Rabu, 31 Maret 2021

PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGI PADA IBU HAMIL TM I II dan III

 

 

PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGI PADA IBU HAMIL TM I II dan III

 

A.                Berat badan dan Indeks Masa Tubuh (IMT)

B.                 Darah dan pembekuan darah

C.                Sistem Pernafasan

D.                Sistem Persyarafan

 

1.      Berat badan dan Indeks Masa Tubuh (IMT)

A.    Berat Badan dan Indeks Massa Tubuh

Ibu hamil diharapkan berat badannya bertambah, namun demikian seringkali pada trimester I berat badan (BB) ibu hamil tetap dan bahkan justru turun disebabkan rasa mual, muntah dan nafsu makan berkurang sehingga asupan nutrisi kurang mencukupi kebutuhan. Pada kehamilan trimester ke II ibu hamil sudah merasa lebih nyaman biasanya mual muntah mulai berkurang sehingga nafsu makan mulai bertambah maka pada trimester II ini BB ibu hamil sudah mulai bertambah sampai akhir kehamilan.

Peningkatan BB selama hamil mempunyai kontribusi penting dalam suksesnya kehamilan maka setiap ibu hamil periksa harus ditimbang BB. Sebagian penambahan BB ibu hamil disimpan dalam bentuk lemak untuk cadangan makanan janin pada trimester terakhir dan sebagai sumber energi pada awal masa menyusui.Ibu hamil perlu disarankan untuk tidak makan berlebihan karena penambahan BB berlebihan pada saat hamil kemungkinan akan tetap gemuk setelah melahirkan maka konsultasi gizi sangat diperlukan pada ibu hamil.Peningkatan BB pada trimester II dan III merupakan petunjuk penting tentang perkembangan janin.Peningkatan BB pada ibu hamil yang mempunyai BMI normal (19,8 - 26) yang direkomendasikan adalah 1 sampai 2 kg pada trimester pertama dan 0,4 kg per minggu. Keperluan penambahan BB semua ibu hamil tidak sama tetapi harus melihat dari BMI atau IMT sebelum hamil.Penambahan BB selama hamil dan perkembangan janin berhubungan dengan BB dan TB ibu sebelum hamil (BMI/IMT). Cara menghitung IMT adalah BB sebelum hamil (dalam kg) dibagi TB (dalam meter) pangkat 2, misalnya seorang ibu hamil BB sebelum hamil 50 kg dan TB 150 cm maka IMT adalah 50/(1,5)2 = 22,22 termasuk normal.

Peningkatan berat badan optimal untuk rata-rata kehamilan adalah 12,5 kg, 9 kg diperoleh pada 20 minggu terakhir. Berat badan yang optimal ini berkaitan dengan resiko kompilkasi terendah selama kehamilan dan persalinan serta berat badan bayi lahir rendah. Banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan berat badan. Tingkat edema, laju metabolik, asupan diet, muntah atau diare, merokok, jumlah cairan amniotik  dan ukuran janin, semuanya harus diperhitungan.  Usia maternal, ukuran tubuh prekehamilan, paratis, ras-etenisitas, hipertensi, dan diabetes juga mempengaruhi pola peningkatan berat badan maternal.

Peningkatan berat badan yang tepat  bagi setiap ibu hamil saat ini didasarkan pada indeks masa tubuh prekehamilan (body mass index) yang mengambarkan perbandingan berat badannya lebih sedikit  daripada ibu yang memasuki kehamilan dengan berat badan sehat.

1.      Trimester I

Seorang wanita yang sedang hamil sudah mengalami penambahan berat badan, namun penambahan tersebut masih tergolong rendah, kira-kira 1-2 kg. karena pada masa ini saat dimana otak, alat kelamin, dan panca indra janin sedang dibentuk.

2.      Trimester II

Seorang wanita hamil akan mengalami kenaikan berat badan yang lebih banyak dibandingkan pada saat trimester I, karena pada trimester II ini pertumbuhan janin juga semakin besar. Dan sebagian besar penambahan berat badan selama masa kehamilan berasal dari uterus dan isi-isinya. Pada trimester II ini seorang wanita yang sedang hamil akan mengalami penambahan berat badan kira – kira 0,3 5 – 0,4 kg per minggu. Kenaikan berat badan yang baik memang secara bertahap dan kontinyu. Bisa jadi catatan bahwa adanya penambahan berat badan yang berlebih dan secara cepat bisa jadi indikasi awal keracunan kehamilan atau diabetes.

3.      Trimester III

Terjadi kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg, penambahan BB dari mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11 – 12 kg. Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg adalah :

Jaringan dan Cairan

Berat badan (kg)

Janin

Plasenta

Cairan amnion

Peningkatan berat uterus

Peningkatan berat payudara

Peningkatan volume darah

Cairan ekstra seluler

Lemak

3-4

0,6

0,8

0,9

0,4

1,5

1,4

3,5

Total

12,5 kg

 

B.     Cara Menghitung Berat Badan Ideal Ibu Hamil

Komponen janin harus dijaga konsistensinya agar janin dapat tumbuh dengan normal, tentunya komponen janin ini tergantung dari Komponen Ibu, untuk komponen ibu semuanya tergantung dari status berat badan (BB) dan tinggi badannya (TB) sang ibu, jadi  status BB dan TB ibu inilah yang menjadi dasar untuk dapat menghitung berat badan idealnya, sekaligus juga sebagai indikator pertumbuhan berat badan janin.

Berat badan ideal ibu hamil sebenarnya tidak ada rumusnya, tetapi rumusannya bisa dibuat yaitu dengan dasar penambahan berat ibu hamil tiap minggunya yang dikemukakan oleh para ahli berkisar antara 350-400 gram, kemudian berat badan yang ideal untuk seseorang agar dapat menopang beraktifitas normal yaitu dengan melihat berat badan yang sesuai dengan tinggi badan sebelum hamil, serta umur kehamilan sehingga rumusnya dapat dibuat.

Rumus berat badan ideal untuk ibu hamil yaitu sebagai berikut :

BBI = ( TB – 110) jika TB diatas 160 cm

     (TB – 105 ) jika TB dibawah 160 cm.

Berat badan ideal ini merupakan pengembangan dari (TB-100) oleh Broca untuk orang Eropa dan disesuaikan oleh Katsura untuk orang Indonesia.

UH  adalah  Umur kehamilan dalam minggu.

            Diambil perminggu agar kontrol faktor resiko penambahan berat badan dapat dengan dini diketahui. 0,35  adalah Tambahan berat badan kg per minggunya 350-400 gram diambil nilai terendah 350 gram atau 0,35 kg. Dasarnya  diambil nilai terendah adalah penambahan berat badan lebih ditekankan pada kualitas (mutu) bukan pada kuantitas (banyaknya).

Berikut ini contoh menghitung berat badan ideal ibu hamil, ada tiga contoh. Yaitu:

·         Pertama tentang berat badan ideal jika Berat Badan Nyata, kurang lebih sama dengan Berat Badan Ideal.

·         Kedua Contoh Berat Badan Ideal jika Berat Badan Nyata lebih dari 10 %.

·         Ketiga: Berat Badan Ideal jika Berat Badan Nyata kurang dari 10%.

Penjelasan masing-masing contoh adalah sebagai berikut :

1.      Contoh PERTAMA

Berat Badan Ideal jika Berat Badan Nyata = Berat Badan Ideal

Diketahui : Seorang ibu dengan TB = 162 cm, BB sebelum hamil 53 kg, umur kehamilan 30 minggu.

Ditanya : Berapa BBI Ibu hamil tersebut ?

Di jawab : BBI sebelum hamil = 162 -110 = 52 kg (dikurangi 110 karena TB > 160 cm

BBI Hamil = 52+ (30 x 0.35) = 52 + 10.5 kg = 62,5 kg

Jadi berat badan ideal ibu hamil tersebut adalah 62,5 kg atau ada tambahan sebesar 9.5 kg dari berat badan sebelum hamil.

Tambahan berat badan ibu hamil sampai dengan 9.5 kg merupakan tambahan normal. Sampai dengan usia kehamilan 37 minggu saat ibu tersebut akan melahirkan, berat badannya bisa mencapai +12,5 kg sebagai kisaran normal.

 

2.      Contoh KEDUA

Diketahui : Berat Badan Ideal jika Berat Badan Nyata 10 % > Berat Badan Ideal

Seorang ibu dengan TB = 162 cm, BB sebelum hamil 57 kg, umur kehamilan 30 minggu.

Ditanya : Berapa BBI Ibu hamil tersebut ?

Di jawab : BBI sebelum hamil = 162 -110 = 52 kg (dikurangi 110 karena TB > 160 cm

BBI Hamil = 52+ (30 x 0.35) = 52 + 10.5 kg = 62,5 kg

Jadi berat badan ideal ibu hamil tersebut adalah 62,5 kg atau ada tambahan sebesar 5.5 kg atau (62,5 – 57) dari berat badan sebelum hamil.

 

3.      Contoh KETIGA

Diketahui : Berat Badan Ideal jika Berat Badan Nyata 10% < Berat Badan Ideal

Seorang ibu dengan TB = 162 cm, BB sebelum hamil 47 kg, umur kehamilan 30 minggu.

Di Tanya : Berapa BBI Ibu hamil tersebut ?

Di jawab : BBI sebelum hamil = 162 -110 = 52 kg (dikurangi 110 karena TB > 160 cm

BBI Hamil = 52+ (30 x 0.35) = 52 + 10.5 kg = 62,5 kg

Jadi berat badan ideal ibu hamil tersebut adalah 62,5 kg atau ada tambahan sebesar 15.5 kg atau (62,5 – 47) dari berat badan sebelum hamil.  Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penambahan berat badan selama hamil :

a.       Jika sebelum berat badan seorang wanita sudah normal, maka kenaikan berat badan sebaiknya 9 – 12 kg

b.      Jika berat badan sebelum hamil berlebih sebaiknya penambahan berat badan cukup 6-9 kg

c.       Jika berat badan sebelum hamil kurang , sebaiknya penambahan 12-15 kg.

d.      Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat badan per minggu masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3kg    

e.       Penambahan berat badan selama kehamilan rata-rata mencapai 12,5 kg.

Oleh karena tubuh seorang wanita yang sedang hamil membutuhkah sekitar 70.000-80.000 kalori saat hamil. Penambahan kalori tersebut diperlukan terutama pada 20 minggu terakhir kehamilan, yaitu ketika pertumbuhan janin berlangsung sangat pesat. Bila 80.000 kalori tersebut dibagi 40 maka hasilnya adalah 280, maka kebutuhan kalori ibu yang sedang hamil adalah antara 280-300 kalori per hari.

 

C.    Penghitungan Berat Badan Berdasarkan Indeks Massa Tubuh

IMT     =          BB² / TB

 

Dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

           

Dimana           IMT = Indeks masa tubuh

                        BB   = Berat badan (kg)

                        TB   =  Tinggi badan (m)

Contoh :

Diketahui : BB : 50 kg

     Tb : 160 kg

Ditanya : IMT ?

Di jawab : IMT = 50/(160/100)2 = 50/2,56 = 19,53  

 

D.    Pola Peningkatan Berat Badan Pada Masa Kehamilan

Secara alami, setiap wanita hamil akan mengalami peningkatan berat badan selama masa kehamilannya. Adapun penambahan berat seorang wanita hamil adalah sebagai berikut :

·         Dalam triwulan pertama penambahan berat ± 1 kg

·         Dalam triwulan kedua penambahan berat ± 5 kg

·         Dalam triwulan ketiga penambahan berat ± 5,5 kg

Jadi penambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 11,5 kg. Penambahan berat ini disebabkan oleh pertambahan berat organ tubuh ibu akibat perubahan fisiologis dan penambahan organ janin.

Distribusi kenaikan berat badan selama kehamilan adalah berat janin (3 kg), placenta (0,5 kg), air ketuban (1 kg), berat rahim (1 kg), lemak tubuh (1,5 kg), payudara (0,5 kg), penimbunan zat putih telur (2 kg), peningkatan volume cairan (1,5 kg).

Penambahan berat badan setiap wanita hamil adalah bervariasi, hal ini disesuaikan dengan berat badan sebelum kehamilan. Berdasarkan nilai BMI sebelum hamil, rentang berat badan total yang direkomendasikan untuk wanita hamil adalah sebagai berikut :

BMI

KATAGORI

ANJURAN PENAMBAHAN BB IBU HAMIL

< 19,8

19,8 – 26,0

26,0 – 29,0

> 29,0

Ringan

Normal

Tinggi

Gemuk

Gemeli

12,5 – 18

11,5 – 16

7,0 – 11,5

≥7,0

16 – 20,5

 

2.      SISTEM DARAH DAN PEMBEKUAN DARAH

Volume darah pada ibu hamil meningkat sekitar 1500 ml terdiri dari 1000 ml plasma dan sekitar 450 ml Sel Darah Merah (SDM). Peningkatan volume terjadi sekitar minggu ke 10 sampai ke 12. Peningkatan volume darah ini sangat penting bagi pertahanan tubuh untuk : hipertrofi sistem vaskuler akibat pembesaran uterus, hidrasi jaringan pada janin dan ibu saat ibu hamil berdiri atau terlentang dan cadangan cairan untuk mengganti darah yang hilang pada saat persalinan dan masa nifas.

Vasodilatasi perifer terjadi pada ibu hamil berguna untuk mempertahankan tekanan darah supaya tetap normal meskipun volume darah pada ibu hamil meningkat. Produksi SDM meningkat selama hamil, peningkatan SDM tergantung pada jumlah zat besi yang tersedia. Meskipun produksi SDM meningkat tetapi haemoglobin dan haematokritmenurun, hal ini disebut anemia fisiologis. Ibu hamil trimester II mengalami penurunan haemoglobin dan haematokrit yang cepat karena pada saat ini terjadi ekspansi volume darah yang cepat. Penurunan Hb paling rendah pada kehamilan 20 minggu kemudian meningkat sedikit sampai hamil cukup bulan. Ibu hamil dikatakan anemi apabila Hb < 11 gram % pada trimester I dan III, Hb < 10,5 gram % pada trimeter II. Kecenderungan koagulasi lebih besar selama hamil, hal ini disebabkan oleh meningkatnya faktor – faktor pembekuan darah diantaranya faktor VII, VIII, IX , X dan fibrinogen sehingga menyebabkan ibu hamil dan ibu nifas lebih rentan terhadap trombosis.

Darah mengangkut oksigen, karbondioksida, nutrisi dan hasil metabolisme ke seluruh tubuh. Selain itu darah juga berfungsi sebagai alat keseimbangan asam basa, perlindungan dari infeksi, dan merupakan pemelihara suhu tubuh. Darah terdiri dua komponen yaitu plasma (55%) dan sel-sel darah (45%). Plasma mengandung air, protein plasma, dan elektrolit. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (99%), leukosit dan trombosit. Volume darah merupakan kombinasi dari volume plasma dan volume sel darah merah. Peningkatan volume darah selama kehamilan berkisar 30-50% dan bahkan bisa lebih pada kehamilan ganda. Peningkatan volume darah berhubungan dengan peningkatan CO mulai kehamilan 6 minggu. Peningkatan volume darah juga berhubungan dengan mekanisme hormonal.  

Peningkatan volume plasma yaitu sekitar 50%, hal ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme ibu dan janin. Peningkatan ini erat hubungannya dengan berat badan bayi. Ibu dengan kehamilan ganda akan mengalami peningkatan volume plasma yang lebih besar daripada ibu dengan kehamilan biasa. Volume plasma meningkat pada minggu ke-6 kehamilan Sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada umur kehamilan 32 – 34 mg. Serum darah (volume darah) bertambah 25 – 30 % dan sel darah bertambah 20 %. Massa sel darah merah terus naik sepanjang kehamilan.

Hemotokrit meningkat dari TM I – TM III. Peredaran darah dipengaruhi oleh faktor :

1.      Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan dalam rahim.

2.      Terjadi hubungan langsung antara arteri & vena pada sirkulasi retro – plasenter.

3.      Pengaruh Hormon Progesteron dan estrogen.

4.      Volume darah : Meningkat, jumlah serum lebih besar dari pertambahan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (haemodilusi).

5.      Sel darah Sel darah meningkat 20 %, Protein darah dalam bentuk albumin dan gammaglobulin menurun pada TM I.

 

Sel Darah Putih             

Jumlah “Peripheral WBC” makin meningkat dengan cepat selama kehamilan. Selama trimester pertama rata-rata jumlah “WBC” adalah sekitar 9500/mm3  meningkat menjadi rata-rata 20-30.000/ mm3 pada saat ”at term”.  Jumlah ini menurun dengan cepat setelah persalinan dan kembali ke kadar sebelum hamil pada akhir minggu pertama pasca persalinan. Adanya hemodilusi maka LED sangat meningkat (4 x dari angka normal) Pembekuan/Koagulasi Perubahan pada kadar fibrinogen, faktor-faktor pembekuan dan pleteles selama kehamilan berakibat pada peningkatan kapasitas untuk pembekuan, dengan akibat peningkatan risiko terjadinya DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) seperti yang terjadi pada komplikasi - komplikasi antara lain molahidatidosa dan abrupsiv plasenta/solusio plasenta.

CONTOH KASUS : Ibu mengalami pusing, lemah, letih dan lesu. Ketika dites Hb-nya ternyata rendah yaitu 9, ibu herni mengalami anemia ringan. Hal ini terjadi karena volume darah bertambah, tetapi penambahan plasmanya jauh lebih besar dari volume eritrosit sehingga konsentrasi hemoglobin dalam darah menjadi lebih rendah. Ini merupakan adaptasi fisiologi ibu hamil pada darah.

 

3.      SISTEM PERNAFASAN

Wanita hamil sering mengeluh sesak napas yang biasanya terjadi pada umur kehamilan 32 minggu lebih, hal ini disebabkan oleh karena uterus yang semakin membesar sehingga menekan usus dan mendorong keatas menyebabkan tinggi diafragma bergeser 4 cm sehingga kurang leluasa bergerak. Kebutuhan oksigen wanita hamil meningkat sampai 20%, sehingga untuk memenuhi kebutuhan oksigen wanita hamil bernapas dalam.Peningkatan hormone estrogen pada kehamilan dapat mengakibatkan peningkatan vaskularisasi pada saluran pernapasan atas.

Ibu hamil usia kehamilan >32 minggu seringkali merasakan sesak nafas,hal ini terjadi karena uterus yang membesar menekan diafragma. Diafragma akan naik ± 4 cm, melebar kesamping 5-7 cm, dan sudut tulang kosta melebar dari 63o menjadi 103o. Kapasitas total paruh turun ± 5%. Peningkatan progesteron menyababkan hiperventilasi sehingga sensitivitas terhadap CO2 meningkat (bermanfaat untuk menjaga kestabilan asam basa). Sensifitas ibu terhadap CO2 menyebabkan konsentrasi CO2 di alveolar lebih rendah sehingga kadar CO2 di darah ibu juga lebih rendah. kondisi tersebut menyebabkan tekanan CO2 ibu lebih rendah dari janin, tekanan O2 janin lebih rendah dari ibu, namun aktifitasa haemoglobin janin lebih tinggi, sehingga memudahkan transpor O2 dari ibu ke janin serta CO2 dari janin ke ibu lebih 5%. Selain itu rasa sesak juga disebaban mukosa sistem respirasi yang hiperemik dan edema serta hipersekresi sehingga banyak wanita hamil mengeluh pilek kronis untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat 20%, ibu hamil harus bernafas lebih dalam dan bagian bawah torak melebar kesamping. frekuensi respirasi menjadi 14-15 kaliper menit.

Adaptasi respirasi selama kehamilan dirancang untuk mengoptimalkan oksigenasi ibu dan janin, serta memfasilitasi perpindahan produk sisa CO2 dari janin ke ibu. Konsumsi oksigen dan ventilasi semenit meningkat secara progresif selama masa kehamilan. Volume tidal dan dalam angka yang lebih kecil, laju pernafasan meningkat. Pada aterm konsumsi oksigen akan meningkat sekitar 20-50% dan ventilasi semenit meningkat hingga 50%. PaCO2 menurun sekitar 28-32 mm Hg.

Hubungan antara masa akhir kehamilan dengan peningkatan curah jantung memicu perfusi jaringan. Posisi dari diafragma terdorong ke atas akibat dari pembesaran uterus dan umumnya diikuti pembesaran dari diameter anteroposterior dan transversal dari cavum thorax. Mulai bulan ke lima, expiratory reserve volume, residuak volume,dan functional residual capacity menurun, mendekati akhir masa kehamilan menurun sebanyak 20 % dibandingkan pada wanita yang tidak hamil.

Secara umum, ditemukan peningkatan dari inspiratory reserve volume sehingga kapasitas paru total tidak mengalami perubahan. Pada sebagian ibu hamil, penurunan functional residual capacity tidak menyebabkan masalah, tetapi bagi mereka yang mengalami perubahan pada closing volume lebih awal sebagai akibat dari merokok, obesitas, atau skoliosis dapat mengalami hambatan jalan nafas awal dengan kehamilan lanjut yang menyebabkan hipoksemia. Manuver tredelenburg dan posisi supin juga dapat mengurangi hubungan abnormal antara closing volume dan functional residual capacity. Volume residual dan functional residual capacity kembali normal setelah proses persalinan.

Kapiler yang membesar dapat mengakibatkan edema dan hiperemia pada hidung, faring, laring, trakhea dan bronkus. Hal ini dapat menimbulkan sumbatan pada hidung dan sinus, hidung berdarah (epstaksis) dan perubahan suara pada ibu hamil. Peningkatan vaskularisasi dapat juga mengakibatkan membran timpani dan tuba eustaki bengkak sehingga menimbulkan gangguan pendengaran, nyeri dan rasa penuh pada telinga.

Kehamilan mempengaruhi perubahan sistem pernafasan pada volume paru-paru dan ventilasi. Perubahan anatomi dan fisiologi sistem pernapasan selama kehamilan diperlukan untuk memenuhi peningkatan metabolisme dan kebutuhan oksigen bagi tubuh ibu dan janin. Perubahan tersebut terjadi karena pengaruh hormonal dan biokimia. Relaksasi otot dan kartilago toraks menjadikan bentuk dada berubah. Diafragma menjadi lebih naik sampai 4 cm dan diameter melintang dada menjadi 2cm.

Perubahan ini menyebabkan perubahan sistem pernapasan yang tadinya pernapasan perut menjadi pernapasan dada oleh karena itu diperlukan perubahan letak diafragma selama kehamilan. Kapasitas inspirasi meningkat progresif selama kehamilan selain itu volume tidal meningkat sampai 40%. Peningkatan volume tidal ini menyebabkan peningkatan ventilasi pernapasan permenit yaitu jumlah udara yang masuk dalam satu menit. Karena pertukaran udara selama kehamilan meningkat oleh karena itu, ibu hamil dianjurkan untuk nafas dalam daripada nafas cepat. Pada akhir kehamilan, ventilasi pernapasan permenit meningkat 40%. Perubahan ini mengakibatkan resiko hiperventilasi pada ibu. Walaupun hiperventilasi secara normal menyebabkan alkalosis, hal ini tidak diakibatkan adanya peningkatan kompensasi ekskresi bikarbonat di ginjal. Namun hiperventilasi ini disebabkan oleh efek progesteron secara langsung di pusat pernapasan. Ibu hamil mungkin merasa cemas akan terjadinya dyspnoe.

Adaptasi ventilasi dan struktural selama masa hamil bertujuan menyediakan kebutuhan ibu dan janin. .Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respons terhadap percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara. Janin membutuhkan oksigen dan suatu cara untuk membuang karbon dioksida. Peningkatan kadar estrogen menyebabkan ligamen pada kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat. Karena rahim membesar, panjang paru-paru berkurang. Diameter transversal kerangka toraks meningkat sekitar 2 cm dan lingkaran kerangka iga meningkat 5 sampai 7 cm (Cunningham, dkk., 1993).

Besar sudut kostal, yang pada masa sebelum. hamil sekitar 68°, meningkat menjadi sekitar 103° pada trimester ketiga. Kerangka iga bagian bawah tampak melebar. Setelah melahirkan, rongga dada mungkin tidak kembali ke keadaan sebelum hamil (Seidel, dkk., 1995). Tinggi diafragma bergeser sebesar 4 cm selama masa hamil. Dengan semakin tuanya kehamilan dan seiring pembesaran uterus ke rongga abdomen, pernapasan dada menggantikan pernapasan perut dan penurunan diafragma saat inspirasi menjadi semakin sulit. Peningkatan vaskularisasi, yang merupakan respons terhadap peningkatan kadar estrogen, juga terjadi pada traktus pernapasan atas. Karena kapiler membesar, terbentuklah edema dan hiperemia di hidung, faring, laring, trakea, dan bronkus. Kongesti di dalam jaringan traktus respiratorius menyebabkan timbulnya beberapa kondisi yang umum terlihat selama masa hamil. Kondisi-kondisi ini meliputi sumbatan pada hidung dan sinus, hidung berdarah (epistaksis), perubahan suara, dan respons peradangan yang menyolok bahkan terhadap infeksi pernapasan bagian atas yang ringan sekalipun. Peningkatan vaskularitas juga membuat membran timpani dan tuba eustaki bengkak, menimbulkan gejala kerusakan pendengaran, nyeri pada telinga, atau rasa penuh di telinga.

CONTOH KASUS : Ibu Rina merasa lebih banyak menggunakan pernafasan dada, dan sulit inspirasi pernafasan serta pusing saat napas pendek yang biasanya terjadi ketika duduk di bawah. Hal ini merupakan bentuk adaptasi anatomi dan fisiologi ibu hamil pada sistem pernafasan.

Kehamilan sangat sedikit mempengaruhi system respirasi di bandingkan dengan system kardiovaskuler. Tetapi mukosa system respirasi menjadi hiperemik dan edema dengan mukus yang hipersekresi mengarah pada sesak dan epistaksis. Hasilnya banyak wanita hamil yang mengeluh pilek kronis. Pemakaian spray nasal dekongestan yang lama harus di hindari karena efeknya terhadap mukosa ( Cruishamk& Hays, 1991 dalam Salmah, dkk., 2006)

Ada perubahan dalam bentuk dada dan lengkungan bertambah besar pada awal kehamilan.Saat uterus bertambah besar pada awal kehamilan, diagfragma membesar 4cm dan kerangka tulang dada menjadi lebih keatas. Tulang dada melebar dan tidak selalu kembali seperti sediakanlah saat setalah kehamilan yang bias menjadi suatu masalah pada bentuk badan seorang wanita (Deswiet, 1991 dalam Salmah, dkk., 2006).

Kapasitas total paru-paru berkurang 5% karena elevasi diagfragma . Ferkuensi respirasi normal berkisar 14-15 napas\menit dengan pernafasan diagfragma dan nafas yang lebih dalam (Cruishank & Hays, 1991 dalam Salmah, dkk., 2006). Jumlah udara inferasi selama 1 menit (volume\menit) menjadi meningkat sekitar 20%.Hasilnya adalah karbon diokasida yang keluar dari paru-paru.Konsentrasi karbon dioksida di alveol menjadi lebih rendah dari pada wanita tidak hamil, di pergunakan sebagai konvesasi yang mengalami penurunan antara 26-22 mmol\liter. Alkalemia (pH arteri rial 7,44) menfasilitasi oksigen yang dilepas untuk janin (Cunningham et  al,1989 dalam Salmah, dkk., 2006).

PCO2 marternal berkurang dari rata-ratanya, yaitu 5Kpa sampai dengan 4Kpa atau bias lebih turun saat PCO2 janin adalah 6Kpa fasilitas untuk mentransfer Co2 dari petus ke merternal, nafas yang berlebihan dapat  menyebabkan ketidak nyamanan, dispena dan pusing. Ketika kebutuhan untuk bernafas menjadi lebih, ibu hamil mengeluh nafas pendek. (Salmah, dkk., 2006). Kehamilan mempengaruhi  perubahan sistem pernafasan pada volume paru – paru dan ventilasi. Perubahan anatomi dan fisiologi sistem pernafasan selama kehamilan diperlukan untuk memenuhi peningkatan metabolisme dan kebutuhan oksigen bagi tubuh ibu dan janin. Perubahan tersebut terjadi karena pengaruh hormonal dan biokimia (Elisabeth S.W, 2015).

Relaksasi otot dan kartilago toraks menjadikan bentuk dada berubah. Diafragma menjadi lebih naik   4 cm dan diameter melintang dada menjadi 2cm. Perubahan ini menyebabkan perubahan sistem perbafasan yang terjadinya pernafasan perut menjadi pernafasan dada oleh karena itu diperlukan perubahan letak diagram selama kehamilan. (Elisabeth S.W, 2015). Kepasitas inspirasi meningkat progresif selama kehamilan selain itu volume tidak meningkat sampai 40%. Peningkatan volume tidak menyebabkan peningkatan ventilasi pernapasan permenit yaitu jumlah udara yang masuk dalam satu menit. Karena pertukaran udara selama kehamilan meningkat oleh karena itu, ibu hamil diajurkan untuk nafas dalam dari pada nafas cepat. Pada akhir kehamilan, ventilasi pernafasan permenit peningkatan 40% (Elisabeth S.W, 2015).

Peningkatan kadar estogen menyebabkan ligamen pada karangka iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat. Karena ramim membesar, panjang paru – paru berkurang. Diameter transversal kerangka toraks 7 cm (Cunningham, ddk.,1993 dalam Elisabeth S.W, 2015). Besar sudut kostal, yang pada masa sebelum. Hamil sekitar 68o , meningkat menjadi sekitar 103o pada trimester ketiga. Kerangka iga bagian bawah tanpak melebar. Setelah melahirkan, rongga dada mungkin tidak kembali keadaan sebelum hamil (Seidel, 1995 dalam Elisabeth S.W, 2015).

 

Perubahan Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan Trimester 1

Kesadaran untuk mengambil nafas sering meningkat pada awal kehamilan yang mungkin diinterpretasikan sebagai dispneu. Hal itu sering mengesankan adanya kelainan paru atau jantung padahal sebenarnya tidak ada apa-apa. Peningkatan usaha nafas selama kehamilan kemungkinan diinduksi terutama oleh progesteron dan sisanya oleh estrogen.Usaha nafas yang meningkat tersebut mengakibatkan PCO2 atau tekanan karbokdioksida berkurang.

 

Perubahan Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan Trimester 2

Selama kehamilan, sirkumferensia thorax akan bertambah kurang lebih 6 cm dan diafragma akan naik kurang lebih 4 cm karena penekanan uterus pada rongga abdomen. Pada kehamilan lanjut, volume tidal, volume ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per menit akan bertambah secara signifikan.

 

Perubahan Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan Trimester 3

Pergerakan difragma semakin terbatas seiring pertambahan ukuran uterus dalam rongga abdomen. Setelah minggu ke 30, peningkatan volume tidal, volume ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per menit akan mencapai puncaknya pada minggu ke 37. Wanita hamil akan bernafas lebih dalam sehingga memungkinkan pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen meningkat 20%. Diperkirakan efek ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi progesteron.

 

4.      PERUBAHAN SISTEM PERSARAFAN

A. Pengertian Sistem Persarafan

Sistem Persarafan adalah salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerjasama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh. Dengan pertolongan saraf kita dapat merasakan suatu rangsangan dari luar pengendalian pekerja otot. Sistem persarafan bekerja sebagai sistem elektrik dan konduksi yang bekerja mengatur dan mengendalikan semua kegiatan tubuh.

 

 

B. Fungsi Sistem Persarafan

Secara garis besar fungsi sistem persarafan ada empat  yaitu :

1.      Menerima informasi (rangsangan ) dari dalam maupun dari luar tubuh melalui saraf sensory (Afferent Sensory Pathway)

2.      Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat

3.      Mengolah informasi yang diterima baik di tingkat medula spinalis maupun di otak untuk selanjutnya menentukan jawaban (respon)

4.      Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik (Efferent Motorik Pathway) ke organ-organ tubuh sebagai kontrol atau modifikasi dari tindakan.

 

C.     Pembagian Sistem Persarafan

Sistem persarafan terdiri dari dua yaitu secara stuktural dan secara fungsional. Secara struktural Sistem Persarafan terdiri atas Sistem Saraf Pusat (SSP) dan sistem saraf tepi. Sedangkan secara fungsional terdiri dari serebrospinal dan sistem otonom.

Sistem persarafan secara struktural:

1.      Sistem saraf  pusat

Terdiri atas otak dan medula spinalis. Di bungkus oleh selaput meningen yang berfungsi untuk melindungi sistem saraf pusat. Otak terdiri dari otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebelum) dan batang otak(brainstem). Otak orang dewasa mempunyai berat lebih kurang 2% dari berat badan dan mendapat sirkulasi darah kurang lebih 20% dari cardiac out put serta membutuhkan kalori sekitar 400kkal setiap hari. Otak merupakan jaringan yang banyak menggunakan energi yang di dukung oleh  metabolisme oksidasi glukosa. Kebutuhan oksigen dan glukosa relatif konstan,hal ini disebabkan oleh metabolisme otak yang merupakan proses yang terus menerus tanpa periode istirahat yang berarti bila kadar oksigen dan glukosa kurang dalam jaringan otak maka metabolisme menjadi terganggu dan jaringan saraf akan mengalami kerusakan

 

2.      Sistem Saraf Tepi

Susunan saraf tepi terdiri dari saraf cranial termasuk sensorik dan motorik serta ganglion. Fungsi saraf cranial bervariasi,yaitu sensor motorik dan gabungan dari keduanya. Saraf-saraf motorik dipersarafi oleh beberapa percabangan saraf cranial. Percabangan saraf cranial yaitu olfaktorius, optikus, okulomotorius, troklear, trigeminus, abdusen, facial, vestibulkokhlearis, glosofaringeal, vagus, asesori, hipoglosal.

Sistem persarafan secara fungsional :

a.       Serebrospinal

Melindungi otak dan medula spinalis dengan dukungan jaringan otot,bertindak sebagai media dalam transport elemen-elemen dari aliran darah ke sistem saraf jaringan otot

b.      Sistem Saraf Otonom

Terdiri dari dua subsistem eferen : subsistem simpatis dan parasimpatis. Organ-organ dipengaruhi oleh sistem saraf otonom dikontrol oleh satu atau dua subsistem. Mempertahankan keadaan tubuh dalam keadaan terkontrol tanpa pengendalian secara sadar struktur jaringan yang dikontrol oleh sistem saraf otonom yaitu otot jantung pembuluh darah ,iris mata,organ torakalis,abdominalis dan kelenjar tubuh. SSO juga enerima informasi tentan fungsi vital tubuh dari kemoreseptor dan presoreseptor di dalam pembuluh darah dan organ internal.

1)      Trimester I

a)      Perubahan pada telinga, hidung dan laring terjadi karena perubahan gerak cairan dan permeabilitas pembuluh darah.

b)      Persepsi bau dan rasa erat kaitannya dan penurunan sensitifitas bau mungkin terjadinya perubahan sensasi dan perubahan makanan yang lebih disukai.

c)      Perubahan dalam persepsi rasa mungkin disebabkan rasa pusing dan perasaan tidak suka terhadap makanannya, terutama untuk makanan yang rasanya pahit selama kehamilan.

d)     Ibu hamil mengalami kesulitan untuk mulai tidur, sering terbangun, jam tidur malam yang lebih sedikit serta efisiensi tidur yang mulai berkurang.

e)      Nyeri kepala ringan, rasa ingin pingsan, dan bahkan pingsan (sinkop) sering terjadi pada awal kehamilan.

 

2)      Trimester II

a)      Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul saat ibu merasa cemas dan tidak pasti tentang kehamilannya. Nyeri kepala dapat juga dihubungkan dengan gangguan penglihatan, sinusitis, atau migran.

b)      Kram tungkai disebabkan pembesaran uterus memberikan tekanan pada pembuluh darah panggul yang dapat mengganggu sirkulasi dan saraf yang menuju ektremitas bagian bawah.

c)      Masalah neuromuskular seperti kram otot/ tetani akibat kekurangan kalsium (hipoklasemia)

d)     Meralgia Paresthetica (kesakitan, mati rasa, berkeringat, terasa gatal di daerah paha), bisa disebabkan oleh tekanan uterus pada saraf kutan lateral femoral.

e)      Pusing dan perasaan seperti melihat kunang-kunang disebabkan oleh hipotensi supine syndrome (vena cava sindrom). Hal ini terjadi karena ketidakstabilan vasomotor dan hipotensi postural khususnya setelah duduk atau berdiri dengan periode yang lama.

 

3)      Trimester III

a)      Lordosis dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan pada saraf atau kompresi akar syaraf.

b)      Rasa sering kesemutan atau acroestresia pada ekstremitas disebabkan postur tubuh ibu yang membungkuk.

c)      Edema yang melibatkan saraf perifer dapat menyebabkan carpal tunel syndrom selama trimester akhir kehamilan. Edema menekan saraf median di bawah ligamentum karpalis pergelangan tangan. Sindrom ini ditandai parestesia (sensasi abnormal seperti rasa terbakar atau gatal akibat gangguan pada sistem saraf sensori) dan nyeri pada tangan yang menjalar ke siku.

d)     Pembengkakan yang melibatkan saraf pherifera dan tangan. Pembengkakan tersebut menekan saraf median dibawah ligmen persendian antara lengan dan tangan.

e)      Akroestesia ( kaku dan gatal di tangan ) yang timbul akibat posisi bahu yang membungkuk. Keadaan ini berkaitan dengan tarikan pada segmen fleksus brachialis.

Pada masa kehamilan serig kali muncul masalah pemusatan perhatian,konsentrasi dan memori. hasil penelitian Keenandkk (1998). menytakan bahwa ditemukan adanya penurunan memori terkait dengan kehamilan yang terbatas pada trimester ke3. Penurunan tersebut tidak disebabkan oleh depresi, kecemasan, kurang tidur, atau perubahan fisik lain yang dikaitkan dengan kehamilan. penurunan memori tersebut bersifat sementara dan akan segera pulih setelah bersalin sejak usia kehamilan 12 minggu sampai 2 bulan post partum ibu hamil mulai merasakan sulit tidur, sering terbangun, jam tidur yang semakin sedikit serta efisiensi tidur kurang akibat kehamilan terhadap sistem saraf pusat.

Perubahan persarafan pada ibu hamil belum banyak diketahui. Gejala neurologis dan neuromuskular yang timbul pada ibu hamil adalah: Terjadi perubahan sensori tungkai bawah disebabkan oleh kompresi saraf panggul dan stasis vaskular akibat pembesaran uterus.

1.      Posisi ibu hamil menjadi lordosis akibat pembesaran uterus, terjadi tarikan saraf atau kompresi akar saraf dapat menyebabkan perasaan nyeri.

2.      Edema dapat melibatkan saraf perifer, dapat juga menekan saraf median di bawah karpalis pergelangan tangan, sehingga menimbulkan rasa terbakar atau rasa gatal dan nyeri pada tangan menjalar kesiku, paling sering terasa pada tangan yang dominan.

3.      Posisi ibu hamil yang membungkuk menyebabkan terjadinya tarikan pada segmen pleksus brakhialis sehingga timbul akroestesia (rasa baal atau gatal di tangan).

4.      Ibu hamil sering mengeluh mengalami kram otot hal ini dapat disebabkan oleh suatu keadaan hipokalsemia.

5.      Nyeri kepala pada ibu hamil dapat disebabkan oleh vasomotor yang tidak stabil, hipotensi postural atau hipoglikemia.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar