latihan
tertentu beberapa menit setiap hari dapat membantu mempercepat mengembalikan
otot-otot perut dan panggul kembali normal, seperti:
1) Tidur telentang dengan lengan di
samping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan
angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai lima. Rileks dan ulangi 10
kali.
2) Untuk memperkuat otot vagina,
berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan dan panggul
tahan sampai 5 kali hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5 kali.
3) Mulai dengan mengerjakan 5 kali
latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih
banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan latihan
sebanyak 30 kali.
4. Gizi
Pendidikan untuk Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori
setiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap
hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
d. Tablet zat besi harus diminum untuk
menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
e. Minum kapsul vit. A (200.000 unit)
agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
3. Perawatan Payudara
Perawatan payudara untuk ibu postpartum dirumah yaitu :
a. Menjaga payudara tetap bersih dan
kering.
b. Mengenakan BH yang menyokong payudara.
c. Apabila putting susu lecet oleskan
colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai
menyusui. Menyusui tetap dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat
diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok.
e. Apabila payudara bengkak akibat
bendungan ASI, lakukan:
1) Pengompresan payudara dengan
menggunakan kain basah dan hanagat selama 5 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal
menuju putting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z”
menuju putting.
3) Keluarkan ASI sebagian dari nagian
depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali.
Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI keluakan dengan tangan.
5) Letakkan kain dingin pada payudara
setelah menyusui.
6) Payudara dikeringkan.
6. Hubungan Perkawinan atau Rumah
Tangga
Secara fisik aman untuk memulai
hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu
atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti
dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan
suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan
suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu
sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus
menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang
keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya
dengan mengajarkan kepada mereka cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi
haidnya selama menyusui. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai
sebelum haid pertamakembali
Untuk mencegah terjadinya kehamilan
baru. Resiko cara ini adalah 2% kehamilan. Meskipun beberapa metode KB
mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila
ibu telah haid lagi.
Sebelum menggunakan metode KB
hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu:
a. Bagaiman metode ini dapat mencegah
kehamilan dan efektifitasnya
b. Kelebihan/ keuntungan
c. Kekurangannya
d. Efek samping
e. Bagaimana menggunakan metode ini.
f. Kapan metode itu dapat mulai
digunakan untuk wanita pasca salin yang menyusui
Jika seorang ibu telah memiliki metode KB tertentu, ada baiknya
untuk bertemu dengannya lagi 2 minggu utuk mengetahui apakah ada yang ingin
ditanyakan oleh ibu/ pasangan itu dan melihat apakah metode tersebut bekerja
baik.
C.
Manajemen Post Partum
1. Defenisi
Asuhan ibu postpartum adalah asuhan
yang diberikan pada ibu segera setelah kelahiran, sampai 6 minggu setelah
kelahiran.
2. Tujuan
Adapun tujuannya yaitu untuk
memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segera setelah
melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan dalam persalinan dan
keadaan segera setelah melahirkan agar terlaksananya asuhan segera/ rutin pada
ibu post partum termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnosa,
mengidentifikasi masalah dan kebutuhan ibu, mengidentifikasi diagnosa dan
masalah potensial, tindakan segera serta merencanakan asuhan.
Manajemen ibu postpartum antara lain
:
1. Pengkajian/ Pengumpulan data
Didasarkan pada data subjektif daan
juga Objektif. Data subjektif yaitu data yang didapatkan langsung daari pasien
atau Pasien atau keluarganya langsung yang berbicara. Sedangkan data Objektif
adalah data yang dihasilkan dari hasil pemeriksaan bidan atau tenaga kesehatan.
a. Melakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu.
b. Melakukan pemeriksaan awal post
partum.
c. Meninjau catatan/ record pasien, seperti
:
1) Catatan perkembangan antepartum dan
intra partum
2) Berapa lama (jam/ hari) pasien post
partum
3) Keadaan suhu, nadi, respirasi dan
Tekanan Darah postpartum
4) Pemeriksaan laboratorium &
laporan pemeriksaan tambahan
5) Catatan obat-obat
6) Catatan bidan/ perawat
d. Menanyakan riwayat kesehatan &
keluhan ibu,seperti :
1) Mobilisasi
2) BAK dan BAB
3) Keadaan Nafsu makan
4) Ketidaknyamana/ rasa sakit
5) Kekhawatiran
6) Makanan bayi
7) Reaksi pada bayi
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
a. Tekanan Darah, Suhu, nadi
b. Kepala, wajah, mulut dan
Tenggorokan, jika diperlukan
c. Payudara & putting susu
d. Auskultasi paru2, jika diperlukan
e. Abdomen yang di lihat adalah kandung
kencing, keadaan uterus (perkembangannya)
f. Lochea yang dilihat adalah warna,
jumlah dan bau
g. Perineum : edema, inflamasi,
hematoma, pus, bekas luka episiotomi/robek, jahitan, memar,hemorrhoid
(wasir/ambeien).
h. Ekstremitas : varises, betis apakah
lemah dan panas,edema, reflek.
2. Menginterpretasikan Data.
Melakukan
identifikasi yang benar terhadap masalah adalah diagnosa berdasarkan interpretasi
yangg benar atas data yg telah dikumpulkan. Diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu
postpartum tergantung dari hasil pengkajian terhadap ibu
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau
masalah potensial yang mungkin akan terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa
yang sudah diidentifikasi dan merencanakan antisipasi tindakan. Contoh :
Diagnosa : Bendungan Payudara
Masalah potensial : Mastitis
Antisipasi Tindakan : kompres hangat
payudara
4. Menetapkan Tindakan Segera
Mengidentifikasi dan menetapkan
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi pasien.
Contoh :
a. Ibu kejang, segera lakukan tindakan
segera untuk mengatasi kejang dan segera berkolaborasi merujuk ibu untuk
perawatan selanjutnya.
b. Ibu tiba-tiba mengalami perdarahan,
lakukan tindakan segera sesuai dengan keadaan pasien, misalnya : bila kontraksi
uterus kurang baik segera berikan uterotonika. Bila teridentifikasi adanya
tanda-tanda sisa plasenta, segera kolaborasi dengan dokter untuk tindakan
curettage.
5. Membuat Rencana Asuhan
Yaitu dengan Merencanakan asuhan
menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dari langkah sebelumnya. Contoh :
Manajemen asuhan awal postpartum :
a. Kontak dini dan sesering mungkin
dengan bayi.
b. Mobilisasi/istirahat baring di
tempat tidur
c. Gizi/ diet
d. Perawatan perineum
Asuhan lanjutan :
a. Tambahan vit atau zat besi atau
keduanya jika diperlukan
b. Perawatan payudara
c. Pemeriksaan lab terhadap komplikasi
jika diperlukan
d. Rencana KB
e. Kebiasaan rutin yang tidak
bermanfaat bahkan membahayakan
6. Implementasi Asuhan :
Mengarahkan atau melaksanakan
rencana asuhan secara efisien dan aman dari pada rencana asuhan tadi.
7. Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap
setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau merencanakan
kembali asuhan yang belum terlaksana jika masih ada. Bidan harus melakukan
evaluasi secara terus menerus selama masa nifas. Evaluasi secara terus menerus
meliputi:
1. Meninjau ulang data
a. Catatan intrapartum dan antepartum
b. Jumlah jam atau hari PP
c. Catatan pengawasan dan perkembangan
sebelumnya
d. Catatan hasil lab.
e. Catatan suhu, nadi, pernapasan dan
TD
f. Catatan pengobatan
2. Mengkaji riwayat
a. Ambulansi : apakah ibu melakukan
ambulansi seberapa sering
b. Berkemih : bagaimana frekuensinya,
jumlah, apakah ada nyeri/ disuria
c. Defekasi : bagaimana frekuensinya,
jumlah dan konsistennya
3. Pemeriksaan fisik
a. Mengukur TD suhu, nadi dan
pernapasan
b. Memeriksa payudara dan putting
c. Memeriksa abdomen
d. Memeriksa lokhea
e. Memeriksa perineum dan kaki
Menurut Bahiyatun (2009), manajemen
kebidanan terbagi atas :
1. Manajemen nyeri dan ketidaknyamanan
Pada masa nifas banyak terjadi, walaupun tanpa komplikasi
saat melahirkan.
2. After pain atau kram perut
Disebabkan oleh adanya serangkaian kontraksi dan relaksasi
yang terus-menerus pada uterus, lebih banyak terjadi pada wanita dengan paritas
yang banyak (multipara) dan wanita menyusui.
3. Pembengkakan payudara
Terjadi karena adanya gangguan antara akumulasi air susu dan
meningkatnya vaskularitas dan kongesti
4. Manajemen konstipasi
Sebagian besar wanita akan defekasi dalam waktu tiga hari
pertama setelah persalinan kemudian akan kembali kekebiasaan semula
5. Manajemen hemoroid
Jika pasien tidak menderita hemoroid
akan hilang dalam beberapa minggu, selama kehamilan sebagian wanita mengalami
perdarahan yang keluar dari anus.
6. Manajemen Diuresis dan Diaforesis
Selama kehamilan, terjadi
penyimpanan cairan tambahan untuk membantu meningkatkan pertumbuhan bayi.
7. Manajemen infeksi
a. Infeksi genital
Disebabkan karena adanya luka pada area pelepasan plasenta,
laserasi pada saluran genital.
b. Infeksi saluran kemih
Dapat terjadi karena kurang menjaga kebersihan.
c. Infeksi saluran pernapasan atas
8. Manajemen cemas
Peran bidan :
a. Bidan dapat memperhatikan dan
memberi ucapan selamat atas kehadiran bayinya.
b. Bidan dapat memberikan informasi dan
konseling mengenai kebutuhan ini.
c. Bidan dapat mendukung pendidikan
kesehatan
D.
Post Partum Group
Di
dalam melaksanakan asuhan pada ibu post partum di komunitas salah satunya
adalah dalam bentuk kelompok. Ibu post partum dikelompokkan dengan
mempertimbangkan jarak antara satu orang ibu post partum dengan ibu post partum
lainnya .
Kegiatan
dapat dilaksanakan di salah satu rumah ibu post partum/ posyandu dan polindes.
Kegiatannya dapat berupa penyuluhan dan konseling.tentang :
1. Kebersihan diri
2. Istirahat
3. Gizi
a. Nasi 200 gram (1 piring sedang)
b. Lauk 1 potong sedang
c. Tahu/tempe 1 potong sedang
d. Sayuran 1 mangkuk sedang
e. Buah1 potong sedang
f. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori
tiap hari
g. Makanan dengan diet berimbang: protein,
mineral, vitamin yang cukup
h. Minum sedikitnya 3 liter per hari (8
gelas sehari)
i.
Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
j.
Minum kapsul vitamin A
4. Menyusui
a. Nasi 200 gram (1 piring sedang)
b. Lauk 1 potong sedang
c. Tahu/tempe 1 potong sedang
d. Sayuran 1 mangkuk sedang
e. Buah1 potong sedang
f. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori
tiap hari
g. Makanan dengan diet berimbang:
protein, mineral, vitamin yang cukup
h. Minum sedikitnya 3 liter per hari (8
gelas sehari)
i.
Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
j.
Minum kapsul vitamin A
5. Lochea
Pembagian
lochea antara lain:
a. Lochea rubra (1-3 hari postpartum) :
warna merah segar dan berisi gumpalan darah, sisa selaput ketuban, sisa vernik,
lanugo.
b. Lochea sanguolenta (3-7 hari
postpartum) : berwarna merah kekuningan, berisi darah dan vernik kaseosa.
c. Lochea serosa (7-14 hari postpartum)
: Berwarna kekuning-kuningan, berisi serum
d. Lochea alba ( 14-40 hari post
partum) : berwarna putih.
6. Involusi uterus
Setelah
bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi
akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara
pada bekas implantasi placenta. Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan
otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga
akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram.
7. Senggama
Secara
fisik untuk memulai hubungan suami istri, begitu darah merah berhenti, ibu
dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Memulai
hubungan suami istri tergantung pada pasangannya.
8. Keluarga berencana
Kadang-kadang
ibu yang baru menjalani masa menjadi seorang ibu ingin mencari kelompok khusus
dari orang-orang yang sudah berpengalaman. Kadangkala ibu postpartum yang sudah
pernah bertemu dalam kelas prenatal mulai bergabung untuk membentuk kelompok
pendukung yang saling membantu. Melihat hal tersebut, ternyata kelompok
pendukung merupakan kelompok yang sangat penting dalam membantu seorang wanita
yang mengalami transisinya dalam siklus kehidupan.
Kelompok
pendukung post partum atau yang disebut dengan postpartum group adalah kumpulan
pribadi yang sedang menjalani masa post partum yang mencoba untuk memuaskan
kebutuhan personal, berinteraksi dengan menghargai tujuan bersama serta untuk
mengalami kenikmatan suatu hubungan yang interdipenden. Para ibu yang mengalami
post partum membutuhkan pengalaman yang sesungguhnya, salah satunya yaitu diberikan
dukungan dari kelompok pendukung seperti dukungan psikologis dan juga dukungan
fisik yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan.
Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan atau istirahat, atau seringkali
merasa gembira mendapatkan pertolongan yang praktis dan dukungan dari kelompok
dukungan postpartum. Dengan bantuan dan dukungan teman ataupun keluarga, mereka
mungkin perlu mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau
mungkin menghilangkan beberapa kegiatan disesuaikan dengan konsep mereka
tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan dapat diperlukan
dorongan dan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikologi atau
konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut. Para ahli obstetrik memegang
peranan penting untuk mempersiapkan para wanita kemungkinann terjadinya
gangguan mental post partum dan segera memberikan penanganan yang tepat bila
terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi atau konseling
bila memang diperlukan. Kelompok pendukung yang memadai dari para petugas
obstetrik yaitu dokter dan bidan atau perawat sangat diperlukan, misalnya
dengan cara memberikan informasi yang memadai atau adekuat tentang proses
persalinan dan kehamilan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam
masa-masa tersebut serta penanganannya. Dibutuhkan penanganan menyeluruh atau
holistik dan dukungan dari kelompok pendukung dari penanganan para ibu yang
mengalami post partum. Pengobatan medis, konseling, emosional, dan
bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang pengalaman
dann harapan-harapan pada saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan
bahwa dapat dibutuhkan penanganan ditingkat perilaku, emosional, intelektual,
sosial dan psikologis serta bersama-sama dengan melibatkan lingkungannya yaitu
suami, keluarga, dan juga teman dekatnya.
Cara
dukungan untuk mengatasi postpartum dari kelompok pendukung postpartum :
1. Cara pendekatan komunikasi terapeutik
yang tujuannya untuk menciptakan hubungan baik antara bidan dan juga pasien
dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
a.
Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
b. Dapat memahami dirinya
c. Dapat mendukung tindakan
konstruktif.
2. Cara peningkatan support mental post
partum dapat dilakukan keluarga, misalnya :
a. Sekali-kali ibu meminta suami untuk
ikut membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti membantu mengurus
bayinya, memasak, menyiapkan susu, dll
b. Memanggil orang tua ibu bayi agar bisa
menemani ibu dalam menghadapi kesibukan merawat bayinya.
c. Suami seharusnya tahu permasalahan
yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap istrinya.
d. Menyiapkan mental dalam menghadapi
anak pertama yang akan lahir.
e. Memperbanyak dukungan dari suami.
f. Suami menggantikan peran istri saat
istri kelelahan.
g. Ibu dianjurkan untuk sering sharing dengan
teman-temannya yang baru saja melahirkan.
h. Bayi memakai pampers untuk
meringankan kerja ibu.
i.
Mengganti suasana dengan bersosialisasi.
j.
Suami sering menemani istri dalam mengurus bayinya.
Selain
hal diatas dukungan post partum dari dirinya sendiri diantaranya dengan cara :
a. Belajar tenang dengan menarik nafas
panjang dan meditasi.
b. Tidurlah ketika bayi tidur.
c. Berolahraga ringan.
d. Ikhlas dan tulus dengan peran baru
ssebagai ibu.
e. Tidak perfectsionis dalam hal
mengurus bayi,
f. Bicarakan rasa cemas dan
komunikasikan.
g. Bersikap fleksibel.
h. Kesempatan merawat bayinya hanya
datang satu kali.
i.
Bergabung dengan kelompok ibu.
Kelompok
postpartum merupakan salah satu bentuk kelompok atau organisasi kecil dari ibu
nifas. Bertujuan untuk mendeteksi, mencegah, dan mengatasi permasalahan-permasalahan
yang timbul masa nifas
Melahirkan
adalah sebuah karunia terbesar bagi wanita dan momen yang sangat membahagiakan,
tapi kadang harus menemui kenyataan bahwa tak semua menganggap seperti itu
karena ada juga wanita yang mengalami depresi setelah melahirkan.
Ibu
nifas sering mnegalami gangguan psikologi yang dikenal dengan postpartum blues.
Dikomunitas sebaiknya dibentuk postpartum group yaitu kelompok ibu-ibu nifas.
Dalam postpartum group para ibu nifas bisa saling berkeluh kesah dan
mendiskusikan pengalaman melahirkannya, perasaannya saat ini dan bagaimana cara
menghadapi masa nifas. Lewat postpartum group ini maka gangguan-gangguan
psikologis saat nifas diharapkan bisa diatasi (Niken Meilani, 2009: 56).
Depresi sesudah melahirkan ini adalah gangguan psikologis yang dalam bahasa
kedokterannya adalah depresi postpartum atau baby blues atau Postpartum Blues.
Postpartum blues merupakan masa transisi mood setelah melahirkan yang sering
terjadi pada 50-70% wanita (Suherni, 2009).
Di
dalam melaksanakan asuhan pada ibu postpartum di komunitas, salah satunya
adalah dalam bentuk kelompok. Ibu-ibu postpartum dikelompokkan dengan
mempertimbangkan jarak antara satu orang ibu postpartum dengan ibu postpartum
lainnya
1. Program Ibu Nifas
Kunjungan pada ibu nifas dan neonatus, ASI eksklusif, tablet
tambah darah dan vitamin A
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan bersamaan dengan kunjungan pada
ibu nifas dan neonates. Data yang dibutuhkan antara lain : jumlah ibu nifas;
kebiasaan atau tradisi setempat; permasalahan pada masa nifas; sumber daya
masyarakat; dan penentu kebijakan.
3. Mengatur Strategi
Pendekatan dengan keluarga ibu,
tomas, togam, kepala desa dan kader sebagai pengambil keputusan dan penentu
kebijakan sangat diperlukan untuk mewujudkan suatu kelompok ibu nifas.
4. Perencanaan
Buat usulan atau proposal yang
didalamnya memuat tentang latar belakang dan tujuan dari pembentukan kelompok.
Perencanaan meliputi kegiatan yang kan dilakukan, tempat dan waktu, anggaran,
serta peserta.
5. Pelaksanaan
Jadikan contoh (Role Model) orang
sebagai penentu kebijakan dan lakukan diskusi untuk membentuk susunan
organisasi. Bidan bisa sebagai narasumber, kemudian buat rencana tindak lanjut.
6. Evaluasi
Dilakukan pada akhir masa nifas,
setelah kunjungan ke-4. Pastikan bahwa tujuan akhir dari pembentukan kelompok
benar-benar tercapai, ibu dan bayi sehat, serta nifas berjalan normal .
DAFTAR
PUSTAKA
Ambarwati. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : EGC
Depkes RI. 2006. Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga.
Depkes RI : Jakarta.
Karwati,
dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas.
Trans Info Media : Jakarta.
Prawirohardjo,
Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP Sarwono
Prawirohardjo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar