PENGUMPULAN DATA
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi, Balita & Pra Sekolah
Topik : Pengumpulan
data
Sub Topik :
1. Pengkajian
fisik bayi baru lahir
2.
Penampilan dan perilaku bayi baru lahir
3.
Penilaian pertumbuhan fisik bayi dan anak
4.
Penilaian perkembangan bayi dan anak
5.
Stimulasi tumbang bayi dan balita
6.
Kebutuhan fisik dan psikososial pada bayi dan balita
Dosen : Fitria Desi
Natalina, SST
Waktu :
100 menit
Refrensi
:
1.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008.
Buku Saku Pratikum Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
2.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2011.
Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
3.
Donna, dkk. 2008. Buku Ajar
Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.
4.
Suherman. 2000. Buku Saku
Perkembangan Anak. Jakarta : EGC.
5.
Suriati. 2006. Asuhan Keperawatan
Pada Anak. Jakarta : Sagung Seto.
6. Stright.
R.Barbara. 2004. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir : Jakarta : EGC.
7. Buku
Asuhan Persalinan Normal Revisi 2007.
8. DEPKES RI.2003.Manajemen terpadu bayi muda . modul
-6.DEPKES RI
9. Prawirohardjo.
Sarwono. 2005. Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal. Jakarta :JNPKKR. POGI
PENGKAJIAN FISIK BAYI BARU LAHIR
Definisi Pengkajian fisik
Pengkajian fisik adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi tentang anak
dan keluarganya dengan menggunakan semua panca indra baik subjektif maupun
objektif. Pengkajian fisik BBL dan
perkembangannya dilakukan bersamaan pada waktu melakukan pemeriksaan secara
inspeksi maupun observasi.
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. hasil pemeriksaan
akan di catat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan
membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter
untuk menilai status kesehatannya.
Waktu pemeriksaan dapat di lakukan saat bayi baru lahir, 24 jam setelah
lahir (sesaat sesudah bayi lahir pada saat kondisi atau suhu tubuh sudah stabil
dan setelah di lakukanpembersihan jalan nafas/resisutasi, pembersihan badan
bayi, perawatan tali pusat ) dan akan pulang pulang dari rumah sakit.
Pengkajian ini dilakukan di kamar
bersalin setelah bayi lahir dan setelah dilakukan pembersihan jalan
nafas/resusitasi, pembersihan badan bayi, dan perawatan tali pusat. Bayi
ditempatkan di atas tempat tidur yang hangat. Maksud pemeriksaan ini adalah
untuk mengenal/menemukan kelainan yang perlu mendapatkan tindakan segera dan
kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan kelahiran,
misalnya; bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes melitus, eklamsia berat dan
lain-lain, biasanya akan mengakibatkan kelainan bawaan pada bayi. Oleh karena
itu, pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir ini harus segera dilakukan. Hal
ini ditujukan untuk menetapkan keadaan bayi dan untuk menetapkan apakah seorang
bayi dapat dirawat gabung atau di tempat khusus. Dengan pemeriksaan pertama ini
juga bisa menentukan pemeriksaan dan terapi selanjutnya.
Tujuan
Pengkajian Fisik Pada Bayi Baru Lahir
Untuk mendeteksi kelainan-kelainan.
Pemeriksaan
awal pada bayi baru lahir harus dilakukan sesegera mungkin sesudah persalinan
untuk mendeteksi kelainan-kelainan dan menegakkan diagnosa untuk persalinan
yang beresiko tinggi. Pemeriksaan hatrus difokuskan pada anomali kegenital dan
masalah-masalah patofisiologi yang dapat mengganggu adaptasi kardiopulmonal dan
metabolik normal pada kehidupan extra uteri. Pemeriksaan dilakukan lebih rinci
dan dilakukan dalam 24 jam setelah bayi lahir.
Untuk
mendeteksi segera kelainan dan dapat menjelaskan pada keluarga.
Apabila ditemukan kelainan pada bayi maka petugas harus dapat menjelaskan
kepada keluarga, karena apabila keluarga menemukannya kemudian hari, akan
menimbulkan dampak yang tidak baik dan menganggap dokter atau petugas tidak
bisa mendeteksi kelainan pada bayinya.
1. Mendapatkan
hasil yang valid
2. Mengetahui
keadaan fisik secara umum
3. Mengetahui
kondisi normal/abnormal
4. Untuk menentukan status kesehatan klien
5. Mengidentifikasi masalah
6. Mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
7. Untuk untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu mendapat
tindakan segera.
8.
Untuk menentukan data objektif dari riwayat keperawatan klien
BAYI BARU
LAHIR NORMAL
a) Menurut
Saifuddin, Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama
kelahiran.
b) Menurut
Donna L. Wong, Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu.
Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.
c) Menurut Dep.
Kes. RI, Bayi baru lahir normal adalah
bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat
lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
d) Menurut M.
Sholeh Kosim, Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000
gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital
(cacat bawaan) yang berat.
CIRI – CIRI
BAYI BARU LAHIR
1. Berat badan
2500 - 4000 gram
2. Panjang
badan 48 - 52 cm
3. Lingkar dada 30 - 38 cm
4. Lingkar kepala 33 - 35 cm
5. Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit
6. Pernafasan ±
- 60 40 kali/menit
7. Kulit kemerah - merahan dan licin karena
jaringan sub kutan cukup
8. Rambut
lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak
panjang dan lemas
10. Genitalia; Perempuan labia mayora sudah
menutupi labia minora, Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk
dengan baik
12. Reflek
morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik
14. Eliminasi
baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam
kecoklatan
Pengukuran
Tanda-tanda vital
·
Periksa laju nafas dihitung selama satu menit penuh dengan
mengamati naik turun perut bayi, bayi dalam keadaan tenang. Laju nafas normal
40-60 kali per menit.
·
Periksa laju jantung dengan menggunakan stetoskop dapat di
dengar dengan jelas ,dihitung selam satu menit. Laju jantung normal 120 – 160
kali permenit.
·
Suhu tubuh bayi baru lahir normal nya
36,5 o C – 37,5 o C diukur pada daerah aksila bayi selama
lima menit dengan menggunakan termometer
PENGUKURAN ANTHOPOMETRI
1. Penimbangan berat badan
Letakkan
kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum
penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat
alas dan pembungkus bayi
2. Pengukuran panjang badan
Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai
tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus
terbuat dari bahan yang tidak lentur.
3. Ukur lingkar kepala
Pengukuran
dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi.
4. Ukur lingkar dada
Ukur lingkar
dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada (pengukuran dilakukan melalui
kedua puting susu)
PEMERIKSAAN FISIK
1.
Kepala
·
Raba
sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya normal.
Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding
yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering
terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase.Keadaan ini
normal kembali setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba.
Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba, fontanel
yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan
yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini
diakibatkan peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi
akibat deidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan
posterior, hal ini terjadi karena adanya trisomi 21
·
Periksa
adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan
subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak
·
Perhatikan adanya kelainan
kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya
·
Kepala Janin Dan Ukuran-Ukurannya.
Bagian yang
paling keras dan besar dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala
dapat mempengaruhi jalan persalinan. Kepala juga sering mengalami cedera,
sehingga dapat membahayakan hidup.
Tengkorak
bayi mungkin bertumpangan (molded) terutama bila bayi adalah anak pertama dan
kepala telah berfiksasi beberapa waktu. Tulang parietal cenderung menumpangi tulang
oksipital dan frontal. Garis sutura dan ukuran serta tekanan kontanela anterior
dan posterior harus ditentukan secara digital.
Kepala janin terdiri dari:
a. Bagian muka
- Tulang hidung (os nasake)
- Tulang pipi (oszygomaticum) ada dua buah.
- Tulang rahang atas (os maxilare)
- Tulang rahang bawah (os mandibularis)
b. Bagian tengkorak
Bagian ini yang terpenting pada persalinan karena biasanya bagian
tengkoraklah yang paling depan.
Yang membentuk bagian tengkorak adalah:
- Tulang dahi (os frontale) 2 buah.
- Tulang ubun-ubun (os parletal) 2 buah.
- Tulang pelipis (os temporale) 2 buah.
- Tulang belakang kepala (os occipidale) 1 buah.
Yang penting dalam persalinan yaitu 7 tulang tersebut di atas. Diantara
tulang-tulang tersebut terdapat sela tengkorak yang disebut sutura, yang mana ini
membantu dalam persalinan.
Kalau kepala anak tertekan pada waktu kepala
bergeser/bergerak di bawah kedua tulang ubun-ubun, ini salah satu tanda untuk
mengenal tulang belakang kepala pada pemeriksan dalam.Sutura dan ubun-ubun
penting diketahui untuk menetukan presentasi/bagian terendah dari kepala anak
dalam jalan lahir.
Macam-macam sutura yang kita kenal:
1. Sutura Sagitalis (sela panah) antara kedua ossa parletalis.
2. Sutura Coronaria (sela mahkota) antara os frontale dan os parletal.
3. Sutura Lambdoldea antara os occipitale dan kedua ossa parletal.
4. Sutura Frontalis antara os frontale kiri kanan.
Ubun-ubun besar (fonticulus mayor) merupakan lubang dalam tulang tengkorak yang
berbentuk segi empat dan hanya tertutup oleh selaput. Ubun-ubun besar terdapat
pasa pertemuan antara 4 sutura
1. Sutura Sagitalis 1.
2. Sutura Coronaria 2.
3. Sutura Frontale 1.
Bentuknya:
sudut depan yang runcing menunjukan bagian muka anak.
Susut belakang adalah tumpul.
Ubun-ubun kecil (frontikulus minor)
Ubun-ubun kecil terdiri dari 3 sutura:
- Sutura Lambdoldea 2 buah.
- Sutura Sagitalis 1 buah.
Tulang ubun-ubun ini baru akan tertutup nanti pada anak usia 1,5 – 2 tahun.
Ukuran-ukuran kepala bayi
a. Ukuran muka belakang
1. Diameter sub occipitalus-bregmatica dari foramen magnum ke ubun-ubun besar à
29,5 cm.
2. Diameter sub occipito frontalis: (dari foramen magnum ke pangkal hidung) à
11 cm.
3. Diameter fronto occipitalis (dar pangkal hidung ke titik yang terjadi pada
belakang kepala. à 12 cm.
4. Diameter mento occipitalis (dari dagu ke titik yang terjauh pada belakang
kepala). à 13,5 bertugas.
5. Diameter sub mento bragmatika (dari bawah dagu ke ubun-ubun besar) à 9 cm.
b. Ukuran lingkaran
1. Circumferentia sub occiput bregmatika. (lingkaran kecil kepala) à 31 cm.
2. Circumferentia fronto occipitalis (lingkaran sedang kepala) à 34 cm.
3. Circumferentia mento occipitalis (lingkaran besar kepala). à 35 cm.
2.
Wajah
Wajah harus tampak simetris.
Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan posisi bayi di
intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau
sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah
akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.
1. Wajah harus
tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan
posisi bayi di intrauteri. Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti
sindrom down atau sindrom piererobin. Perhatikan juga kelainan
wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresis N.fasialis. MataGoyangkan
kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
2. Periksa
jumlah, posisi atau letak mata
3. Perksa
adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
4. Periksa
adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesarankemudian
sebagai kekeruhan pada kornea
5. Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih.
Pupil harus
tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci
(kolobama) yang dapatmengindikasikan adanya defek retina
6. Periksa
adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
7. Periksa
adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat
menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
8. Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down
3.
Mata
·
Goyangkan kepala bayi secara
perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
·
Periksa jumlah,
posisi atau letak mata
·
Perksa adanya
strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
·
Periksa adanya glaukoma kongenital,
mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea
·
Katarak kongenital akan mudah
terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak
bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat
mengindikasikan adanya defek retina
·
Periksa adanya trauma seperti
palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
·
Periksa adanya sekret pada mata,
konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan
kebutaan
·
Apabila ditemukan epichantus melebar
kemungkinan bayi mengalami sindrom down
4.
Hidung
·
Kaji bentuk dan
lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm.
·
Bayi harus bernapas dengan hidung,
jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas
akarena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang
menonjol ke nasofaring
·
Periksa adanya sekret yang
mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini kemungkinan adanya sifilis
kongenital
·
Perksa adanya pernapasa cuping
hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan adanya gangguan pernapasan (
Depkes Ri,2003 )
5.
Mulut
·
Perhatikan mulut bayi, bibir harus
berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi
wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia
·
Periksa adanya bibir sumbing, adanya
gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari dasar mulut)
·
Periksa
keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum keras dan
lunak
·
Perhatikan adanya bercak putih pada
gusi atau palatum yang biasanya terjadi akibatvEpistein’s pearl atau
gigi
·
Periksa lidah
apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau tekanan
intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote)Bibir
sumbing (Bennet & Brown, 1999)
6.
Telinga
·
Periksa dan pastikan
jumlah, bentuk dan posisinya
·
Pada bayi cukup bulan, tulang rawan
sudah matang
·
Daun telinga harus berbentuk
sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagia atas
·
Perhatikan letak daun telinga. Daun
telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi
yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin)
·
Perhatikan adanya kulit tambahan
atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas
ginjal
7.
Leher
·
Leher bayi biasanya pendek dan harus
diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat
keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher
·
Periksa adanya trauma leher yang
dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus brakhialis
·
Lakukan perabaan untuk
mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid
dan vena jugularis
·
Adanya lipata kulit yang berlebihan
di bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.
8.
Klavikula
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya
terutama pada bayi yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan adanya fraktur
9.
Tangan
·
Kedua lengan
harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke bawah
·
Kedua lengan harus bebas bergerak,
jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur
·
Periksa jumlah
jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
·
Telapak tangan harus dapat terbuka,
garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormaltas kromosom,
seperti trisomi 21
·
Periksa adanya paronisia pada
kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan
perdarahan
10.
Dada
·
Periksa
kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan
bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika.
Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara
bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu
diperhatikan
·
Pada bayi cukup bulan, puting susu
sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris
·
Payudara dapat
tampak membesar tetapi ini normal
11.
Abdomen
·
Abdomen harus
tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas.
Kaji adanya pembengkakan
·
Jika perut
sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
·
Abdomen yang membuncit kemungkinan
karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya
·
Jika perut
kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus
omfaloentriskus persisten (Lodermik, Jensen 2005)
12.
Periksa pinggul, tungkai dan kaki.
a.
Pinggul : Untuk memeriksa pinggul ,peganglah
tungkai kaki bayi seperti pada gambar. Tekan pangkal paha dengan lembut ke sisi luar, dengarkan
atau rasakan adakah bunyi “klik” ketika anda menggerkan kaki nya, jika
mendengar suara “klik” segera laporkan ke dokter anak untuk dilakukan
pemeriksaan lanjutan . Selanjutnya
lakukan gerakan dengan lembut setiap kaki naik dan turun . kembali
dengarkan dan rasakan suara “klik” ketika anda menggerakannya .
b.
Tungkai dan kaki : Yang perlu diperiksa adalah gerakan, bentuk simetris dan panjang kedua kaki harus
sama, serta jumlah jari.
13.
Genetalia
·
Pada bayi laki-laki panjang penis
3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak
boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis
·
Periksa adanya hipospadia
dan epispadia
·
Skrortum harus dipalpasi untuk
memastikan jumlah testis ada dua
·
Pada bayi
perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
·
Lubang uretra
terpisah dengan lubang vagina
·
Terkadang tampak adanya sekret yang
berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl
bedding)
14.
Anus dan rectum
·
Periksa adanya
kelainan atresia ani , kaji posisinya
·
Mekonium secara umum keluar pada 24
jam pertama, jika sampai 48 jam belumkeluar kemungkinan adanya mekonium
plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan
15.
Tungkai
·
Periksa
kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang
kedua kaki dengan meluruskan keduanya dan bandingkan
·
Kedua tungkai
harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya trauma,
misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
·
Periksa adanya
polidaktili atau sidaktili padajari kaki
16.
Spinal
Periksa spinal dengan cara menelungkupkan bayi, cari
adanya tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau
bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula
spinalis atau kolumna vertebra (Lodermik, Jensen 2005)
17.
Kulit
Pada kulit yang perlu diperhatikan verniks (cairan keputih-putihan, keabu-abuan, kekuning-kuningan, berminyak dan
berlendir yang berfungsi melindungi kulit bayi agar tidak tenggelam oleh air
ketuban selama ia berada di dalam rahim), warna, pembengkakan atau bercak
bercak hitam, dan tanda tanda lahir.
Perhatikan kondisi kuli bayi.
·
Periksa adanya
ruam dan bercak atau tanda lahir
·
Periksa adanya
pembekakan
·
Perhatinan
adanya vernik kaseosa
·
Perhatikan adanya lanugo, jumlah
yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan
REFLEK –
REFLEK FISIOLOGIS
1. Mata :
Berkedip atau reflek corneal Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang
tiba – tiba atau pada pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan
sepanjang hidup, jika tidak ada maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf
cranial.
2. Pupil Pupil
kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang
hidup.
3. Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata
menutup dengan rapat.
4. Mulut dan
tenggorokan Menghisap Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada
area sirkumoral sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada
selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
5. Muntah
Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya selang
harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah, reflek ini harus menetap
sepanjang hidup.
6. Rooting
Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi
membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus hilang pada
usia kira – kira 3 -4 bulan
7. Menguap
Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah udara
inspirasi, harus menetap sepanjang hidup
8. Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya keluar harus
menghilang pada usia 4 bulan
9. Batuk
Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus ada
sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir
10. Ekstrimitas
11. Menggenggam : Sentuhan pada telapak tangan atau telapak
kaki dekat dasar kaki menyebabkan fleksi tangan dan jari
12. Babinski :
Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang
bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi
13. Masa tubuh
14. Reflek
moro :
Kejutan atau perubahan tiba – tiba
dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba
–tiba serta mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk “C”
diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat fleksi dengan lemah.
15. Startle
Suara keras yang tiba – tiba
menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku tangan tetap tergenggam
16. Tonik leher
Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke
salah sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan
yang berlawanan dan kaki fleksi.
17. Neck –
righting
Jika bayi terlentang, kepala
dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan batang tubuh membalik kearah tersebut
dan diikuti dengan pelvisInkurvasi batang tubuh (gallant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul
bergerak kea rah sisi yang terstimulasi
PENAMPILAN
DAN PERILAKU BAYI BARU LAHIR
Pada dasarnya bayi baru lahir
sudah memiliki penampilan atau ciri-ciri dan perilaku yang khusus.
1.
Kebanyakan bayi baru
lahir memiliki tubuh yang tidak proporsional. Ukuran kepala dan badannya tidak
sebanding. Berbeda sekali dengan penampilan anak-anak dan orang dewasa pada umumnya.
Perbedaan yang mencolok ini disebabkan oleh titik tengah tinggi badan bayi
berada di pusat sedangkan orang dewasa berada di bagian kelamin.
2.
Warna kulit
kemerah-merahan dan terkadang terdapat lapisan berwarna putih keruh. Lapisan
ini disebut vernik caseosa berfungsu untuk melindungi bayi dari infeksi saat ia
berada dalam uterus dan untuk menjaga suhu tubuh tetap hangat setelah keluar
dari rahim ibu.
3.
Tubuh bayi yang baru
saja dilahirkan terbungkus kulit berwarna cyanosis dan berkeriput disebabkan
karena masih sedikitnya jumlah jaringan lemak bawah kulit. Keriput akan hilang
sesuai dengan bertambahnya berat badan bayi.
4.
Lemak subkutan cukup
tebal
5.
Bentuk kepala
cenderung kerucut disebabkan oleh gaya yang bekerja saat proses persalinan dan
juga sebagai akibat tulang tengkoarak yang tumpang tindih (molase).
6.
Ukuran lingkar
kepala, antara lain: Fronto Oksipital 34 cm, Mento Oksipital 35 cm, Suboksipito
Bregmatika 32 cm
7.
Ubun-ubun berdenyut
karena belahan-belahan tulang tengkorknya belum menyatu dan mengeras dengan
sempurna. Seiring dengan semakin sempurnanya proses penyatuan tulang-tulang
tengkorak(kira-kira setelah 2 tahun) denyut di kepalanya akan hilang,
yang bisa dilakukan :
o Bersihkan rambut
dan kepalanya dengan shampo khusus bayi dan segera keringkan.
o Hindari menyentuh dan menekan bagian kepalanya yang berdenyut-denyut itu,
baik saat mencuci rambut atau menggendongnya.
8.
Rambut lanugo dan
rambut kepala tumbuh dengan baik
9.
Mata bayi tampak
keluar garis atau juling selama 2 -3 bulan pertama disebabkan karena pada
beberapa saat setelah kelahiran, bayi baru membuka matanya dan melihat
lingkungan disekitar. Penglihatannya baik namun belum terlalu fokus.
10.
Wajah sembab, kelopak
mata terlihat bengkak atau menggembung terjadi karena bendungan yang muncul
karena tekanan jalan lahir. Dalam 1 atau 2 hari bengkak pada wajah akan hilang.
Yang bisa dilakukan :
* Hindari posisi
tidur telungkup atau menyamping untuk mengurangi tekanan pada wajah
* Bila ada benjolan atau bekas tekanan alat forcep pada kepala tampak sedikit
bengkak, hindari menyentuh bagian tersebut sampai bengkaknya hilang.
11.
Mata berair
disebabkan karena saluran hidung belum sempurna sehingga mengakibatkan aliran
air mata yang diproduksi menjadi tidak lancar. Keadaan seperti ini dapat
diatasi dengan mengurut kulit sepanjang saluran tersebut dimulai dari kulit
pinggir mata ke arah pinggir hidung bagian bawah.
12.
Sensitif terhadap
cahaya terang, yang menyebabkan mata bayi akan berkedip, dapat mengenali
pola-pola hitam putih tang tercetak tebal dan bentuk wajah manusia. Jarak focus
adalah sekitar 15-20 cm
13.
Bayi akan bereaksi
dengan menggerakan matanya bila mendengar suara-suara yang nyaring. Ia lebih
menyukai suara yang lembut dengan pola yang sama. Jika mendengar suara yang
tiba-tiba, bayi akan bereaksi dengan menggerakan anggota tubuhnya.
14.
Kumisan, sisa lanugo
(rambut janin) belum luruh semuanya. Selain kumis, bayi perempuan juga sering
tampak berambut pada bahu dan punggungnya. Dalam beberapa minggu, kulit bayi
akan tampak bersih dari rambut-rambut dan kumis itu.
Yang bisa dilakukan :
o Mandikan bayi untuk
menjaga kebersihan dan kesehatan kulitnya
o Tidak perlu repot mencukurnya karena rambut dan kumis tersebut akan rontok
dengan sendirinya.
15.
Aktifitas/gerakan
aktif, ektremitas biasanya dalam keadaan fleksi
16.
Kaki dan tangannya
pucat dan dingin. Sistem sirkulasi dan peredaran darah bayi baru lahir belum
berkembang sempurna, sehingga tubuhnya memprioritaskan mengalirakan darah ke
organ-organ tubuh yang epnting seprti otak, paru-paru dan jantung. Tangan dan
kaki adalah organ tubuh yang paling akhir dialiri darah. Kondisi ini berakhir
edngan sendirinya secara bertahap sampai bayi berusia 1 tahun.
Yang bisa dilakukan :
·
Kontak kulit setiap
menyusui bayi untuk menghangatkan
·
Metode kangguru,
letakkan bayi di dada ibu dalam keadaan telanjang sehingga terjadi kontak antar
kulit. Lakukan sekitar 30 menit setiap hari
·
Sarungkan kaus kaki
dan kakuas tangan khusus untuk bayi atau selimuti sampai tangan dan kakinya
terasa hangat dan kulitnya sudah berwarna merah muda.
17.
BB berkisar antara
2500-3000 gram
18.
PB antara 50-55 cm
19.
Genitalia: labia
mayora menutupi labia minora, testis sudah turun ke dalam skrotum
20.
Kelamin bayi besar
dan membengkak dipengaruhi oleh hormon ibu lika memar dan jaringan alat kelamin yang bengkak disebabkan karena
trauma saat lahir dan proses alami perkembangan alat kelamin, akan tampak
noramal dalam waktu sekitar 1 minggu. Yang biasa dilakukan :
·
Bersihkan alat
kelamin setiap kali mandi, lalu keringkan perlahan dan lembut
·
Jika menggunakan
popok sekali pakai, perhatikan daya tampungnya, ganti segera setelah penuh dan
begitu dia buang air besar.
21.
Pada bayi perempuan
labia mayor terlihat menggembung, dapat terlihat keriput atau halus. Kadang
mengeluarkan lendir atau darah selama beberapa hari. Hal ini tergolong
perdarahan menstruasi normal dari uterus bayi disebabkan hormon estrogen ibu
yang melewati bayi perlahan menghilang.
22.
Anus (+) dalam 24 jam
pertama dapat mengeluarkan meconium
23.
Dalam 24 jam pertama
bayi dapat BAK dengan volume 20-30 ml/hari
24.
Terkadang pada
beberapa bayi ditemukan kelenjar mamae yang dapat membesar dan mengeluarkan
ASI, akan mengempis dalam beberapa hari atau minggu. Yang bisa dilakukan :
·
Jangan menekan-nekan
payudara bayi karena hanya akan menimbulkan rasa tak nyaman.
·
Bila menyabuni bagian
dadanya, bilas sampai bersih.
25.
Bayi baru lahir sudah
dapat membedakan aroma susu manusia/ibunya dengan aroma susu dari wanita lain,
bereaksi secara kuat terhadap berbagai rasa dan memperlihatkan kesukaan yang
kuat pada rasa manis.
26.
Bayi baru lahir
sangat sensitive terhadap sentuhan dan sangat menyukai kontak langsung antara
kulit dengan kulit Adalah normal bila dalam 2 minggu pertama bayi banyak tidur.
BBL biasanya tidur selama 16-20 jam yang dibagi menjadi 4-5 periode.
27.
Tangisan bayi
berbeda-beda disesuaikan dengan apa yang dirasakannya, seperti sakit, merasa
tidak nyaman karena basah, dingin, lapar, merasa kesepian dll.
PENILAIAN
PERTUMBUHAN FISIK BAYI DAN ANAK
Pertumbuhan
(growth) ialah bertambahnya
ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran
fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Bersifat
kuantitatif sehingga dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang dan
berat.
Penilaian
pertumbuhan dan perkembangan anak Penilaian tumbuh kembang anak secara medis
atau secara statistik diperlukan untuk mengetahui apakah seorang anak tumbuh
dan berkembang normal atau tidak. Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh
kembang yang optimal apabila diberikan lingkungan bio-fisiko-psikososial
adekuat.
Parameter
ukuran antropometrik yang dipakai pada penilaian pertumbuhan fisik, antara lain
tinggi badan, berat badan, lingkaran kepala, lingkaran dada, lipatan kulit,
lingkaran lengan atas, panjang lengan (arm span), proporsi
tubuh/perawakan, dan panjang tungkai. Penilaian pertumbuhan dimulai dengan
memplot hasil pengukuran tinggi badan, berat badan pada kurva standar (misalnya
NCHS, Lubschenko, Harvard, dan lain sebagainya), sejak dalam kandungan (intra
uterin) hingga remaja. Sedangan penilaian perkembangan anak pada fase awal
umumnya dibagi menjadi 4 aspek kemampuan fungsional, yaitu motorik kasar,
motorik halus dan penglihatan, berbicara, bahasa dan pendengaran serta sosial
emosi dan perilaku. Salah satu alat untuk skrining yang dipakai secara
internasional, yaitu DDST (Denver Developmental Screening Test) disebut
sebagai Denver II dengan menggunakan pass-fail ratings pada 4
ranah perkembangan, yaitu personal-social, fine motor adaptive,
language, dan gross motor untuk anak sejak lahir
sampai usia 6 tahun.
KMS
(Kartu Menuju Sehat) merupakan alat yang penting untuk memantau tumbuh kembang
anak. Aktifitasnya tidak hanya menimbang dan mengukur saja, tetapi harus
menginterpretasikan tumbuh kembang anak kepada ibunya. KMS yang ada di
Indonesia pada saat ini berdasarkan standar Harvard, dimana 50 persentil baku
Harvard dianggap 100%. Seminar Antropometri di Ciloto 1991 merekomendasikan
untuk menggunakan baku NCHS untuk menggantikan baku Harvard yang secara
internasional mulai berkurang penggunaannya. Berikut rumus untuk memperkirakan
berat badan dan tinggi badan normal pada bayi dan anak:
Berat
Badan (Kilogram) |
|||
Lahir |
3,25 |
||
3-12
bulan |
Usia
(bulan) + 9 2 |
||
1-6
tahun |
Usia
(tahun) x 2 + 8 |
||
7-12
tahun |
Usia
(tahun) x 7 – 5 2 |
||
Tinggi
Badan (Centimeter) |
|||
Lahir |
50 |
||
1
tahun |
75 |
||
2-12
tahun |
Usia
(tahun) x 6 + 77 |
||
Beberapa ukuran yang perlu diketahui
sebagai patokan:
Berat badan (BB)
Rata-rata lahir normal
3.000-3.500 gr
Umur 5 bulan
2x berat badan lahir
Umur 1 tahun
3x berat badan lahir
Umur 2
tahun
4x berat badan lahir
Kenaikan berat badan pada tahun pertama kehidupan:
- 700-1000 gram/bulan
pada triwulan I
- 500-600 gram/bulan pada
triwulan II
- 350-450 gram/bulan pada
triwulan III
- 250-350 gram/bulan pada
triwulan IV
Pada masa pra sekolah kenaikan BB rata-rata 2 kg/tahun.
Tinggi badan (TB)
Rata-rata lahir
normal
50 cm
Umur 1 tahun
1,5 x TB lahir
Umur 4
tahun
2 x TB lahir
Umur 6 tahun
1,5 x TB setahun
Umur 13 tahun
3 x TB lahir
Dewasa
3,5 x TB lahir (2 x TB setahun)
Sedangkan untuk perkembangan anak, banyak “milestone” perkembangan anak
yang penting, tetapi di bawah ini akan disajikan beberapa “milestone”
pokok yang harus kita ketahui dalam mengetahui taraf perkembangan seorang anak
(yang dimaksud dengan “milestone” perkembangan adalah tingkat
perkembangan yang harus dicapai anak pada umur tertentu), misalnya:
Umur |
“Milestone”
perkembangan |
4-6
minggu |
Tersenyum
spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu kemudian |
12-16
minggu |
-
Menegakkan kepala, tengkurap sendiri
- Menoleh ke arah suara |
20
minggu |
Meraih
benda yang didekatkan kepadanya |
26
minggu |
-
Dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya
- Duduk, makan dengan
bantuan kedua tangannya ke depan |
9-10
bulan |
-
Menunjuk dengan jari telunjuk
- Memegang benda dengan
ibu jari dan telunjuk |
13
bulan |
-
Berjalan tanpa bantuan
- Mengucapkan kata-kata
tunggal |
Dengan kita
mengetahui berbagai “milestone” pokok ini, maka kita dapat mengetahui
apakah seorang anak perkembangannya terlambat ataukah masih dalam batas-batas
normal.
PENILAIAN
PERKEMBANGAN BAYI & ANAK
Perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel sel tubuh,
jaringan tubuh, organ organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing masing dapat memenuhi fungsinya.
Sejak dahulu masalah
perkembangan anak telah mendapat perhatian. Berbagai tulisan mengenai
perkembangan anak telah dibuat. Menurut ilingworth, ulasan yang pertama kali
dibuat mengenai perkembangan anak adalah yang dibuat oleh tiedeman dari jerman
(1787) yang mencatat perkembangan dari seorang anak. Kemudian charles darwin (1877)
mempublikasikan secara detail perkembangan salah satu dari 10 anaknya pada
tahun 1931 shirley melaporkan perkembangan 25 anak secara lengkap. 1
Pada saat ini berbagai
metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan perkembangan anak telah dibuat.
Demikian pula dengan skrining untuk mengetahui penyakit penyakit yang potensial
dapat mengakibatkan gangguan perkembangan anak. Karena deteksi dini kelainan
perkembangan anak sangat berguna, agar diagnosis maupun pemulihannya dapat
dilakukan lebih awal, sehingga tumbuh kembang anak dapat berlangsung seoptimal
mungkin. Sayangnya banyak ahli kesehatan yang percaya bahwa tidak banyak
yang dapat dikerjakan untuk mengatasi kelainan ini dan mereka percaya pula
bahwa kelainan yang ringan dapat normal dengan sendirinya. Sikap seperti ini
dapat menghambat pemulihannya, bahkan pada kasus kasus tertentu dapat
mengakibatkan cacat yang permanen, yang seharusnya dapat dihindari. 1
Penting untuk dipahami
bahwa dengan skrining dan mengetahui adanya masalah pada perkembangan anak, tidak
berarti bahwa diagnosis pasti dari kelainan tersebut telah ditetapkan. Skrining
hanyalah prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh kembang anak sehari hari, yang
dapat memberikan petunjuk kalau ada sesuatu yang perlu mendapat perhatian.
Sehingga masih diperlukan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik yang
teliti dan pemeriksaan penunjang lainnya agar diagnosis dapat dibuat, supaya
intervensi dan pengobatan dapat dilakukan sebaik baiknya.
Periode penting dalam
tumbuh kembang adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang
akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa
balita ini perkembangan kemampuan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan
berikutnya. Perkembangan moral beserta dasar dasar kepribadian juga dibentuk
pada masa ini. Sehingga setiap penyimpangan perkembangan sekecil apapun pada
masa ini akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia kelak dikemudian hari. 1
Pada perkembangan anak
terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan/stimulasi yang berguna agar
potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian. Perkembangan psikososial
sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tua dewasa
lainnya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai
dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi
masih dalam kandungan. Sedangkan lingkungan yang tidak mendukung akan
menghambat perkembangan anak. 1
TUJUAN PENILAIAN
PERKEMBANGAN1
Tujuan dari penilaian perkembangan anak adalah agar para
tenaga kesehatan1 :
1)
Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal
hal lain yang merupakan resiko terjadinya kelainan perkembangan tersebut.
2)
Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang
memerlukan pengobatan konseling genetik.
3)
Mengetahui kapan anak perlu dirujuk ke senter
yang lebih tinggi.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK
Masa lima tahun pertama
merupakan masa terbentuknya dasar dasar kepribadian manusia, kemampuan
berfikir, pengindraan, keterampilan berbahasa dan berbicara, bertingkah laku
sosial dan lain-lainnya.
Ada dua faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang
optimal seorang anak, yaitu:
·
faktor dalam
Yaitu
faktor faktor yang ada pada diri anak itu sendiri baik faktor bawaan maupun
faktor yang diperoleh, termasuk disini antara lain:
o
Hal hal yang diturunkan dari orang tua, kakek
nenek atau generasi sebelumnya. Misalnya warna rambut dan bentuk tubuh.
o
Unsur berfikir dan kemampuan intelektual.
Misalnya kecepatan berfikir.
o
Keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh.
Misalnya: kekurangan hormon yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
anak.
o
Emosi dan sifat-sifat (temperamen) tertentu.
Misalnya: pemalu, pemarah, tertutup, dan lain lain.
·
Faktor luar
o
Keluarga
Sikap dan
kebiasaan keluarga dalam mengasuh dan mendidik anak, hubungan orang tua dengan
anak, hubungan antara saudara, dan lain-lain.
o
Gizi
Kekurangan
gizi dalam makanan menyebabkan pertumbuhan anak terganggu yang akan
mempengaruhi perkembangan seluruh dirinya.
o
Budaya setempat
Asuhan dan
kebiasaan dari suatu masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Misalnya kebersihan lingkungan, kesehatan, pendidikan.
o
Teman bermain dan sekolah
Ada
tidaknya teman bermain. Tempat dan alat bermain, kesempatan pendidikan
disekolah, akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
ASPEK PERKEMBANGAN ANAK
Pencapaian suatu
kemampuan pada setiap anak bisa berbeda beda, namun demikian ada patokan umur
tentang kemampuan apa saja yang perlu dicapai seorang anak pada umur tertentu.
Adanya patokan tersebut dimaksudkan agar anak yang belum mencapai tahap
kemampuan tertentu itu perlu dilatih berbagai kemampuan untuk dapat mencapai
perkembangan yang optimal.5 Ada 4 aspek yang perlu dibina dalam
menghadapi masa depan anak, yaitu:
1.
Perkembangan motorik kasar dan motorik halus
Yang dimaksud gerakan
(motorik) adalah semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh seluruh tubuh.
Perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari
unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh, dan perkembangan tersebut erat
kaitannya dengan perkembangan pusat motorik anak. Pada anak, gerakan ini dapat
secara lebih jelas dibedakan antara gerakan motorik kasar dan halus.
Disebut motorik kasar
bila gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan biasanya
memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot otot yang lebih besar. Contohnya
gerakan telungkup, gerakan berjalan, gerakan berlari.
Disebut motorik halus
bila hanya melibatkan bagian bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot
otot kecil, karena itu tidak begitu memerlukan tenaga. Gerakan halus ini
memerlukan koordinasi yang cermat. Contohnya gerakan mengambil benda dengan
hanya ibu jari dan telunjuk, gerakan memasukkan benda kecil ke dalam lubang, membuat
prakarya. Melalui
latihan latihan yang tepat gerakan gerakan kasar dan halus ini dapat
ditingkatkan dalam hal keluwesan, kecepatan dan kecermatan. Sehingga secara
bertahap seorang anak akan bertambah terampil dan mahir melakukan gerakan
gerakan yang diperlukan guna penyesuaian dirinya.
2.
Komunikasi aktif dan pasif
Sebagai mahluk sosial anak akan selalu berada diantara
atau bersama orang lain, agar dicapai saling pengertian maka diperlukan
kemampuan berkomunikasi. Pada bayi kemampuan berkata kata atau komunikasi aktif
ini belum dapat dilakukan, ia menyatakan perasaan dan keinginannya melalui
tangisan dan gerakan. Meskipun demikian, komunikasi dengan orang lain tetap
dapat terjadi karena ia mengerti ucapan ucapan orang lain. Kesanggupan mengerti
dan melakukan apa saja yang diperintahkan oleh orang lain disebut sebagai
komunikasi pasif. Komunikasi aktif dan komunikasi pasif perlu dikembangkan
secara bertahap, anak dilatih untuk mau dan mampu berkomunikasi aktif
(berbicara, mengucapkan kalimat kalimat, bernyanyi dan bentuk ucapan lisan
lainnya) dan komunikasi pasif (anak mampu mengerti orang lain).
3.
Perkembangan kecerdasan (kognisi)
Pada balita kemampuan
berfikir mula mula berkembang melalui kelima indra, misalnya melihat warna
warna, mendengar suara atau bernyanyi, mengenal rasa. Melalui kata kata yang
didengar dan diajarkan, ia mengerti bahwa segala sesuatu itu ada namanya. Daya
fikir dan pengertian mula mula terbatas pada apa saja yang konkrit, yang dapat
dilihat, dipegang atau dimainkan. Melalui bermain main serta latihan latihan
yang diberikan oleh orang tua atau orang lain, setahap demi setahap anak akan
mengenal, mengerti lingkungannya dan memiliki kemampuan merencanakan persoalan.
Semua konsep atau pengertian ini kemudian meningkat sehingga memungkinkan anak
untuk melakukan pemikiran pemikiran ke tingkat yang lebih tinggi, lebih
abstrak, dan lebih majemuk, misalnya mengerti dan menggunakan konsep sama
berbeda, bertambah berkurang, sebab akibat dan lain lain.
4.
Perkembangan kemampuan menolong diri sendiri
dan tingkah laku sosial
Pada awal kehidupannya
seorang anak bergantung pada orang lain dalam hal pemenuhan kebutuhannya
(misalnya makanan, pakaian, kesehatan, kasih sayang, pengertian rasa aman dan
kebutuhan akan perangsangan mental, sosial dan emosional).
Kebutuhan kebutuhan anak berubah dalam jumlah maupun
derajat kualitasnya sesuai dengan bertambahnya umur anak. Dengan makin mampunya
anak melakukan gerakan motorik, anak terdorong melakukan sendiri berbagai hal
dan terdorong untuk bergaul dengan orang lain selain anggota keluarganya
sendiri. Orang tua harus melatih usaha mandiri anak, mula mula dalam hal
menolong kebutuhan anak itu sendiri sehari hari, misalnya makan minum, buang
air kecil dan sebagainya. Kemampuan kemampuan ini makin ditingkatkan sesuai dengan
bertambahnya usia, anak perlu berkawan, luas pergaulan harus dikembangkan pula,
dan anak perlu diajar untuk aturan aturan disiplin, sopan santun dan sebagainya
agar tidak canggung dalam memasuki lingkungan baru.
TAHAP TAHAP PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK1
1.
Anamnesis
Tahap pertama adalah melakukan anamnesis yang lengkap,
karena kelainan perkembangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Dengan
anamnesis yang teliti maka salah satu penyebabnya dapat diketahui. 1
2.
Skrining gangguan perkembangan anak.
Pada tahap ini dianjurkan digunakan instrumen-instrumen
untuk skrining guna mengetahui kelainan perkembangan anak, misalnya dengan
menggunakan DDST, tes IQ, atau tes psikologik lainnya. 1
3.
Evaluasi lingkungan anak
Tumbuh kembang anak adalah hasil interaksi antara faktor
genetik dengan lingkungan biofisikopsikososial. Oleh karena itu untuk deteksi
dini, kita juga melakukan evaluasi lingkungan anak tersebut.1
4.
Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak
Tes penglihatan misalnya untuk anak umur kurang dari 3
tahun dengan tes fiksasi, umur 2 ½ tahun – 3 tahun dengan kartu gambar dari
allen dan diatas umur 3 tahun dengan huruf E. Juga diperiksa apakah ada tanda
strabismus dan selanjutnya periksa kornea dan retinanya. Sedangkan skrining
perkembangan anak, melalui anamnesis atau menggunakan audiometer kalau ada
alatnya. Disamping itu dilakukan juga pemeriksaan bentuk telinga, hidung, mulut
dan tenggorokan untuk mengetahui adanya kelainan bawaan. 1
5.
Evaluasi bicara dan bahasa anak
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah
kemampuan anakberbicara masih dalam batas batas normal atau tidak. Karena
kemampuan berbicara menggambarkan kemampuan SSP, endokrin, ada atau tidaknya
kelainan bawaan pada hidung, mulut dan pendengaran, stimulasi yang diberikan,
emosi anak dan sebagainya. 1
6.
Pemeriksaan fisik
Untuk melengkapi anamnesis diperlukan pemeriksaan fisik,
untuk mengetahui apakah terdapat kelainan fisik yang dapat mempengaruhi tumbuh
kembang anak.misalnya berbagai sindrom, penyakit jantung bawaan, tanda tanda
penyakit defisiensi dan lainnya. 1
7.
Pemeriksaan neurologi
Dimulai dengan anamnesis masalah neurologi dan keadaan
keadaan yang diduga dapat mengakibatkan kelainan neurologi, seperti trauma
lahir, persalinan yang lama, asfiksia berat dan sebagainya. Kemudian dilakukan
tes neurologi yang teliti, maka dapat membantu dalam diagnosis suatu kelainan,
misalnya kalau ada lesi intrakranial, serebral palsi, neuropati perifer, dan
penyakit degeneratif lainnya.
Untuk
mengetahui secara dini adanya cerebral palsi, dianjurkan menggunakan
pemeriksaan neurologi menurut milani comparetti, yang merupakan cara untuk
evaluasi perkembangan motorik dari lahir sampai umur 2 tahun.
8.
Evaluasi penyakit penyakit metabolik
Salah satu penyebab gangguan perkembangan pada anak
adalah disebabkan oleh penyakit metabolik. Dari anamnesis dapat dicurigai
adanya penyakit metabolik, apabila ada anggota keluarga lainnya yang terkena
penyakit yang sama. Adanya tanda tanda klinis seperti rambut yang pirang
dicurigai adanya PKU (phenylketouria), ataksia yang intermitten dicurigai
adanya hiperamonemia dan sebagainya. Disamping itu diperlukan pemeriksaan
penunjang lainnya sesuai dengan kecurigaan kita. 1
9.
Integrasi dari hasil penemuan
Berdasarkan anamnesis dan semua pemeriksaan tersebut
diatas, dibuat suatu kesimpulan diagnosis dari gangguan perkembangan tersebut.
Kemudian ditetapkan penatalaksanaannya, konsultasi kemana dan prognosisnya.
SKRINING PERKEMBANGAN
Skrining perkembangan
merupakan prosedur yang didesain untuk mengidentifikasi anak yang harus
mendapatkan penilaian yang lebih intensif. Skrining digunakan untuk mendeteksi
deviasi yang tak terduga dari perkembangan normal yang tidak seharusnya ada.
Tujuan utama dari skrining adalah untuk mengidentifikasikan secepatnya
disabilitas perkembangan pada anak yang beresiko tinggi sehingga penanganan
dapat dilakukan pada usia dini dimana penanganan paling efektif. Skrining bukan
merupakan tes yang hanya dilakukan pada satu waktu, tetapi lebih merupakan
proses dan prosedur yang digunakan pada periode waktu tertentu.2
Tes skrining yang ideal
harus mempunyai sensitivitas (mendeteksi hampir semua masalah pada anak) dan
spesifitas (dapat mendeteksi anak dengan keterlambatan) yang tinggi. Tes
tersebut juga harus dapat mengukur apa yang seharusnya terukur (validitas),
memberikan hasil yang sama pada penggunaan berulang oleh pemeriksa yang
berbeda, murah dan cepat digunakan. Skrining perkembangan yang ideal tidak
sepenuhnya ada.4 Tabel 2 mencantumkan beberapa tes skrining
perkembangan yang sering digunakan dan keterbatasannya.
Perlu dipisahkan antara
skrining perkembangan, penilaian perkembangan maupun survailans perkembangan.
Penilaian perkembangan ditujukan kepada pemeriksaan yang lebih detail dari perkembangan
yang tertunda. Di satu sisi, survailans perkembangan merupakan tes yang
berkelanjutan, fleksibel, dan proses yang komprehensif dimana termasuk
aktifitas yang berhubungan pada deteksi dari masalah perkembangan dan promosi
perkembangan selama kunjungan primer kesehatan anak. Survailans perkembangan
termasuk identifikasi dari keadaan keluarga, observasi anak, skrining, dan
imunisasi. 2
Terdapat tiga pendekatan
pada proses skrining, yaitu skrining perkembangan informal, skrining
perkembangan rutin dan skrining perkembangan terfokus. Skrining perkembangan
informal berdasarkan observasi pada saat pemeriksaan rutin anak dan menanyakan
orang tua mengenai perhatian mereka terhadap perkembangan anaknya. Ahli anak,
bagaimanapun juga perlu membiasakan diri dengan berbagai variasi milestone
perkembangan anak pada berbagai tingkat usia. Hal ini bukanlah tugas mudah
untuk para klinisi umum. Nilai batas atas normal telah dipergunakan sebagai
panduan untuk mengidentifikasikan keterlambatan. Sebagai tambahan, beberapa
penelitian juga melaporkan bahwa ahli anak seringkali tidak akurat dalam
memprediksikan status perkembangan anak. Hampir setengah dari keterlambatan
perkembangan tidak teridentifikasi oleh ahli anak. Terlebih lagi, pengetahuan
orang tua mengenai perkembangan anak sangat mempengaruhi, dikarenakan orang tua
tidak mengindahkan pentingnya keterlambatan perkembangan. Daya ingat orang tua
dari milestone perkembangan seringkali tidak akurat dan telah dilaporkan bahwa
orang tua terlihat terlalu berlebihan dalam menilai perkembangan bahasa dari
anak dan tidak mengindahkan kemampuan motorik halus dari anak. Didalam
permasalahan ini seorang ahli penyakit anak tidak mungkin mampu
mengidentifikasi secara benar anak yang mempunyai keterlambatan perkembangan
pada mayoritas anak dengan keterlambatan perkembangan melalui metode skrining
informal.2
Skrining perkembangan
formal dilakukan secara sistematis dengan menggunakan insrumen skrining yang
telah terstandarisasi. Bagaimanapun juga pendekatan ini membutuhkan waktu yang
banyak dan orang yang terlatih. Dan tidak dapat pula menjamin untuk dapat
menurunkan insiden dari masalah perkembangan pada populasi anak dengan resiko
rendah. 2
Meskipun di negara
berkembang, kegunaan dari skrining perkembangan rutin masih tetap
dipertanyakan. Di swedia, dimana telah mempunyai sistem skrining yang sangat
terorganisasi pada pusat pusat kesehatan anak, penelitian telah membuktikan
bahwa pemeriksaan rutin pada pusat kesehatan hanya membuat perbedaan kecil
dalam deteksi dini cerebral palsi. 2
Skrining perkembangan yang terfokus melibatkan dua
kelompok anak, yaitu (a) anak dengan orang tua yang memberi perhatian yang
lebih pada perkembangan anak dan guru atau dokter yang mencurigai adanya
masalah, (b) neonatus dengan kondisi resiko tinggi untuk terjadinya
keterlambatan perkembangan, 2 contohnya:
·
BBLR (<1500 g)
·
Kondisi neurologis
·
Perdarahan intraventrikular Gr. III or IV
·
Periventricular leukomalacia
·
Hipoksia iskemik ensefalopati
·
Apgar skor 0-3 pada menit 10, 15 and 20
·
Meningitis
·
Kejang persistent
·
Apnea
·
Hyperbilirubinemia
·
Kejang dengan hipoglikemi
·
Septikemia
MEMILIH INSTRUMEN TES PERKEMBANGAN
Meskipun semua instrument tes perkembangan didesain untuk
mengidentifikasi anak yang potensial untuk keterlambatan perkembangan, masing
masing instrumen mempunyai pendekatan yang berbeda beda dalam mengidentifikasi.6
Tidak ada instrument yang secara universal dapat diterima untuk
semua populasi dan usia. Tes skrining yang ada bervariasi dari yang menilai
perkembangan secara umum sampai yang terfokus pada area yang spesifik, seperti
kemampuan motorik dan komunikasi. Tes skrining secara luas harus menilai
berbagai aspek perkembangan, termasuk motorik kasar, motorik halus, bahasa,
komunikasi, tingkah laku dan kemampuan personal sosial. Terdapat berbagai macam
tes skrining, dan pilihan untuk memakai instrument yang mana bergantung pada
populasi yang akan di skrining, tipe masalah yang di skrining pada populasi
tersebut, waktu penilaian dan biaya dari instrument. 6
Tes skrining juga harus valid dan dapat diandalkan, dengan
sensitifitas dan spesifitas yang baik. Realibilitas merupakan kemampuan dari
suatu pengukuran untuk dapat menghasilkan hasil yang konsisten, validitas dari
tes skrining perkembangan berhubungan dengan kemampuan untuk memisahkan antara
anak yang normal atau anak dengan keterlambatan perkembangan, sensitifitas
merupakan keakuratan dari tes tersebut untuk dapat mengidentifikasi anak dengan
perkembangan yang terlambat, spesifitas merupakan keakuratan dari tes skrining
untuk mengidentifikasi anak tanpa keterlambatan perkembangan. Jika tes skrining
salah mengindentifikasikan anak yang normal sebagai anak yang terlambat dalam
perkembangan maka akan menghasilkan yang disebut overreferrals, dan
jika suatu tes salah mengidentifikasikan anak yang terlambat sebagai anak yang
normal maka itu akan menghasilkan yang disebut sebagaiunderreferrals. Untuk
tes skrining perkembangan, system penilaian harus dibuat untuk
meminimalkan underreferrals danoverreferrals. Terdapat
pertukaran nilai antara sensitifitas dan spesifitas ketika memperbaiki sistem
penilaian tersebut, sensitifitas dan spesifitas pada level 70% sampai 80% telah
dapat diterima untuk tes skrining perkembangan.
INSTRUMEN TES PERKEMBANGAN
Ahli penyakit anak sekarang mempunyai banyak instrumen
perkembangan yang dapat dipilih. Instrumen yang paling baik adalah yang
mempunyai data psikometrik yang baik, termasuk sensitifitas, spesifitas,
validitas, dan realibilitas yang baik, dan telah distandarisasi pada populasi
luas. Instrumen yang dipakai oleh orang tua anak, sepertiParents’ Evaluation
of Developmental Status,
Ages
and Stages Questionnaires, dan Child Development
Inventories Mempunyai data psikometrik ysng baik dan mempunyai
keunggulan dimana untuk melakukannya membutuhkan waktu yang singkat bila
dibandingkan dengan instrument yang membutuhkan pemeriksaan langsung oleh ahli
penyakit anak. Instrument seperti Denver-II screening test, Bayley
Infant Neurodevelopmental
Screener, Battelle
Developmental Inventory, Early Language Milestone Scale, dan
Brigance
Screens melibatkan pemeriksaan langsung terhadap kemampuan
anak. The CAT-CLAMS merupakan tes yang didesain khusus untuk
dapat digunakan oleh ahli penyakit anak untuk menilai kemampuan kognitif dan
bahasa dari anak.
Setiap
tes skrining mempunyai kekuatan dan kelemahannya masing masing. Contohnya the
Denver-II screening test yang telah digunakan secara luas, namun
mempunyai sensitifitas dan spesifitas yang rendah tergantung dari interpretasi
hasilnya. Setiap tes juga harus dilakukan sesuai instruksi yang ada, jika tidak
maka hasilnya akan tidak valid.7
Skrining untuk psikososial dan tingkah laku pada anak terdapat
beberapa tantangan, anak dengan perkembangan yang terhambat mempunyai resiko
yang tinggi untuk memiliki masalah tingkah laku. Kebanyakan instrument skrining
perkembangan tidak dapat menilai pada area ini secara adekuat. Instrument tes
seperti the Temperament and Atypical Behavior Scale, Child
Behavioral Checklist, The Carey Temperament Scales, Eyberg
Child Behavior Inventory, Pediatric Symptom Checklist,
and Family Psychosocial Screening, dapat membantu dalam mendeteksi
masalah tingkah laku. Akhir akhir ini terdapat peningkatan ketertarikan dalam
skrining anak untuk autistic spectrum disorders karena
terdapatnya peningkatan pada prevalensi dan kemampuan untuk diagnosis dan
intervensi dini. Instrument skrining spesifik seperti the Checklist for
Autism
in
Toddlers (CHAT), dapat membantu ahli penyakit anak untuk
diagnostik, tetapi dapat terjadi kesalahan karena mempunyai sensitifitas yang
rendah dan spesifitas yang tinggi.7
Tes yang paling sering digunakan adalah Denver Developmental
Screening Test-II (Denver II). Bagaimanapun juga, dibalik kepopularannya, DDST
II tidak berfungsi baik sebagai tes skrining, karena mempunyai sensitifitas
yang terbatas dan validitas yang rendah. Tetapi tes ini tetap bernilai karena
kemudahannya untuk digunakan. Skrining yang mempunyai sensitifitas dan
spesifitas yang baik dengan menggunakan 10 set dari pertanyaan yang terstruktur
yang dapat diperhatikan oleh orang tua di berbagai area perkembangan,
pendekatan ini telah diformalkan sebagai Parents’ Evaluation of
Developmental Status (PEDS) questionnaire. Cara ini merupakan cara
yang akurat karena secara umum orang tua merupakan pengamat yang akurat dari
tingkah laku dan perkembangan anak.4
Lebih
jauh lagi efisiensi dari skrining dapat ditingkatkan dengan menggunakan
skrining level kedua untuk anak yang dicurigai bermasalah dengan
menggunakan The Ages and Stages Questionnaires (ASQ). Tes ini
terdiri dari seri 11 pertanyaan yang didesain untuk dapat dilakukan dirumah
dari usia 4 sampai 48 bulan, dan mempunyai validitas dan realibilitas yang baik
sebesar 76-91%, meskipun ASQ mungkin gagal untuk mengidentifikasikan hampir 13%
anak dengan keterlambatan perkembangan. Penilaian dan interpretasi dapat
dilakukan dengan cepat, dimana sangat cocok untuk seseorang yang sibuk.
Skrining untuk keterlambatan bahasa sangat penting, dikarenakan
terdapat hubungan yang kuat antara bahasa dan perkembangan kognitif dan
kemampuan pendidikan. Early Language Milestone (ELM)
membutuhkan waktu pengerjaan 2-3 menit, sensitifitas untuk bahasa dan kognitif
sangat tinggi bila dibandingkan dengan tes diagnostik standar baku. Masalah psikiatri dan tingkah
laku sangat sering terjadi dan sering bersamaan dengan keterlambatan
perkembangan. Skrining untuk masalah tingkah laku dapat dengan
menggunakan Pediatric Symptom Checklist, yang sederhana dan validitas
yang baik.
PERANGKAP DALAM INTERPRETASI PERKEMBANGAN ANAK
Kesalahan kesalahan yang sering dibuat dalam
menginterpretasikan perkembangan anak adalah sebagai berikut:
1.
Perkembangan motorik
Pada tahun pertama seringkali tenaga kesehatan/orangtua
lebih menfokuskan pada perkembangan motorik kasar saja. Sehingga sering
terkecoh pada perkembangan motorik yang dianggap normal tersebut dengan suatu
harapan yang semu terhadap kemampuan intelektual anak. bebrapa
penelitian menemukan bahwa kemampuan motorik bukanlah prediksi dari
intelektualitas, dan didapatkan juga bahwa anak dengan retardasi mental yang
sedang sampai berat tidak memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan motorik.Kemampuan intelektual anak dapat dilihat pada
perkembangan bahasa dan pemecahan masalah. Selain itu perhatian juga kurang
diberikan pada perkembangan motorik halus. Padahal perkembangan motorik halus
merupakan indikator yang lebih baik daripada motorik kasar, dalam diagnosis
gangguan motorik pada anak. Perkembangan motorik halus yang paling awal adalah
jari jari tangan yang tidak menggenggam lagi pada bayi umur 3 bulan. Bila masih
menggenggam setelah umur 3 bulan dicurigai adanya cerebral palsi.1,2
2.
Intelegensi: penampilan superfisial
Suatu konsep bahwa anak yang retardasi mental ditandai
dengan muka yang khas. Pendapat ini tidak selamanya benar, karena itu kita
seringkali terlambat membuat diagnosis pada anak yang retardasi mental dengan
penampilan fisik seperti anak normal atau dengan kemampuan motorik kasar yang
baik. Begitu pula sebaliknya, anak dengan raut wajah yang dysmorphic mungkin tidak memiliki defisiensi intelektualitas.
Anak yang autistik sering dikatakan sebagai anak yang manis dan lain
sebagainya.1,2
3.
Perkembangan bahasa
Kesalahan yang sering dibuat adalah pandangan yang
mengatakan bahwa perkembangan bahasa belum dimulai sampai anak umur satu tahun
dan tidak perlu kuatir akan adanya kelainan bahasa sampai anak umur 2
tahun. Hal penting untuk diingat ialah kemampuan bahasa, yang diukur dari
ekspresif dan reseptif, merupakan salah satu prediktor yang baik terhadap
intelegensia anak. Untuk mencegah kesalahan tersebut, diperlukan
kemampuan dalam mendapatkan anamnesis yang akurat dan pengetahuan tentang
milestone perkembangan bahasa.1,2
4.
Pendengaran
Kesalahan yang sering dibuat adalah pandangan
bahwa ketulian sangat jarang pada anak. Sehingga sering tidak terdiagnosis
sampai anak berumur lebih dari satu tahun.Ternyata 1 dari 1000 kelahiran adalah
anak dengan ketulian berat. Rata rata diagnosis tuli kongenital baru dibuat
pada saat anak berumur 2-2,5 tahun. Oleh karena itu anamnesis yang baik pada
orang tuanya sangat penting, apakah anak ada respons terhadap bunyi bunyian,
kapan anak mulai bisa mengoceh dan sebagainya
STIMULASI
TUMBANG BAYI DAN BALITA
Istilah tumbuh kembang sebenarnya
mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit
dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Dan untuk tercapainya tumbuh
kembang yang optimal tergantung pada potensi biologik seseorang yang merupakan
hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik,
lingkungan bio-fisiko-psiko sosial dan perilaku.
Proses yang unik dan hasil akhir
yang berbeda-beda yang memberika ciri tersendiri pada setiap anak. Oleh karena
itu, tumbuh kembang harus menjadi perhatian bagi pemerintah, tenaga kesehatan,
dan masyarakat khususnya supaya anak Indonesia dapat mencapai kesehatan yang
optimal. Memiliki anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah dambaan
setiap orang tua. Untuk mewujudkannya tentu saja orang tua harus selalu
memperhatikan,mengawasi, dan merawat anak secara seksama. Proses tumbuh kembang
anak dapat berlangsung secara alamiah, tetapi proses tersebut sangat tergantung
kepada orang dewasa atau orang tua. Periode penting dalam tumbuh kembang anak
adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi
dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan
kemampuan berbahasa, kreativitas,kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta
dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Pada masa periode kritis
ini, diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensinya
berkembang. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi diusahakan sesuai
dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi
masih dalam kandungan. Untuk bisa merawat dan membesarkan anak secara maksimal tentu
kita perlu mengetahui banyak hal yang berkaitan dengan anak itu sendiri, yang
pada gilirannya akan menjadi bekal yang sangat berharga bagi kita dalam merawat
dan membesarkan buah hati kita.
5.
Pertumbuhan (growth) berkaitan
dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel,
organ maupun induvidu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram),
ukuran panjang (cm, meter).
6.
Perkembangan (development) adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan.
Menyangkut perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya.
TUMBUH KEMBANG ANAK SEHAT
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan
dalam besar,jumlah, atau ukuran, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,
kilogram) dan ukuran panjang (cm, meter), sedangkan perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari
seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk
juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
berinteraksi dengan lingkungannya. Secara umum terdapat dua faktor utama yang
mempengaruhi tumbuh
kembang anak, yaitu:
1.
Faktor genetik
Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan
anak tersebut. Kemampuan anak merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan
dari orang tuanya.
2.
Faktor lingkungan
Yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak
itu berada. Dalam hal inilingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar
anak untuk tumbuh kembang sejak dalam kandungan sampai dewasa. Lingkungan yang
baik akan menunjang tumbuh kembang anak, sebaliknya lingkungan yang kurang baik
akan menghambat tumbuh kembangnya.
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara
umum dibagi menjadi 3
kebutuhan dasar yaitu:
1.
Kebutuhan fisik-biomedis (”ASUH”)
Meliputi:
·
pangan/gizi
·
perawatan kesehatan dasar:
imunisasi, pemberian ASI,
·
penimbangan yang teratur,
pengobatan
·
pemukiman yang layak
·
kebersihan perseorangan, sanitasi
lingkungan
·
pakaian
·
rekreasi, kesegaran jasmani
2.
Kebutuhan emosi/kasih sayang (”ASIH”)
Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan
yang erat dan kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik
, mental, atau psikososial.
3.
Kebutuhan akan stimulasi mental (”ASAH”)
Stimulasi mental mengembangkan perkembangan
kecerdasan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika,
produktivitas dan sebagainya.
CIRI-CIRI TUMBUH KEMBANG ANAK
1.
Tumbuh kembang adalah proses yang
kotinu sejak dari konsepsi sampai maturitas atau dewasa, yang dipengaruhi oleh
faktor bawaan dan lingkungan.
2.
Pola perkembangan anak adalah
sama pada semua anak, tetapi kecepatannya berbeda antara anak yang satu dengan
yang lain berbeda.
3.
Perkembangan erat hubungannya
dengan maturasi sistem susunan saraf.
4.
Aktivitas seluruh tubuh diganti
respon individu yang khas
5.
Arah perkembangan anak adalah
sefalokaudal.
6.
Refleks primitif seperti refleks
memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.
Periode penting dalam tumbuh
kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang
akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa
balita ini kemampuan berbahasa, kreativitas, sosial, emosional dan intelegensia
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini.
Deteksi dini perkembangan anak
dilakukan dengan cara pemeriksaan perkembangan secara berkala, apakah sesuai
dengan umur atau telah terjadi penyimpangan dari perkembangan normal. Empat
parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan anak adalah:
1.
Gerakan motorik kasar (pergerakan
dan sikap tubuh).
2.
Gerakan motorik halus
(menggambar, memegang suatu benda dll).
3.
Bahasa (kemampuan merespon suara,
mengikuti perintah, berbicara spontan).
4.
Kepribadian/tingkah laku
(bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya).
JENIS-JENIS STIMULASI YANG DI BUTUHKAN OLEH ANAK
1.
Stimulasi aspek fisik. Rangsangan untuk fisik bayi dan balita amat diperlukan,
karena pada usia mereka perkembangan syaraf-syaraf motorik sangat pesat.
Melakukan gerakan-gerakan sederhana seperti berlari, berjalan, menari akan
sangat membantu perkembangan mereka.
2.
Stimulasi aspek emosi. Kenalkan mereka dengan bentuk emosi dasar, bahagia dan
sedih. Dengan menghiburnya pada saat menangis karena mainannya rusak akan
membantu. Ajari pula mereka untuk berbagi dengan teman sebayanya, misalnya
dengan bernagi mainan, sehingga dapat menimbulkan kepekaan untuk bertoleransi
dan berperilaku menyenangkan.
3.
Stimulasi aspek spiritual. Ajarilah anak untuk berdoa dengan menggunakan kata-kata
yang sederhana, mengucapkan terimakasih kepada tuhan atas makanan, hari yang
indah, dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan hari itu. Akan membuat
anak semakin peka. Ajak juga mereka ke tempat ibadah, dan membacakan dongeng
dan kisah-kisah para nabi juga akan membantu meningkatkan moral.
4.
Stimulasi aspek intelektual. Rangsangan intelektual dapat dilakukan dengan sering
memberikan buku bacaan, mengajak anak melakukan permainan, dan rekreasi
bersama, dan juga dengan rajin menjawab keingintahuan anak. Jadi sebagai
orangtua juga harus rajin belajar agar sanggup memenuhi dan menjawab
keingintahuan anak dengan baik dan benar.
5.
Stimulasi aspek sosial. Anak pun harus diajari untuk peka terhadap lingkungan
sekitarnya. Membantu menjaga adik, membantu orangtua yang sedang sibuk, akan
merangsang kepekaan alaminya.
Agar stimulasi ini dapat menunjukkan hasil yang baik, kita tidak boleh
melupakan istirahat yang cukup dan asupan nutrisinya. Gizi yang baik amat
sangat dibutuhkan oleh anak, karena mereka sedang berada dalam masa
pertumbuhan. Jadi asupan nutrisi tentunya amat dibutuhkan untuk perkembangan
fisik, daya tahan tubuh, pencernaan, dan juga tentunya untuk perkembangan otak
mereka.
D. STIMULASI DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
Kemampuan dan tumbuh kembang anak
perlu dirangsang oleh orang tua agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal dan sesuai umurnya. Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara,
pendengaran, perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat
stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang
kurang bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai
penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi
seperti stimulasi visual (penglihatan), verbal (bicara),auditif (pendengaran),
taktil (sentuhan) dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Pemberian stimulasi
akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhankebutuhan anak sesuai dengan
tahap-tahap perkembangannya.
Pada tahap perkembangan awal anak
berada pada tahap sensori motorik. Pemberian stimulasi
visual pada ranjang bayi akan meningkatkan
perhatian anak terhadap lingkungannya, bayi akan gembira dengan tertawa-tawa
dan menggerak-gerakkan seluruh tubuhnya. Tetapi bila rangsangan itu terlalu
banyak, reaksi dapat sebaliknya yaitu perhatian anak akan berkurang dan anak
akan menangis. Pada tahun-tahun pertama anak belajar mendengarkan. Stimulus
verbal pada periode ini sangat penting untuk perkembangan bahasa anak pada
tahun pertama kehidupannya. Kualitas dan kuantitas vokal seorang anak dapat
bertambah dengan stimulasi verbal dan anak akan belajar menirukan kata-kata
yang didengarnya. Tetapi bila simulasi auditif terlalu banyak (lingkungan
ribut) anak akan mengalami kesukaran dalam membedakan berbagai macam suara.
Stimulasi visual dan verbal pada permulaan perkembangan anak merupakan
stimulasi awal yang penting, karena dapat menimbulkan sifat-sifat ekspresif
misalnya mengangkat alis, membuka mulut dan mata seperti ekspresi keheranan.
Selain itu anak juga memerlukan stimulasi taktil, kurangnya stimulasi taktil
dapat menimbulkan penyimpangan perilaku sosial, emosional dan motorik.
Perhatian dan kasih sayang juga
merupakan stimulasi yang diperlukan anak, misalnya dengan bercakap-cakap,
membelai, mencium, bermain. Stimulasi ini akan menimbulkan rasa aman dan rasa
percaya diri pada anak, sehingga anak akan lebih responsif terhadap lingkungannya
dan lebih berkembang. Pada anak yang lebih besar yang sudah mampu berjalan dan
berbicara, akan senang melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
lingkungannya. Motif ini dapat diperkuat atau diperlemah oleh lingkungannya
melalui sejumlah rekasi yang diberikan terhapap perilaku anak tersebut.
Misalnya anak akan belajar untuk mengetahui perilaku mana yang membuat ibu
senang/mendapat pujian dari ibu, dan perilaku mana yang mendapat marah dari
ibu. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang responsif akan memperlihatkan
perilaku eksploratif yang tinggi. Stimulasi verbal juga dibutuhkan pada tahap
perkembangan ini. Dengan penguasaan bahasa, anak akan mengembangkan ide-idenya
melalui pertanyaan-pertanyaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi perkembangan
kognitifnya (kecerdasan).
Pada masa sekolah, perhatian anak
mulai keluar dari lingkungan keluarganya, perhatian mulai teralih ke teman
sebayanya. Akan sangat menguntungkan apabila anak mempunyai banyak kesempatan
untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Melalui sosialisasi anak akan
memperoleh lebih banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi perkembangan
sosial anak. Pada saat ini di Indonesia telah dikembangkan program untuk
anak-anak prasekolah yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan anak sedini
mungkin, dengan menggunakan APE (alat permainan edukatif). APE adalah alat
permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak disesuaikan dengan
usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk pengembangan aspek
fisik (kegiatan-kegiatan yang menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik
anak), aspek bahasa (dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar),
aspek kecerdasan (dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna.), dan aspek
sosial (khususnya dalam hubungannya dengan interaksi antara ibu dan anak,
keluarga, dan masyarakat). Bermain, mengajak anak berbicara, dan kasih sayang
adalah ’makanan’ yang penting untuk perkembangan anak, seperti halnya kebutuhan
makan untuk pertumbuhan badan. Bermain bagi anak tidak sekedar mengisi waktu
luang saja, tetapi melalui bermain anak belajar mengendalikan dan
mengkoordinasikan otot-ototnya, melibatkan persaan, emosi, dan pikirannya.
Sehingga dengan bermain anak mendapat berbagai pengalaman hidup, selain itu
bila dikakukan bersama orang tuanya hubungan orang tua dan anak menjadi semakin
akrab dan orang tua juga akan segera mengetahui kalau terdapat gangguan
perkembangan anak secara dini.
Buku bacaan anak juga penting
karena akan menambah kemampuan berbahasa, berkomunikasi, serta menambah wawasan
terhadap lingkungannya.Untuk perkembangan motorik serta pertumbuhan otot-otot
tubuh diperlukan stimulasi yang terarah dengan bermain, latihan-latihan atau
olah raga. Anak perlu diperkenalkan dengan olah raga sedini mungkin, misalnya
melempar/menangkap bola, melompat, main tali, naik sepeda).Seorang ahli
mengatakan bahwa prioritas untuk anak adalah makanan, perawatan kesehatan, dan
bermain. Makanan yang baik, pertumbuhan yang adekuat, dan kesehatan yang
terpelihara adalah penting, tetapi perkembangan intelektual juga diperlukan.
Bermain merupakan ”sekolah” yang berharga bagi anak sehingga
perkembangan intelektualnya optimal.
Ada beberapa fungsi bermain pada anak yaitu sebagai
berikut.
1.
Perkembangan Sensorik
Aktivitas motor merupakan bagian yang berkembang pada
masa bayi. Perkembangan sensorik motor ini didukung oleh keterampilan motorik
kasar dan halus seperti stimulus visual,stimulus pendengaran,stimulus taktil
(sentuhan),dan stimulasi kinetik.Stimulus sensorik yang diberikan oleh
lingkungan anak akan direspon dengan memperlihatkan aktivitas-aktivitas
motoriknya.Stimulasi visual merupakan stimulasi awal yang penting pada tahap
permulaan perkembangan anak.Anak akan meningkatkan perhatiannya pada lingkungan
sekitar melalui penglihatanny.Oleh karena itu,orang tua disarankan untuk
memberikan mainan warna-warni pada usia 3 bulan pertama.Stimulasi pendengaran
(stimulasi auditif) adalah sangat penting untuk perkembangan bahasanya
(verbaal),terutama pada tahun pertama kehidupannya.Memberikan sentuhan
(stimulus taktil) yang mencukupi pada anak berarti memberikan perhatian dan
kasih sayng yang diperlukan oleh anak.Stimulus semacam ini akan menimbulkan
rasa aman dan percaya diri pada anak sehingga anak lebiih responsif dan
berkembang.Stimulasdi kinetik akan membantu anak untuk mengenal lingkungan yang
berberda.
2.
Pekembangan Intelektual
Memberikan sumber-sumber yang beraneka ragam untuk
pembelajaran Eksplorasi dan manipulasi bentuk,ukuran,tekstur,warna pengalaman
dengan angka, hubungan yang renggang konsep abstrak. Kesempatan untuk
mempraktikkan dan memperluas keterampilan berbahasa.Memberikan kesempatan untuk
melatih pengalaman masa lalu dalam upaya mengasimulasinya kedalam persepsi dan
hubungan baru.Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan
antara fantasi
3.
Perkembangan Sosialisasi dan
Moral
Sejak awal masa anak-anak bayi telah menunjukkan
ketertarikan dan kesenangan terhadap orang lain terutama terhgadap ibu.Dengan
bermain,anak akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi,belajar untuk
mengatasi persoalan yang timbul,mengenal nilai-niali moral dan etika,belajar
mengenai apa yang salah dan benar,serta bertanggung jawab terhadap sesuatu yang
diperbuatnya. Pada tahun pertama,anak hanya mengamati objek di sekitarnya.Pada
usia 2-3 tahun,biasanya anak suka bermaian peran seperti peran sebagai ayah,ibu
dan lain-lain. Pada usia pra sekolah anak lebih banyak bergabung dengan
kelompok sebayanya (peer group) mempunyai teman favorit.
4.
Kreativitas
Situasi yang lebih menguntungkan/menyernagkan untuk
berkreasi dari pada bermain.Anak-anak dapat bereksperimen dan mencoba
ide-idenya.Sekali anak merasa puas untuk mencoba sesuatu yang baru dan
berbeda,ia akan memindahkan kreasinya kesituasi yang lain.Memungkinkan fantasi
dan imajinasi dan meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus.Untuk
mengembangkan kreasi anak diperlukan lingkunagan yang mendukung
5.
Kesadaran Diri
Dengan aktivitas bermain,anak akan menyadari bahwa
dirinya berbeda dengan yang lain dan memahami dirinya sendiri.Anak belajar
untuk memahami kelemahan dan kemampuannya dibandingkan dengan anak yang
lain.anak juga mulai melepaskan diri dari orang tuanya.
6.
Nilai Terapeutik
Bermain dapat mengurangi tekanan atau stres dari
lingkungan.Dengan bermain,anak dapat mengekspresikan emosi dan ketik puasan
atas situsi sosial serta rasa takutnya yang 9 tidak dapat diekspresikan di
dunia nyata.Dengan bermain dapat memudahkan komunikasi verbal dan ninverbal
tentang kebutuhan,rasa takut dan keinginan.
Kemampuan motorik pada bayi
berdasarkan usia yakni:
Usia |
Motorik kasar |
Motorik halus |
0-3 bulan |
· mengangkat
kepala, · guling-guling, · menahan
kepala tetap tegak, |
· melihat,
meraih dan menendang mainan gantung, · memperhatikan
benda bergerak, · melihat
benda-benda kecil, · memegang
benda, · meraba
dan merasakan bentuk permukaan, |
3-6 bulan |
· menyangga
berat, · mengembangkan
kontrol kepala. · Duduk. |
· memegang
benda dengan kuat, · Memegang
benda dengan kedua tangan, · makan
sendiri, · mengambil
benda-benda kecil. |
6-9 bulan |
· merangkak · menarik
ke posisi berdiri · berjalan
berpegangan · berjalan
dengan bantuan. |
· Memasukkan
benda kedalam wadah, · Bermain
'genderang' · Memegang
alat tulis dan mencoret-coret · Bermain
mainan yang mengapung di air · Membuat
bunyi-bunyian. · Menyembunyikan
dan mencari mainan |
9-12 bulan |
· bermain
bola · membungkuk · berjalan
sendiri · naik
tangga. |
· Menyusun
balok/kotak · Menggambar · Bermain
di dapur. |
b) Kemampuan
Bicara dan Bahasa
Masa bayi adalah
masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin sehingga dalam masa ini, pengaruh
ibu dalam mendidik anak sangat besar. Kemampuan bicara bayi masih dalam bentuk
pra bicara, yang diekspresikan dengan cara menangis, mengoceh, gerakan isyarat
dan ekspresi wajah seperti tersenyum. Bahkan pada masa ini lebih sering muncul
senyum sosial sebagai reaksi terhadap rangsangan dari luar . Ekspresi emosi adalah bahasa pertama sebelum bayi
berbicara, sebagai cara untuk mengkomunikasikan dirinya pada orang tua atau
orang lain. Bayi akan bereaksi pada ekspresi wajah dan tekanan suara, sebaliknya
orangtua membaca ekspresi bayi dan merespon jika ekspresi bayi menunjukkan
tertekan atau gembira. Terkait dengan ekspresi emosi bayi, yang mudah
dikondisikan, maka ekspresi emosi bayi mudah dikondisikan. Jika orangtua lebih
banyak menunjukkan suasana hati yang positif seperti selalu gembira, santai dan
menyenangkan, akan mempengaruhi pemahaman bayi terhadap sesuatu dan cenderung
menimbulkansuasana hati yang menyenangkan. Sebaliknya jika orang dewasa
mengkondisikan dengan situasi yang tidak menyenangkan maka suasana emosi bayi
cenderung buruk.
Kemampuan bicara
pada bayi sebenarnya ada hubungannya dengan perkembangan otak, terutama pada
saat bayi menangkap kata-kata yang diucapkan dan menyampaikan apa yang ada
dalam pikirannya. Pada saat bayi berjalan, berbicara, tersenyum dan mengerutkan
dahi, sebenarnya tengah berlangsung perubahan dalam otak. Meski keterkaitan
sel-sel syaraf (neuron) yang dimiliki bayi, masih sangat lemah, namun akan
sangat mempengaruhi pada perkembangan sel syaraf pada tahap selanjutnya. Bayi
mengerti dan memahami sesuatu yang berada disekelilingnya, tidak terbatas
dengan melihat serta memanipulasi namun sebenarnya bayi sudah memiliki
kemampuan untuk memberi perhatian, menciptakan simbolisasi, meniru dan
menangkap suatu konsep melalui gerakan sudah lebih berkembang. Oleh karenanya
untuk mengoptimalkan kemampuan otaknya maka bayi perlu lebih banyak
menstimulasi bayi untuk mengenal benda-benda sekelilingnya sambil terus
mengajak berbicara.
Kemampuan bicara dan berbahasa
pada masa bayi sbb:
Usia |
Kemampuan Bicara dan Bahasa |
0-3 bulan |
· prabicara, · meniru
suara-suara, · mengenali
berbagai suara. |
3-6 bulan |
· mencari
sumber suara, · menirukan
kata-kata.. |
6-9 bulan |
· menyebutkan
nama gambar di buku majalah, · menunjuk
dan menyebutkan nama gambar-gambar. |
9-12 bulan |
· menirukan
kata-kata · berbicara
dengan boneka · bersenandung
dan bernyanyi. |
c) Kemampuan
Sosialisasi dan Kemandirian
Kemampuan
sosialisasi dan kemandirian dapat dirangsang dengan sosialisasi pada masa bayi
diawali di dalam keluarga, dimana dalam keluarga terjadi hubungan timbal balik
antara bayi dan pengasuh atau orangtua. Melalui perhatian dan perilaku orangtua
akan memberi kerangka pada bayi dalam berinteraksi dan pengalaman yang
terpenting bagi bayi karena keluarga adalah melibatkan proses kasih sayang.
Kemampuan bayi untuk bersosialisasi mulai muncul, dasar-dasar sosial mulai
dibentuk, yang diperoleh dengan cara mencontoh perilaku pada situasi sosial
tertentu, misalnya mencontoh perilaku sosial dari kakak atau orang tuanya, yang
akhirnya akan mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosialnya dikemudian
hari. Kemampuan sosialisasi dan kemandirian pada masa bayi sbb:
Usia |
Kemampuan Sosialisasi dan Kemandirian |
0-3 bulan |
· memberi
rasa aman dan kasih sayang, · mengajak
bayi tersenyum, · mengajak
bayi mengamati benda-benda dan keadaan di sekitarnya, · meniru
ocehan dan mimik muka bayi, · mengayun
bayi, · menina
bobokan. |
3-6 bulan |
· bermain
"ciluk ba', · melihat
dirinya di kaca, · berusaha
meraih mainan. |
6-9 bulan |
· mulai
bermain atau 'bersosialisasi' dengan orang lain. · Mulai
melambaikan tangan jika ditinggal pergi. · Mulai
membalas lambaian tangan orang lain. |
9-12 bulan |
· Minum
sendiri dari sebuah cangkir, · Makan
bersama-sama · Menarik
mainan yang letaknya agak jauh. |
2. Kemampuan Anak di Bawah
Usia Lima Tahun (12 – 59 bulan)
Pada masa ini
kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan
motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi eksresi/pembuangan. Periode
penting dalam tumbuh kembang masa usia ini akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Pada usia 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan
dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan tejadi pertumbuhan
serabut-serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf
dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel
syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan
belajar berjalan, mengenal huruf hingga bersosialisasi.
a) Kemampuan
Motorik
Masa ini disebut
sebagai masa sangat aktif dari seluruh masa kehidupannya, karena tingkat
aktivitasnya dan perkembangan otot besar mereka sedang tumbuh. Demikian halnya
dengan kemampuan motorik halus anak, sudah mulai meningkat dan menjadi lebih
tepat pada saat berusia 5 tahun. Koordinasi tangan, lengan dan tubuh dapat
bergerak bersama dibawah koordinasi yang lebih baik daripada mata.
Dengan demikian masa ini disebut
juga sebagai masa belajar berbagai kemampuan dan keterampilan, dengan berbekal
rasa ingin tahu yang cukup kuat dengan seringnya anak mencoba hal-hal baru dan
seringnya pengulangan menyebabkan masa ini menjadi masa yang tepat untuk
mempelajari keterampilan baru.
Kemampuan motorik yang dimiliki
anak sebagai berikut:
Usia |
Gerak Kasar |
Gerak Halus |
12-15 bulan |
· Berjalan
tanpa pegangan sambil menarik mainan yang bersuara, · Berjalan
mundur, · Berjalan
naik dan turun tangga, · Berjalan
sambil berjinjit · Menangkap
dan melempar bola |
· Bermainan
balok dan menyusun balok. · Memasukkan
dan mengeluarkan benda kedalam wadah. · Memasukkan
benda yang satu ke benda lainnya. |
15-18 bulan |
· Bermain
di luar rumah. · Bermain
air · Menendang
bola. |
· Meniup
, · Membuat
untaian. |
18-24 bulan |
· Melompat, · Melatih
keseimbangan tubuh, · Mendorong
mainan dengan kaki. |
· Mengenal
berbagai ukuran dan bentuk, · Bermain
puzzle, · Menggambar
wajah atau bentuk, · Membuat
berbagai bentuk dari adonan kue/lilin mainan. |
24-36 bulan |
· Latihan
menghadapi rintangan, · Melompat
jauh, · Melempar
dan menangkap bola besar. |
· Membuat
gambar tempelan, · Memilih
dan mengelompokkan benda-benda menurut jenisnya, · Mencocokan
gambar dan benda, · Konsep
jumlah, · Bermain/menyusun
balok-balok. |
36-48 bulan |
· Menangkap
bola kecil dan melemparkan kembali. · Berjalan
mengikuti garis lurus, · Melompat
dengan satu kaki, · Melempar
benda-benda kecil ke atas, · Menirukan
binatang berjalan, · Berjalan
jinjit secara bergantian. |
· Memotong
dengan menggunakan gunting, · Menempel
guntingan gambar sesuai dengan cerita. · Menempel
gambar pada karton. · Belajar
'menjahit' dengan tali rafia. · Menggambar/menulis
garis lurus, bulatan,segi empat, huruf dan angka. · Menghitung
lebih dari 2 atau 3 angka. · Menggambar
dengan jari, memakai cat, · Mengenal
campuran warna dengan cat air, · Mengenal
bentuk dengan menempel potongan bentuk. |
48-60 bulan |
· Lomba
karung · Main
engklek · Melompat
tali. |
· Mengenal
konsep "separuh atau satu" · Menggambar
dan atau melengkapi gambar, · Menghitung
benda-benda kecil dan mencocokkan dengan angka. · Menggunting
kertas (sudah dilipat) dengan gunting tumpul, · Membandingkan
besar/kecil, banyak/sedikit, berat/ringan. · Belajar
'percobaan ilmiah' · Berkebun. |
b) Kemampuan
Bicara dan Bahasa
Bertambahnya
kematangan otak dikombinasikan dengan peluang-peluang untuk menjelajahi dunia
sekelilingnya dan sebagai penyumbang terbesar untuk lahirnya kemampuan kognitif
anak. Sejumlah kemampuan anak, seperti belajar membaca adalah berkaitan dengan
masukan dari mata anak yang ditransmisikan ke otak anak, kemudian melalui
sistem yang ada di otak, menterjemahkannya kedalam kode huruf-huruf, kata-kata
dan asosiasinya. Akhirnya akan dikeluarkan dalam bentuk bicara. Bakat bicara
anak karena sistem otak diorganisasikan sedemikian rupa sehingga memungkinkan
anak memproses sebagai bahasa.
Anak mulai
pandai berbicara, sejalan dengan perkembangannya memahami sesuatu. Biasanya
anak mulai berbicara sendiri, kemudian berkembang menjadi kemampuan untuk
bertindak tanpa harus mengucapkannya. Dalam hal ini anak telah
menginternalisasikan pembicaraan yang egocentris dalam bentuk berbicara sendiri
menjadi pemikiran anak. Hal ini merupakan suatu transisi awal untuk dapat lebih
berkomunikasi secara sosial.
Usia |
Kemampuan Bicara dan Bahasa |
12-15 bulan |
· Membuat
suara dari dari barang2 yang dipilihnya, · Menyebut
nama bagian tubuh, · Melakukan
pembicaraan., |
15-18 bulan |
· Bercerita
tentang gambar di buku/majalah, · Permainan
telepon-teleponan, · Menyebut
berbagai nama barang. |
18-24 bulan |
· Melihat
acara televisi, · Mengerjakan
perintah sederhana, · Bercerita
tentang apa yang dilihatnya. |
24-36 bulan |
· Menyebut
nama lengkap anak, · Bercerita
tentang diri anak, · Menyebut
berbagi jenis pakaian. · Menyatakan
keadaan suatu benda. |
36-48 bulan |
· Berbicara
dengan anak, · Bercerita
mengenai dirinya, · Bercerita
melalui album foto, · Mengenal
huruf besar menurut alfabet di koran/majalah. |
48-60 bulan |
· Belajar
mengingat-ingat, · Mengenal
huruf dan simbol, · Mengenal
angka, · Membaca
majalah, · Mengenal
musim, · Mengumpulkan
foto kegiatan keluarga, · Mengenal
dan mencintai buku, · Melengkapi
dan menyelesaikan kalimat, · Menceritakan
masa kecil anak, · Membantu
pekerjaan di dapur. |
c) Kemampuan
Bersosialisasi dan Kemandirian
Dasar-dasar sosialisasi
yang sudah diletakkan pada masa bayi, maka pada masa ini mulai berkembang.
Dalam hal ini hubungan keluarga, orangtua-anak, antar saudara dan hubungan
dengan sanak keluarga cukup berperan. Pengasuhan pada tahun pertama berpusat
pada perawatan, berubah ke arah kegiatan-kegiatan seperti permainan,
pembicaraan dan pemberian disiplin, akhirnya mengajak anak untuk menalar
terhadap sesuatu. Pada masa ini sebagai masa bermain, anak mulai melibatkan
teman sebayanya, melalui bermain, meski interaksi yang dibangun dalam permainan
bukan bersifat sosial, namun sebagai kegiatan untuk menyenangkan dan
dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri. Jenis permainan yang dilakukan bisa
berbentuk konstruktif, permainan pura-pura, permainan sensori motorik,
permainan sosial atau melibatkan orang lain, games atau berkompetisi.
Usia |
Kemampuan Bersosialisasi dan Kemandirian |
12-15 bulan |
· Menirukan
pekerjaan rumah tangga, · Melepas
pakaian, · Makan
sendiri, · Merawat
mainan, · Pergi
ke tempat-tempat umum. |
15-18 bulan |
· Belajar
memeluk dan mencium, · Membereskan
mainan/membantu kegiatan di rumah, · Bermain
dengan teman sebaya, · Permainan
baru, · Bermain
petak umpet. |
18-24 bulan |
· Mengancingkan
kancing baju, · Permainan
yang memerlukan interkasi dengan teman bermain. · Membuat
rumah-rumahan, · Berpakaian, · Memisahkan
diri dengan anak. |
24-36 bulan |
· Melatih
buang air kecil dan buang air besar di WC/kamar mandi. · Berdandan/memilih
pakaian sendiri. · Berpakaian
sendiri. |
36-48 bulan |
· Mengancingkan
kancing tarik, · Makan
pakai sendok garpu, · Membantu
memasak, · Mencuci
tangan dan kaki, · Mengenal
aturan/batasan. |
48-60 bulan |
· Membentuk
kemandirian dengan memberi kesempatan mengunjungi temannya tanpa ditemani. · Membuat
atau menempel foto keluarga, · Membuat
mainan/boneka dari kertas. · Menggambar
orang, · Mengikuti
aturan permainan/petunjuk, · Bermain
kreatif dengan teman-temannya, · Bermain
'berjualan dan berbelanja di toko" |
3. Masa Anak Pra Sekolah
(usia 60-72 bulan atau 5-6 tahun);
Pada masa ini,
pertumbuhan berlangsung dengan stabil, aktivitas jasmani semakin bertambah dan
meiningkatnya keterampilan dan proses berpikir. Anak mulai menunjukkan
keinginannya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini,
anak mulai diperkenalkan dengan lingkungan luar selain lingkungan dalam rumah,
sehingga anak mulai senang bermain di luar rumah. Anak mulai berteman bahkan
anak banyak keluarga menghabiskan waktunya bermain di luar rumah, seperti
bermain di taman atau ke tempat-tempat yang menyediakan fasilitas bermain anak.
Pada masa ini
anak dipersiapkan untuk sekolah, oleh karenanya panca indera dan sistim
reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak
mampu belajar dengan baik. Proses belajar yang tepat bagi usia ini adalah
dengan cara bermain.
Kemampuan yang dimiliki pada anak
pra sekolah adalah sbb:
Kemampuan |
Keterangan |
Gerak kasar |
· bermain
bola dengan teman sebayanya · naik
sepeda, bermain sepatu roda. |
Gerak halus |
· mengerti
urutan kegiatan, · berlatih
mengingat-ingat, · membuat
sesuatu dari tanah liat/lilin, · bermain
"berjualan", · belajar
bertukang, memakai pali, gergaji dan paku, · mengumpulkan
benda-benda, · belajar
memasak, · mengenal
kalender · mengenal
waktu, · menggambar
dari berbagai sudut pandang, · belajar
mengukur. |
Bicara dan bahasa |
· mengenal
benda yang serupa dan berbeda, · bermain
tebak-tebakan, · berlatih
mengingat-ingat, · menjawab
pertanyaan "mengapa ?" · menganal
rambut/tanda lalu lintas, · mengenal
uang logam, · mengamati/meneliti
keadaan sekitar. |
Bersosialisasi dan kemandirian. |
· Berkomunikasi
dengan anak, · Berteman
dan bergaul, · Mematuhi
peraturan keluarga |
KEBUTUHAN
FISIK DAN PSIKOSOSIAL PADA BAYI DAN BALITA
Kebutuhan fisik dan
psikososial pada bayi dan balita
Kebutuhan psikososial adalah kebutuhan
ASIH dan ASAH.
Kebutuhan ASIH
meliputi : perhatian segera, kasih sayang, rasa aman, dilindungi, mandiri,rasa
memiliki,kebutuhan akan sukses,mendapatkan kesempatan dan pengalaman,dibantu
dan dihargai.
Kebutuhan ASAH
meliputi : stimulasi (rangsangan) dini pada semua indera (pendengaran, penglihatan,
sentuhan, membau, mengecap), sistem gerak kasar dan halus, komunikasi,
emosi-sosial dan rangsangan untuk berpikir. Stimulasi merupakan kebutuhan yang
sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang banyak
mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan
anak yang kurang mendapatkan stimulasi.Pemberian stimulasi ini sudah dapat
dilakukan sejak masa pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekan bayi
pada ibunya sedini mungkin. Asah merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental
psikososial anak yang didapat melalui pendidikan dan latihan
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ERIKSON
Menurut Erik Erikson (1963)
perkembangan psikososial terbagi menjadi beberapa tahap. Masing-masing tahap
psikososial memiliki dua komponen, yaitu komponen yang baik (yang diharapkan)
dan yang tidak baik (yang tidak diharapkan). Perkembangan pada fase selanjutnya
tergantung pada pemecahan masalah pada tahap masa sebelumnya.
Adapun tahap-tahap perkembangan
psikososial anak adalah sebagai berikut:
1. Percaya Vs Tidak
percaya ( 0-1 tahun )
Komponen awal yang
sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya. Membangun rasa percaya ini
mendasari tahun pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan kontakl dengnan dunia
luar maka ia mutlak terganting dengan orang lain. Rasa aman dan rasa percaya pada
lingkungan merupakan kebutuhan. Alat yang digunakan bayi untuk berhubungan
dengan dunia luar adalah mulut dan panca indera, sedangkan perantara yang tepat
antara bayi dengan lingkungan dalah ibu.
Hubungan ibu dan anak
yang harmonis yaitu melalui pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial,
merupakan pengalaman dasar rasa percaya bagi anak. Apabila pada umur ini tidak
tercapai rasa percaya dengan lingkungan maka dapat timbul berbagai masalah.
Rasa tidak percaya ini timbul bila pengalaman untukmeningkatkan rasa percaya
kurang atau kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekwat, yaitu kurangnya
pemenuhan kebutuhan fisik., psikologis dan sosial yang kurang misalnya: anak
tidak mendapat minuman atau air susu yang edukat ketika ia lapar, tidak
mendapat respon ketika ia menggigit dot botol dan sebagainya.
2. Otonomi Vs Rasa Malu
dan Ragu ( 1-3 tahun )
Pada masa ini alat
gerak dan rasa telah matang dan ada rasa percaya terhadap ibu dan lingkungan.
Perkembangan Otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan
anak untuk mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya. Anak menyadari ia
dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan berbuat sesuai dengan
kemauannya misalnya: kepuasan untuk berjalan atau memanjat. Selain itu anak
menggunakan kemampuan mentalnya untuk menolak dan mengambil keputusan. Rasa
Otonomi diri ini perku dikembangkan karena penting untik terbentuknya rasa
percaya diri dan harga diri di kemudian hari. Hubungan dengan orang lain
bersifat egosentris atau mementingkan diri sendiri.
Peran lingkungan pada
usia ini adalah memberikan support dan memberi keyakinan yang jelas. Perasaan
negatif yaitu rasa malu dan ragu timbul apabila anak merasa tidak mampu
mengatasi tindakan yang di pilihnya serta kurangnya support dari orangtua dan
lingkungannya, misalnya orangtua terlalu mengontrol anak.
3. Inisiatif Vs Rasa
Bersalah ( 3-6 tahun )
Pada tahap ini anak
belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Rasa inisiatif mulai
menguasai anak. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas tertentu. Anak mulai
diikut sertakan sebagai individu misalnya turut serta merapihkan tempat tidur
atau membantu orangtua di dapur. Anak mulai memperluas ruang lingkup
pergaulannya misalnya menjadi aktif diluar rumah, kemampuan berbahasa semakin
meningkat. Hubungan dengan teman sebaya dan saudara sekandung untuk menang
sendiri.
Peran ayah sudah
mulai berjalan pada fase ini dan hubungan segitiga antara Ayah-Ibu-Anak sangat
penting untuk membina kemantapan idantitas diri. Orangtua dapat melatih anak
untuk menguntegrasikan peran-peran sosial dan tanggungjawab sosial. Pada tahap
ini kadang-kadang anak tidak dapat mencapai tujuannya atau kegiatannya karena
keterbatasannya, tetapi bila tuntutan lingkungan misalnya dari orangtua atau
orang lain terlalu tinggi atau berlebihan maka dapat mengakibatkan anak merasa
aktifitasnya atau imajinasinya buruk, akhirnya timbul rasa kecewa dan rasa
bersalah.
4. Industri Vs
Inferioritas ( 6-12 tahun )
Pada tahap ini anak
dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang akhirnya dan dapat
menghasilkan sesuatu. Anak siap untuk meninggalkan rumah atau orangtua dalam
waktu terbatas yaitu untuk sekolah. Melalui proses pendidikan ini anak belajar
untuk bersaing (sifat kompetetif), juga sifat kooperatif dengan orang lain,
saling memberi dan menerima, setia kawan dan belajar peraturan-peraturan yang
berlaku.
Kunci proses
sosialisasi pada tahap ini adalah guru dan teman sebaya. Dalam hal ini peranan
guru sangat sentral. Identifikasi bukan terjadi pada orangtua atau pada orang
lain, misalnya sangat menyukai gurunya dan patuh sekali pada gurunya
dibandingkan pada orangtuanya. Apabila anak tidak dapat memenuhi keinginan
sesuai standart dan terlalu banyak yang diharapkan dari mereka maka dapat timbul
masalah atau gangguan.
5. Identitas Vs Difusi
Peran ( 12-18 tahun )
Pada tahap ini
terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti orang dewasa.
sehingga nampak adanya kontradiksi bahwa dilain pihak ia dianggap dewasa tetapi
disisi lain ia dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan masa standarisasi
diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan,
Peran orangtua sebagai sumber perlindungan dan sumber nilai utama mulai
menurun. Sedangkan peran kelompok atau teman sebaya tinggi. Teman sebaya di
pandang sebagai teman senasib, patner dan saingan. Melalui kehidupan
berkelompok ini remaja bereksperimen dengan peranan dan dapat menyalurkan diri.
Remaja memilih orang-orang dewasa yang penting baginya yang dapat mereka
percayai dan tempat mereka berpaling saat kritis.
Tiga kebutuhan pokok
untuk mengembangkan kecerdasan antara lain adalah kebutuhan FISIK-BIOLOGIS
(terutama untuk pertumbuhan otak, sistem sensorik dan motorik), EMOSI-KASIH
SAYANG (mempengaruhi kecerdasan emosi, inter dan intrapersonal) dan STIMULASI
DINI (merangsang kecerdasan-kecerdas an lain).
1.
Kebutuhan
FISIK-BIOLOGIS terutama gizi yang baik sejak di dalam kandungan sampai remaja
terutama untuk perkembangan otak, pencegahan dan pengobatan penyakit-penyakit
yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan, dan ketrampilan fisik untuk melakukan
aktivitas sehari-hari.
2.
Kebutuhan EMOSI-KASIH
SAYANG : terutama dengan melindungi, menimbulkan rasa aman dan nyaman,
memperhatikan dan menghargai anak, tidak mengutamakan hukuman dengan kemarahan
tetapi lebih banyak memberikan contoh-contoh dengan penuh kasih sayang.
3.
Kebutuhan STIMULASI
meliputi rangsangan yang terus menerus dengan berbagai cara untuk merangsang
semua system sensorik dan motorik.
Ketiga kebutuhan
pokok tersebut harus diberikan secara bersamaan sejak janin didalam kandungan
karena akan saling berpengaruh. Bila kebutuhan biofisik tidak tercukupi,
gizinya kurang, sering sakit, maka perkembangan otaknya tidak optimal. Bila
kebutuhan emosi dan kasih sayang tidak tercukupi maka kecerdasan inter dan
antar personal juga rendah. Bila stimulasi dalam interaksi sehari-hari kurang
bervariasi maka perkembangan kecerdasan juga kurang bervariasi.
Apa itu STIMULASI DINI ? Apa manfaatnya
?
Stimulasi dini adalah
rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak janin 6
bulan di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem
indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan). Selain itu
harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari,
mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan dan pikiran
bayi dan balita. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus menerus,
bervariasi, dengan suasana bermain dan kasih sayang, akan memacu berbagai aspek
kecerdasan anak (kecerdasan multipel) yaitu kecerdasan : logiko-matematik,
emosi, komunikasi bahasa (lingusitik) , kecerdasan musikal, gerak (kinestetik)
, visuo-spasial, senirupa dll.
Cara melakukan stimulasi dini
·
Stimulasi sebaiknya
dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita. misalnya
ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong,
mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton TV, di dalam kendaraan, menjelang
tidur.Stimulasi untuk bayi 0 – 3 bulan dengan cara : mengusahakan rasa nyaman,
aman dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak
tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian,
menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran atau
kotak-kotak hitam-putih) , benda-benda berbunyi, mengulingkan bayi
kekanan-kekiri, tengkurap-telentang , dirangsang untuk meraih dan memegang
mainan
·
Umur 3 – 6 bulan
ditambah dengan bermain 'cilukba', melihat wajah bayi dan ibu di cermin,
dirangsang untuk tengkurap, telentang bolak-balik, duduk.
·
Umur 6 – 9 bulan
ditambah dengan memanggil namanya, mengajak bersalaman, tepuk tangan,
membacakan dongeng, merangsang duduk, dilatih berdiri berpegangan.
·
Umur 9 – 12 bulan
ditambah dengan mengulang-ulang menyebutkan mama-papa, kakak, memasukkan mainan
ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelindingkan bola, dilatih berdiri,
berjalan dengan berpegangan.
·
Umur 12 – 18 bulan
ditambah dengan latihan mencoret-coret menggunakan pensil warna, menyusun
kubus, balok-balok, potongan gambar sederhana (puzzle) memasukkan dan
mengeluarkan benda-benda kecil dari wadahnya, bermain dengan boneka, sendok,
piring, gelas, teko, sapu, lap. Latihlah berjalan tanpa berpegangan, berjalan
mundur, memanjat tangga, menendang bola, melepas celana, mengerti dan melakukan
perintah-perintah sederhana (mana bola, pegang ini, masukan itu, ambil itu),
menyebutkan nama atau menunjukkan benda-benda.
·
Umur 18 – 24 bulan
ditambah dengan menanyakan, menyebutkan dan menunjukkan bagian-bagian tubuh
(mana mata ? hidung?, telinga?, mulut ? dll), menanyakan gambar atau
menyebutkan nama binatang & benda-benda di sekitar rumah, mengajak bicara
tentang kegiatan sehari-hari (makan, minum mandi, main, minta dll), latihan
menggambar garis-garis, mencuci tangan, memakai celana - baju, bermain melempar
bola, melompat.
·
Umur 2 – 3 tahun
ditambah dengan mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat
(besar-kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit dll), menyebutkan
nama-nama teman, menghitung benda-benda, memakai baju, menyikat gigi, bermain
kartu, boneka, masak-masakan, menggambar garis, lingkaran, manusia, latihan
berdiri di satu kaki, buang air kecil / besar di toilet.
Setelah umur 3 tahun selain mengembangkan kemampuan-kemampuan umur sebelumnya,
stimulasi juga di arahkan untuk kesiapan bersekolah antara lain : memegang
pensil dengan baik, menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana,
mengerti perintah sederhana (buang air kecil / besar di toilet), dan
kemandirian (ditinggalkan di sekolah), berbagi dengan teman dll. Perangsangan
dapat dilakukan di rumah (oleh pengasuh dan keluarga) namun dapat pula di
Kelompok Bermain, Taman Kanak - Kanak atau sejenisnya. Pentingnya suasana
ketika stimulasi
·
Stimulasi dilakukan
setiap ada kesempatan berinteraksi dengan bayi-balita, setiap hari, terus
menerus, bervariasi, disesuaikan dengan umur perkembangan kemampuannya,
dilakukan oleh keluarga (terutama ibu atau pengganti ibu).
·
Stimulasi harus
dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan kegembiraan antara ibu dan
bayi/balitanya. Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-terburu, memaksakan
kehendak pengasuh, tidak memperhatikan minat atau keinginan bayi/balita, atau
bayi-balita sedang mengantuk, bosan atau ingin bermain yang lain. Pengasuh yang
sering marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari pengasuh justru memberikan
rangsang emosional yang negatif. Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan
perbuatan pengasuh adalah merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan
ditiru atau justru menimbulkan ketakutan bayi-balita.
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi, Balita & Pra Sekolah
Topik : Pengumpulan
data
Sub Topik :
1. Pengkajian
fisik bayi baru lahir
2.
Penampilan dan perilaku bayi baru lahir
3.
Penilaian pertumbuhan fisik bayi dan anak
4.
Penilaian perkembangan bayi dan anak
5.
Stimulasi tumbang bayi dan balita
6.
Kebutuhan fisik dan psikososial pada bayi dan balita
Dosen : Fitria Desi
Natalina, SST
Waktu :
100 menit
Refrensi
:
1.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008.
Buku Saku Pratikum Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
2.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2011.
Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
3.
Donna, dkk. 2008. Buku Ajar
Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.
4.
Suherman. 2000. Buku Saku
Perkembangan Anak. Jakarta : EGC.
5.
Suriati. 2006. Asuhan Keperawatan
Pada Anak. Jakarta : Sagung Seto.
6. Stright.
R.Barbara. 2004. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir : Jakarta : EGC.
7. Buku
Asuhan Persalinan Normal Revisi 2007.
8. DEPKES RI.2003.Manajemen terpadu bayi muda . modul
-6.DEPKES RI
9. Prawirohardjo.
Sarwono. 2005. Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal. Jakarta :JNPKKR. POGI
PENGKAJIAN FISIK BAYI BARU LAHIR
Definisi Pengkajian fisik
Pengkajian fisik adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi tentang anak
dan keluarganya dengan menggunakan semua panca indra baik subjektif maupun
objektif. Pengkajian fisik BBL dan
perkembangannya dilakukan bersamaan pada waktu melakukan pemeriksaan secara
inspeksi maupun observasi.
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. hasil pemeriksaan
akan di catat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan
membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter
untuk menilai status kesehatannya.
Waktu pemeriksaan dapat di lakukan saat bayi baru lahir, 24 jam setelah
lahir (sesaat sesudah bayi lahir pada saat kondisi atau suhu tubuh sudah stabil
dan setelah di lakukanpembersihan jalan nafas/resisutasi, pembersihan badan
bayi, perawatan tali pusat ) dan akan pulang pulang dari rumah sakit.
Pengkajian ini dilakukan di kamar
bersalin setelah bayi lahir dan setelah dilakukan pembersihan jalan
nafas/resusitasi, pembersihan badan bayi, dan perawatan tali pusat. Bayi
ditempatkan di atas tempat tidur yang hangat. Maksud pemeriksaan ini adalah
untuk mengenal/menemukan kelainan yang perlu mendapatkan tindakan segera dan
kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan kelahiran,
misalnya; bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes melitus, eklamsia berat dan
lain-lain, biasanya akan mengakibatkan kelainan bawaan pada bayi. Oleh karena
itu, pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir ini harus segera dilakukan. Hal
ini ditujukan untuk menetapkan keadaan bayi dan untuk menetapkan apakah seorang
bayi dapat dirawat gabung atau di tempat khusus. Dengan pemeriksaan pertama ini
juga bisa menentukan pemeriksaan dan terapi selanjutnya.
Tujuan
Pengkajian Fisik Pada Bayi Baru Lahir
Untuk mendeteksi kelainan-kelainan.
Pemeriksaan
awal pada bayi baru lahir harus dilakukan sesegera mungkin sesudah persalinan
untuk mendeteksi kelainan-kelainan dan menegakkan diagnosa untuk persalinan
yang beresiko tinggi. Pemeriksaan hatrus difokuskan pada anomali kegenital dan
masalah-masalah patofisiologi yang dapat mengganggu adaptasi kardiopulmonal dan
metabolik normal pada kehidupan extra uteri. Pemeriksaan dilakukan lebih rinci
dan dilakukan dalam 24 jam setelah bayi lahir.
Untuk
mendeteksi segera kelainan dan dapat menjelaskan pada keluarga.
Apabila ditemukan kelainan pada bayi maka petugas harus dapat menjelaskan
kepada keluarga, karena apabila keluarga menemukannya kemudian hari, akan
menimbulkan dampak yang tidak baik dan menganggap dokter atau petugas tidak
bisa mendeteksi kelainan pada bayinya.
1. Mendapatkan
hasil yang valid
2. Mengetahui
keadaan fisik secara umum
3. Mengetahui
kondisi normal/abnormal
4. Untuk menentukan status kesehatan klien
5. Mengidentifikasi masalah
6. Mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
7. Untuk untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu mendapat
tindakan segera.
8.
Untuk menentukan data objektif dari riwayat keperawatan klien
BAYI BARU
LAHIR NORMAL
a) Menurut
Saifuddin, Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama
kelahiran.
b) Menurut
Donna L. Wong, Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu.
Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.
c) Menurut Dep.
Kes. RI, Bayi baru lahir normal adalah
bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat
lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
d) Menurut M.
Sholeh Kosim, Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000
gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital
(cacat bawaan) yang berat.
CIRI – CIRI
BAYI BARU LAHIR
1. Berat badan
2500 - 4000 gram
2. Panjang
badan 48 - 52 cm
3. Lingkar dada 30 - 38 cm
4. Lingkar kepala 33 - 35 cm
5. Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit
6. Pernafasan ±
- 60 40 kali/menit
7. Kulit kemerah - merahan dan licin karena
jaringan sub kutan cukup
8. Rambut
lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak
panjang dan lemas
10. Genitalia; Perempuan labia mayora sudah
menutupi labia minora, Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk
dengan baik
12. Reflek
morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik
14. Eliminasi
baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam
kecoklatan
Pengukuran
Tanda-tanda vital
·
Periksa laju nafas dihitung selama satu menit penuh dengan
mengamati naik turun perut bayi, bayi dalam keadaan tenang. Laju nafas normal
40-60 kali per menit.
·
Periksa laju jantung dengan menggunakan stetoskop dapat di
dengar dengan jelas ,dihitung selam satu menit. Laju jantung normal 120 – 160
kali permenit.
·
Suhu tubuh bayi baru lahir normal nya
36,5 o C – 37,5 o C diukur pada daerah aksila bayi selama
lima menit dengan menggunakan termometer
PENGUKURAN ANTHOPOMETRI
1. Penimbangan berat badan
Letakkan
kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum
penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat
alas dan pembungkus bayi
2. Pengukuran panjang badan
Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai
tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus
terbuat dari bahan yang tidak lentur.
3. Ukur lingkar kepala
Pengukuran
dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi.
4. Ukur lingkar dada
Ukur lingkar
dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada (pengukuran dilakukan melalui
kedua puting susu)
PEMERIKSAAN FISIK
1.
Kepala
·
Raba
sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya normal.
Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding
yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering
terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase.Keadaan ini
normal kembali setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba.
Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba, fontanel
yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan
yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini
diakibatkan peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi
akibat deidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan
posterior, hal ini terjadi karena adanya trisomi 21
·
Periksa
adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan
subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak
·
Perhatikan adanya kelainan
kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya
·
Kepala Janin Dan Ukuran-Ukurannya.
Bagian yang
paling keras dan besar dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala
dapat mempengaruhi jalan persalinan. Kepala juga sering mengalami cedera,
sehingga dapat membahayakan hidup.
Tengkorak
bayi mungkin bertumpangan (molded) terutama bila bayi adalah anak pertama dan
kepala telah berfiksasi beberapa waktu. Tulang parietal cenderung menumpangi tulang
oksipital dan frontal. Garis sutura dan ukuran serta tekanan kontanela anterior
dan posterior harus ditentukan secara digital.
Kepala janin terdiri dari:
a. Bagian muka
- Tulang hidung (os nasake)
- Tulang pipi (oszygomaticum) ada dua buah.
- Tulang rahang atas (os maxilare)
- Tulang rahang bawah (os mandibularis)
b. Bagian tengkorak
Bagian ini yang terpenting pada persalinan karena biasanya bagian
tengkoraklah yang paling depan.
Yang membentuk bagian tengkorak adalah:
- Tulang dahi (os frontale) 2 buah.
- Tulang ubun-ubun (os parletal) 2 buah.
- Tulang pelipis (os temporale) 2 buah.
- Tulang belakang kepala (os occipidale) 1 buah.
Yang penting dalam persalinan yaitu 7 tulang tersebut di atas. Diantara
tulang-tulang tersebut terdapat sela tengkorak yang disebut sutura, yang mana ini
membantu dalam persalinan.
Kalau kepala anak tertekan pada waktu kepala
bergeser/bergerak di bawah kedua tulang ubun-ubun, ini salah satu tanda untuk
mengenal tulang belakang kepala pada pemeriksan dalam.Sutura dan ubun-ubun
penting diketahui untuk menetukan presentasi/bagian terendah dari kepala anak
dalam jalan lahir.
Macam-macam sutura yang kita kenal:
1. Sutura Sagitalis (sela panah) antara kedua ossa parletalis.
2. Sutura Coronaria (sela mahkota) antara os frontale dan os parletal.
3. Sutura Lambdoldea antara os occipitale dan kedua ossa parletal.
4. Sutura Frontalis antara os frontale kiri kanan.
Ubun-ubun besar (fonticulus mayor) merupakan lubang dalam tulang tengkorak yang
berbentuk segi empat dan hanya tertutup oleh selaput. Ubun-ubun besar terdapat
pasa pertemuan antara 4 sutura
1. Sutura Sagitalis 1.
2. Sutura Coronaria 2.
3. Sutura Frontale 1.
Bentuknya:
sudut depan yang runcing menunjukan bagian muka anak.
Susut belakang adalah tumpul.
Ubun-ubun kecil (frontikulus minor)
Ubun-ubun kecil terdiri dari 3 sutura:
- Sutura Lambdoldea 2 buah.
- Sutura Sagitalis 1 buah.
Tulang ubun-ubun ini baru akan tertutup nanti pada anak usia 1,5 – 2 tahun.
Ukuran-ukuran kepala bayi
a. Ukuran muka belakang
1. Diameter sub occipitalus-bregmatica dari foramen magnum ke ubun-ubun besar à
29,5 cm.
2. Diameter sub occipito frontalis: (dari foramen magnum ke pangkal hidung) à
11 cm.
3. Diameter fronto occipitalis (dar pangkal hidung ke titik yang terjadi pada
belakang kepala. à 12 cm.
4. Diameter mento occipitalis (dari dagu ke titik yang terjauh pada belakang
kepala). à 13,5 bertugas.
5. Diameter sub mento bragmatika (dari bawah dagu ke ubun-ubun besar) à 9 cm.
b. Ukuran lingkaran
1. Circumferentia sub occiput bregmatika. (lingkaran kecil kepala) à 31 cm.
2. Circumferentia fronto occipitalis (lingkaran sedang kepala) à 34 cm.
3. Circumferentia mento occipitalis (lingkaran besar kepala). à 35 cm.
2.
Wajah
Wajah harus tampak simetris.
Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan posisi bayi di
intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau
sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah
akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.
1. Wajah harus
tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan
posisi bayi di intrauteri. Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti
sindrom down atau sindrom piererobin. Perhatikan juga kelainan
wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresis N.fasialis. MataGoyangkan
kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
2. Periksa
jumlah, posisi atau letak mata
3. Perksa
adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
4. Periksa
adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesarankemudian
sebagai kekeruhan pada kornea
5. Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih.
Pupil harus
tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci
(kolobama) yang dapatmengindikasikan adanya defek retina
6. Periksa
adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
7. Periksa
adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat
menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
8. Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down
3.
Mata
·
Goyangkan kepala bayi secara
perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
·
Periksa jumlah,
posisi atau letak mata
·
Perksa adanya
strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
·
Periksa adanya glaukoma kongenital,
mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea
·
Katarak kongenital akan mudah
terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak
bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat
mengindikasikan adanya defek retina
·
Periksa adanya trauma seperti
palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
·
Periksa adanya sekret pada mata,
konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan
kebutaan
·
Apabila ditemukan epichantus melebar
kemungkinan bayi mengalami sindrom down
4.
Hidung
·
Kaji bentuk dan
lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm.
·
Bayi harus bernapas dengan hidung,
jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas
akarena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang
menonjol ke nasofaring
·
Periksa adanya sekret yang
mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini kemungkinan adanya sifilis
kongenital
·
Perksa adanya pernapasa cuping
hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan adanya gangguan pernapasan (
Depkes Ri,2003 )
5.
Mulut
·
Perhatikan mulut bayi, bibir harus
berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi
wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia
·
Periksa adanya bibir sumbing, adanya
gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari dasar mulut)
·
Periksa
keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum keras dan
lunak
·
Perhatikan adanya bercak putih pada
gusi atau palatum yang biasanya terjadi akibatvEpistein’s pearl atau
gigi
·
Periksa lidah
apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau tekanan
intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote)Bibir
sumbing (Bennet & Brown, 1999)
6.
Telinga
·
Periksa dan pastikan
jumlah, bentuk dan posisinya
·
Pada bayi cukup bulan, tulang rawan
sudah matang
·
Daun telinga harus berbentuk
sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagia atas
·
Perhatikan letak daun telinga. Daun
telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi
yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin)
·
Perhatikan adanya kulit tambahan
atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas
ginjal
7.
Leher
·
Leher bayi biasanya pendek dan harus
diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat
keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher
·
Periksa adanya trauma leher yang
dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus brakhialis
·
Lakukan perabaan untuk
mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid
dan vena jugularis
·
Adanya lipata kulit yang berlebihan
di bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.
8.
Klavikula
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya
terutama pada bayi yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan adanya fraktur
9.
Tangan
·
Kedua lengan
harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke bawah
·
Kedua lengan harus bebas bergerak,
jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur
·
Periksa jumlah
jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
·
Telapak tangan harus dapat terbuka,
garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormaltas kromosom,
seperti trisomi 21
·
Periksa adanya paronisia pada
kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan
perdarahan
10.
Dada
·
Periksa
kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan
bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika.
Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara
bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu
diperhatikan
·
Pada bayi cukup bulan, puting susu
sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris
·
Payudara dapat
tampak membesar tetapi ini normal
11.
Abdomen
·
Abdomen harus
tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas.
Kaji adanya pembengkakan
·
Jika perut
sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
·
Abdomen yang membuncit kemungkinan
karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya
·
Jika perut
kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus
omfaloentriskus persisten (Lodermik, Jensen 2005)
12.
Periksa pinggul, tungkai dan kaki.
a.
Pinggul : Untuk memeriksa pinggul ,peganglah
tungkai kaki bayi seperti pada gambar. Tekan pangkal paha dengan lembut ke sisi luar, dengarkan
atau rasakan adakah bunyi “klik” ketika anda menggerkan kaki nya, jika
mendengar suara “klik” segera laporkan ke dokter anak untuk dilakukan
pemeriksaan lanjutan . Selanjutnya
lakukan gerakan dengan lembut setiap kaki naik dan turun . kembali
dengarkan dan rasakan suara “klik” ketika anda menggerakannya .
b.
Tungkai dan kaki : Yang perlu diperiksa adalah gerakan, bentuk simetris dan panjang kedua kaki harus
sama, serta jumlah jari.
13.
Genetalia
·
Pada bayi laki-laki panjang penis
3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak
boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis
·
Periksa adanya hipospadia
dan epispadia
·
Skrortum harus dipalpasi untuk
memastikan jumlah testis ada dua
·
Pada bayi
perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
·
Lubang uretra
terpisah dengan lubang vagina
·
Terkadang tampak adanya sekret yang
berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl
bedding)
14.
Anus dan rectum
·
Periksa adanya
kelainan atresia ani , kaji posisinya
·
Mekonium secara umum keluar pada 24
jam pertama, jika sampai 48 jam belumkeluar kemungkinan adanya mekonium
plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan
15.
Tungkai
·
Periksa
kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang
kedua kaki dengan meluruskan keduanya dan bandingkan
·
Kedua tungkai
harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya trauma,
misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
·
Periksa adanya
polidaktili atau sidaktili padajari kaki
16.
Spinal
Periksa spinal dengan cara menelungkupkan bayi, cari
adanya tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau
bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula
spinalis atau kolumna vertebra (Lodermik, Jensen 2005)
17.
Kulit
Pada kulit yang perlu diperhatikan verniks (cairan keputih-putihan, keabu-abuan, kekuning-kuningan, berminyak dan
berlendir yang berfungsi melindungi kulit bayi agar tidak tenggelam oleh air
ketuban selama ia berada di dalam rahim), warna, pembengkakan atau bercak
bercak hitam, dan tanda tanda lahir.
Perhatikan kondisi kuli bayi.
·
Periksa adanya
ruam dan bercak atau tanda lahir
·
Periksa adanya
pembekakan
·
Perhatinan
adanya vernik kaseosa
·
Perhatikan adanya lanugo, jumlah
yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan
REFLEK –
REFLEK FISIOLOGIS
1. Mata :
Berkedip atau reflek corneal Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang
tiba – tiba atau pada pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan
sepanjang hidup, jika tidak ada maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf
cranial.
2. Pupil Pupil
kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang
hidup.
3. Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata
menutup dengan rapat.
4. Mulut dan
tenggorokan Menghisap Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada
area sirkumoral sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada
selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
5. Muntah
Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya selang
harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah, reflek ini harus menetap
sepanjang hidup.
6. Rooting
Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi
membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus hilang pada
usia kira – kira 3 -4 bulan
7. Menguap
Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah udara
inspirasi, harus menetap sepanjang hidup
8. Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya keluar harus
menghilang pada usia 4 bulan
9. Batuk
Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus ada
sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir
10. Ekstrimitas
11. Menggenggam : Sentuhan pada telapak tangan atau telapak
kaki dekat dasar kaki menyebabkan fleksi tangan dan jari
12. Babinski :
Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang
bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi
13. Masa tubuh
14. Reflek
moro :
Kejutan atau perubahan tiba – tiba
dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba
–tiba serta mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk “C”
diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat fleksi dengan lemah.
15. Startle
Suara keras yang tiba – tiba
menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku tangan tetap tergenggam
16. Tonik leher
Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke
salah sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan
yang berlawanan dan kaki fleksi.
17. Neck –
righting
Jika bayi terlentang, kepala
dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan batang tubuh membalik kearah tersebut
dan diikuti dengan pelvisInkurvasi batang tubuh (gallant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul
bergerak kea rah sisi yang terstimulasi
PENAMPILAN
DAN PERILAKU BAYI BARU LAHIR
Pada dasarnya bayi baru lahir
sudah memiliki penampilan atau ciri-ciri dan perilaku yang khusus.
1.
Kebanyakan bayi baru
lahir memiliki tubuh yang tidak proporsional. Ukuran kepala dan badannya tidak
sebanding. Berbeda sekali dengan penampilan anak-anak dan orang dewasa pada umumnya.
Perbedaan yang mencolok ini disebabkan oleh titik tengah tinggi badan bayi
berada di pusat sedangkan orang dewasa berada di bagian kelamin.
2.
Warna kulit
kemerah-merahan dan terkadang terdapat lapisan berwarna putih keruh. Lapisan
ini disebut vernik caseosa berfungsu untuk melindungi bayi dari infeksi saat ia
berada dalam uterus dan untuk menjaga suhu tubuh tetap hangat setelah keluar
dari rahim ibu.
3.
Tubuh bayi yang baru
saja dilahirkan terbungkus kulit berwarna cyanosis dan berkeriput disebabkan
karena masih sedikitnya jumlah jaringan lemak bawah kulit. Keriput akan hilang
sesuai dengan bertambahnya berat badan bayi.
4.
Lemak subkutan cukup
tebal
5.
Bentuk kepala
cenderung kerucut disebabkan oleh gaya yang bekerja saat proses persalinan dan
juga sebagai akibat tulang tengkoarak yang tumpang tindih (molase).
6.
Ukuran lingkar
kepala, antara lain: Fronto Oksipital 34 cm, Mento Oksipital 35 cm, Suboksipito
Bregmatika 32 cm
7.
Ubun-ubun berdenyut
karena belahan-belahan tulang tengkorknya belum menyatu dan mengeras dengan
sempurna. Seiring dengan semakin sempurnanya proses penyatuan tulang-tulang
tengkorak(kira-kira setelah 2 tahun) denyut di kepalanya akan hilang,
yang bisa dilakukan :
o Bersihkan rambut
dan kepalanya dengan shampo khusus bayi dan segera keringkan.
o Hindari menyentuh dan menekan bagian kepalanya yang berdenyut-denyut itu,
baik saat mencuci rambut atau menggendongnya.
8.
Rambut lanugo dan
rambut kepala tumbuh dengan baik
9.
Mata bayi tampak
keluar garis atau juling selama 2 -3 bulan pertama disebabkan karena pada
beberapa saat setelah kelahiran, bayi baru membuka matanya dan melihat
lingkungan disekitar. Penglihatannya baik namun belum terlalu fokus.
10.
Wajah sembab, kelopak
mata terlihat bengkak atau menggembung terjadi karena bendungan yang muncul
karena tekanan jalan lahir. Dalam 1 atau 2 hari bengkak pada wajah akan hilang.
Yang bisa dilakukan :
* Hindari posisi
tidur telungkup atau menyamping untuk mengurangi tekanan pada wajah
* Bila ada benjolan atau bekas tekanan alat forcep pada kepala tampak sedikit
bengkak, hindari menyentuh bagian tersebut sampai bengkaknya hilang.
11.
Mata berair
disebabkan karena saluran hidung belum sempurna sehingga mengakibatkan aliran
air mata yang diproduksi menjadi tidak lancar. Keadaan seperti ini dapat
diatasi dengan mengurut kulit sepanjang saluran tersebut dimulai dari kulit
pinggir mata ke arah pinggir hidung bagian bawah.
12.
Sensitif terhadap
cahaya terang, yang menyebabkan mata bayi akan berkedip, dapat mengenali
pola-pola hitam putih tang tercetak tebal dan bentuk wajah manusia. Jarak focus
adalah sekitar 15-20 cm
13.
Bayi akan bereaksi
dengan menggerakan matanya bila mendengar suara-suara yang nyaring. Ia lebih
menyukai suara yang lembut dengan pola yang sama. Jika mendengar suara yang
tiba-tiba, bayi akan bereaksi dengan menggerakan anggota tubuhnya.
14.
Kumisan, sisa lanugo
(rambut janin) belum luruh semuanya. Selain kumis, bayi perempuan juga sering
tampak berambut pada bahu dan punggungnya. Dalam beberapa minggu, kulit bayi
akan tampak bersih dari rambut-rambut dan kumis itu.
Yang bisa dilakukan :
o Mandikan bayi untuk
menjaga kebersihan dan kesehatan kulitnya
o Tidak perlu repot mencukurnya karena rambut dan kumis tersebut akan rontok
dengan sendirinya.
15.
Aktifitas/gerakan
aktif, ektremitas biasanya dalam keadaan fleksi
16.
Kaki dan tangannya
pucat dan dingin. Sistem sirkulasi dan peredaran darah bayi baru lahir belum
berkembang sempurna, sehingga tubuhnya memprioritaskan mengalirakan darah ke
organ-organ tubuh yang epnting seprti otak, paru-paru dan jantung. Tangan dan
kaki adalah organ tubuh yang paling akhir dialiri darah. Kondisi ini berakhir
edngan sendirinya secara bertahap sampai bayi berusia 1 tahun.
Yang bisa dilakukan :
·
Kontak kulit setiap
menyusui bayi untuk menghangatkan
·
Metode kangguru,
letakkan bayi di dada ibu dalam keadaan telanjang sehingga terjadi kontak antar
kulit. Lakukan sekitar 30 menit setiap hari
·
Sarungkan kaus kaki
dan kakuas tangan khusus untuk bayi atau selimuti sampai tangan dan kakinya
terasa hangat dan kulitnya sudah berwarna merah muda.
17.
BB berkisar antara
2500-3000 gram
18.
PB antara 50-55 cm
19.
Genitalia: labia
mayora menutupi labia minora, testis sudah turun ke dalam skrotum
20.
Kelamin bayi besar
dan membengkak dipengaruhi oleh hormon ibu lika memar dan jaringan alat kelamin yang bengkak disebabkan karena
trauma saat lahir dan proses alami perkembangan alat kelamin, akan tampak
noramal dalam waktu sekitar 1 minggu. Yang biasa dilakukan :
·
Bersihkan alat
kelamin setiap kali mandi, lalu keringkan perlahan dan lembut
·
Jika menggunakan
popok sekali pakai, perhatikan daya tampungnya, ganti segera setelah penuh dan
begitu dia buang air besar.
21.
Pada bayi perempuan
labia mayor terlihat menggembung, dapat terlihat keriput atau halus. Kadang
mengeluarkan lendir atau darah selama beberapa hari. Hal ini tergolong
perdarahan menstruasi normal dari uterus bayi disebabkan hormon estrogen ibu
yang melewati bayi perlahan menghilang.
22.
Anus (+) dalam 24 jam
pertama dapat mengeluarkan meconium
23.
Dalam 24 jam pertama
bayi dapat BAK dengan volume 20-30 ml/hari
24.
Terkadang pada
beberapa bayi ditemukan kelenjar mamae yang dapat membesar dan mengeluarkan
ASI, akan mengempis dalam beberapa hari atau minggu. Yang bisa dilakukan :
·
Jangan menekan-nekan
payudara bayi karena hanya akan menimbulkan rasa tak nyaman.
·
Bila menyabuni bagian
dadanya, bilas sampai bersih.
25.
Bayi baru lahir sudah
dapat membedakan aroma susu manusia/ibunya dengan aroma susu dari wanita lain,
bereaksi secara kuat terhadap berbagai rasa dan memperlihatkan kesukaan yang
kuat pada rasa manis.
26.
Bayi baru lahir
sangat sensitive terhadap sentuhan dan sangat menyukai kontak langsung antara
kulit dengan kulit Adalah normal bila dalam 2 minggu pertama bayi banyak tidur.
BBL biasanya tidur selama 16-20 jam yang dibagi menjadi 4-5 periode.
27.
Tangisan bayi
berbeda-beda disesuaikan dengan apa yang dirasakannya, seperti sakit, merasa
tidak nyaman karena basah, dingin, lapar, merasa kesepian dll.
PENILAIAN
PERTUMBUHAN FISIK BAYI DAN ANAK
Pertumbuhan
(growth) ialah bertambahnya
ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran
fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Bersifat
kuantitatif sehingga dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang dan
berat.
Penilaian
pertumbuhan dan perkembangan anak Penilaian tumbuh kembang anak secara medis
atau secara statistik diperlukan untuk mengetahui apakah seorang anak tumbuh
dan berkembang normal atau tidak. Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh
kembang yang optimal apabila diberikan lingkungan bio-fisiko-psikososial
adekuat.
Parameter
ukuran antropometrik yang dipakai pada penilaian pertumbuhan fisik, antara lain
tinggi badan, berat badan, lingkaran kepala, lingkaran dada, lipatan kulit,
lingkaran lengan atas, panjang lengan (arm span), proporsi
tubuh/perawakan, dan panjang tungkai. Penilaian pertumbuhan dimulai dengan
memplot hasil pengukuran tinggi badan, berat badan pada kurva standar (misalnya
NCHS, Lubschenko, Harvard, dan lain sebagainya), sejak dalam kandungan (intra
uterin) hingga remaja. Sedangan penilaian perkembangan anak pada fase awal
umumnya dibagi menjadi 4 aspek kemampuan fungsional, yaitu motorik kasar,
motorik halus dan penglihatan, berbicara, bahasa dan pendengaran serta sosial
emosi dan perilaku. Salah satu alat untuk skrining yang dipakai secara
internasional, yaitu DDST (Denver Developmental Screening Test) disebut
sebagai Denver II dengan menggunakan pass-fail ratings pada 4
ranah perkembangan, yaitu personal-social, fine motor adaptive,
language, dan gross motor untuk anak sejak lahir
sampai usia 6 tahun.
KMS
(Kartu Menuju Sehat) merupakan alat yang penting untuk memantau tumbuh kembang
anak. Aktifitasnya tidak hanya menimbang dan mengukur saja, tetapi harus
menginterpretasikan tumbuh kembang anak kepada ibunya. KMS yang ada di
Indonesia pada saat ini berdasarkan standar Harvard, dimana 50 persentil baku
Harvard dianggap 100%. Seminar Antropometri di Ciloto 1991 merekomendasikan
untuk menggunakan baku NCHS untuk menggantikan baku Harvard yang secara
internasional mulai berkurang penggunaannya. Berikut rumus untuk memperkirakan
berat badan dan tinggi badan normal pada bayi dan anak:
Berat
Badan (Kilogram) |
|||
Lahir |
3,25 |
||
3-12
bulan |
Usia
(bulan) + 9 2 |
||
1-6
tahun |
Usia
(tahun) x 2 + 8 |
||
7-12
tahun |
Usia
(tahun) x 7 – 5 2 |
||
Tinggi
Badan (Centimeter) |
|||
Lahir |
50 |
||
1
tahun |
75 |
||
2-12
tahun |
Usia
(tahun) x 6 + 77 |
||
Beberapa ukuran yang perlu diketahui
sebagai patokan:
Berat badan (BB)
Rata-rata lahir normal
3.000-3.500 gr
Umur 5 bulan
2x berat badan lahir
Umur 1 tahun
3x berat badan lahir
Umur 2
tahun
4x berat badan lahir
Kenaikan berat badan pada tahun pertama kehidupan:
- 700-1000 gram/bulan
pada triwulan I
- 500-600 gram/bulan pada
triwulan II
- 350-450 gram/bulan pada
triwulan III
- 250-350 gram/bulan pada
triwulan IV
Pada masa pra sekolah kenaikan BB rata-rata 2 kg/tahun.
Tinggi badan (TB)
Rata-rata lahir
normal
50 cm
Umur 1 tahun
1,5 x TB lahir
Umur 4
tahun
2 x TB lahir
Umur 6 tahun
1,5 x TB setahun
Umur 13 tahun
3 x TB lahir
Dewasa
3,5 x TB lahir (2 x TB setahun)
Sedangkan untuk perkembangan anak, banyak “milestone” perkembangan anak
yang penting, tetapi di bawah ini akan disajikan beberapa “milestone”
pokok yang harus kita ketahui dalam mengetahui taraf perkembangan seorang anak
(yang dimaksud dengan “milestone” perkembangan adalah tingkat
perkembangan yang harus dicapai anak pada umur tertentu), misalnya:
Umur |
“Milestone”
perkembangan |
4-6
minggu |
Tersenyum
spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu kemudian |
12-16
minggu |
-
Menegakkan kepala, tengkurap sendiri
- Menoleh ke arah suara |
20
minggu |
Meraih
benda yang didekatkan kepadanya |
26
minggu |
-
Dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya
- Duduk, makan dengan
bantuan kedua tangannya ke depan |
9-10
bulan |
-
Menunjuk dengan jari telunjuk
- Memegang benda dengan
ibu jari dan telunjuk |
13
bulan |
-
Berjalan tanpa bantuan
- Mengucapkan kata-kata
tunggal |
Dengan kita
mengetahui berbagai “milestone” pokok ini, maka kita dapat mengetahui
apakah seorang anak perkembangannya terlambat ataukah masih dalam batas-batas
normal.
PENILAIAN
PERKEMBANGAN BAYI & ANAK
Perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel sel tubuh,
jaringan tubuh, organ organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing masing dapat memenuhi fungsinya.
Sejak dahulu masalah
perkembangan anak telah mendapat perhatian. Berbagai tulisan mengenai
perkembangan anak telah dibuat. Menurut ilingworth, ulasan yang pertama kali
dibuat mengenai perkembangan anak adalah yang dibuat oleh tiedeman dari jerman
(1787) yang mencatat perkembangan dari seorang anak. Kemudian charles darwin (1877)
mempublikasikan secara detail perkembangan salah satu dari 10 anaknya pada
tahun 1931 shirley melaporkan perkembangan 25 anak secara lengkap. 1
Pada saat ini berbagai
metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan perkembangan anak telah dibuat.
Demikian pula dengan skrining untuk mengetahui penyakit penyakit yang potensial
dapat mengakibatkan gangguan perkembangan anak. Karena deteksi dini kelainan
perkembangan anak sangat berguna, agar diagnosis maupun pemulihannya dapat
dilakukan lebih awal, sehingga tumbuh kembang anak dapat berlangsung seoptimal
mungkin. Sayangnya banyak ahli kesehatan yang percaya bahwa tidak banyak
yang dapat dikerjakan untuk mengatasi kelainan ini dan mereka percaya pula
bahwa kelainan yang ringan dapat normal dengan sendirinya. Sikap seperti ini
dapat menghambat pemulihannya, bahkan pada kasus kasus tertentu dapat
mengakibatkan cacat yang permanen, yang seharusnya dapat dihindari. 1
Penting untuk dipahami
bahwa dengan skrining dan mengetahui adanya masalah pada perkembangan anak, tidak
berarti bahwa diagnosis pasti dari kelainan tersebut telah ditetapkan. Skrining
hanyalah prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh kembang anak sehari hari, yang
dapat memberikan petunjuk kalau ada sesuatu yang perlu mendapat perhatian.
Sehingga masih diperlukan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik yang
teliti dan pemeriksaan penunjang lainnya agar diagnosis dapat dibuat, supaya
intervensi dan pengobatan dapat dilakukan sebaik baiknya.
Periode penting dalam
tumbuh kembang adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang
akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa
balita ini perkembangan kemampuan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan
berikutnya. Perkembangan moral beserta dasar dasar kepribadian juga dibentuk
pada masa ini. Sehingga setiap penyimpangan perkembangan sekecil apapun pada
masa ini akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia kelak dikemudian hari. 1
Pada perkembangan anak
terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan/stimulasi yang berguna agar
potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian. Perkembangan psikososial
sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tua dewasa
lainnya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai
dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi
masih dalam kandungan. Sedangkan lingkungan yang tidak mendukung akan
menghambat perkembangan anak. 1
TUJUAN PENILAIAN
PERKEMBANGAN1
Tujuan dari penilaian perkembangan anak adalah agar para
tenaga kesehatan1 :
1)
Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal
hal lain yang merupakan resiko terjadinya kelainan perkembangan tersebut.
2)
Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang
memerlukan pengobatan konseling genetik.
3)
Mengetahui kapan anak perlu dirujuk ke senter
yang lebih tinggi.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK
Masa lima tahun pertama
merupakan masa terbentuknya dasar dasar kepribadian manusia, kemampuan
berfikir, pengindraan, keterampilan berbahasa dan berbicara, bertingkah laku
sosial dan lain-lainnya.
Ada dua faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang
optimal seorang anak, yaitu:
·
faktor dalam
Yaitu
faktor faktor yang ada pada diri anak itu sendiri baik faktor bawaan maupun
faktor yang diperoleh, termasuk disini antara lain:
o
Hal hal yang diturunkan dari orang tua, kakek
nenek atau generasi sebelumnya. Misalnya warna rambut dan bentuk tubuh.
o
Unsur berfikir dan kemampuan intelektual.
Misalnya kecepatan berfikir.
o
Keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh.
Misalnya: kekurangan hormon yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
anak.
o
Emosi dan sifat-sifat (temperamen) tertentu.
Misalnya: pemalu, pemarah, tertutup, dan lain lain.
·
Faktor luar
o
Keluarga
Sikap dan
kebiasaan keluarga dalam mengasuh dan mendidik anak, hubungan orang tua dengan
anak, hubungan antara saudara, dan lain-lain.
o
Gizi
Kekurangan
gizi dalam makanan menyebabkan pertumbuhan anak terganggu yang akan
mempengaruhi perkembangan seluruh dirinya.
o
Budaya setempat
Asuhan dan
kebiasaan dari suatu masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Misalnya kebersihan lingkungan, kesehatan, pendidikan.
o
Teman bermain dan sekolah
Ada
tidaknya teman bermain. Tempat dan alat bermain, kesempatan pendidikan
disekolah, akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
ASPEK PERKEMBANGAN ANAK
Pencapaian suatu
kemampuan pada setiap anak bisa berbeda beda, namun demikian ada patokan umur
tentang kemampuan apa saja yang perlu dicapai seorang anak pada umur tertentu.
Adanya patokan tersebut dimaksudkan agar anak yang belum mencapai tahap
kemampuan tertentu itu perlu dilatih berbagai kemampuan untuk dapat mencapai
perkembangan yang optimal.5 Ada 4 aspek yang perlu dibina dalam
menghadapi masa depan anak, yaitu:
1.
Perkembangan motorik kasar dan motorik halus
Yang dimaksud gerakan
(motorik) adalah semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh seluruh tubuh.
Perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari
unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh, dan perkembangan tersebut erat
kaitannya dengan perkembangan pusat motorik anak. Pada anak, gerakan ini dapat
secara lebih jelas dibedakan antara gerakan motorik kasar dan halus.
Disebut motorik kasar
bila gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan biasanya
memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot otot yang lebih besar. Contohnya
gerakan telungkup, gerakan berjalan, gerakan berlari.
Disebut motorik halus
bila hanya melibatkan bagian bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot
otot kecil, karena itu tidak begitu memerlukan tenaga. Gerakan halus ini
memerlukan koordinasi yang cermat. Contohnya gerakan mengambil benda dengan
hanya ibu jari dan telunjuk, gerakan memasukkan benda kecil ke dalam lubang, membuat
prakarya. Melalui
latihan latihan yang tepat gerakan gerakan kasar dan halus ini dapat
ditingkatkan dalam hal keluwesan, kecepatan dan kecermatan. Sehingga secara
bertahap seorang anak akan bertambah terampil dan mahir melakukan gerakan
gerakan yang diperlukan guna penyesuaian dirinya.
2.
Komunikasi aktif dan pasif
Sebagai mahluk sosial anak akan selalu berada diantara
atau bersama orang lain, agar dicapai saling pengertian maka diperlukan
kemampuan berkomunikasi. Pada bayi kemampuan berkata kata atau komunikasi aktif
ini belum dapat dilakukan, ia menyatakan perasaan dan keinginannya melalui
tangisan dan gerakan. Meskipun demikian, komunikasi dengan orang lain tetap
dapat terjadi karena ia mengerti ucapan ucapan orang lain. Kesanggupan mengerti
dan melakukan apa saja yang diperintahkan oleh orang lain disebut sebagai
komunikasi pasif. Komunikasi aktif dan komunikasi pasif perlu dikembangkan
secara bertahap, anak dilatih untuk mau dan mampu berkomunikasi aktif
(berbicara, mengucapkan kalimat kalimat, bernyanyi dan bentuk ucapan lisan
lainnya) dan komunikasi pasif (anak mampu mengerti orang lain).
3.
Perkembangan kecerdasan (kognisi)
Pada balita kemampuan
berfikir mula mula berkembang melalui kelima indra, misalnya melihat warna
warna, mendengar suara atau bernyanyi, mengenal rasa. Melalui kata kata yang
didengar dan diajarkan, ia mengerti bahwa segala sesuatu itu ada namanya. Daya
fikir dan pengertian mula mula terbatas pada apa saja yang konkrit, yang dapat
dilihat, dipegang atau dimainkan. Melalui bermain main serta latihan latihan
yang diberikan oleh orang tua atau orang lain, setahap demi setahap anak akan
mengenal, mengerti lingkungannya dan memiliki kemampuan merencanakan persoalan.
Semua konsep atau pengertian ini kemudian meningkat sehingga memungkinkan anak
untuk melakukan pemikiran pemikiran ke tingkat yang lebih tinggi, lebih
abstrak, dan lebih majemuk, misalnya mengerti dan menggunakan konsep sama
berbeda, bertambah berkurang, sebab akibat dan lain lain.
4.
Perkembangan kemampuan menolong diri sendiri
dan tingkah laku sosial
Pada awal kehidupannya
seorang anak bergantung pada orang lain dalam hal pemenuhan kebutuhannya
(misalnya makanan, pakaian, kesehatan, kasih sayang, pengertian rasa aman dan
kebutuhan akan perangsangan mental, sosial dan emosional).
Kebutuhan kebutuhan anak berubah dalam jumlah maupun
derajat kualitasnya sesuai dengan bertambahnya umur anak. Dengan makin mampunya
anak melakukan gerakan motorik, anak terdorong melakukan sendiri berbagai hal
dan terdorong untuk bergaul dengan orang lain selain anggota keluarganya
sendiri. Orang tua harus melatih usaha mandiri anak, mula mula dalam hal
menolong kebutuhan anak itu sendiri sehari hari, misalnya makan minum, buang
air kecil dan sebagainya. Kemampuan kemampuan ini makin ditingkatkan sesuai dengan
bertambahnya usia, anak perlu berkawan, luas pergaulan harus dikembangkan pula,
dan anak perlu diajar untuk aturan aturan disiplin, sopan santun dan sebagainya
agar tidak canggung dalam memasuki lingkungan baru.
TAHAP TAHAP PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK1
1.
Anamnesis
Tahap pertama adalah melakukan anamnesis yang lengkap,
karena kelainan perkembangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Dengan
anamnesis yang teliti maka salah satu penyebabnya dapat diketahui. 1
2.
Skrining gangguan perkembangan anak.
Pada tahap ini dianjurkan digunakan instrumen-instrumen
untuk skrining guna mengetahui kelainan perkembangan anak, misalnya dengan
menggunakan DDST, tes IQ, atau tes psikologik lainnya. 1
3.
Evaluasi lingkungan anak
Tumbuh kembang anak adalah hasil interaksi antara faktor
genetik dengan lingkungan biofisikopsikososial. Oleh karena itu untuk deteksi
dini, kita juga melakukan evaluasi lingkungan anak tersebut.1
4.
Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak
Tes penglihatan misalnya untuk anak umur kurang dari 3
tahun dengan tes fiksasi, umur 2 ½ tahun – 3 tahun dengan kartu gambar dari
allen dan diatas umur 3 tahun dengan huruf E. Juga diperiksa apakah ada tanda
strabismus dan selanjutnya periksa kornea dan retinanya. Sedangkan skrining
perkembangan anak, melalui anamnesis atau menggunakan audiometer kalau ada
alatnya. Disamping itu dilakukan juga pemeriksaan bentuk telinga, hidung, mulut
dan tenggorokan untuk mengetahui adanya kelainan bawaan. 1
5.
Evaluasi bicara dan bahasa anak
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah
kemampuan anakberbicara masih dalam batas batas normal atau tidak. Karena
kemampuan berbicara menggambarkan kemampuan SSP, endokrin, ada atau tidaknya
kelainan bawaan pada hidung, mulut dan pendengaran, stimulasi yang diberikan,
emosi anak dan sebagainya. 1
6.
Pemeriksaan fisik
Untuk melengkapi anamnesis diperlukan pemeriksaan fisik,
untuk mengetahui apakah terdapat kelainan fisik yang dapat mempengaruhi tumbuh
kembang anak.misalnya berbagai sindrom, penyakit jantung bawaan, tanda tanda
penyakit defisiensi dan lainnya. 1
7.
Pemeriksaan neurologi
Dimulai dengan anamnesis masalah neurologi dan keadaan
keadaan yang diduga dapat mengakibatkan kelainan neurologi, seperti trauma
lahir, persalinan yang lama, asfiksia berat dan sebagainya. Kemudian dilakukan
tes neurologi yang teliti, maka dapat membantu dalam diagnosis suatu kelainan,
misalnya kalau ada lesi intrakranial, serebral palsi, neuropati perifer, dan
penyakit degeneratif lainnya.
Untuk
mengetahui secara dini adanya cerebral palsi, dianjurkan menggunakan
pemeriksaan neurologi menurut milani comparetti, yang merupakan cara untuk
evaluasi perkembangan motorik dari lahir sampai umur 2 tahun.
8.
Evaluasi penyakit penyakit metabolik
Salah satu penyebab gangguan perkembangan pada anak
adalah disebabkan oleh penyakit metabolik. Dari anamnesis dapat dicurigai
adanya penyakit metabolik, apabila ada anggota keluarga lainnya yang terkena
penyakit yang sama. Adanya tanda tanda klinis seperti rambut yang pirang
dicurigai adanya PKU (phenylketouria), ataksia yang intermitten dicurigai
adanya hiperamonemia dan sebagainya. Disamping itu diperlukan pemeriksaan
penunjang lainnya sesuai dengan kecurigaan kita. 1
9.
Integrasi dari hasil penemuan
Berdasarkan anamnesis dan semua pemeriksaan tersebut
diatas, dibuat suatu kesimpulan diagnosis dari gangguan perkembangan tersebut.
Kemudian ditetapkan penatalaksanaannya, konsultasi kemana dan prognosisnya.
SKRINING PERKEMBANGAN
Skrining perkembangan
merupakan prosedur yang didesain untuk mengidentifikasi anak yang harus
mendapatkan penilaian yang lebih intensif. Skrining digunakan untuk mendeteksi
deviasi yang tak terduga dari perkembangan normal yang tidak seharusnya ada.
Tujuan utama dari skrining adalah untuk mengidentifikasikan secepatnya
disabilitas perkembangan pada anak yang beresiko tinggi sehingga penanganan
dapat dilakukan pada usia dini dimana penanganan paling efektif. Skrining bukan
merupakan tes yang hanya dilakukan pada satu waktu, tetapi lebih merupakan
proses dan prosedur yang digunakan pada periode waktu tertentu.2
Tes skrining yang ideal
harus mempunyai sensitivitas (mendeteksi hampir semua masalah pada anak) dan
spesifitas (dapat mendeteksi anak dengan keterlambatan) yang tinggi. Tes
tersebut juga harus dapat mengukur apa yang seharusnya terukur (validitas),
memberikan hasil yang sama pada penggunaan berulang oleh pemeriksa yang
berbeda, murah dan cepat digunakan. Skrining perkembangan yang ideal tidak
sepenuhnya ada.4 Tabel 2 mencantumkan beberapa tes skrining
perkembangan yang sering digunakan dan keterbatasannya.
Perlu dipisahkan antara
skrining perkembangan, penilaian perkembangan maupun survailans perkembangan.
Penilaian perkembangan ditujukan kepada pemeriksaan yang lebih detail dari perkembangan
yang tertunda. Di satu sisi, survailans perkembangan merupakan tes yang
berkelanjutan, fleksibel, dan proses yang komprehensif dimana termasuk
aktifitas yang berhubungan pada deteksi dari masalah perkembangan dan promosi
perkembangan selama kunjungan primer kesehatan anak. Survailans perkembangan
termasuk identifikasi dari keadaan keluarga, observasi anak, skrining, dan
imunisasi. 2
Terdapat tiga pendekatan
pada proses skrining, yaitu skrining perkembangan informal, skrining
perkembangan rutin dan skrining perkembangan terfokus. Skrining perkembangan
informal berdasarkan observasi pada saat pemeriksaan rutin anak dan menanyakan
orang tua mengenai perhatian mereka terhadap perkembangan anaknya. Ahli anak,
bagaimanapun juga perlu membiasakan diri dengan berbagai variasi milestone
perkembangan anak pada berbagai tingkat usia. Hal ini bukanlah tugas mudah
untuk para klinisi umum. Nilai batas atas normal telah dipergunakan sebagai
panduan untuk mengidentifikasikan keterlambatan. Sebagai tambahan, beberapa
penelitian juga melaporkan bahwa ahli anak seringkali tidak akurat dalam
memprediksikan status perkembangan anak. Hampir setengah dari keterlambatan
perkembangan tidak teridentifikasi oleh ahli anak. Terlebih lagi, pengetahuan
orang tua mengenai perkembangan anak sangat mempengaruhi, dikarenakan orang tua
tidak mengindahkan pentingnya keterlambatan perkembangan. Daya ingat orang tua
dari milestone perkembangan seringkali tidak akurat dan telah dilaporkan bahwa
orang tua terlihat terlalu berlebihan dalam menilai perkembangan bahasa dari
anak dan tidak mengindahkan kemampuan motorik halus dari anak. Didalam
permasalahan ini seorang ahli penyakit anak tidak mungkin mampu
mengidentifikasi secara benar anak yang mempunyai keterlambatan perkembangan
pada mayoritas anak dengan keterlambatan perkembangan melalui metode skrining
informal.2
Skrining perkembangan
formal dilakukan secara sistematis dengan menggunakan insrumen skrining yang
telah terstandarisasi. Bagaimanapun juga pendekatan ini membutuhkan waktu yang
banyak dan orang yang terlatih. Dan tidak dapat pula menjamin untuk dapat
menurunkan insiden dari masalah perkembangan pada populasi anak dengan resiko
rendah. 2
Meskipun di negara
berkembang, kegunaan dari skrining perkembangan rutin masih tetap
dipertanyakan. Di swedia, dimana telah mempunyai sistem skrining yang sangat
terorganisasi pada pusat pusat kesehatan anak, penelitian telah membuktikan
bahwa pemeriksaan rutin pada pusat kesehatan hanya membuat perbedaan kecil
dalam deteksi dini cerebral palsi. 2
Skrining perkembangan yang terfokus melibatkan dua
kelompok anak, yaitu (a) anak dengan orang tua yang memberi perhatian yang
lebih pada perkembangan anak dan guru atau dokter yang mencurigai adanya
masalah, (b) neonatus dengan kondisi resiko tinggi untuk terjadinya
keterlambatan perkembangan, 2 contohnya:
·
BBLR (<1500 g)
·
Kondisi neurologis
·
Perdarahan intraventrikular Gr. III or IV
·
Periventricular leukomalacia
·
Hipoksia iskemik ensefalopati
·
Apgar skor 0-3 pada menit 10, 15 and 20
·
Meningitis
·
Kejang persistent
·
Apnea
·
Hyperbilirubinemia
·
Kejang dengan hipoglikemi
·
Septikemia
MEMILIH INSTRUMEN TES PERKEMBANGAN
Meskipun semua instrument tes perkembangan didesain untuk
mengidentifikasi anak yang potensial untuk keterlambatan perkembangan, masing
masing instrumen mempunyai pendekatan yang berbeda beda dalam mengidentifikasi.6
Tidak ada instrument yang secara universal dapat diterima untuk
semua populasi dan usia. Tes skrining yang ada bervariasi dari yang menilai
perkembangan secara umum sampai yang terfokus pada area yang spesifik, seperti
kemampuan motorik dan komunikasi. Tes skrining secara luas harus menilai
berbagai aspek perkembangan, termasuk motorik kasar, motorik halus, bahasa,
komunikasi, tingkah laku dan kemampuan personal sosial. Terdapat berbagai macam
tes skrining, dan pilihan untuk memakai instrument yang mana bergantung pada
populasi yang akan di skrining, tipe masalah yang di skrining pada populasi
tersebut, waktu penilaian dan biaya dari instrument. 6
Tes skrining juga harus valid dan dapat diandalkan, dengan
sensitifitas dan spesifitas yang baik. Realibilitas merupakan kemampuan dari
suatu pengukuran untuk dapat menghasilkan hasil yang konsisten, validitas dari
tes skrining perkembangan berhubungan dengan kemampuan untuk memisahkan antara
anak yang normal atau anak dengan keterlambatan perkembangan, sensitifitas
merupakan keakuratan dari tes tersebut untuk dapat mengidentifikasi anak dengan
perkembangan yang terlambat, spesifitas merupakan keakuratan dari tes skrining
untuk mengidentifikasi anak tanpa keterlambatan perkembangan. Jika tes skrining
salah mengindentifikasikan anak yang normal sebagai anak yang terlambat dalam
perkembangan maka akan menghasilkan yang disebut overreferrals, dan
jika suatu tes salah mengidentifikasikan anak yang terlambat sebagai anak yang
normal maka itu akan menghasilkan yang disebut sebagaiunderreferrals. Untuk
tes skrining perkembangan, system penilaian harus dibuat untuk
meminimalkan underreferrals danoverreferrals. Terdapat
pertukaran nilai antara sensitifitas dan spesifitas ketika memperbaiki sistem
penilaian tersebut, sensitifitas dan spesifitas pada level 70% sampai 80% telah
dapat diterima untuk tes skrining perkembangan.
INSTRUMEN TES PERKEMBANGAN
Ahli penyakit anak sekarang mempunyai banyak instrumen
perkembangan yang dapat dipilih. Instrumen yang paling baik adalah yang
mempunyai data psikometrik yang baik, termasuk sensitifitas, spesifitas,
validitas, dan realibilitas yang baik, dan telah distandarisasi pada populasi
luas. Instrumen yang dipakai oleh orang tua anak, sepertiParents’ Evaluation
of Developmental Status,
Ages
and Stages Questionnaires, dan Child Development
Inventories Mempunyai data psikometrik ysng baik dan mempunyai
keunggulan dimana untuk melakukannya membutuhkan waktu yang singkat bila
dibandingkan dengan instrument yang membutuhkan pemeriksaan langsung oleh ahli
penyakit anak. Instrument seperti Denver-II screening test, Bayley
Infant Neurodevelopmental
Screener, Battelle
Developmental Inventory, Early Language Milestone Scale, dan
Brigance
Screens melibatkan pemeriksaan langsung terhadap kemampuan
anak. The CAT-CLAMS merupakan tes yang didesain khusus untuk
dapat digunakan oleh ahli penyakit anak untuk menilai kemampuan kognitif dan
bahasa dari anak.
Setiap
tes skrining mempunyai kekuatan dan kelemahannya masing masing. Contohnya the
Denver-II screening test yang telah digunakan secara luas, namun
mempunyai sensitifitas dan spesifitas yang rendah tergantung dari interpretasi
hasilnya. Setiap tes juga harus dilakukan sesuai instruksi yang ada, jika tidak
maka hasilnya akan tidak valid.7
Skrining untuk psikososial dan tingkah laku pada anak terdapat
beberapa tantangan, anak dengan perkembangan yang terhambat mempunyai resiko
yang tinggi untuk memiliki masalah tingkah laku. Kebanyakan instrument skrining
perkembangan tidak dapat menilai pada area ini secara adekuat. Instrument tes
seperti the Temperament and Atypical Behavior Scale, Child
Behavioral Checklist, The Carey Temperament Scales, Eyberg
Child Behavior Inventory, Pediatric Symptom Checklist,
and Family Psychosocial Screening, dapat membantu dalam mendeteksi
masalah tingkah laku. Akhir akhir ini terdapat peningkatan ketertarikan dalam
skrining anak untuk autistic spectrum disorders karena
terdapatnya peningkatan pada prevalensi dan kemampuan untuk diagnosis dan
intervensi dini. Instrument skrining spesifik seperti the Checklist for
Autism
in
Toddlers (CHAT), dapat membantu ahli penyakit anak untuk
diagnostik, tetapi dapat terjadi kesalahan karena mempunyai sensitifitas yang
rendah dan spesifitas yang tinggi.7
Tes yang paling sering digunakan adalah Denver Developmental
Screening Test-II (Denver II). Bagaimanapun juga, dibalik kepopularannya, DDST
II tidak berfungsi baik sebagai tes skrining, karena mempunyai sensitifitas
yang terbatas dan validitas yang rendah. Tetapi tes ini tetap bernilai karena
kemudahannya untuk digunakan. Skrining yang mempunyai sensitifitas dan
spesifitas yang baik dengan menggunakan 10 set dari pertanyaan yang terstruktur
yang dapat diperhatikan oleh orang tua di berbagai area perkembangan,
pendekatan ini telah diformalkan sebagai Parents’ Evaluation of
Developmental Status (PEDS) questionnaire. Cara ini merupakan cara
yang akurat karena secara umum orang tua merupakan pengamat yang akurat dari
tingkah laku dan perkembangan anak.4
Lebih
jauh lagi efisiensi dari skrining dapat ditingkatkan dengan menggunakan
skrining level kedua untuk anak yang dicurigai bermasalah dengan
menggunakan The Ages and Stages Questionnaires (ASQ). Tes ini
terdiri dari seri 11 pertanyaan yang didesain untuk dapat dilakukan dirumah
dari usia 4 sampai 48 bulan, dan mempunyai validitas dan realibilitas yang baik
sebesar 76-91%, meskipun ASQ mungkin gagal untuk mengidentifikasikan hampir 13%
anak dengan keterlambatan perkembangan. Penilaian dan interpretasi dapat
dilakukan dengan cepat, dimana sangat cocok untuk seseorang yang sibuk.
Skrining untuk keterlambatan bahasa sangat penting, dikarenakan
terdapat hubungan yang kuat antara bahasa dan perkembangan kognitif dan
kemampuan pendidikan. Early Language Milestone (ELM)
membutuhkan waktu pengerjaan 2-3 menit, sensitifitas untuk bahasa dan kognitif
sangat tinggi bila dibandingkan dengan tes diagnostik standar baku. Masalah psikiatri dan tingkah
laku sangat sering terjadi dan sering bersamaan dengan keterlambatan
perkembangan. Skrining untuk masalah tingkah laku dapat dengan
menggunakan Pediatric Symptom Checklist, yang sederhana dan validitas
yang baik.
PERANGKAP DALAM INTERPRETASI PERKEMBANGAN ANAK
Kesalahan kesalahan yang sering dibuat dalam
menginterpretasikan perkembangan anak adalah sebagai berikut:
1.
Perkembangan motorik
Pada tahun pertama seringkali tenaga kesehatan/orangtua
lebih menfokuskan pada perkembangan motorik kasar saja. Sehingga sering
terkecoh pada perkembangan motorik yang dianggap normal tersebut dengan suatu
harapan yang semu terhadap kemampuan intelektual anak. bebrapa
penelitian menemukan bahwa kemampuan motorik bukanlah prediksi dari
intelektualitas, dan didapatkan juga bahwa anak dengan retardasi mental yang
sedang sampai berat tidak memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan motorik.Kemampuan intelektual anak dapat dilihat pada
perkembangan bahasa dan pemecahan masalah. Selain itu perhatian juga kurang
diberikan pada perkembangan motorik halus. Padahal perkembangan motorik halus
merupakan indikator yang lebih baik daripada motorik kasar, dalam diagnosis
gangguan motorik pada anak. Perkembangan motorik halus yang paling awal adalah
jari jari tangan yang tidak menggenggam lagi pada bayi umur 3 bulan. Bila masih
menggenggam setelah umur 3 bulan dicurigai adanya cerebral palsi.1,2
2.
Intelegensi: penampilan superfisial
Suatu konsep bahwa anak yang retardasi mental ditandai
dengan muka yang khas. Pendapat ini tidak selamanya benar, karena itu kita
seringkali terlambat membuat diagnosis pada anak yang retardasi mental dengan
penampilan fisik seperti anak normal atau dengan kemampuan motorik kasar yang
baik. Begitu pula sebaliknya, anak dengan raut wajah yang dysmorphic mungkin tidak memiliki defisiensi intelektualitas.
Anak yang autistik sering dikatakan sebagai anak yang manis dan lain
sebagainya.1,2
3.
Perkembangan bahasa
Kesalahan yang sering dibuat adalah pandangan yang
mengatakan bahwa perkembangan bahasa belum dimulai sampai anak umur satu tahun
dan tidak perlu kuatir akan adanya kelainan bahasa sampai anak umur 2
tahun. Hal penting untuk diingat ialah kemampuan bahasa, yang diukur dari
ekspresif dan reseptif, merupakan salah satu prediktor yang baik terhadap
intelegensia anak. Untuk mencegah kesalahan tersebut, diperlukan
kemampuan dalam mendapatkan anamnesis yang akurat dan pengetahuan tentang
milestone perkembangan bahasa.1,2
4.
Pendengaran
Kesalahan yang sering dibuat adalah pandangan
bahwa ketulian sangat jarang pada anak. Sehingga sering tidak terdiagnosis
sampai anak berumur lebih dari satu tahun.Ternyata 1 dari 1000 kelahiran adalah
anak dengan ketulian berat. Rata rata diagnosis tuli kongenital baru dibuat
pada saat anak berumur 2-2,5 tahun. Oleh karena itu anamnesis yang baik pada
orang tuanya sangat penting, apakah anak ada respons terhadap bunyi bunyian,
kapan anak mulai bisa mengoceh dan sebagainya
STIMULASI
TUMBANG BAYI DAN BALITA
Istilah tumbuh kembang sebenarnya
mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit
dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Dan untuk tercapainya tumbuh
kembang yang optimal tergantung pada potensi biologik seseorang yang merupakan
hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik,
lingkungan bio-fisiko-psiko sosial dan perilaku.
Proses yang unik dan hasil akhir
yang berbeda-beda yang memberika ciri tersendiri pada setiap anak. Oleh karena
itu, tumbuh kembang harus menjadi perhatian bagi pemerintah, tenaga kesehatan,
dan masyarakat khususnya supaya anak Indonesia dapat mencapai kesehatan yang
optimal. Memiliki anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah dambaan
setiap orang tua. Untuk mewujudkannya tentu saja orang tua harus selalu
memperhatikan,mengawasi, dan merawat anak secara seksama. Proses tumbuh kembang
anak dapat berlangsung secara alamiah, tetapi proses tersebut sangat tergantung
kepada orang dewasa atau orang tua. Periode penting dalam tumbuh kembang anak
adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi
dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan
kemampuan berbahasa, kreativitas,kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta
dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Pada masa periode kritis
ini, diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensinya
berkembang. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi diusahakan sesuai
dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi
masih dalam kandungan. Untuk bisa merawat dan membesarkan anak secara maksimal tentu
kita perlu mengetahui banyak hal yang berkaitan dengan anak itu sendiri, yang
pada gilirannya akan menjadi bekal yang sangat berharga bagi kita dalam merawat
dan membesarkan buah hati kita.
5.
Pertumbuhan (growth) berkaitan
dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel,
organ maupun induvidu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram),
ukuran panjang (cm, meter).
6.
Perkembangan (development) adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan.
Menyangkut perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya.
TUMBUH KEMBANG ANAK SEHAT
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan
dalam besar,jumlah, atau ukuran, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,
kilogram) dan ukuran panjang (cm, meter), sedangkan perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari
seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk
juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
berinteraksi dengan lingkungannya. Secara umum terdapat dua faktor utama yang
mempengaruhi tumbuh
kembang anak, yaitu:
1.
Faktor genetik
Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan
anak tersebut. Kemampuan anak merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan
dari orang tuanya.
2.
Faktor lingkungan
Yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak
itu berada. Dalam hal inilingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar
anak untuk tumbuh kembang sejak dalam kandungan sampai dewasa. Lingkungan yang
baik akan menunjang tumbuh kembang anak, sebaliknya lingkungan yang kurang baik
akan menghambat tumbuh kembangnya.
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara
umum dibagi menjadi 3
kebutuhan dasar yaitu:
1.
Kebutuhan fisik-biomedis (”ASUH”)
Meliputi:
·
pangan/gizi
·
perawatan kesehatan dasar:
imunisasi, pemberian ASI,
·
penimbangan yang teratur,
pengobatan
·
pemukiman yang layak
·
kebersihan perseorangan, sanitasi
lingkungan
·
pakaian
·
rekreasi, kesegaran jasmani
2.
Kebutuhan emosi/kasih sayang (”ASIH”)
Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan
yang erat dan kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik
, mental, atau psikososial.
3.
Kebutuhan akan stimulasi mental (”ASAH”)
Stimulasi mental mengembangkan perkembangan
kecerdasan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika,
produktivitas dan sebagainya.
CIRI-CIRI TUMBUH KEMBANG ANAK
1.
Tumbuh kembang adalah proses yang
kotinu sejak dari konsepsi sampai maturitas atau dewasa, yang dipengaruhi oleh
faktor bawaan dan lingkungan.
2.
Pola perkembangan anak adalah
sama pada semua anak, tetapi kecepatannya berbeda antara anak yang satu dengan
yang lain berbeda.
3.
Perkembangan erat hubungannya
dengan maturasi sistem susunan saraf.
4.
Aktivitas seluruh tubuh diganti
respon individu yang khas
5.
Arah perkembangan anak adalah
sefalokaudal.
6.
Refleks primitif seperti refleks
memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.
Periode penting dalam tumbuh
kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang
akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa
balita ini kemampuan berbahasa, kreativitas, sosial, emosional dan intelegensia
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini.
Deteksi dini perkembangan anak
dilakukan dengan cara pemeriksaan perkembangan secara berkala, apakah sesuai
dengan umur atau telah terjadi penyimpangan dari perkembangan normal. Empat
parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan anak adalah:
1.
Gerakan motorik kasar (pergerakan
dan sikap tubuh).
2.
Gerakan motorik halus
(menggambar, memegang suatu benda dll).
3.
Bahasa (kemampuan merespon suara,
mengikuti perintah, berbicara spontan).
4.
Kepribadian/tingkah laku
(bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya).
JENIS-JENIS STIMULASI YANG DI BUTUHKAN OLEH ANAK
1.
Stimulasi aspek fisik. Rangsangan untuk fisik bayi dan balita amat diperlukan,
karena pada usia mereka perkembangan syaraf-syaraf motorik sangat pesat.
Melakukan gerakan-gerakan sederhana seperti berlari, berjalan, menari akan
sangat membantu perkembangan mereka.
2.
Stimulasi aspek emosi. Kenalkan mereka dengan bentuk emosi dasar, bahagia dan
sedih. Dengan menghiburnya pada saat menangis karena mainannya rusak akan
membantu. Ajari pula mereka untuk berbagi dengan teman sebayanya, misalnya
dengan bernagi mainan, sehingga dapat menimbulkan kepekaan untuk bertoleransi
dan berperilaku menyenangkan.
3.
Stimulasi aspek spiritual. Ajarilah anak untuk berdoa dengan menggunakan kata-kata
yang sederhana, mengucapkan terimakasih kepada tuhan atas makanan, hari yang
indah, dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan hari itu. Akan membuat
anak semakin peka. Ajak juga mereka ke tempat ibadah, dan membacakan dongeng
dan kisah-kisah para nabi juga akan membantu meningkatkan moral.
4.
Stimulasi aspek intelektual. Rangsangan intelektual dapat dilakukan dengan sering
memberikan buku bacaan, mengajak anak melakukan permainan, dan rekreasi
bersama, dan juga dengan rajin menjawab keingintahuan anak. Jadi sebagai
orangtua juga harus rajin belajar agar sanggup memenuhi dan menjawab
keingintahuan anak dengan baik dan benar.
5.
Stimulasi aspek sosial. Anak pun harus diajari untuk peka terhadap lingkungan
sekitarnya. Membantu menjaga adik, membantu orangtua yang sedang sibuk, akan
merangsang kepekaan alaminya.
Agar stimulasi ini dapat menunjukkan hasil yang baik, kita tidak boleh
melupakan istirahat yang cukup dan asupan nutrisinya. Gizi yang baik amat
sangat dibutuhkan oleh anak, karena mereka sedang berada dalam masa
pertumbuhan. Jadi asupan nutrisi tentunya amat dibutuhkan untuk perkembangan
fisik, daya tahan tubuh, pencernaan, dan juga tentunya untuk perkembangan otak
mereka.
D. STIMULASI DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
Kemampuan dan tumbuh kembang anak
perlu dirangsang oleh orang tua agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal dan sesuai umurnya. Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara,
pendengaran, perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat
stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang
kurang bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai
penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi
seperti stimulasi visual (penglihatan), verbal (bicara),auditif (pendengaran),
taktil (sentuhan) dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Pemberian stimulasi
akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhankebutuhan anak sesuai dengan
tahap-tahap perkembangannya.
Pada tahap perkembangan awal anak
berada pada tahap sensori motorik. Pemberian stimulasi
visual pada ranjang bayi akan meningkatkan
perhatian anak terhadap lingkungannya, bayi akan gembira dengan tertawa-tawa
dan menggerak-gerakkan seluruh tubuhnya. Tetapi bila rangsangan itu terlalu
banyak, reaksi dapat sebaliknya yaitu perhatian anak akan berkurang dan anak
akan menangis. Pada tahun-tahun pertama anak belajar mendengarkan. Stimulus
verbal pada periode ini sangat penting untuk perkembangan bahasa anak pada
tahun pertama kehidupannya. Kualitas dan kuantitas vokal seorang anak dapat
bertambah dengan stimulasi verbal dan anak akan belajar menirukan kata-kata
yang didengarnya. Tetapi bila simulasi auditif terlalu banyak (lingkungan
ribut) anak akan mengalami kesukaran dalam membedakan berbagai macam suara.
Stimulasi visual dan verbal pada permulaan perkembangan anak merupakan
stimulasi awal yang penting, karena dapat menimbulkan sifat-sifat ekspresif
misalnya mengangkat alis, membuka mulut dan mata seperti ekspresi keheranan.
Selain itu anak juga memerlukan stimulasi taktil, kurangnya stimulasi taktil
dapat menimbulkan penyimpangan perilaku sosial, emosional dan motorik.
Perhatian dan kasih sayang juga
merupakan stimulasi yang diperlukan anak, misalnya dengan bercakap-cakap,
membelai, mencium, bermain. Stimulasi ini akan menimbulkan rasa aman dan rasa
percaya diri pada anak, sehingga anak akan lebih responsif terhadap lingkungannya
dan lebih berkembang. Pada anak yang lebih besar yang sudah mampu berjalan dan
berbicara, akan senang melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
lingkungannya. Motif ini dapat diperkuat atau diperlemah oleh lingkungannya
melalui sejumlah rekasi yang diberikan terhapap perilaku anak tersebut.
Misalnya anak akan belajar untuk mengetahui perilaku mana yang membuat ibu
senang/mendapat pujian dari ibu, dan perilaku mana yang mendapat marah dari
ibu. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang responsif akan memperlihatkan
perilaku eksploratif yang tinggi. Stimulasi verbal juga dibutuhkan pada tahap
perkembangan ini. Dengan penguasaan bahasa, anak akan mengembangkan ide-idenya
melalui pertanyaan-pertanyaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi perkembangan
kognitifnya (kecerdasan).
Pada masa sekolah, perhatian anak
mulai keluar dari lingkungan keluarganya, perhatian mulai teralih ke teman
sebayanya. Akan sangat menguntungkan apabila anak mempunyai banyak kesempatan
untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Melalui sosialisasi anak akan
memperoleh lebih banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi perkembangan
sosial anak. Pada saat ini di Indonesia telah dikembangkan program untuk
anak-anak prasekolah yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan anak sedini
mungkin, dengan menggunakan APE (alat permainan edukatif). APE adalah alat
permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak disesuaikan dengan
usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk pengembangan aspek
fisik (kegiatan-kegiatan yang menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik
anak), aspek bahasa (dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar),
aspek kecerdasan (dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna.), dan aspek
sosial (khususnya dalam hubungannya dengan interaksi antara ibu dan anak,
keluarga, dan masyarakat). Bermain, mengajak anak berbicara, dan kasih sayang
adalah ’makanan’ yang penting untuk perkembangan anak, seperti halnya kebutuhan
makan untuk pertumbuhan badan. Bermain bagi anak tidak sekedar mengisi waktu
luang saja, tetapi melalui bermain anak belajar mengendalikan dan
mengkoordinasikan otot-ototnya, melibatkan persaan, emosi, dan pikirannya.
Sehingga dengan bermain anak mendapat berbagai pengalaman hidup, selain itu
bila dikakukan bersama orang tuanya hubungan orang tua dan anak menjadi semakin
akrab dan orang tua juga akan segera mengetahui kalau terdapat gangguan
perkembangan anak secara dini.
Buku bacaan anak juga penting
karena akan menambah kemampuan berbahasa, berkomunikasi, serta menambah wawasan
terhadap lingkungannya.Untuk perkembangan motorik serta pertumbuhan otot-otot
tubuh diperlukan stimulasi yang terarah dengan bermain, latihan-latihan atau
olah raga. Anak perlu diperkenalkan dengan olah raga sedini mungkin, misalnya
melempar/menangkap bola, melompat, main tali, naik sepeda).Seorang ahli
mengatakan bahwa prioritas untuk anak adalah makanan, perawatan kesehatan, dan
bermain. Makanan yang baik, pertumbuhan yang adekuat, dan kesehatan yang
terpelihara adalah penting, tetapi perkembangan intelektual juga diperlukan.
Bermain merupakan ”sekolah” yang berharga bagi anak sehingga
perkembangan intelektualnya optimal.
Ada beberapa fungsi bermain pada anak yaitu sebagai
berikut.
1.
Perkembangan Sensorik
Aktivitas motor merupakan bagian yang berkembang pada
masa bayi. Perkembangan sensorik motor ini didukung oleh keterampilan motorik
kasar dan halus seperti stimulus visual,stimulus pendengaran,stimulus taktil
(sentuhan),dan stimulasi kinetik.Stimulus sensorik yang diberikan oleh
lingkungan anak akan direspon dengan memperlihatkan aktivitas-aktivitas
motoriknya.Stimulasi visual merupakan stimulasi awal yang penting pada tahap
permulaan perkembangan anak.Anak akan meningkatkan perhatiannya pada lingkungan
sekitar melalui penglihatanny.Oleh karena itu,orang tua disarankan untuk
memberikan mainan warna-warni pada usia 3 bulan pertama.Stimulasi pendengaran
(stimulasi auditif) adalah sangat penting untuk perkembangan bahasanya
(verbaal),terutama pada tahun pertama kehidupannya.Memberikan sentuhan
(stimulus taktil) yang mencukupi pada anak berarti memberikan perhatian dan
kasih sayng yang diperlukan oleh anak.Stimulus semacam ini akan menimbulkan
rasa aman dan percaya diri pada anak sehingga anak lebiih responsif dan
berkembang.Stimulasdi kinetik akan membantu anak untuk mengenal lingkungan yang
berberda.
2.
Pekembangan Intelektual
Memberikan sumber-sumber yang beraneka ragam untuk
pembelajaran Eksplorasi dan manipulasi bentuk,ukuran,tekstur,warna pengalaman
dengan angka, hubungan yang renggang konsep abstrak. Kesempatan untuk
mempraktikkan dan memperluas keterampilan berbahasa.Memberikan kesempatan untuk
melatih pengalaman masa lalu dalam upaya mengasimulasinya kedalam persepsi dan
hubungan baru.Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan
antara fantasi
3.
Perkembangan Sosialisasi dan
Moral
Sejak awal masa anak-anak bayi telah menunjukkan
ketertarikan dan kesenangan terhadap orang lain terutama terhgadap ibu.Dengan
bermain,anak akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi,belajar untuk
mengatasi persoalan yang timbul,mengenal nilai-niali moral dan etika,belajar
mengenai apa yang salah dan benar,serta bertanggung jawab terhadap sesuatu yang
diperbuatnya. Pada tahun pertama,anak hanya mengamati objek di sekitarnya.Pada
usia 2-3 tahun,biasanya anak suka bermaian peran seperti peran sebagai ayah,ibu
dan lain-lain. Pada usia pra sekolah anak lebih banyak bergabung dengan
kelompok sebayanya (peer group) mempunyai teman favorit.
4.
Kreativitas
Situasi yang lebih menguntungkan/menyernagkan untuk
berkreasi dari pada bermain.Anak-anak dapat bereksperimen dan mencoba
ide-idenya.Sekali anak merasa puas untuk mencoba sesuatu yang baru dan
berbeda,ia akan memindahkan kreasinya kesituasi yang lain.Memungkinkan fantasi
dan imajinasi dan meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus.Untuk
mengembangkan kreasi anak diperlukan lingkunagan yang mendukung
5.
Kesadaran Diri
Dengan aktivitas bermain,anak akan menyadari bahwa
dirinya berbeda dengan yang lain dan memahami dirinya sendiri.Anak belajar
untuk memahami kelemahan dan kemampuannya dibandingkan dengan anak yang
lain.anak juga mulai melepaskan diri dari orang tuanya.
6.
Nilai Terapeutik
Bermain dapat mengurangi tekanan atau stres dari
lingkungan.Dengan bermain,anak dapat mengekspresikan emosi dan ketik puasan
atas situsi sosial serta rasa takutnya yang 9 tidak dapat diekspresikan di
dunia nyata.Dengan bermain dapat memudahkan komunikasi verbal dan ninverbal
tentang kebutuhan,rasa takut dan keinginan.
Kemampuan motorik pada bayi
berdasarkan usia yakni:
Usia |
Motorik kasar |
Motorik halus |
0-3 bulan |
· mengangkat
kepala, · guling-guling, · menahan
kepala tetap tegak, |
· melihat,
meraih dan menendang mainan gantung, · memperhatikan
benda bergerak, · melihat
benda-benda kecil, · memegang
benda, · meraba
dan merasakan bentuk permukaan, |
3-6 bulan |
· menyangga
berat, · mengembangkan
kontrol kepala. · Duduk. |
· memegang
benda dengan kuat, · Memegang
benda dengan kedua tangan, · makan
sendiri, · mengambil
benda-benda kecil. |
6-9 bulan |
· merangkak · menarik
ke posisi berdiri · berjalan
berpegangan · berjalan
dengan bantuan. |
· Memasukkan
benda kedalam wadah, · Bermain
'genderang' · Memegang
alat tulis dan mencoret-coret · Bermain
mainan yang mengapung di air · Membuat
bunyi-bunyian. · Menyembunyikan
dan mencari mainan |
9-12 bulan |
· bermain
bola · membungkuk · berjalan
sendiri · naik
tangga. |
· Menyusun
balok/kotak · Menggambar · Bermain
di dapur. |
b) Kemampuan
Bicara dan Bahasa
Masa bayi adalah
masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin sehingga dalam masa ini, pengaruh
ibu dalam mendidik anak sangat besar. Kemampuan bicara bayi masih dalam bentuk
pra bicara, yang diekspresikan dengan cara menangis, mengoceh, gerakan isyarat
dan ekspresi wajah seperti tersenyum. Bahkan pada masa ini lebih sering muncul
senyum sosial sebagai reaksi terhadap rangsangan dari luar . Ekspresi emosi adalah bahasa pertama sebelum bayi
berbicara, sebagai cara untuk mengkomunikasikan dirinya pada orang tua atau
orang lain. Bayi akan bereaksi pada ekspresi wajah dan tekanan suara, sebaliknya
orangtua membaca ekspresi bayi dan merespon jika ekspresi bayi menunjukkan
tertekan atau gembira. Terkait dengan ekspresi emosi bayi, yang mudah
dikondisikan, maka ekspresi emosi bayi mudah dikondisikan. Jika orangtua lebih
banyak menunjukkan suasana hati yang positif seperti selalu gembira, santai dan
menyenangkan, akan mempengaruhi pemahaman bayi terhadap sesuatu dan cenderung
menimbulkansuasana hati yang menyenangkan. Sebaliknya jika orang dewasa
mengkondisikan dengan situasi yang tidak menyenangkan maka suasana emosi bayi
cenderung buruk.
Kemampuan bicara
pada bayi sebenarnya ada hubungannya dengan perkembangan otak, terutama pada
saat bayi menangkap kata-kata yang diucapkan dan menyampaikan apa yang ada
dalam pikirannya. Pada saat bayi berjalan, berbicara, tersenyum dan mengerutkan
dahi, sebenarnya tengah berlangsung perubahan dalam otak. Meski keterkaitan
sel-sel syaraf (neuron) yang dimiliki bayi, masih sangat lemah, namun akan
sangat mempengaruhi pada perkembangan sel syaraf pada tahap selanjutnya. Bayi
mengerti dan memahami sesuatu yang berada disekelilingnya, tidak terbatas
dengan melihat serta memanipulasi namun sebenarnya bayi sudah memiliki
kemampuan untuk memberi perhatian, menciptakan simbolisasi, meniru dan
menangkap suatu konsep melalui gerakan sudah lebih berkembang. Oleh karenanya
untuk mengoptimalkan kemampuan otaknya maka bayi perlu lebih banyak
menstimulasi bayi untuk mengenal benda-benda sekelilingnya sambil terus
mengajak berbicara.
Kemampuan bicara dan berbahasa
pada masa bayi sbb:
Usia |
Kemampuan Bicara dan Bahasa |
0-3 bulan |
· prabicara, · meniru
suara-suara, · mengenali
berbagai suara. |
3-6 bulan |
· mencari
sumber suara, · menirukan
kata-kata.. |
6-9 bulan |
· menyebutkan
nama gambar di buku majalah, · menunjuk
dan menyebutkan nama gambar-gambar. |
9-12 bulan |
· menirukan
kata-kata · berbicara
dengan boneka · bersenandung
dan bernyanyi. |
c) Kemampuan
Sosialisasi dan Kemandirian
Kemampuan
sosialisasi dan kemandirian dapat dirangsang dengan sosialisasi pada masa bayi
diawali di dalam keluarga, dimana dalam keluarga terjadi hubungan timbal balik
antara bayi dan pengasuh atau orangtua. Melalui perhatian dan perilaku orangtua
akan memberi kerangka pada bayi dalam berinteraksi dan pengalaman yang
terpenting bagi bayi karena keluarga adalah melibatkan proses kasih sayang.
Kemampuan bayi untuk bersosialisasi mulai muncul, dasar-dasar sosial mulai
dibentuk, yang diperoleh dengan cara mencontoh perilaku pada situasi sosial
tertentu, misalnya mencontoh perilaku sosial dari kakak atau orang tuanya, yang
akhirnya akan mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosialnya dikemudian
hari. Kemampuan sosialisasi dan kemandirian pada masa bayi sbb:
Usia |
Kemampuan Sosialisasi dan Kemandirian |
0-3 bulan |
· memberi
rasa aman dan kasih sayang, · mengajak
bayi tersenyum, · mengajak
bayi mengamati benda-benda dan keadaan di sekitarnya, · meniru
ocehan dan mimik muka bayi, · mengayun
bayi, · menina
bobokan. |
3-6 bulan |
· bermain
"ciluk ba', · melihat
dirinya di kaca, · berusaha
meraih mainan. |
6-9 bulan |
· mulai
bermain atau 'bersosialisasi' dengan orang lain. · Mulai
melambaikan tangan jika ditinggal pergi. · Mulai
membalas lambaian tangan orang lain. |
9-12 bulan |
· Minum
sendiri dari sebuah cangkir, · Makan
bersama-sama · Menarik
mainan yang letaknya agak jauh. |
2. Kemampuan Anak di Bawah
Usia Lima Tahun (12 – 59 bulan)
Pada masa ini
kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan
motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi eksresi/pembuangan. Periode
penting dalam tumbuh kembang masa usia ini akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Pada usia 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan
dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan tejadi pertumbuhan
serabut-serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf
dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel
syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan
belajar berjalan, mengenal huruf hingga bersosialisasi.
a) Kemampuan
Motorik
Masa ini disebut
sebagai masa sangat aktif dari seluruh masa kehidupannya, karena tingkat
aktivitasnya dan perkembangan otot besar mereka sedang tumbuh. Demikian halnya
dengan kemampuan motorik halus anak, sudah mulai meningkat dan menjadi lebih
tepat pada saat berusia 5 tahun. Koordinasi tangan, lengan dan tubuh dapat
bergerak bersama dibawah koordinasi yang lebih baik daripada mata.
Dengan demikian masa ini disebut
juga sebagai masa belajar berbagai kemampuan dan keterampilan, dengan berbekal
rasa ingin tahu yang cukup kuat dengan seringnya anak mencoba hal-hal baru dan
seringnya pengulangan menyebabkan masa ini menjadi masa yang tepat untuk
mempelajari keterampilan baru.
Kemampuan motorik yang dimiliki
anak sebagai berikut:
Usia |
Gerak Kasar |
Gerak Halus |
12-15 bulan |
· Berjalan
tanpa pegangan sambil menarik mainan yang bersuara, · Berjalan
mundur, · Berjalan
naik dan turun tangga, · Berjalan
sambil berjinjit · Menangkap
dan melempar bola |
· Bermainan
balok dan menyusun balok. · Memasukkan
dan mengeluarkan benda kedalam wadah. · Memasukkan
benda yang satu ke benda lainnya. |
15-18 bulan |
· Bermain
di luar rumah. · Bermain
air · Menendang
bola. |
· Meniup
, · Membuat
untaian. |
18-24 bulan |
· Melompat, · Melatih
keseimbangan tubuh, · Mendorong
mainan dengan kaki. |
· Mengenal
berbagai ukuran dan bentuk, · Bermain
puzzle, · Menggambar
wajah atau bentuk, · Membuat
berbagai bentuk dari adonan kue/lilin mainan. |
24-36 bulan |
· Latihan
menghadapi rintangan, · Melompat
jauh, · Melempar
dan menangkap bola besar. |
· Membuat
gambar tempelan, · Memilih
dan mengelompokkan benda-benda menurut jenisnya, · Mencocokan
gambar dan benda, · Konsep
jumlah, · Bermain/menyusun
balok-balok. |
36-48 bulan |
· Menangkap
bola kecil dan melemparkan kembali. · Berjalan
mengikuti garis lurus, · Melompat
dengan satu kaki, · Melempar
benda-benda kecil ke atas, · Menirukan
binatang berjalan, · Berjalan
jinjit secara bergantian. |
· Memotong
dengan menggunakan gunting, · Menempel
guntingan gambar sesuai dengan cerita. · Menempel
gambar pada karton. · Belajar
'menjahit' dengan tali rafia. · Menggambar/menulis
garis lurus, bulatan,segi empat, huruf dan angka. · Menghitung
lebih dari 2 atau 3 angka. · Menggambar
dengan jari, memakai cat, · Mengenal
campuran warna dengan cat air, · Mengenal
bentuk dengan menempel potongan bentuk. |
48-60 bulan |
· Lomba
karung · Main
engklek · Melompat
tali. |
· Mengenal
konsep "separuh atau satu" · Menggambar
dan atau melengkapi gambar, · Menghitung
benda-benda kecil dan mencocokkan dengan angka. · Menggunting
kertas (sudah dilipat) dengan gunting tumpul, · Membandingkan
besar/kecil, banyak/sedikit, berat/ringan. · Belajar
'percobaan ilmiah' · Berkebun. |
b) Kemampuan
Bicara dan Bahasa
Bertambahnya
kematangan otak dikombinasikan dengan peluang-peluang untuk menjelajahi dunia
sekelilingnya dan sebagai penyumbang terbesar untuk lahirnya kemampuan kognitif
anak. Sejumlah kemampuan anak, seperti belajar membaca adalah berkaitan dengan
masukan dari mata anak yang ditransmisikan ke otak anak, kemudian melalui
sistem yang ada di otak, menterjemahkannya kedalam kode huruf-huruf, kata-kata
dan asosiasinya. Akhirnya akan dikeluarkan dalam bentuk bicara. Bakat bicara
anak karena sistem otak diorganisasikan sedemikian rupa sehingga memungkinkan
anak memproses sebagai bahasa.
Anak mulai
pandai berbicara, sejalan dengan perkembangannya memahami sesuatu. Biasanya
anak mulai berbicara sendiri, kemudian berkembang menjadi kemampuan untuk
bertindak tanpa harus mengucapkannya. Dalam hal ini anak telah
menginternalisasikan pembicaraan yang egocentris dalam bentuk berbicara sendiri
menjadi pemikiran anak. Hal ini merupakan suatu transisi awal untuk dapat lebih
berkomunikasi secara sosial.
Usia |
Kemampuan Bicara dan Bahasa |
12-15 bulan |
· Membuat
suara dari dari barang2 yang dipilihnya, · Menyebut
nama bagian tubuh, · Melakukan
pembicaraan., |
15-18 bulan |
· Bercerita
tentang gambar di buku/majalah, · Permainan
telepon-teleponan, · Menyebut
berbagai nama barang. |
18-24 bulan |
· Melihat
acara televisi, · Mengerjakan
perintah sederhana, · Bercerita
tentang apa yang dilihatnya. |
24-36 bulan |
· Menyebut
nama lengkap anak, · Bercerita
tentang diri anak, · Menyebut
berbagi jenis pakaian. · Menyatakan
keadaan suatu benda. |
36-48 bulan |
· Berbicara
dengan anak, · Bercerita
mengenai dirinya, · Bercerita
melalui album foto, · Mengenal
huruf besar menurut alfabet di koran/majalah. |
48-60 bulan |
· Belajar
mengingat-ingat, · Mengenal
huruf dan simbol, · Mengenal
angka, · Membaca
majalah, · Mengenal
musim, · Mengumpulkan
foto kegiatan keluarga, · Mengenal
dan mencintai buku, · Melengkapi
dan menyelesaikan kalimat, · Menceritakan
masa kecil anak, · Membantu
pekerjaan di dapur. |
c) Kemampuan
Bersosialisasi dan Kemandirian
Dasar-dasar sosialisasi
yang sudah diletakkan pada masa bayi, maka pada masa ini mulai berkembang.
Dalam hal ini hubungan keluarga, orangtua-anak, antar saudara dan hubungan
dengan sanak keluarga cukup berperan. Pengasuhan pada tahun pertama berpusat
pada perawatan, berubah ke arah kegiatan-kegiatan seperti permainan,
pembicaraan dan pemberian disiplin, akhirnya mengajak anak untuk menalar
terhadap sesuatu. Pada masa ini sebagai masa bermain, anak mulai melibatkan
teman sebayanya, melalui bermain, meski interaksi yang dibangun dalam permainan
bukan bersifat sosial, namun sebagai kegiatan untuk menyenangkan dan
dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri. Jenis permainan yang dilakukan bisa
berbentuk konstruktif, permainan pura-pura, permainan sensori motorik,
permainan sosial atau melibatkan orang lain, games atau berkompetisi.
Usia |
Kemampuan Bersosialisasi dan Kemandirian |
12-15 bulan |
· Menirukan
pekerjaan rumah tangga, · Melepas
pakaian, · Makan
sendiri, · Merawat
mainan, · Pergi
ke tempat-tempat umum. |
15-18 bulan |
· Belajar
memeluk dan mencium, · Membereskan
mainan/membantu kegiatan di rumah, · Bermain
dengan teman sebaya, · Permainan
baru, · Bermain
petak umpet. |
18-24 bulan |
· Mengancingkan
kancing baju, · Permainan
yang memerlukan interkasi dengan teman bermain. · Membuat
rumah-rumahan, · Berpakaian, · Memisahkan
diri dengan anak. |
24-36 bulan |
· Melatih
buang air kecil dan buang air besar di WC/kamar mandi. · Berdandan/memilih
pakaian sendiri. · Berpakaian
sendiri. |
36-48 bulan |
· Mengancingkan
kancing tarik, · Makan
pakai sendok garpu, · Membantu
memasak, · Mencuci
tangan dan kaki, · Mengenal
aturan/batasan. |
48-60 bulan |
· Membentuk
kemandirian dengan memberi kesempatan mengunjungi temannya tanpa ditemani. · Membuat
atau menempel foto keluarga, · Membuat
mainan/boneka dari kertas. · Menggambar
orang, · Mengikuti
aturan permainan/petunjuk, · Bermain
kreatif dengan teman-temannya, · Bermain
'berjualan dan berbelanja di toko" |
3. Masa Anak Pra Sekolah
(usia 60-72 bulan atau 5-6 tahun);
Pada masa ini,
pertumbuhan berlangsung dengan stabil, aktivitas jasmani semakin bertambah dan
meiningkatnya keterampilan dan proses berpikir. Anak mulai menunjukkan
keinginannya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini,
anak mulai diperkenalkan dengan lingkungan luar selain lingkungan dalam rumah,
sehingga anak mulai senang bermain di luar rumah. Anak mulai berteman bahkan
anak banyak keluarga menghabiskan waktunya bermain di luar rumah, seperti
bermain di taman atau ke tempat-tempat yang menyediakan fasilitas bermain anak.
Pada masa ini
anak dipersiapkan untuk sekolah, oleh karenanya panca indera dan sistim
reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak
mampu belajar dengan baik. Proses belajar yang tepat bagi usia ini adalah
dengan cara bermain.
Kemampuan yang dimiliki pada anak
pra sekolah adalah sbb:
Kemampuan |
Keterangan |
Gerak kasar |
· bermain
bola dengan teman sebayanya · naik
sepeda, bermain sepatu roda. |
Gerak halus |
· mengerti
urutan kegiatan, · berlatih
mengingat-ingat, · membuat
sesuatu dari tanah liat/lilin, · bermain
"berjualan", · belajar
bertukang, memakai pali, gergaji dan paku, · mengumpulkan
benda-benda, · belajar
memasak, · mengenal
kalender · mengenal
waktu, · menggambar
dari berbagai sudut pandang, · belajar
mengukur. |
Bicara dan bahasa |
· mengenal
benda yang serupa dan berbeda, · bermain
tebak-tebakan, · berlatih
mengingat-ingat, · menjawab
pertanyaan "mengapa ?" · menganal
rambut/tanda lalu lintas, · mengenal
uang logam, · mengamati/meneliti
keadaan sekitar. |
Bersosialisasi dan kemandirian. |
· Berkomunikasi
dengan anak, · Berteman
dan bergaul, · Mematuhi
peraturan keluarga |
KEBUTUHAN
FISIK DAN PSIKOSOSIAL PADA BAYI DAN BALITA
Kebutuhan fisik dan
psikososial pada bayi dan balita
Kebutuhan psikososial adalah kebutuhan
ASIH dan ASAH.
Kebutuhan ASIH
meliputi : perhatian segera, kasih sayang, rasa aman, dilindungi, mandiri,rasa
memiliki,kebutuhan akan sukses,mendapatkan kesempatan dan pengalaman,dibantu
dan dihargai.
Kebutuhan ASAH
meliputi : stimulasi (rangsangan) dini pada semua indera (pendengaran, penglihatan,
sentuhan, membau, mengecap), sistem gerak kasar dan halus, komunikasi,
emosi-sosial dan rangsangan untuk berpikir. Stimulasi merupakan kebutuhan yang
sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang banyak
mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan
anak yang kurang mendapatkan stimulasi.Pemberian stimulasi ini sudah dapat
dilakukan sejak masa pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekan bayi
pada ibunya sedini mungkin. Asah merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental
psikososial anak yang didapat melalui pendidikan dan latihan
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ERIKSON
Menurut Erik Erikson (1963)
perkembangan psikososial terbagi menjadi beberapa tahap. Masing-masing tahap
psikososial memiliki dua komponen, yaitu komponen yang baik (yang diharapkan)
dan yang tidak baik (yang tidak diharapkan). Perkembangan pada fase selanjutnya
tergantung pada pemecahan masalah pada tahap masa sebelumnya.
Adapun tahap-tahap perkembangan
psikososial anak adalah sebagai berikut:
1. Percaya Vs Tidak
percaya ( 0-1 tahun )
Komponen awal yang
sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya. Membangun rasa percaya ini
mendasari tahun pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan kontakl dengnan dunia
luar maka ia mutlak terganting dengan orang lain. Rasa aman dan rasa percaya pada
lingkungan merupakan kebutuhan. Alat yang digunakan bayi untuk berhubungan
dengan dunia luar adalah mulut dan panca indera, sedangkan perantara yang tepat
antara bayi dengan lingkungan dalah ibu.
Hubungan ibu dan anak
yang harmonis yaitu melalui pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial,
merupakan pengalaman dasar rasa percaya bagi anak. Apabila pada umur ini tidak
tercapai rasa percaya dengan lingkungan maka dapat timbul berbagai masalah.
Rasa tidak percaya ini timbul bila pengalaman untukmeningkatkan rasa percaya
kurang atau kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekwat, yaitu kurangnya
pemenuhan kebutuhan fisik., psikologis dan sosial yang kurang misalnya: anak
tidak mendapat minuman atau air susu yang edukat ketika ia lapar, tidak
mendapat respon ketika ia menggigit dot botol dan sebagainya.
2. Otonomi Vs Rasa Malu
dan Ragu ( 1-3 tahun )
Pada masa ini alat
gerak dan rasa telah matang dan ada rasa percaya terhadap ibu dan lingkungan.
Perkembangan Otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan
anak untuk mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya. Anak menyadari ia
dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan berbuat sesuai dengan
kemauannya misalnya: kepuasan untuk berjalan atau memanjat. Selain itu anak
menggunakan kemampuan mentalnya untuk menolak dan mengambil keputusan. Rasa
Otonomi diri ini perku dikembangkan karena penting untik terbentuknya rasa
percaya diri dan harga diri di kemudian hari. Hubungan dengan orang lain
bersifat egosentris atau mementingkan diri sendiri.
Peran lingkungan pada
usia ini adalah memberikan support dan memberi keyakinan yang jelas. Perasaan
negatif yaitu rasa malu dan ragu timbul apabila anak merasa tidak mampu
mengatasi tindakan yang di pilihnya serta kurangnya support dari orangtua dan
lingkungannya, misalnya orangtua terlalu mengontrol anak.
3. Inisiatif Vs Rasa
Bersalah ( 3-6 tahun )
Pada tahap ini anak
belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Rasa inisiatif mulai
menguasai anak. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas tertentu. Anak mulai
diikut sertakan sebagai individu misalnya turut serta merapihkan tempat tidur
atau membantu orangtua di dapur. Anak mulai memperluas ruang lingkup
pergaulannya misalnya menjadi aktif diluar rumah, kemampuan berbahasa semakin
meningkat. Hubungan dengan teman sebaya dan saudara sekandung untuk menang
sendiri.
Peran ayah sudah
mulai berjalan pada fase ini dan hubungan segitiga antara Ayah-Ibu-Anak sangat
penting untuk membina kemantapan idantitas diri. Orangtua dapat melatih anak
untuk menguntegrasikan peran-peran sosial dan tanggungjawab sosial. Pada tahap
ini kadang-kadang anak tidak dapat mencapai tujuannya atau kegiatannya karena
keterbatasannya, tetapi bila tuntutan lingkungan misalnya dari orangtua atau
orang lain terlalu tinggi atau berlebihan maka dapat mengakibatkan anak merasa
aktifitasnya atau imajinasinya buruk, akhirnya timbul rasa kecewa dan rasa
bersalah.
4. Industri Vs
Inferioritas ( 6-12 tahun )
Pada tahap ini anak
dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang akhirnya dan dapat
menghasilkan sesuatu. Anak siap untuk meninggalkan rumah atau orangtua dalam
waktu terbatas yaitu untuk sekolah. Melalui proses pendidikan ini anak belajar
untuk bersaing (sifat kompetetif), juga sifat kooperatif dengan orang lain,
saling memberi dan menerima, setia kawan dan belajar peraturan-peraturan yang
berlaku.
Kunci proses
sosialisasi pada tahap ini adalah guru dan teman sebaya. Dalam hal ini peranan
guru sangat sentral. Identifikasi bukan terjadi pada orangtua atau pada orang
lain, misalnya sangat menyukai gurunya dan patuh sekali pada gurunya
dibandingkan pada orangtuanya. Apabila anak tidak dapat memenuhi keinginan
sesuai standart dan terlalu banyak yang diharapkan dari mereka maka dapat timbul
masalah atau gangguan.
5. Identitas Vs Difusi
Peran ( 12-18 tahun )
Pada tahap ini
terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti orang dewasa.
sehingga nampak adanya kontradiksi bahwa dilain pihak ia dianggap dewasa tetapi
disisi lain ia dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan masa standarisasi
diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan,
Peran orangtua sebagai sumber perlindungan dan sumber nilai utama mulai
menurun. Sedangkan peran kelompok atau teman sebaya tinggi. Teman sebaya di
pandang sebagai teman senasib, patner dan saingan. Melalui kehidupan
berkelompok ini remaja bereksperimen dengan peranan dan dapat menyalurkan diri.
Remaja memilih orang-orang dewasa yang penting baginya yang dapat mereka
percayai dan tempat mereka berpaling saat kritis.
Tiga kebutuhan pokok
untuk mengembangkan kecerdasan antara lain adalah kebutuhan FISIK-BIOLOGIS
(terutama untuk pertumbuhan otak, sistem sensorik dan motorik), EMOSI-KASIH
SAYANG (mempengaruhi kecerdasan emosi, inter dan intrapersonal) dan STIMULASI
DINI (merangsang kecerdasan-kecerdas an lain).
1.
Kebutuhan
FISIK-BIOLOGIS terutama gizi yang baik sejak di dalam kandungan sampai remaja
terutama untuk perkembangan otak, pencegahan dan pengobatan penyakit-penyakit
yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan, dan ketrampilan fisik untuk melakukan
aktivitas sehari-hari.
2.
Kebutuhan EMOSI-KASIH
SAYANG : terutama dengan melindungi, menimbulkan rasa aman dan nyaman,
memperhatikan dan menghargai anak, tidak mengutamakan hukuman dengan kemarahan
tetapi lebih banyak memberikan contoh-contoh dengan penuh kasih sayang.
3.
Kebutuhan STIMULASI
meliputi rangsangan yang terus menerus dengan berbagai cara untuk merangsang
semua system sensorik dan motorik.
Ketiga kebutuhan
pokok tersebut harus diberikan secara bersamaan sejak janin didalam kandungan
karena akan saling berpengaruh. Bila kebutuhan biofisik tidak tercukupi,
gizinya kurang, sering sakit, maka perkembangan otaknya tidak optimal. Bila
kebutuhan emosi dan kasih sayang tidak tercukupi maka kecerdasan inter dan
antar personal juga rendah. Bila stimulasi dalam interaksi sehari-hari kurang
bervariasi maka perkembangan kecerdasan juga kurang bervariasi.
Apa itu STIMULASI DINI ? Apa manfaatnya
?
Stimulasi dini adalah
rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak janin 6
bulan di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem
indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan). Selain itu
harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari,
mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan dan pikiran
bayi dan balita. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus menerus,
bervariasi, dengan suasana bermain dan kasih sayang, akan memacu berbagai aspek
kecerdasan anak (kecerdasan multipel) yaitu kecerdasan : logiko-matematik,
emosi, komunikasi bahasa (lingusitik) , kecerdasan musikal, gerak (kinestetik)
, visuo-spasial, senirupa dll.
Cara melakukan stimulasi dini
·
Stimulasi sebaiknya
dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita. misalnya
ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong,
mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton TV, di dalam kendaraan, menjelang
tidur.Stimulasi untuk bayi 0 – 3 bulan dengan cara : mengusahakan rasa nyaman,
aman dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak
tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian,
menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran atau
kotak-kotak hitam-putih) , benda-benda berbunyi, mengulingkan bayi
kekanan-kekiri, tengkurap-telentang , dirangsang untuk meraih dan memegang
mainan
·
Umur 3 – 6 bulan
ditambah dengan bermain 'cilukba', melihat wajah bayi dan ibu di cermin,
dirangsang untuk tengkurap, telentang bolak-balik, duduk.
·
Umur 6 – 9 bulan
ditambah dengan memanggil namanya, mengajak bersalaman, tepuk tangan,
membacakan dongeng, merangsang duduk, dilatih berdiri berpegangan.
·
Umur 9 – 12 bulan
ditambah dengan mengulang-ulang menyebutkan mama-papa, kakak, memasukkan mainan
ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelindingkan bola, dilatih berdiri,
berjalan dengan berpegangan.
·
Umur 12 – 18 bulan
ditambah dengan latihan mencoret-coret menggunakan pensil warna, menyusun
kubus, balok-balok, potongan gambar sederhana (puzzle) memasukkan dan
mengeluarkan benda-benda kecil dari wadahnya, bermain dengan boneka, sendok,
piring, gelas, teko, sapu, lap. Latihlah berjalan tanpa berpegangan, berjalan
mundur, memanjat tangga, menendang bola, melepas celana, mengerti dan melakukan
perintah-perintah sederhana (mana bola, pegang ini, masukan itu, ambil itu),
menyebutkan nama atau menunjukkan benda-benda.
·
Umur 18 – 24 bulan
ditambah dengan menanyakan, menyebutkan dan menunjukkan bagian-bagian tubuh
(mana mata ? hidung?, telinga?, mulut ? dll), menanyakan gambar atau
menyebutkan nama binatang & benda-benda di sekitar rumah, mengajak bicara
tentang kegiatan sehari-hari (makan, minum mandi, main, minta dll), latihan
menggambar garis-garis, mencuci tangan, memakai celana - baju, bermain melempar
bola, melompat.
·
Umur 2 – 3 tahun
ditambah dengan mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat
(besar-kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit dll), menyebutkan
nama-nama teman, menghitung benda-benda, memakai baju, menyikat gigi, bermain
kartu, boneka, masak-masakan, menggambar garis, lingkaran, manusia, latihan
berdiri di satu kaki, buang air kecil / besar di toilet.
Setelah umur 3 tahun selain mengembangkan kemampuan-kemampuan umur sebelumnya,
stimulasi juga di arahkan untuk kesiapan bersekolah antara lain : memegang
pensil dengan baik, menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana,
mengerti perintah sederhana (buang air kecil / besar di toilet), dan
kemandirian (ditinggalkan di sekolah), berbagi dengan teman dll. Perangsangan
dapat dilakukan di rumah (oleh pengasuh dan keluarga) namun dapat pula di
Kelompok Bermain, Taman Kanak - Kanak atau sejenisnya. Pentingnya suasana
ketika stimulasi
·
Stimulasi dilakukan
setiap ada kesempatan berinteraksi dengan bayi-balita, setiap hari, terus
menerus, bervariasi, disesuaikan dengan umur perkembangan kemampuannya,
dilakukan oleh keluarga (terutama ibu atau pengganti ibu).
·
Stimulasi harus
dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan kegembiraan antara ibu dan
bayi/balitanya. Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-terburu, memaksakan
kehendak pengasuh, tidak memperhatikan minat atau keinginan bayi/balita, atau
bayi-balita sedang mengantuk, bosan atau ingin bermain yang lain. Pengasuh yang
sering marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari pengasuh justru memberikan
rangsang emosional yang negatif. Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan
perbuatan pengasuh adalah merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan
ditiru atau justru menimbulkan ketakutan bayi-balita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar