PERSALINAN
LETAK LINTANG
Posisi menentukan prestasi. Begitu kira kira slogan yang
sering terdengar dalam sebuah kelas. Mau duduk di depan, belakang, tengah atau
samping. Menurut seorang guru, posisi tempat duduk berkaitan erat dengan
keberhasilan suatu proses belajar mengajar dalam kelas. Demikian juga posisi
janin dalam rahim ibu yang akan dilahirkan. Posisi atau letak janin sangat erat
kaitannya dengan penentuan tehnik persalinan dan keberhasilan proses
persalinan. Ada tiga posisi atau letak janin yang kita kenal dalam
kebidanan, yakni : A. Posisi Kepala B. Posisi Sungsang. C. Posisi Melintang. Di
antara ketiga posisi tersebut, posisi janin dengan letak kepala merupakan
posisi terbaik untuk prestasi keberhasilan persalinan spontan, yaitu proses
alamiah melalui jalan lahir. Posisi ini memungkinkan janin dengan mudah
melewati pintu panggul ibu dan hampir sebagian besar harapan untuk lahir secara
spontan alami dapat terpenuhi. Pada kehamilan trimester ke tiga, pemeriksaan
Antenatal Care sangat penting. Karena pada saat ini, dokter kandungan maupun
bidan akan melakukan pemeriksaan letak janin yang berada dalam rongga panggul.
Pemeriksaan ini berkaitan dengan sikap bidan dalam penentuan tehnik
persalinan yang akan dilakukan pada ibu, apakah bisa spontan alami ataukah
memerlukan tindakan rujukan ke rumah sakit.
Melihat presentasi atau letak janin dalam rahim ibu
sebagaimana disebut di atas (sesuai dengan gambar), maka letak kepala atau
posisi verteks merupakan posisi yang diharapkan menjadi posisi yang ditemukan
pada trimester tiga kehamilan. Oleh sebab itu, ibu hamil tidak boleh melewatkan
pemeriksaan kehamilan pada trimester tiga ini. Bila pemeriksaan sebelum
trimester tiga janin mengalami posisi yang berubah-ubah, ibu hamil tidak perlu
cemas. Hal itu karena pada usia kehamilan itu tubuh janin masih kecil,
ruang gerak bayi cukup luas. Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan dan
pertubuhan janin, maka bagian terberat janin yakni kepala perlahan akan turun
ke arah panggul ibu sesuai dengan gravitasi bumi.
Jadi, bila pada kehamilan trimester pertama dan kedua
dokter menyampaikan posisi janin letak sungsang atau lintang ibu tidak perlu
cemas berlebihan. Tindakan yang dapat ibu lakukan pada letak sungsang sebelum
memasuki usia kehamilan 36 dan 37 minggu adalah rajin melakukan
posisi seolah bersujud seperti saat Sholat. Atau berbaring dengan kedua lutut
berada dibawah perut dan dada ibu serta kepala menempel ke arah lantai, kedua
tangan di sisi tubuh (menungging). Bila ada kesempatan waktu dan tidak ada kontraindikasi
untuk mengikuti senam hamil, sebaiknya menjelang trimester ke tiga ibu
bergabung dengan kelas senam hamil agar dapat bimbingan dari bidan yang menjadi
instruktur senam hamil.
"Bayi bukan hanya berhak lahir hidup, tetapi berhak untuk masa
depan yang gemilang diawali sejak kehamilan dan proses persalinan yang
aman"
2.1.1 Pengertian
Letak lintang adalah suatu
keadaan di mana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang
satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada
sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu
atas panggul. (Martohoesodo, 1999)
Letak lintang dalam kehamilan adalah
suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi
yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada
sedikit lebih tinggi dari pada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu
atas panggul. Punggung janin dapat berada di depan (dorsoanterior), di belakang
(dorsoposterior) atau di bawah (dorsoinferior).
Letak
lintang adalah keadaan dimana sumbu panjang
anak tegak lurus atau hampir tegak lurus pada sumbu panjang ibu (Sastrawinata,
2004). Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin
melintang didalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu, sedangkan bokong
berada pada sisi yang lain (Wiknjosastro, 2011).
2.1.2 Etiologi
Penyebab dari letak lintang sering merupakan
kombinasi dari berbagai faktor, sering pula penyebabnya tetap merupakan suatu
misteri. Faktor – faktor tersebut adalah :
1) Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul
sempit, hidrosefalus, anensefalus, plasenta previa, dan tumor – tumor pelvis.
2) Janin sudah bergerak pada hidramnion,
multiparitas, anak kecil, atau sudah mati.
3) Gemelli (kehamilan ganda)
4) Kelainan uterus, seperti arkuatus,
bikornus, atau septum
5) Lumbar skoliosis
6) Monster
7) Kandung kemih serta rektum yang penuh.
Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialah
multiparitas disertai dinding uterus dan perut yang lembek. (Mochtar, 1998)
2.1.3 Diagnosis
1) Inspeksi : Perut membuncit ke
samping
2) Palpasi
·
Fundus
uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
·
Fundus
uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk ke dalam
pintu atas panggul
·
Kepala
(ballotement) teraba di kanan
atau di kiri
3) Auskultasi : Denyut jantung janin setinggi
pusat kanan atau kiri.
4) Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
·
Teraba
tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan. Untuk menentukan
tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman.
·
Teraba
bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala terletak
di kiri, ketiak menutup ke kiri.
·
Letak
punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan klavikula.
·
Pemeriksaan
dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namun pada
letak lintang biasanya ketuban cepat pecah. (Mochtar, 1998)
2.1.4 Prognosis
Meskipun letak lintang dapat
diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan – kelainan yang menyebabkan
letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor panggul dan plasenta previa
masih tetap dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kematian ibu dan janin pada letak lintang, disamping kemungkinan
terjadinya letak lintang kasep dan ruptura uteri, juga sering akibat adanya
tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk mengeluarkan
janin.
Prognosis pada kehamilan letak
lintang sangat dipengaruhi oleh riwayat pemeriksaan kehamilan, kecepatan
penegakkan diagnosa dan sarana-prasarana kesehatan yang ada. Semakin lambat
diagnosa letak lintang ditegakkan, maka kemungkinan bayi akan tetap berada
dalam posisi lintang pada saat persalinan akan semakin besar. Sebagai
perbandingan jika diagnosa dibuat pada UK 20-25 minggu, ± 2,6 % akan tetap pada
posisi lintang dan jika diagnosa dibuat pada UK 36-40 minggu, ± 11,8 % akan
tetap pada posisi lintang . Di negara dengan sarana-prasarana yang sudah maju,
angka kematian ibu dan janin pada kasus letak lintang sudah cukup rendah.
Namun, pada negara tertinggal, berbagai komplikasi masih terjadi akibat tidak
adanya fasilitas seksio sesaria.
Persalinan letak lintang
memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya.
(Martohoesodo, 1999)
1. Bagi ibu
Bahaya yang mengancam adalah ruptura
uteri, baik spontan, atau sewaktu versi dan ekstraksi. Partus lama, ketuban
pecah dini, dengan demikian mudah terjadi infeksi intrapartum.
2. Bagi janin
Angka kematian tinggi (25 – 49 %), yang
dapat disebabkan oleh :
·
Prolasus
funiculi
·
Trauma
partus
·
Hipoksia
karena kontraksi uterus terus menerus
·
Ketuban
pecah dini
2.1.5 Mekanisma Persalinan
Menurut
Mochtar (1998) anak normal dan cukup bulan tidak mungkin lahir secara spontan dalam letak lintang. Janin hanya dapat
lahir spontan, bila kecil atau premature, sudah mati dan menjadi lembek atau
panggul luas. Pada cara Denman bahu tertahan pada simpisis dan dengan fleksi
kuat di bagian bawah tulang belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun
di rongga panggul dan lahir, kemudian disusul badan bagian atas dan kepala.
Pada cara Douglas bahu masuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh
bokong dan kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjunya disusul oleh
lahirnya kepala. Dua cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya
janin dalam letak lintang, akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin
(Wiknjosastro, 2006 : 625).
2.1.6 Penatalaksanaan
1) Pada kehamilan
Pada
primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada,
jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi
lutut dada sampai persalinan. Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32
minggu posisi lutut dada, jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau
gagal posisi lutut dada sampai persalinan.
Untuk
mencegah janin memutar kembali, ibu dianjurkan menggunakan korset dan dilakukan
pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin. Ibu diharuskan masuk
rumah sakit lebih dini pada permulaan persalinan, sehingga apabila terjadi
perubahan letak, segera dapat ditentukan prognosis dan penanganannya. Pada
permulaan persalinan, masih dapat diusahakan mengubah letak lintang janin
menjadi presentasi kepala asalkan pembukaan masih kurang dari 4 cm dan ketuban
belum pecah.
Pada
primigravida, jika versi luar tidak berhasil sebaiknya segera dilakukan seksio
sesaria. Sikap ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
a) Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada
serviks dengan baik, sehingga pada primigravida kala I menjadi lama dan
pembukaan serviks sukar menjadi lengkap
b) Karena tidak ada bagian besar janin yang
menahan tekanan intra-uterin pada waktu his, maka lebih sering terjadi ketuban
pecah sebelum pembukaan serviks sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya
prolapsus funikuli.
c) Pada primigravida versi ekstraksi sulit dilakukan.
2) Pada persalinan
Pertolongan persalinan letak
lintang pada multipara bergantung kepada beberapa faktor. Apabila riwayat
obstetri yang bersangkutan baik, tidak didapat kesempitan panggul, dan janin
tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan lengkap untuk
melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan supaya ketuban
tetap utuh dan melarang ibu meneran atau bangun. Apabila ketuban pecah sebelum
pembukaan lengkap dan terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan
seksio sesaria. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka
bergantung tekanan dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan
versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesaria. Dalam hal
ini, persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah
pembukaan terjadi dengan lancar atau tidak. Versi ekstraksi dapat dilakukan
pula pada kehamilan kembar, apabila setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi
kedua berada dalam letak lintang.
Pada letak lintang belum
kasep, ketuban masih ada, dan pembukaan kurang dari 4 cm, dicoba versi luar.
Jika pembukaan lebih dari 4 cm pada primigravida dengan janin hidup dilakukan
sectio caesaria, jika janin mati, tunggu pembukaan lengkap, kemudian dilakukan
embriotomi. Pada multigravida dengan janin hidup dan riwayat obstetri baik
dilakukan versi ekstraksi, jika riwayat obsterti jelek dilakukan SC. Pada letak
lintang kasep janin hidup dilakukan SC, jika janin mati dilakukan embriotomi. (Dasuki,
2000)
Pada letak lintang kasep, bagian janin terendah
tidak dapat didorong ke atas, dan tangan pemeriksa yang dimasukkan ke dalam
uterus tertekan antara tubuh janin dan dinding uterus. Demikian pula ditemukan
lingkaran Bandl yang tinggi. Berhubung adanya bahaya ruptur uteri, letak
lintang kasep merupakan kontraindikasi mutlak melakukan versi ekstraksi. Bila
janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesaria dengan segera
Versi dalam merupakan
alternatif lain pada kasus letak lintang. Versi dalam merupakan metode dimana
salah satu tangan penolong masuk melalui serviks yang telah membuka dan menarik
salah satu atau kedua tungkai janin ke arah bawah. Umumnya versi dalam
dilakukan pada kasus janin letak lintang yang telah meninggal di dalam
kandungan dengan pembukaan serviks lengkap. Namun, dalam keadaan tertentu,
misalnya pada daerah-daerah terpencil, jika dilakukan oleh penolong yang
kompeten dan berpengalaman, versi dalam dapat dilakukan untuk kasus janin letak
lintang yang masih hidup untuk mengurangi risiko kematian ibu akibat ruptur
uteri. Namun, pada kasus letak lintang dengan ruptur uteri mengancam,
korioamnionitis dan risiko perdarahan akibat manipulasi uterus, maka pilihan
utama tetaplah seksio sesaria.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar