PERUBAHAN
ANATOMI DAN FISIOLOGI PADA IBU HAMIL TM I II dan
III
A.
Berat
badan dan Indeks Masa Tubuh (IMT)
B.
Darah dan pembekuan darah
C.
Sistem Pernafasan
D.
Sistem Persyarafan
1.
Berat badan dan Indeks Masa Tubuh (IMT)
A. Berat
Badan dan Indeks Massa Tubuh
Ibu hamil diharapkan berat badannya bertambah, namun demikian seringkali
pada trimester I berat badan (BB) ibu
hamil tetap dan bahkan justru turun disebabkan rasa mual, muntah dan nafsu makan berkurang
sehingga asupan nutrisi kurang mencukupi kebutuhan. Pada kehamilan trimester ke II ibu hamil sudah merasa
lebih nyaman biasanya mual muntah mulai
berkurang sehingga nafsu makan mulai bertambah maka pada trimester II ini BB
ibu hamil sudah mulai bertambah
sampai akhir kehamilan.
Peningkatan BB selama hamil mempunyai
kontribusi penting dalam suksesnya kehamilan maka setiap ibu hamil periksa harus ditimbang BB. Sebagian
penambahan BB ibu hamil disimpan dalam bentuk lemak untuk cadangan makanan janin pada
trimester terakhir dan sebagai sumber energi pada awal masa menyusui.Ibu hamil perlu
disarankan untuk tidak makan berlebihan karena penambahan BB berlebihan pada saat hamil
kemungkinan akan tetap gemuk setelah melahirkan maka konsultasi gizi sangat diperlukan pada ibu
hamil.Peningkatan BB pada trimester II dan III merupakan petunjuk penting tentang perkembangan
janin.Peningkatan BB pada ibu hamil yang
mempunyai BMI normal (19,8 - 26)
yang direkomendasikan adalah 1 sampai 2 kg pada trimester pertama dan 0,4 kg per minggu. Keperluan
penambahan BB semua ibu hamil tidak sama
tetapi harus melihat dari BMI atau IMT sebelum hamil.Penambahan BB selama hamil dan perkembangan janin
berhubungan dengan BB dan TB ibu sebelum hamil (BMI/IMT). Cara menghitung IMT adalah BB sebelum
hamil (dalam kg) dibagi TB (dalam meter) pangkat 2, misalnya seorang ibu hamil BB sebelum hamil 50 kg
dan TB 150 cm maka IMT adalah 50/(1,5)2 = 22,22 termasuk normal.
Peningkatan berat badan optimal untuk rata-rata kehamilan adalah 12,5 kg, 9
kg diperoleh pada 20 minggu terakhir. Berat badan yang optimal ini berkaitan
dengan resiko kompilkasi terendah selama kehamilan dan persalinan serta berat
badan bayi lahir rendah. Banyak faktor
yang mempengaruhi peningkatan berat badan. Tingkat edema, laju metabolik,
asupan diet, muntah atau diare, merokok, jumlah cairan amniotik dan
ukuran janin, semuanya harus diperhitungan. Usia maternal, ukuran tubuh
prekehamilan, paratis, ras-etenisitas, hipertensi, dan diabetes juga
mempengaruhi pola peningkatan berat badan maternal.
Peningkatan berat badan yang tepat bagi setiap
ibu hamil saat ini didasarkan pada indeks masa tubuh prekehamilan (body mass
index) yang mengambarkan perbandingan berat badannya lebih sedikit
daripada ibu yang memasuki kehamilan dengan berat badan sehat.
1. Trimester I
Seorang
wanita yang sedang hamil sudah mengalami penambahan berat badan, namun
penambahan tersebut masih tergolong rendah, kira-kira 1-2 kg. karena pada masa
ini saat dimana otak, alat kelamin, dan panca indra janin sedang dibentuk.
2. Trimester II
Seorang
wanita hamil akan mengalami kenaikan berat badan yang lebih banyak dibandingkan
pada saat trimester I, karena pada trimester II ini pertumbuhan janin juga
semakin besar. Dan sebagian besar penambahan berat badan selama masa kehamilan
berasal dari uterus dan isi-isinya. Pada trimester II ini seorang wanita yang
sedang hamil akan mengalami penambahan berat badan kira – kira 0,3 5 – 0,4 kg per minggu. Kenaikan berat badan yang baik memang secara
bertahap dan kontinyu. Bisa jadi catatan bahwa adanya penambahan berat badan
yang berlebih dan secara cepat bisa jadi indikasi awal keracunan kehamilan atau
diabetes.
3. Trimester
III
Terjadi kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg,
penambahan BB dari mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11 – 12
kg. Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5
kg adalah :
Jaringan dan Cairan |
Berat badan
(kg) |
Janin Plasenta Cairan amnion Peningkatan
berat uterus Peningkatan
berat payudara Peningkatan
volume darah Cairan ekstra
seluler Lemak |
3-4 0,6 0,8 0,9 0,4 1,5 1,4 3,5 |
Total |
12,5 kg |
B. Cara
Menghitung Berat Badan Ideal Ibu Hamil
Komponen janin harus dijaga konsistensinya agar janin
dapat tumbuh dengan normal, tentunya komponen janin ini tergantung dari
Komponen Ibu, untuk komponen ibu semuanya tergantung dari status berat badan
(BB) dan tinggi badannya (TB) sang ibu, jadi status BB dan TB ibu inilah
yang menjadi dasar untuk dapat menghitung berat badan idealnya, sekaligus juga
sebagai indikator pertumbuhan berat badan janin.
Berat badan ideal ibu hamil sebenarnya tidak ada
rumusnya, tetapi rumusannya bisa dibuat yaitu dengan dasar penambahan berat ibu
hamil tiap minggunya yang dikemukakan oleh para ahli berkisar antara 350-400
gram, kemudian berat badan yang ideal untuk seseorang agar dapat menopang
beraktifitas normal yaitu dengan melihat berat badan yang sesuai dengan tinggi
badan sebelum hamil, serta umur kehamilan sehingga rumusnya dapat dibuat.
Rumus berat badan ideal untuk ibu hamil yaitu
sebagai berikut :
BBI
= ( TB – 110) jika TB diatas 160 cm
(TB – 105 ) jika TB dibawah 160 cm.
Berat
badan ideal ini merupakan pengembangan dari (TB-100) oleh Broca untuk orang
Eropa dan disesuaikan oleh Katsura untuk orang Indonesia.
UH adalah Umur kehamilan dalam minggu.
Diambil
perminggu agar kontrol faktor resiko penambahan berat badan dapat dengan dini
diketahui. 0,35 adalah Tambahan berat badan kg per minggunya 350-400 gram
diambil nilai terendah 350 gram atau 0,35 kg. Dasarnya diambil nilai
terendah adalah penambahan berat badan lebih ditekankan pada kualitas (mutu)
bukan pada kuantitas (banyaknya).
Berikut ini contoh menghitung berat badan ideal ibu
hamil, ada tiga contoh. Yaitu:
·
Pertama tentang
berat badan ideal jika Berat Badan Nyata, kurang lebih sama dengan Berat Badan
Ideal.
·
Kedua Contoh Berat
Badan Ideal jika Berat Badan Nyata lebih dari 10 %.
·
Ketiga:
Berat Badan Ideal jika Berat Badan Nyata kurang dari 10%.
Penjelasan masing-masing contoh
adalah sebagai berikut :
1.
Contoh PERTAMA
Berat
Badan Ideal jika Berat Badan Nyata = Berat Badan Ideal
Diketahui
: Seorang ibu dengan TB = 162 cm, BB sebelum hamil 53 kg, umur kehamilan 30
minggu.
Ditanya
: Berapa BBI Ibu hamil tersebut ?
Di
jawab : BBI sebelum hamil = 162 -110 = 52 kg (dikurangi 110 karena TB > 160
cm
BBI
Hamil = 52+ (30 x 0.35) = 52 + 10.5 kg = 62,5 kg
Jadi berat badan ideal ibu hamil tersebut adalah 62,5 kg atau ada tambahan
sebesar 9.5 kg dari berat badan sebelum hamil.
Tambahan berat badan ibu hamil sampai dengan 9.5 kg merupakan tambahan
normal. Sampai dengan usia kehamilan 37 minggu saat ibu tersebut akan
melahirkan, berat badannya bisa mencapai +12,5 kg sebagai kisaran normal.
2.
Contoh KEDUA
Diketahui
: Berat Badan Ideal jika Berat Badan Nyata 10 % > Berat Badan Ideal
Seorang
ibu dengan TB = 162 cm, BB sebelum hamil 57 kg, umur kehamilan 30 minggu.
Ditanya
: Berapa BBI Ibu hamil tersebut ?
Di
jawab : BBI sebelum hamil = 162 -110 = 52 kg (dikurangi 110 karena TB > 160
cm
BBI
Hamil = 52+ (30 x 0.35) = 52 + 10.5 kg = 62,5 kg
Jadi berat badan ideal ibu hamil tersebut adalah 62,5 kg atau ada tambahan
sebesar 5.5 kg atau (62,5 – 57) dari berat badan sebelum hamil.
3.
Contoh KETIGA
Diketahui
: Berat Badan Ideal jika Berat Badan Nyata 10% < Berat Badan Ideal
Seorang
ibu dengan TB = 162 cm, BB sebelum hamil 47 kg, umur kehamilan 30 minggu.
Di
Tanya : Berapa BBI Ibu hamil tersebut ?
Di
jawab : BBI sebelum hamil = 162 -110 = 52 kg (dikurangi 110 karena TB > 160
cm
BBI
Hamil = 52+ (30 x 0.35) = 52 + 10.5 kg = 62,5 kg
Jadi berat badan ideal ibu hamil tersebut adalah 62,5 kg atau ada tambahan
sebesar 15.5 kg atau (62,5 – 47) dari berat badan sebelum hamil. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dijadikan
bahan pertimbangan untuk penambahan berat badan selama hamil :
a.
Jika sebelum berat badan seorang wanita sudah
normal, maka kenaikan berat badan sebaiknya 9 – 12 kg
b.
Jika berat badan sebelum hamil berlebih sebaiknya
penambahan berat badan cukup 6-9 kg
c.
Jika berat badan sebelum hamil kurang ,
sebaiknya penambahan 12-15 kg.
d.
Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan
dengan gizi baik dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg,
sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah
berat badan per minggu masing-masing sebesar 0,5 kg dan
0,3kg
e.
Penambahan berat badan selama kehamilan
rata-rata mencapai 12,5 kg.
Oleh karena tubuh seorang wanita yang sedang hamil membutuhkah sekitar
70.000-80.000 kalori saat hamil. Penambahan kalori tersebut diperlukan terutama
pada 20 minggu terakhir kehamilan, yaitu ketika pertumbuhan janin berlangsung
sangat pesat. Bila 80.000 kalori tersebut dibagi 40 maka hasilnya adalah 280,
maka kebutuhan kalori ibu yang sedang hamil adalah antara 280-300 kalori per
hari.
C. Penghitungan
Berat Badan Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
IMT
= BB² / TB
Dimana IMT
= Indeks masa tubuh
BB = Berat badan (kg)
TB = Tinggi badan (m)
Contoh
:
Diketahui : BB : 50 kg
Tb : 160 kg
Ditanya : IMT ?
Di jawab : IMT = 50/(160/100)2 = 50/2,56 = 19,53
D. Pola
Peningkatan Berat Badan Pada Masa Kehamilan
Secara alami, setiap wanita hamil akan mengalami peningkatan berat badan
selama masa kehamilannya. Adapun penambahan berat seorang wanita hamil adalah
sebagai berikut :
·
Dalam triwulan pertama penambahan berat ± 1 kg
·
Dalam triwulan kedua penambahan berat ± 5 kg
·
Dalam triwulan ketiga penambahan berat ± 5,5 kg
Jadi penambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 11,5 kg. Penambahan
berat ini disebabkan oleh pertambahan berat organ tubuh ibu akibat perubahan
fisiologis dan penambahan organ janin.
Distribusi kenaikan berat badan selama kehamilan adalah berat janin (3 kg),
placenta (0,5 kg), air ketuban (1 kg), berat rahim (1 kg), lemak tubuh (1,5
kg), payudara (0,5 kg), penimbunan zat putih telur (2 kg), peningkatan volume
cairan (1,5 kg).
Penambahan berat badan setiap wanita hamil adalah bervariasi, hal ini
disesuaikan dengan berat badan sebelum kehamilan. Berdasarkan nilai BMI sebelum
hamil, rentang berat badan total yang direkomendasikan untuk wanita hamil
adalah sebagai berikut :
BMI |
KATAGORI |
ANJURAN PENAMBAHAN BB IBU HAMIL |
< 19,8 19,8 – 26,0 26,0 – 29,0 > 29,0 |
Ringan Normal Tinggi Gemuk Gemeli |
12,5 – 18 11,5 – 16 7,0 – 11,5 ≥7,0 16 – 20,5 |
2. SISTEM DARAH DAN PEMBEKUAN DARAH
Volume darah pada ibu hamil meningkat sekitar 1500 ml terdiri dari 1000 ml
plasma dan sekitar 450 ml
Sel Darah Merah (SDM). Peningkatan volume terjadi sekitar minggu ke 10 sampai ke 12. Peningkatan volume
darah ini sangat penting bagi pertahanan tubuh untuk : hipertrofi sistem vaskuler akibat pembesaran uterus,
hidrasi jaringan pada janin dan ibu saat ibu hamil berdiri atau terlentang dan cadangan cairan
untuk mengganti darah yang hilang pada
saat persalinan dan masa nifas.
Vasodilatasi perifer terjadi pada ibu hamil berguna untuk mempertahankan
tekanan darah supaya
tetap normal meskipun volume darah pada ibu hamil meningkat. Produksi SDM meningkat selama hamil,
peningkatan SDM tergantung pada jumlah zat besi yang tersedia. Meskipun produksi SDM meningkat
tetapi haemoglobin dan haematokritmenurun, hal ini disebut anemia fisiologis. Ibu hamil trimester II mengalami penurunan haemoglobin
dan haematokrit yang cepat karena
pada saat ini terjadi ekspansi volume darah yang cepat. Penurunan
Hb paling rendah pada kehamilan 20 minggu kemudian meningkat sedikit sampai hamil cukup bulan. Ibu
hamil dikatakan anemi apabila Hb < 11 gram % pada trimester I dan III, Hb < 10,5 gram %
pada trimeter II. Kecenderungan
koagulasi lebih besar selama hamil, hal ini disebabkan oleh meningkatnya faktor – faktor
pembekuan darah diantaranya faktor VII, VIII, IX , X dan fibrinogen sehingga menyebabkan
ibu hamil dan ibu nifas lebih rentan terhadap trombosis.
Darah mengangkut oksigen, karbondioksida, nutrisi dan hasil metabolisme ke
seluruh tubuh. Selain itu darah juga berfungsi sebagai alat keseimbangan asam
basa, perlindungan dari infeksi, dan merupakan pemelihara suhu tubuh. Darah
terdiri dua komponen yaitu plasma (55%) dan sel-sel darah (45%). Plasma
mengandung air, protein plasma, dan elektrolit. Sel-sel darah terdiri dari
eritrosit (99%), leukosit dan trombosit. Volume darah merupakan kombinasi dari
volume plasma dan volume sel darah merah. Peningkatan volume darah selama
kehamilan berkisar 30-50% dan bahkan bisa lebih pada kehamilan ganda.
Peningkatan volume darah berhubungan dengan peningkatan CO mulai kehamilan 6
minggu. Peningkatan volume darah juga berhubungan dengan mekanisme hormonal.
Peningkatan volume plasma yaitu sekitar 50%, hal ini dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme ibu dan janin. Peningkatan ini erat hubungannya
dengan berat badan bayi. Ibu dengan kehamilan ganda akan mengalami peningkatan
volume plasma yang lebih besar daripada ibu dengan kehamilan biasa. Volume
plasma meningkat pada minggu ke-6 kehamilan Sehingga terjadi pengenceran darah
(hemodilusi) dengan puncaknya pada umur kehamilan 32 – 34 mg. Serum darah
(volume darah) bertambah 25 – 30 % dan sel darah bertambah 20 %. Massa sel
darah merah terus naik sepanjang kehamilan.
Hemotokrit meningkat dari TM I – TM III. Peredaran darah dipengaruhi oleh
faktor :
1.
Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga
dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan dalam rahim.
2.
Terjadi hubungan langsung antara arteri &
vena pada sirkulasi retro – plasenter.
3.
Pengaruh Hormon Progesteron dan estrogen.
4.
Volume darah : Meningkat, jumlah serum lebih
besar dari pertambahan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah
(haemodilusi).
5.
Sel darah Sel darah meningkat 20 %, Protein
darah dalam bentuk albumin dan gammaglobulin menurun pada TM I.
Sel Darah Putih
Jumlah “Peripheral WBC” makin meningkat dengan cepat selama kehamilan.
Selama trimester pertama rata-rata jumlah “WBC” adalah sekitar 9500/mm3
meningkat menjadi rata-rata 20-30.000/ mm3 pada saat ”at term”. Jumlah
ini menurun dengan cepat setelah persalinan dan kembali ke kadar sebelum hamil
pada akhir minggu pertama pasca persalinan. Adanya hemodilusi maka LED sangat
meningkat (4 x dari angka normal) Pembekuan/Koagulasi Perubahan pada kadar
fibrinogen, faktor-faktor pembekuan dan pleteles selama kehamilan berakibat
pada peningkatan kapasitas untuk pembekuan, dengan akibat peningkatan risiko
terjadinya DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) seperti yang terjadi
pada komplikasi - komplikasi antara lain
molahidatidosa dan abrupsiv plasenta/solusio plasenta.
CONTOH KASUS : Ibu mengalami pusing, lemah, letih dan lesu. Ketika dites
Hb-nya ternyata rendah yaitu 9, ibu herni mengalami anemia ringan. Hal ini
terjadi karena volume darah bertambah, tetapi penambahan plasmanya jauh lebih
besar dari volume eritrosit sehingga konsentrasi hemoglobin dalam darah menjadi
lebih rendah. Ini merupakan adaptasi fisiologi ibu hamil pada darah.
3. SISTEM PERNAFASAN
Wanita hamil sering mengeluh sesak napas yang biasanya terjadi pada umur
kehamilan 32 minggu
lebih, hal ini disebabkan oleh karena uterus yang semakin membesar sehingga menekan usus dan mendorong keatas
menyebabkan tinggi diafragma bergeser 4 cm sehingga kurang leluasa bergerak. Kebutuhan oksigen wanita
hamil meningkat sampai 20%, sehingga untuk
memenuhi kebutuhan oksigen wanita hamil bernapas dalam.Peningkatan hormone estrogen pada kehamilan dapat
mengakibatkan peningkatan vaskularisasi pada saluran pernapasan atas.
Ibu hamil usia kehamilan >32 minggu seringkali
merasakan sesak nafas,hal ini terjadi karena uterus yang membesar menekan
diafragma. Diafragma akan naik ± 4 cm, melebar kesamping 5-7 cm, dan sudut
tulang kosta melebar dari 63o menjadi 103o. Kapasitas
total paruh turun ± 5%. Peningkatan progesteron menyababkan hiperventilasi
sehingga sensitivitas terhadap CO2 meningkat (bermanfaat untuk menjaga
kestabilan asam basa). Sensifitas ibu terhadap CO2 menyebabkan konsentrasi CO2
di alveolar lebih rendah sehingga kadar CO2 di darah ibu juga lebih rendah.
kondisi tersebut menyebabkan tekanan CO2 ibu lebih rendah dari janin, tekanan
O2 janin lebih rendah dari ibu, namun aktifitasa haemoglobin janin lebih
tinggi, sehingga memudahkan transpor O2 dari ibu ke janin serta CO2 dari janin
ke ibu lebih 5%. Selain itu rasa sesak juga disebaban mukosa sistem respirasi
yang hiperemik dan edema serta hipersekresi sehingga banyak wanita hamil
mengeluh pilek kronis untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat 20%, ibu
hamil harus bernafas lebih dalam dan bagian bawah torak melebar kesamping.
frekuensi respirasi menjadi 14-15 kaliper menit.
Adaptasi respirasi selama kehamilan dirancang untuk
mengoptimalkan oksigenasi ibu dan janin, serta memfasilitasi perpindahan produk
sisa CO2 dari janin ke ibu. Konsumsi oksigen dan ventilasi semenit meningkat
secara progresif selama masa kehamilan. Volume tidal dan dalam angka yang lebih
kecil, laju pernafasan meningkat. Pada aterm konsumsi oksigen akan meningkat
sekitar 20-50% dan ventilasi semenit meningkat hingga 50%. PaCO2 menurun
sekitar 28-32 mm Hg.
Hubungan antara masa akhir kehamilan dengan
peningkatan curah jantung memicu perfusi jaringan. Posisi dari diafragma
terdorong ke atas akibat dari pembesaran uterus dan umumnya diikuti pembesaran
dari diameter anteroposterior dan transversal dari cavum thorax. Mulai bulan ke
lima, expiratory reserve volume, residuak volume,dan functional residual
capacity menurun, mendekati akhir masa kehamilan menurun sebanyak 20 %
dibandingkan pada wanita yang tidak hamil.
Secara umum, ditemukan peningkatan dari inspiratory
reserve volume sehingga kapasitas paru total tidak mengalami perubahan. Pada
sebagian ibu hamil, penurunan functional residual capacity tidak menyebabkan
masalah, tetapi bagi mereka yang mengalami perubahan pada closing volume lebih
awal sebagai akibat dari merokok, obesitas, atau skoliosis dapat mengalami
hambatan jalan nafas awal dengan kehamilan lanjut yang menyebabkan hipoksemia.
Manuver tredelenburg dan posisi supin juga dapat mengurangi hubungan abnormal
antara closing volume dan functional residual capacity. Volume residual dan functional
residual capacity kembali normal setelah proses persalinan.
Kapiler yang membesar dapat mengakibatkan edema dan
hiperemia pada hidung, faring, laring, trakhea dan bronkus. Hal ini dapat
menimbulkan sumbatan pada hidung dan sinus, hidung berdarah (epstaksis) dan
perubahan suara pada ibu hamil. Peningkatan vaskularisasi dapat juga
mengakibatkan membran timpani dan tuba eustaki bengkak sehingga menimbulkan
gangguan pendengaran, nyeri dan rasa penuh pada telinga.
Kehamilan mempengaruhi perubahan sistem pernafasan pada volume paru-paru
dan ventilasi. Perubahan anatomi dan fisiologi sistem pernapasan selama
kehamilan diperlukan untuk memenuhi peningkatan metabolisme dan kebutuhan
oksigen bagi tubuh ibu dan janin. Perubahan tersebut terjadi karena pengaruh
hormonal dan biokimia. Relaksasi otot dan kartilago toraks menjadikan bentuk
dada berubah. Diafragma menjadi lebih naik sampai 4 cm dan diameter melintang
dada menjadi 2cm.
Perubahan ini menyebabkan perubahan sistem pernapasan yang tadinya
pernapasan perut menjadi pernapasan dada oleh karena itu diperlukan perubahan
letak diafragma selama kehamilan. Kapasitas inspirasi meningkat progresif
selama kehamilan selain itu volume tidal meningkat sampai 40%. Peningkatan volume
tidal ini menyebabkan peningkatan ventilasi pernapasan permenit yaitu jumlah
udara yang masuk dalam satu menit. Karena pertukaran udara selama kehamilan
meningkat oleh karena itu, ibu hamil dianjurkan untuk nafas dalam daripada
nafas cepat. Pada akhir kehamilan, ventilasi pernapasan permenit meningkat 40%.
Perubahan ini mengakibatkan resiko hiperventilasi pada ibu. Walaupun
hiperventilasi secara normal menyebabkan alkalosis, hal ini tidak diakibatkan
adanya peningkatan kompensasi ekskresi bikarbonat di ginjal. Namun
hiperventilasi ini disebabkan oleh efek progesteron secara langsung di pusat
pernapasan. Ibu hamil mungkin merasa cemas akan terjadinya dyspnoe.
Adaptasi ventilasi dan struktural selama masa hamil bertujuan menyediakan
kebutuhan ibu dan janin. .Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respons
terhadap percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan
uterus dan payudara. Janin membutuhkan oksigen dan suatu cara untuk membuang
karbon dioksida. Peningkatan kadar estrogen menyebabkan ligamen pada kerangka
iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat. Karena rahim membesar,
panjang paru-paru berkurang. Diameter transversal kerangka toraks meningkat
sekitar 2 cm dan lingkaran kerangka iga meningkat 5 sampai 7 cm (Cunningham,
dkk., 1993).
Besar sudut kostal, yang pada masa sebelum. hamil sekitar 68°, meningkat
menjadi sekitar 103° pada trimester ketiga. Kerangka iga bagian bawah tampak
melebar. Setelah melahirkan, rongga dada mungkin tidak kembali ke keadaan
sebelum hamil (Seidel, dkk., 1995). Tinggi diafragma bergeser sebesar 4 cm
selama masa hamil. Dengan semakin tuanya kehamilan dan seiring pembesaran
uterus ke rongga abdomen, pernapasan dada menggantikan pernapasan perut dan
penurunan diafragma saat inspirasi menjadi semakin sulit. Peningkatan
vaskularisasi, yang merupakan respons terhadap peningkatan kadar estrogen, juga
terjadi pada traktus pernapasan atas. Karena kapiler membesar, terbentuklah
edema dan hiperemia di hidung, faring, laring, trakea, dan bronkus. Kongesti di
dalam jaringan traktus respiratorius menyebabkan timbulnya beberapa kondisi
yang umum terlihat selama masa hamil. Kondisi-kondisi ini meliputi sumbatan
pada hidung dan sinus, hidung berdarah (epistaksis), perubahan suara, dan
respons peradangan yang menyolok bahkan terhadap infeksi pernapasan bagian atas
yang ringan sekalipun. Peningkatan vaskularitas juga membuat membran timpani
dan tuba eustaki bengkak, menimbulkan gejala kerusakan pendengaran, nyeri pada
telinga, atau rasa penuh di telinga.
CONTOH KASUS : Ibu Rina merasa lebih banyak menggunakan pernafasan dada,
dan sulit inspirasi pernafasan serta pusing saat napas pendek yang biasanya
terjadi ketika duduk di bawah. Hal ini merupakan bentuk adaptasi anatomi dan
fisiologi ibu hamil pada sistem pernafasan.
Kehamilan sangat sedikit mempengaruhi system respirasi di bandingkan dengan
system kardiovaskuler. Tetapi mukosa system respirasi menjadi hiperemik dan
edema dengan mukus yang hipersekresi mengarah pada sesak dan epistaksis.
Hasilnya banyak wanita hamil yang mengeluh pilek kronis. Pemakaian spray nasal
dekongestan yang lama harus di hindari karena efeknya terhadap mukosa (
Cruishamk& Hays, 1991 dalam Salmah, dkk., 2006)
Ada perubahan dalam bentuk dada dan lengkungan bertambah besar pada awal
kehamilan.Saat uterus bertambah besar pada awal kehamilan, diagfragma membesar
4cm dan kerangka tulang dada menjadi lebih keatas. Tulang dada melebar dan
tidak selalu kembali seperti sediakanlah saat setalah kehamilan yang bias
menjadi suatu masalah pada bentuk badan seorang wanita (Deswiet, 1991 dalam
Salmah, dkk., 2006).
Kapasitas total paru-paru berkurang 5% karena elevasi diagfragma .
Ferkuensi respirasi normal berkisar 14-15 napas\menit dengan pernafasan
diagfragma dan nafas yang lebih dalam (Cruishank & Hays, 1991 dalam Salmah,
dkk., 2006). Jumlah udara inferasi selama 1
menit (volume\menit) menjadi meningkat sekitar 20%.Hasilnya adalah karbon
diokasida yang keluar dari paru-paru.Konsentrasi karbon dioksida di alveol
menjadi lebih rendah dari pada wanita tidak hamil, di pergunakan sebagai
konvesasi yang mengalami penurunan antara 26-22 mmol\liter. Alkalemia (pH
arteri rial 7,44) menfasilitasi oksigen yang dilepas untuk janin (Cunningham
et al,1989 dalam Salmah, dkk., 2006).
PCO2 marternal berkurang dari rata-ratanya, yaitu 5Kpa sampai dengan 4Kpa
atau bias lebih turun saat PCO2 janin adalah 6Kpa fasilitas untuk mentransfer
Co2 dari petus ke merternal, nafas yang berlebihan dapat menyebabkan ketidak nyamanan, dispena dan
pusing. Ketika kebutuhan untuk bernafas menjadi lebih, ibu hamil mengeluh nafas
pendek. (Salmah, dkk., 2006). Kehamilan
mempengaruhi perubahan sistem pernafasan
pada volume paru – paru dan ventilasi. Perubahan anatomi dan fisiologi sistem
pernafasan selama kehamilan diperlukan untuk memenuhi peningkatan metabolisme
dan kebutuhan oksigen bagi tubuh ibu dan janin. Perubahan tersebut terjadi
karena pengaruh hormonal dan biokimia (Elisabeth S.W, 2015).
Relaksasi otot dan kartilago toraks menjadikan bentuk dada berubah.
Diafragma menjadi lebih naik 4 cm dan
diameter melintang dada menjadi 2cm. Perubahan ini menyebabkan perubahan sistem
perbafasan yang terjadinya pernafasan perut menjadi pernafasan dada oleh karena
itu diperlukan perubahan letak diagram selama kehamilan. (Elisabeth S.W, 2015). Kepasitas inspirasi meningkat progresif selama
kehamilan selain itu volume tidak meningkat sampai 40%. Peningkatan volume
tidak menyebabkan peningkatan ventilasi pernapasan permenit yaitu jumlah udara
yang masuk dalam satu menit. Karena pertukaran udara selama kehamilan meningkat
oleh karena itu, ibu hamil diajurkan untuk nafas dalam dari pada nafas cepat.
Pada akhir kehamilan, ventilasi pernafasan permenit peningkatan 40% (Elisabeth
S.W, 2015).
Peningkatan kadar estogen menyebabkan ligamen pada karangka iga berelaksasi
sehingga ekspansi rongga dada meningkat. Karena ramim membesar, panjang paru –
paru berkurang. Diameter transversal kerangka toraks 7 cm (Cunningham,
ddk.,1993 dalam Elisabeth S.W, 2015). Besar sudut kostal, yang pada masa
sebelum. Hamil sekitar 68o , meningkat menjadi sekitar 103o pada trimester
ketiga. Kerangka iga bagian bawah tanpak melebar. Setelah melahirkan, rongga
dada mungkin tidak kembali keadaan sebelum hamil (Seidel, 1995 dalam Elisabeth
S.W, 2015).
Perubahan Anatomi dan Fisiologi
Sistem Pernafasan Trimester
1
Kesadaran untuk mengambil nafas sering meningkat pada awal kehamilan yang
mungkin diinterpretasikan sebagai dispneu. Hal itu sering mengesankan adanya kelainan paru atau
jantung padahal sebenarnya tidak ada apa-apa. Peningkatan usaha nafas selama kehamilan kemungkinan
diinduksi terutama oleh progesteron dan sisanya oleh estrogen.Usaha nafas yang
meningkat tersebut mengakibatkan PCO2 atau tekanan karbokdioksida berkurang.
Perubahan Anatomi dan Fisiologi
Sistem Pernafasan Trimester
2
Selama kehamilan, sirkumferensia thorax akan bertambah kurang lebih 6 cm
dan diafragma akan naik kurang lebih 4 cm karena penekanan uterus pada rongga
abdomen. Pada kehamilan lanjut, volume tidal, volume ventilasi per menit, dan
pengambilan oksigen per menit akan bertambah secara signifikan.
Perubahan Anatomi dan Fisiologi
Sistem Pernafasan Trimester
3
Pergerakan difragma semakin terbatas seiring pertambahan ukuran uterus
dalam rongga abdomen. Setelah minggu ke 30, peningkatan volume tidal, volume
ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per menit akan mencapai puncaknya
pada minggu ke 37. Wanita hamil akan bernafas lebih dalam sehingga memungkinkan
pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen meningkat 20%. Diperkirakan efek
ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi progesteron.
4. PERUBAHAN SISTEM PERSARAFAN
A. Pengertian Sistem Persarafan
Sistem Persarafan adalah salah satu organ yang berfungsi untuk
menyelenggarakan kerjasama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan
tubuh. Dengan pertolongan saraf kita dapat merasakan suatu rangsangan dari luar
pengendalian pekerja otot. Sistem persarafan bekerja sebagai sistem elektrik
dan konduksi yang bekerja mengatur dan mengendalikan semua kegiatan tubuh.
B. Fungsi Sistem Persarafan
Secara garis besar fungsi sistem persarafan ada empat yaitu :
1.
Menerima informasi (rangsangan ) dari dalam
maupun dari luar tubuh melalui saraf sensory (Afferent Sensory Pathway)
2.
Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf
perifer dan sistem saraf pusat
3.
Mengolah informasi yang diterima baik di tingkat
medula spinalis maupun di otak untuk selanjutnya menentukan jawaban (respon)
4.
Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf
motorik (Efferent Motorik Pathway) ke organ-organ tubuh sebagai kontrol atau
modifikasi dari tindakan.
C. Pembagian Sistem Persarafan
Sistem persarafan terdiri dari dua yaitu secara stuktural dan secara
fungsional. Secara struktural Sistem Persarafan terdiri atas Sistem Saraf Pusat
(SSP) dan sistem saraf tepi. Sedangkan secara fungsional terdiri dari
serebrospinal dan sistem otonom.
Sistem
persarafan secara struktural:
1. Sistem saraf pusat
Terdiri atas otak dan medula spinalis. Di bungkus oleh selaput meningen
yang berfungsi untuk melindungi sistem saraf pusat. Otak terdiri dari otak
besar (cerebrum), otak kecil (cerebelum) dan batang otak(brainstem). Otak orang
dewasa mempunyai berat lebih kurang 2% dari berat badan dan mendapat sirkulasi
darah kurang lebih 20% dari cardiac out put serta membutuhkan kalori sekitar
400kkal setiap hari. Otak merupakan jaringan yang banyak menggunakan energi
yang di dukung oleh metabolisme oksidasi
glukosa. Kebutuhan oksigen dan glukosa relatif konstan,hal ini disebabkan oleh
metabolisme otak yang merupakan proses yang terus menerus tanpa periode
istirahat yang berarti bila kadar oksigen dan glukosa kurang dalam jaringan
otak maka metabolisme menjadi terganggu dan jaringan saraf akan mengalami
kerusakan
2. Sistem Saraf Tepi
Susunan saraf tepi terdiri dari saraf cranial termasuk sensorik dan motorik
serta ganglion. Fungsi saraf cranial bervariasi,yaitu sensor motorik dan
gabungan dari keduanya. Saraf-saraf motorik dipersarafi oleh beberapa
percabangan saraf cranial. Percabangan saraf cranial yaitu olfaktorius, optikus, okulomotorius, troklear, trigeminus, abdusen, facial, vestibulkokhlearis, glosofaringeal, vagus, asesori, hipoglosal.
Sistem
persarafan secara fungsional :
a. Serebrospinal
Melindungi
otak dan medula spinalis dengan dukungan jaringan otot,bertindak sebagai media
dalam transport elemen-elemen dari aliran darah ke sistem saraf jaringan otot
b. Sistem Saraf Otonom
Terdiri dari dua subsistem eferen : subsistem simpatis dan parasimpatis.
Organ-organ dipengaruhi oleh sistem saraf otonom dikontrol oleh satu atau dua
subsistem. Mempertahankan keadaan tubuh dalam keadaan terkontrol tanpa
pengendalian secara sadar struktur jaringan yang dikontrol oleh sistem saraf
otonom yaitu otot jantung pembuluh darah ,iris mata,organ torakalis,abdominalis
dan kelenjar tubuh. SSO juga enerima informasi tentan fungsi vital tubuh dari
kemoreseptor dan presoreseptor di dalam pembuluh darah dan organ internal.
1) Trimester I
a)
Perubahan pada telinga, hidung dan laring
terjadi karena perubahan gerak cairan dan permeabilitas pembuluh darah.
b)
Persepsi bau dan rasa erat kaitannya dan
penurunan sensitifitas bau mungkin terjadinya perubahan sensasi dan perubahan
makanan yang lebih disukai.
c)
Perubahan dalam persepsi rasa mungkin disebabkan
rasa pusing dan perasaan tidak suka terhadap makanannya, terutama untuk makanan
yang rasanya pahit selama kehamilan.
d)
Ibu hamil mengalami kesulitan untuk mulai tidur,
sering terbangun, jam tidur malam yang lebih sedikit serta efisiensi tidur yang
mulai berkurang.
e)
Nyeri kepala ringan, rasa ingin pingsan, dan
bahkan pingsan (sinkop) sering terjadi pada awal kehamilan.
2) Trimester II
a)
Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul saat
ibu merasa cemas dan tidak pasti tentang kehamilannya. Nyeri kepala dapat juga
dihubungkan dengan gangguan penglihatan, sinusitis, atau migran.
b)
Kram tungkai disebabkan pembesaran uterus
memberikan tekanan pada pembuluh darah panggul yang dapat mengganggu sirkulasi
dan saraf yang menuju ektremitas bagian bawah.
c)
Masalah neuromuskular seperti kram otot/ tetani akibat
kekurangan kalsium (hipoklasemia)
d)
Meralgia Paresthetica (kesakitan, mati rasa,
berkeringat, terasa gatal di daerah paha), bisa disebabkan oleh tekanan uterus
pada saraf kutan lateral femoral.
e)
Pusing dan perasaan seperti melihat
kunang-kunang disebabkan oleh hipotensi supine syndrome (vena cava sindrom).
Hal ini terjadi karena ketidakstabilan vasomotor dan hipotensi postural
khususnya setelah duduk atau berdiri dengan periode yang lama.
3) Trimester III
a)
Lordosis dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri
akibat tarikan pada saraf atau kompresi akar syaraf.
b)
Rasa sering kesemutan atau acroestresia pada
ekstremitas disebabkan postur tubuh ibu yang membungkuk.
c)
Edema yang melibatkan saraf perifer dapat
menyebabkan carpal tunel syndrom selama trimester akhir kehamilan. Edema
menekan saraf median di bawah ligamentum karpalis pergelangan tangan. Sindrom
ini ditandai parestesia (sensasi abnormal seperti rasa terbakar atau gatal
akibat gangguan pada sistem saraf sensori) dan nyeri pada tangan yang menjalar
ke siku.
d)
Pembengkakan yang melibatkan saraf pherifera dan
tangan. Pembengkakan tersebut menekan saraf median dibawah ligmen persendian
antara lengan dan tangan.
e)
Akroestesia ( kaku dan gatal di tangan ) yang
timbul akibat posisi bahu yang membungkuk. Keadaan ini berkaitan dengan tarikan
pada segmen fleksus brachialis.
Pada masa kehamilan serig kali muncul masalah
pemusatan perhatian,konsentrasi dan memori. hasil penelitian Keenandkk (1998).
menytakan bahwa ditemukan adanya penurunan memori terkait dengan kehamilan yang
terbatas pada trimester ke3. Penurunan tersebut tidak disebabkan oleh depresi, kecemasan,
kurang tidur, atau perubahan fisik lain yang dikaitkan dengan kehamilan.
penurunan memori tersebut bersifat sementara dan akan segera pulih setelah
bersalin sejak usia kehamilan 12 minggu sampai 2 bulan post partum ibu hamil
mulai merasakan sulit tidur, sering terbangun, jam tidur yang semakin sedikit
serta efisiensi tidur kurang akibat kehamilan terhadap sistem saraf pusat.
Perubahan persarafan pada ibu hamil belum banyak diketahui. Gejala
neurologis dan neuromuskular
yang timbul pada ibu hamil adalah: Terjadi
perubahan sensori tungkai bawah disebabkan oleh kompresi saraf panggul dan
stasis vaskular
akibat pembesaran uterus.
1.
Posisi ibu hamil menjadi lordosis akibat
pembesaran uterus, terjadi tarikan saraf atau kompresi akar saraf dapat menyebabkan perasaan nyeri.
2.
Edema dapat melibatkan saraf perifer, dapat juga
menekan saraf median di bawah karpalis
pergelangan tangan, sehingga menimbulkan rasa terbakar atau rasa gatal dan nyeri pada tangan menjalar
kesiku, paling sering terasa pada tangan yang dominan.
3.
Posisi ibu hamil yang membungkuk menyebabkan
terjadinya tarikan pada segmen pleksus
brakhialis sehingga timbul akroestesia (rasa baal atau gatal di tangan).
4.
Ibu hamil sering mengeluh mengalami kram otot
hal ini dapat disebabkan oleh suatu keadaan
hipokalsemia.
5.
Nyeri kepala pada ibu hamil dapat disebabkan
oleh vasomotor yang tidak stabil, hipotensi
postural atau hipoglikemia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar