PENCEGAHAN INFEKSI PADA BAYI BARU LAHIR DAN RAWAT GABUNG
1.1
Pendahuluan
Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai
usia empat minggu, biasanya lahir pada usia kehamilan 38 minggu sampai 42
minggu (Wong, 2011). Bayi baru lahir harus memenuhi sejumlah tugas perkembangan
untuk memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik secara terpisah dari
ibunya. Infeksi merupakan salah satu penyebab penting tingginya angka kesakitan
dan kematian bayi baru lahir di seluruh dunia. World Health Organization
memperkirakan 4 juta anak meninggal selama periode neonatal setiap tahunnya,
terutama di negara berkembang dengan infeksi sebagai penyebab utama. Dalam buku
ilmu kesehatan anak, 2007 dikatakan bahwa infeksi pada neonatus cepat sekali
menjalar menjadi infeksi umum, sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol
lagi. Walaupun demikian, diagnosis dini dapat ditegakkan kalau kita cukup
waspada terhadap kelainan tingkah laku neonatus yang seringkali merupakan tanda
permulaan infeksi umum. Neonatus, terutama BBLR yang dapat tetap hidup selama
72 jam pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau kelainan
kongenital tertentu, namun tiba-tiba tingkah Irvina, gambaran kejadian infeksi
BBL. lakunya berubah, hendaknya harus selalu diingat bahwa kelainan tersebut
mungkin sekali disebabkan oleh infeksi (Hutchinson,1972).
Beberapa gejala yang dapat disebutkan
diantaranya ialah malas minum, gelisah, atau mungkin nampak letargis, frekuensi
pernapasan menigkat, berat badan tiba-tiba turun, pergeraka kurang, muntah dan
diare. Selain itu, dapat terjadi edema, sklerema, purpura atau perdarahan,
ikterus, hematospenomegali dan kejang. Suhu tubuh dapat meninggi, normal, atau
dapat pula kurang dari normal. Pada bayi BBLR seringkali terdapat hipotermia
dan sklerema. Umumnya dapat dikatakan bila bayi itu ‘not doing well”
kemungkinan besar menderita infeksi. Menurut berat ringannya, infeksi pada
neonatus dapat dibagi dalam dua golongan yaitu infeksi berat dan infeksi
ringan. Infeksi berat (major infection) seperti sepsis neonaorum, meningitis,
pneumonia neonatal, infeksi traktus urinarius, osteitis akut, tetanus
neonatorum. Infeksi ringan (minor infection) seperti infeksi umbilikus
(omfalitis), pemfigus neonatorum, oftalmia neonatorum, moniliasis, dan
stomatitis. (Buku ilmu kesehatan anak, 2007).
Angka kematian bayi dengan sepsis neonatal
2-4 kali lebih tinggi pada bayi dengan berat lahir rendah. Dengan angka
kematian 15-40 % pada sepsis neonatal awitan cepat (sekitar 2-30% disebabkan
oleh Streptokokus grup B [SGB]) dan 10-20 % pada sepsis neonatal awitan lambat
(2 % disebabkan oleh SGB). Tinggi rendahnya angka kematian tergantung dari
waktu timbulnya penyakit, penyebabnya, besar kecilnya bayi, beratnya penyakit
dan tempat perawatannya.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013
menyebutkan bahwa komplikasi penyebab kematian terbesar pada bayi baru lahir
salah satunya disebabkan oleh adanya infeksi. Angka kejadian infeksi bayi baru
lahir di Indonesia adalah sekitar 24% hingga 34% yang sebagian besar disebabkan
oleh tetanus neonatorum. Infeksi tersebut didapatkan melalui paparan
mikroorganisme akibat tidak bersihnya baik pada saat proses kelahiran dan
perawatan tali pusat (Roper et al., 2007). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah
Tangga tahun 2001, kematian bayi baru lahir atau neonatal yang disebabkan oleh
infeksi yaitu sebanyak 5%. Sedangkan kematian neonatal menurut Riskesdas tahun
2007 akibat sepsis sebesar 12%.
Angka
kematian pada bayi baru lahir dapat ditekan yaitu dengan cara memberikan
pelayanan kesehatan saat neonatal yaitu dengan perawatan bayi baru lahir.
Selain itu perawatan bayi baru lahir yang tidak adekuat dapat menimbulkan
banyak permasalahan seperti kematian, kesakitan dan kecacatan (Depkes, 2010).
Perawatan bayi baru lahir dapat berupa memandikan dan perawatan tali pusat.
Memandikan bayi baru lahir dengan tepat dapat membantu menjaga tekstur kulit
dan kesehatan bayi baru lahir (Holloway, 2015). Memandikan bayi baru lahir juga
dapat membersihkan sebagian dari sisa-sisa cairan kelahiran sehingga mengurangi
angka kejadian infeksi akibat dari perpindahan mikroba yang berpotensi
mematikan selama persalinan dan kelahiran (Medves & O’Brien, 2001).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun
2013 memandikan bayi baru lahir sebaiknya ditunda setelah 24 jam. Namun dapat
juga dilakukan kurang lebih 6 jam setelah kelahiran karena untuk mencegah
terjadinya hipotermi dan bayi harus dalam kondisi stabil dengan suhu aksila
36.5°C-37.5°C. Bayi yang mengalami asfiksia, hipotermi atau bayi berat lahir
rendah lebih baik menunda untuk pemandian dengan waktu tunda yang lebih lama
(Depkes, 2010). Perawatan tali pusat bermanfaat untuk mencegah timbulnya
infeksi seperti tetanus neonatorum dan mempercepat pelepasan tali pusat
(Depkes, 2012). WHO merekomendasikan bahwa perawatan tali pusat harus kering,
bersih dan menggunakan topikal antiseptik seperti chlorhexidine untuk mencegah
dilakukannya praktik tradisional yang membahayakan (WHO, 2013).
1.1 Bayi Baru Lahir
1.1.1 Pengertian Bayi Baru Lahir
a)
Menurut Saifuddin (2002), bayi baru
lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran.
b)
Menurut Donna L. Wong (2003), bayi baru
lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan
usia gestasi 38 – 42 minggu.
c)
Menurut Dep. Kes. RI (2005), bayi baru
lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
d)
Menurut M. Sholeh Kosim (2007), bayi
baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan,
lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang
berat.
1.1.2 Kriteria Bayi Baru Lahir
Normal
a)
Berat badan lahir bayi antara 2500 – 4000 gram
b)
Panjang badan bayi 48 – 50 cm
c)
Lingkar dada bayi 32 – 34 cm
d)
Lingkar kepala bayi 33 – 35 cm
e)
Bunyi
jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit, kemudian turun sampai 140-120
kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit
f)
Pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit
disertai pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan intercostal, serta
rintihan hanya berlangsung 10-15 menit
g)
Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan
subkutan cukup terbentuk dan
dilapisi verniks kaseosa
h)
Rambut lanugo telah hilang, rambut
kepala tumbuh baik
i)
Kuku telah agak panjang dan lemas
j)
Genitalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan
labia mayora sudah menutupi labia minora (pada bayi perempuan)
k)
Reflek isap, menelan, dan moro telah terbentuk
l)
Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket. (Jenny J.S Sondakh, 2013)
1.1.3 APGAR
Score
APGAR
ringkasan dari:
A
: Appearance : Rupa (warna kulit)
P :
Pulse Rate : Nadi/frekuensi jantung
G :
Grimace : Menyeringai (akibat reflek kateter dalam hidung)
A
: Activity : Keaktifan/tonus otot
R
: Respiration :
Pernafasan
Setiap
Penilaian diberi angka : 0, 1, 2
KU bayi
dimulai 1 menit setelah lahir dengan menggunakan nilai APGAR. Penilaian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia/tidak.
Penilaian bayi dilakukan
berdasakan:
a) Usaha bernafas
b) Frekuensi denyut jantung
c) Warna kulit
d) Tonus otot
e) Reaksi Penghisapan
Tabel Nilai APGAR
TANDA |
0 |
1 |
2 |
1.
Appearance/ warna kulit 2. Pulse/ bunyi
jantung 3. Grimace/
Reflek 4. Activity/
aktivitas 5. Respiratory/
pernapasan |
Seluruh tubuh biru atau putih Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada |
Badan merah, tangan dan kaki biru < 100 Perubahan mimik Ekstremitas sedikit flexi Lambat, tidak teratur |
Seluruh tubuh kemerahan > 100 Bersin, batuk, menangis kuat Gerakan aktif, ekstremitas flexi Menangis keras atau kuat |
Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui keadaan
bayi dengan kriteria sebagai berikut:
Nilai
APGAR 7 – 10 : Bayi normal
Nilai
APGAR 4 – 6 : Asfiksia ringan – sedang
Nilai
APGAR 0 – 3 : Asfiksia berat
Bila nilai
APGAR dalam 2 menit tidak mencapai nilai 7, maka harus dilakukan tindakan
resusitasi lebih lanjut.
1.2 Pencegahan Infeksi Pada Bayi
Baru Lahir
1.2.1 Pengertian Pencegahan Infeksi Pada
Bayi Baru Lahir
Infeksi Neonatorum
atau Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi
pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir. Infeksi
adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala
infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik.
(Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871).
Menurut Dewi (2010) pencegahan infeksi merupakan
bagian terpenting dari setiap komponen perawatan pada bayi baru lahir (BBL)
yang sangat rentan terhadap infeksi karena sistem imunitasnya yang masih belum
sempurna.
Menurut Muslihatun (2010), pencegahan infeksi
merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi baru lahir
(BBL) karena BBL sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat
penanganan BBL, pastikan penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi.
Infeksi merupakan
respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain.
Infeksi terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab
dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering
terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali
lebih sering menyerang bayi laki-laki. Pada lebih dari 50% kasus, infeksi mulai
timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam
waktu 72 jam setelah lahir. Infeksi yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau
lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di
rumah sakit).
Infeksi neonatus pada
bayi sering dijumpai, apalagi di daerah pedesaan dengan persalinan dukun
beranak. Menghadapi keadaan demikian bidan harus mampu mengatasi dan segera
melakukan rujukan sehingga bayi mendapat pengobatan yang cepat dan tepat. Menurut Blame (1961) 3 Patogenesis infeksi pada
neonatus:
a) Infeksi
pre natal : rubella, sifilis, bakteri (melalui placenta)
b)
Infeksi intranatal : KPD, PARTUS LAMA
c) Infeksi
post natal : penggunaan alat atau
perawatan yang tidak steril
1.2.2 Pembagian Infeksi
a) Infeksi Dini
Terjadi 7 hari pertama kehidupan.
Karakteristik: sumber organisme pada saluran
genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan
angka mortalitas tinggi.
b) Infeksi lanjutan/nosokomial
Terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan
didapat dari lingkungan pasca lahir.
Karakteristik: Didapat dari kontak langsung atau
tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan
bayi, sering mengalami komplikasi.
1.2.3 Etiologi
Etiologi terjadinya
infeksi pada neonatus adalah dari bakteri, virus, jamur dan protozoa (jarang).
Penyebab yang paling sering dari infeksi awal adalah Streptokokus grup
B dan bakteri enterik yang didapat dari saluran kelamin ibu. Infeksi
awitan lanjut dapat disebabkan oleh SGB, virus herpes simplek (HSV),
enterovirus dan E.coli. Pada bayi dengan berat badan lahir sangat rendah,
Candida dan Stafilokokus koagulase-negatif (CONS), merupakan patogen yang
paling umum pada infeksi awitan lanjut.
Jika dikelompokan maka
didapat:
1. Bakteri
gram positif
a) Streptokokus
grup B → penyebab paling sering.
b)
Stafilokokus koagulase
negatif → merupakan penyebab utama
bakterimia nosokomial.
c) Streptokokus
bukan grup B.
2. Bakteri
gram negatif
a) Escherichia
coli Kl penyebab nomor 2 terbanyak.
b)
H. influenzae.
c)
Listeria monositogenes.
d)
Pseudomonas
e)
Klebsiella.
f)
Enterobakter.
g)
Salmonella.
h)
Bakteria anaerob.
i) Gardenerella
vaginalis.
Walaupun jarang terjadi,
terhisapnya cairan amnion yang terinfeksi dapat menyebabkan pneumonia dan
infeksi dalam rahim, ditandai dengan distres janin atau asfiksia neonatus.
Pemaparan terhadap patogen saat persalinan dan dalam ruang perawatan atau di
masyarakat merupakan mekanisme infeksi setelah lahir.
Adapun faktor yang berpengaruh
terhadap infeksi pada neonatus antara lain:
a) Belum matangnya sistem imun
terutama pada bayi prematur.
b) Prosedur invasif mengganggu
barrier kulit normal misalnya intubasi, kateterisasi dan jalur intravaskular.
c) Terlalu penuh dan kurangnya
jumlah staf.
d) Penyalahgunaan antibiotik.
e) Ketidakpatuhan kebijakan
pengendalian infeksi terutama cuci tangan. (Anik Maryunani, 2011).
1.2.4 Patofisiologi
Infeksi dimulai dengan invasi
bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan
perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen,
terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada
infeksi yang tiba-tiba dan berat, complement cascade menimbulkan banyak
kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan,
asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler
coagulation (DIC) dan kematian.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga kelompok,
yaitu:
1. Faktor Maternal
a) Status
sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan
terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang
berstatus sosio-ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya
padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari
pada bayi berkulit putih.
b) Status
paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari
20 tahun atua lebih dari 30 tahun.
c)
Kurangnya perawatan prenatal
d)
Ketuban pecah dini (KPD)
e) Prosedur
selama persalinan
2. Faktor Neonatatal
a) Prematurius
(berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan
faktor resiko utama untuk infeksi neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan
lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui
plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir,
konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia
berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
b) Defisiensi
imun.
Neonatus bisa mengalami
kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus
influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi
dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan
komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon
terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan
antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan
sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c) Laki-laki
dan kehamilan kembar.
Insidens infeksi pada bayi
laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.
3. Faktor Lingkungan
a) Pada
defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur
invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan
kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk
bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat
alat yang terkontaminasi.
b) Paparan
terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan resiko pada neonatus
yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan
kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.
c)
Kadang-kadang di ruang perawatan terhadap epidemi
penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial),
paling sering akibat kontak tangan.
d) Pada
bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya,
sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.coli.
Mikroorganisme atau
kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa. cara
yaitu:
a) Pada
masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu setelah
melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi
darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta,
antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza,
parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis
dan toksoplasma.
b)
Pada masa intranatal atau
saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada
vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion akibatnya, terjadi
amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus masuk ke tubuh
bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi
dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan traktus
respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain
melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit
bayi atau “port de entre” lain saat bayi melewati jalan lahir yang
terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis, candida albican dan
gonorrea).
c) Infeksi
pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis,
melalui alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang
nasagastrik, botol minuman atau dot). Profesi yang ikut menangani bayi dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial.
1.2.5 Tanda dan Gejala
a) Umum:
Panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas
minum, letargi, sklerema
b)
Saluran cerna:
Distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegaly
c)
Saluran napas:
Apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping
hidung, merintih, sianosis
d)
Sistem kardiovaskuler:
Pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab,
hipotensi, takikardi, bradikardia.
e) Sistem
saraf pusat:
Irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi,
malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol, high-pitched cry
f) Hematologi:
Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura,
pendarahan. (Kapita selekta kedokteran Jilid II, Mansjoer
Arief 2008).
Gejala infeksi yang
terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap,
denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya
dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut
kembung.
Gejala dari infeksi
neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:
a) Infeksi
pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusat.
b) Infeksi
pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang, opistotonus
(posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun.
c) Infeksi
pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau
tungkai yang terkena.
d) Infeksi
pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang
terkena teraba hangat.
e) Infeksi
pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare
berdarah.
1.2.6 Komplikasi
a) Meningitis
b) Hipoglikemia,
asidosis metabolic
c) Koagulopati,
gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intracranial
d) Ikterus/kernicterus
1.2.7 Manifestasi Klinis
Hanya sebatas pada
organ tunggal atau mungkin melibatkan banyak organ (setempat atau
sistemik).
a) Dapat
ringan, sedang atau berat.
b) Akut,
sub akut atau kronis.
c) asimtomatik
d) Ketidakmampuan
mentoleransi makanan.
e) Iritabilitas.
f)
Lesu
1.2.8 Diagnosa
Gambaran klinisnya
tumpang tindih dan mungkin pada awalnya tidak dapat dibedakan.
a) Penyakit
mungkin tidak tampak.
b) Infeksi
ibu sering kali asimtomatik.
c) Pemeriksaan
laboratorium khusus mungkin diperlukan.
d) Pengobatan
spesisfik untuk toksoplasmosis, sifilis dan herpes simpleks didasarkan pada
suatu diagnosis yang akurat dan dapat menurunkan morbiditas jangka panjang
secara bermakna.
1.2.9 Pencegahan
Penatalaksanaan yang agresif diberikan pada ibu
yang dicurigai menderita:
a) Korioamnionitis
dengan antibiotika sebelum persalinan,
b) Persalinan
yang cepat bagi bayi baru lahir,
c) Kemoprofilaksis
intrapartum
d) Selektif
nampak dapat menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas pada infeksi bakteri
neonatus.
e) Personal hygiene pada bayi (mandi,
membersihkan mata. kuku, telinga dan hidung)
1) Memandikan Bayi
Memandikan bayi adalah salah satu upaya untuk mencegah infeksi pada bayi.
Selain itu mandi juga merangsang kelancaran peredaran darah bayi untuk membantu
relaksasi.
2) Membersihkan Mata
Ada kalanya pada mata atau kelopak mata bayi terdapat kotoran yang menempel
di selaput mata atau di sudut mata. Kondisi mata bayi baru lahir seringkali
bengkak dan sembab. Selain itu, seringkali matanya juga berair dan mengeluarkan
kotoran. Jika mata bayi hanya sedikit mengeluarkan kotoran dan tidak membuat
kedua kelopak matanya lengket, maka kondisi ini masih normal. Namun, jika
kotorannya cukup banyak dan menyebabkan mata bayi menempel terus, kompreslah
matanya dengan kapas yang telah dicelupkan ke air hangat. Kotoran yang menumpuk
pada mata bayi dapat menyebabkan infeksi pada mata bayi.
3) Membersihkan Telinga
Hal ini berfungsi untuk mencegah adanya infeksi
telinga pada bayi. Pada infeksi telinga, kuman memasuki kerongkongan dan hidung
lalu bepergian ke tuba eustachius hingga ke telinga bagian tengah. Tuba
eustachius menghubungkan kerongkongan ke telinga bagian dalam dan bertugas
untuk menyamakan tekanan timbal balik di
kedua sisi gendang telinga itu. Tanpa tuba ini, telinga anda akan terasa sakit
dan meletup-letup serat seperti tersumbat untuk sementara waktu ketika anda memanjat
ke tempat yang tinggi atau terbang. Selain membuat tekanan tetap seimbang, tuba
ini melindungi telinga bagian tengah, membuka dan menutup sewajarnya, serta
mengalirkan akumulasi cairan serta kuman yang tidak diinginkan.
Tuba kecil inilah yang membuat lebih banyak mendapat infeksi telingan
dibanding anak-anak yang lebih tua. Bila tuba eustachius menutup, cairan di
dalam telinga bagian tengah ini menjadi terperangkap. Ada prinsip umum dari
tubuh manusia bahwa cairan yang terperangkap selalu mendatangkan infeksi.
Cairan yang terperangkap ini berperan sebagai bahan gizi untuk kuman yang
tumbuh di dalam cairan, membuatnya tebal seperti nanah. Cairan yang tebal ini
menyebabkan tekanan pada gendang telinga, memproduksi rasa nyeri, terutama
ketika anak sedang berbaring. Inilah alasan yang membuat infeksi telinga lebih
terasa menyakitkan pada malam hari ketika anak berbaring, namun kadang-kadang
tampak lebih baik pada siang hari.
4) Perawatan tali pusat,
5) Sterilisasi peralatan
6) Pencucian
tangan sebelum kontak dengan bayi adalah
hal yang sangat penting.
Untuk meminimalkan resiko infeksi bayi baru
lahir dapat dilakukan upaya berikut:
1. Pakai
sarung tangan, apron plastik, atau karet jika menangani bayi (membersihkan
darah, mekonium, atau cairan amnion dari kulit bayi )
2. Bersihkan
darah dan cairan tubuh lainya secara hati-hati dengan menggunakan kapas , bukan
kasa yang dicelupkan kedalam air hangat, lalu keringkan kulit.
3. Cuci
tangan sebelum memegang atau merawat bayi. Alternatifnya dapat menggu- nakan
produk antiseptik yang mengandung alkohol dan tidak mengandung air.
4. Tunda
membersihkan bayi baru lahir sampai suhunya stabil (biasanya 6 jam). Area yang
sangat penting adalah area bokong dan perineal. Area ini harus selalu dibersi-
hkan pada setiap penggantian popok atau sesering mungkin dengan menggunakan
kapas yang dicelupkan kedalam air sabun hangat,kemudian keringkan dengan ha-
ti-hati.
5. Tidak
ada satu cara perawatan tali pusat yang terbukti paling baik dalam mencegah
kolonisasi infeksi. Biasanya adalah dengan mencuci tangan atau memakai
antiseptik sebelum dan sesudah perawatan tali pusat.
6. Tali
pusat harus bersih dan kering.
7. Jangan
tutup tali pusat dengan gurita.
8. Popok di lipat dibawah tampuk tali pusat.
9. Jika tampuk tali pusat kotor, hati-hati, cuci
tangan dengan air matang yang diberi sabun, bersihkan dengan air matang dan
keringkan.
10. Jelaskan
pada ibu bahwa jika tampuk tali pusat terlihat kemerahan atau bernanah, segera
bawa bayi ke klinik atau kerumah sakit.
PRINSIP
DASAR DAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI
1. Tanda
awal sepsis pada BBL tidak spesifik
2. Mekanisme
daya tahan tubuh neonatus masih imatur à
memudahkan invasi mikroorganisme
3. Infeksi
pada neonatus bisa terjadi saat antenatal, intra natal dan pasca natal
4. Faktor
risiko terjadinya sepsis neonatorum : Ibu demam sebelum dan selama persalinan,
ketuban pecah dini, persalinan den- gan tindakan, timbul asfiksia pada saat
lahir, BBLR
5. Terapi
awal pada BBL dgn infeksi harus segera dilakukan tanpa menunggu hasil kultur
PELAKSANAAN
PENCEGAHAN INFEKSI
Pengkajian Data
Pengkajian yang tepat akan menghasilkan data yang tepat dan akurat untuk itu
ada baiknya anda pelajari yang harus saudara lakukan pada pasen / bayi dengan
infeksi
1.
Riwayat ibu mengalami infeksi intra
uterin, demam dengan kecurigaan infeksi be- rat atau ketuban pecah dini
2.
Riwayat persalinan tindakan, penolong
persalinan, lingkungan persalinan yang kurang higienis
3.
Riwayat lahir asfiksia berat, bayi
kurang bulan, berat lahir rendah
4.
Riwayat air ketuban keruh, purulen atau
bercampur mekonium
5.
Riwayat bayi malas minum, penyakitnya
cepat memberat
6.
Riwayat keadaan bayi lunglai,
mengantuk/aktifitas berkurang atau iritabel/rewel, bayi malas minum, demam
tinggi atau hipotermi, gangguan nafas, kulit ikterus, sklerema,kejang
HAL-HAL
YANG PERLU DILAKUKAN/ DIKAJI DALAM PEMERIKSAAN FISIK.
1)
Keadaan umum: Suhu tubuh tidak normal,
Letargi, Aktifitas berkurang, Malas minum, Iritabel atau rewel, Kondisi
memburuk secara cepat
2)
Gastro intestinal Muntah, Diare, Perut
kembung, Hepatomegali mulai muncul mulai hari ke empat
3)
Kulit Perfusi kulit kurang, Sianosis,
Pucat, Petekie, Ruam, Sklerema, ikterik
4)
Kardiopulmo Tachipnea, Gangguan nafas,
Tachicardia, Hipotensi
5)
Neurologis Iritabilitas, Penurunan
kesadaran, Kejang, Ubun-ubun menonjol, Kaku kuduk ses- uai dengan meningitis
6)
Kelompok temuan yang berhubungan dengan
infeksi neonatorum Kategori A
a)
Kesulitan bernafas (mis. Apnea, RR
meningkat, retraksi dinding dada, grunting pada waktu inspirasi, sianosis
sentral).
b)
Kejang
c)
Tidak sadar
d)
Suhu tubuh tidak normal (suhu tidak normal sejak
lahir dan tidak memberi respon thdp pasen, suhu tidak stabil dan menyokong ke
arah sepsis)
e)
Persalinan di lingkungan yg kurang higienis
(menyokong ke arah sepsis)
7)
Kondisi memburuk secara cepat dan dramatis
(menyokong ke arah sepsis) Kategori B
a)
Tremor
b)
Letargi atau lunglai
c)
Mengantuk atau aktivitas berkurang
d)
Iritabel atau rewel
e)
Muntah (menyokong ke arah sepsis)
f)
Perut kembung (menyokong ke arah
sepsis)
g)
Tanda-tanda mulai muncul sesudah hari
ke empat (menyokong ke arah sepsis)
h)
Air ketuban bercampur mekonium
i)
Malas minum sebelumnya minum dengan
baik( menyokong ke arah sepsis)
LANGKAH-LANGKAH
PROMOTIF/ PREVENTIF
1.
Mencegah dan mengobati ibu demam dengan
kecurigaan infeksi berat atau in- feksi intrauterine
2.
Mencegah dan pengobatan ibu dengan
ketuban pecah dini
3.
Perawatan antenatal yang baik dan
berkualitas
4.
Melakukan pertolongan persalinan yang
bersih dan aman
5.
Mencegah asfiksia neonatorum
6.
Melakukan resusitasi dengan benar
7.
Melakukan identifikasi awal thdp faktor
risiko sepsis dan pengelolaan yang efektif
Untuk melakukan
pencegahan infeksi pada bayi saudara harus paham tentang:
1) Definisi
pencegahan infeksi
2) Prinsip
dasar dan pelaksanaan pencegahan infeksi hal hal yang harus dilakukan pada
pemeriksaan fisik, serta
3) Langkah-langkah
promotif/preventif pencegahan infeksi dan tanda kecurigaan adanya sepsis.
1.2.10 Penatalaksanaan
Tujuan utama perawatan
bayi segera setelah lahir adalah membersihkan jalan nafas, memotong tali pusat
dan merawat tali pusat, mempertahankan
suhu tubuh bayi, identifikasi dan pencegahan
infeksi. Pencegahan infeksi yang
dilakukan pada bayi baru lahir adalah perawatan tali pusat dan pemberian
salep mata.
Cara atau upaya pencegahan infeksi Menurut Depkes RI (2000), berbagai
upaya yang dilakukan untuk mencegah infeksi pada bayi baru lahir yaitu:
1)
Pencegahan infeksi pada tali pusat
Merawat tali pusat untuk menjaga
luka tetap bersih. Jangan mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke tali pusat.
Perawatan tali pusat dilakukan dengan
membungkus tali pusat memakai kasa steril dan kering.
2)
Pencegahan infeksi pada kulit
Kontak kulit bayi dan ibu sedini
mungkin setelah lahir menyebabkan
terjadinya kolonisasi mikro organisme
ibu yang cenderung bersifat non pathogen, dan juga antibodi yang terkandung di dalam air susu
ibu. Di samping itu lakukan rawat gabung ibu dan bayi dapat menghilangkan bahaya bayi terkena infeksi
silang
3)
Pencegahan infeksi pada mata bayi baru
lahir
Segera setelah lahir kedua mata
bayi diberi salep mata tetrasiklin 1%
atau salep mata eritromisin 0,5% dalam 1
jam setelah lahir. Upaya profilaksasi untuk gangguan pada mata tidak akan efektif jika
pemberiannya lewat 1 jam pertama.
4)
Imunisasi
Pada usia bayi neonatal perlu
mendapatkan imunisasi untuk menghindari penyakit. Imunisasi yang didapatkan adalah:
a) BCG
Mengandung
kuman hidup dari biakan bacillus calmate quirine untuk mencegah TBC. Diberikan
pada bayi segera setelah lahir dengan dosis 0,05 ml secara intracutan di daerah
musculus deltoideus
b) Polio
Mengandung
virus polio tipe 1,2,3 yang hidup dan
sudah dilemahkan. Tiap 2 tetes mengandung 0,1 ml tipe 1,2,3. Diberikan
secara tetes ke dalam mulut bayi sebanyak 2 tetes segera setelah lahir. Polio
I, II, III, IV diberikan dengan interval 4 minggu
c) Hepatitis
B
Diberikan
sedini mungkin, dapat
diberikan bersamaan dengan pemberian imunisasi BCG. Kebijakan program
pemerintah imunisasi HB 1 diberikan pada umur 0-7 hari. Dosis pemberian 0,5 ml
diberikan secara IM pada antero lateral paha. Imunisasi berikutnya diberikan
dengan interval 4 minggu (Depkes RI dan PATH, 2005)
Pencegahan infeksi saluran pernafasan
Dalam bulan-bulan pertama kehidupannya,
bayi tidak boleh dibawa berpergian
keluar, di rumah hubungan dengan orang
dewasa harus sedikit mungkin. Jika salah
satu anggota keluarga ada yang menunjukkan tanda- tanda flu atau pilek,
Ia tidak boleh mengurus bayi atau
perlengkapan bayi sampai benar-benar sembuh.
Biasanya anak-anak di rumah harus
diajari agar tidak memegang bayi,
terutama bayi hanya boleh dipegang atau dicium pada kakinya dan tidak boleh
pada tangan atau mukanya. Kebersihan itu sendiri sangat diperlukan untuk
mencegah infeksi pada bayinya. Ketelitian ibu untuk mencuci tangan sebelum
memegang bayi dan kebersihan akan pakaiannya dan pakaian bayi amat penting.
Rawat Gabung Pada Bayi Baru Lahir
1.2.11 Konsep Dasar Rooming-In (Rawat
Gabung)
Rooming in sering juga
disebut dengan rawat gabung yaitu menyatukan antara ibu dan bayinya dalam satu
kamar, agar antara ibu dan bayinya terjalin suatu hubungan batin dan ibu bisa
menjadi lebih dekat dengan bayinya (Pusdiknakes, 2000). Bayi yang lahir di
rumah dan juga yang lahir di lembaga kesehatan hendaknya dijaga agar tetap
berada bersama ibunya selama 24 jam sehari, sebaiknya ditempat tidur yang sama,
diruangan yang hangat (sedikitnya bersuhu 25˚C).
Bila ibu dan bayi
berada bersama-sama, maka akan lebih mudah menjaga agar bayi tetap hangat dan
juga untuk menyusuinya atas permintaan. Pada lembaga kesehatan, rooming in atau
rawat gabung bertujuan agar bayi tidak terkena infeksi yang ditularkan dalam
rumah sakit. Dalam pelaksanaannya bayi harus selalu dekat ibunya semenjak
dilahirkan sampai saatnya pulang karena ini bukanlah hal yang baru lagi.
1.2.12 Pengertian
Rawat
Gabung
Rawat gabung adalah
suatu sistem perawatan ibu dan anak bersama sama atau pada tempat yang
berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat, ibu tersebut dapat
menyusui anaknya.
Rawat gabung adalah
satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan,
melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama
selama 24 jam penuh seharinya.
Rawat gabung adalah membiarkan ibu dan bayinya bersama terus menerus. Pada
rawat gabung / rooming-in bayi diletakkan di box bayi yang
berada di dekat ranjang ibu sehingga mudah terjangkau. Ada satu istilah
lain, bedding-in, yaitu bayi dan ibu berada bersama-sama di ranjang
ibu.
Dalam pelaksanaannya
bayi harus selalu dekat ibunya semenjak dilahirkan sampai saatnya pulang. Ini
sesungguhnya bukan hal yang baru. Bahkan di daerah pedesaan hampir 80% ibu
melahirkan segera melakukan rawat gabung di rumahnya masing-masing.
Rawat gabung dapat bersifat:
a)
Kontinu
Dengan
bayi tetap berada di samping ibunya terus menerus, atau
b)
Parsial
Ibu dan bayi
bersama - sama hanya dalam beberapa jam seharinya. Misalnya
pagi bersama ibu sementara malam hari dirawat di kamar bayi.
1.2.13 Tujuan Rawat gabung
1. Bantuan emosional
Setelah menunggu selama sembilan bulan
dan setelah lelah dalam proses persalinan si ibu akan sangat senang dan bahagia
bila dekat dengan bayinya. Si ibu dapat membelai-belai bayi, mendengar
tangisnya serta memperhatikannya disaat buah hatinya tidur. Hubungan ibu dan
bayi ini sangat penting ditumbuhkan pada saat-saat awal dan bayi akan
memperoleh kehangatan tubuh ibu, suara ibu, kelembutan dan kasih sayangnya
(bonding effect).
2. Penggunaan ASI
Dari segala sudut pertimbangan maka ASI
adalah makanan terbaik bagi bayi. Dan produksi ASI akan makin cepat dan makin
banyak bila menyusui dilakukan sesegera dan sesering mungkin. Pada hari-hari
pertama yang keluar adalah kolostrum yang jumlahnya sedikit. Tetapi hal itu tak
perlu dikhawatirkan karena kebutuhan bayi masih sedikit.
3. Pencegahan infeksi
Pada perawatan bayi yang terpisah maka
kejadian infeksi silang akan sulit dicegah. Dengan melakukan rawat gabung maka
infeksi silang dapat dihindari. Kolostrum yang mengandung antibodi dalam
jumlah tinggi, akan melapisi seluruh permukaan mukosa dari saluran pencernaan
bayi, dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai kekebalan yang tinggi.
Kekebalan ini akan mencegah infeksi terutama terhadap diare.
4. Pendidikan kesehatan
Pada saat melaksanakan rawat gabung
dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu, terutama
primipara. Bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi, merawat tali pusat,
perawatan payudara dan nasihat makanan yang baik, merupakan bahan-bahan yang
diperlukan si ibu. Keinginan ibu untuk bangun dari tempat tidur, menggendong
bayi dan merawat diri akan mempercepat mobilisasi, sehingga si ibu akan lebih
cepat pulih dari persalinan.
1.2.14 Manfaat Rawat Gabung
Dalam rawat gabung suami dan keluarga
dapat membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya secara baik dan benar,
selain itu ibu akan mendapatkan kehangatan emosional karena ibu dapat selalu
kontak dengan buah hati yang sangat dicintainya, demikian pula sebaliknya bayi
dengan ibunya.
Rooming
in
akan membantu memperlancar pemberian ASI. Karena dalam tubuh ibu menyusui ada
hormon oksitosin. Hormon ini sangat berpengaruh pada keadaan emosi ibu. Jika
ibu tenang dan bahagia karena dapat mendekap bayinya, maka hormon ini akan meningkat
dan ASI pun cepat keluar sehingga
bayi lebih puas mendapatkan ASI. Manfaat rooming in bagi bayi akan lebih cepat
menyesuaikan dengan waktu tidur dan bangun dengan ibu. Selain itu jika bayi
menangis akan langsung di dekap ibu sehingga bayi akan tenang mendengrakan
detak jantung ibu.
Adanya rawat gabung sangat
menguntungkan bagi ibu karena dapat menurunkan angka kesakitan pada bayi
seperti ibu dapat memberi ASI eksklusif kepada bayinya yang dapat memberikan
system kekebalan tubuh pada bayi. Rooming in juga akan membantu menurunkan angka
kematian ibu, dengan dilakukannya rooming in akan menurunkan terjadinya
perdarahan post partum yaitu dengan cara ibu memberikan ASI eksklusif.Dalam
sumber lain juga disebutkan manfaat rawat gabung baik bagi ibu, bayi, keluarga
dan petugas, yaitu:
Manfaat rawat gabung
1. Mempercepat mantapnya dan terus terlaksananya proses
menyusui.
Dengan rawat
gabung ibu dapat memberi ASI sedini mungkin, juga lebih mudah memberikan ASI.
Adanya kontak terus menerus antara ibu dan bayinya memungkinkan ibu segera
mengenali tanda-tanda bayinya ingin minum sehingga ibu/bayi dapat
menyusui/menyusu on demand. Ibu yang melakukan rawat gabung menghasilkan ASI
yang lebih banyak, lebih dini, menyusui lebih lama, dan lebih besar
kemungkinannya menyusui eksklusif dibandingkan ibu yang tidak melakukan rawat
gabung.
2. Memungkinkan proses bonding
Rawat gabung
akan meningkatkan ikatan batin antara ibu dan bayinya. Makin banyak waktu ibu
bersama bayinya, makin cepat mereka saling mengenal. Ibu siap memberikan respon
setiap saat. Rawat gabung juga menurunkan hormon stres pada ibu dan bayi.
3. Menurunkan biaya
Pihak rumah
sakit dapat menekan biaya karena tidak perlu membangun dan memelihara ruang
bayi sehat, tidak perlu mengeluarkan gaji untuk petugas ruang bayi sehat, juga
biaya yang harus dikeluarkan bila bayi menjadi sakit dapat dikurangi. Turn
overlebih cepat.
4. Peralatan minimal
Bila
dilakukan bedding-in maka akan mengurangi pembelian boks bayi.
Tidak memerlukan botol susu.
5. Tidak ada tambahan tenaga
Tidak perlu
menambah tenaga untuk ruang bayi sehat, karena untuk rawat gabung dapat
memanfaatkan tenaga yang sudah ada di ruang nifas.
6. Menurunkan infeksi
Adanya kontak
kulit dengan kulit antara bayi dan ibunya memungkinkan bayi terpapar pada
bakteri-bakteri normal pada kulit ibu, yang dapat melindungi bayi terhadap
kumankuman berbahaya. Kolostrum yang mengandung banyak antibodi, yang segera
didapat bayi, juga melindungi bayi terhadap penyakit infeksi.
7. Keuntungan untuk bayi
Bayi yang
dirawat gabung akan lebih jarang menangis, lebih mudah ditenangkan, lebih
banyak tidur. Mereka minum lebih banyak dan berat badannya lebih cepat naik.
Ikterus lebih jarang terjadi. Bayi juga lebih hangat karena berada dalam kontak
terus menerus dengan kulit ibunya.
8. Melatih ketrampilan ibu merawat bayinya sendiri
Tindakan
perawatan bayi yang dilakukan di dekat ibunya akan membantu ibu untuk melatih
ketrampilan merawat bayinya sendiri, sehingga pada saat pulang ibu sudah tidak
canggung lagi merawat bayinya. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri
ibu.
1. Bagi ibu
a.
Aspek psikologi
1)
Antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant-mother
bonding) dan lebih akrab akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi
2) Dapat memberikan kesempatan pada ibu untuk
belajar merawat bayinya
3)
Memberikan rasa percaya kepada ibu untuk merawat bayinya. Ibu dapat
memberikan ASI kapan saja bayi membutuhkan, sehingga akan memberikan rasa
kepuasan pada ibu bahwa ia dapat berfungsi dengan baik sebagaimana seorang ibu
memenuhi kebituhan nutrisi bagi bayinya. Ibu juga akan merasa sangat dibutuhkan
oleh bayinya dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Hal ini akan
memperlancar produksi ASI.
b.
Aspek fisik
1)
Involusi uteri akan terjadi dengan baik karena dengan menyusui akan terjadi
kontraksi rahim yang baik
2)
Ibu dapat merawat sendiri bayinya sehingga dapat mempercepat mobilisasi
2. Bagi bayi
a.
Aspek psikologi
·
Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh terhadap perkembangan
pskologi bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi
mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
·
Bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, dan ini merupakan dasar
bagi terbentuknya rasa percaya pada diri anak
b.
Aspek fisik
·
Bayi segera mendapatkan colostrum atau ASI jolong yang dapat memberikan
kekebalan/antibodi
·
Bayi segera mendapatkan makanan sesuai pertumbuhannya
·
Kemungkinan terjadi infeksi nosokomial kecil
·
Bahaya aspirasi akibat susu botol dapat berkurang
·
Penyakit sariawan pada bayi dapat dihindari/dikurangi
·
Alergi terhadap susu buatan berkurang
3. Bagi keluarga
a. Aspek psikologi
Rawat
gabung memberikan peluang bagi keluarga untuk memberikan support pada ibu untuk
memberikan ASI pada bayi
b. Aspek ekonomi
Lama
perawatan lebih pendek karena ibu cepat pulih kembali dan bayi tidak menjadi
sakit sehingga biaya perawatan sedikit.
4. Bagi petugas
a. Aspek psikologi
Bayi
jarang menangis sehingga petugas di ruang perawatan tenang dan dapat melakukan
pekerjaan lainnya.
b. Aspek fisik
Pekerjaan
petugas akan berkurang karena sebagian besar tugasnya diambil oleh ibu dan
tidak perlu repot menyediakan dan memberikan susu buatan.
1.2.15 Indikasi
dan Kontraindikasi
Rawat Gabung
Kendatipun
gagasan rawat gabung telah dicanangkan dan berhasil dengan baik dan memuaskan, namun masih terdapat beberapa pertimbangan
yang harus diperhatikan untuk melakukan rawat gabung, yaitu sebagai berikut.
1.2.16 Pelaksanaan
Rawat
Gabung
Di berbagai senter situasi dan
kondisinya bisa berbeda sehingga di sini akan diambil satu contoh yang bisa
dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat yang ada. Pelaksanaan
rawat gabung hendaknya merupakan akhir dari kegiatan yang telah dimulai dari
perawatan pranatal di poliklinik sampai di kamar bersalin dan kemudian di
ruangan rawat gabung. Hal itu dimaksudkan untuk mempersiapkan ibu-ibu agar
sudah mulai melakukan adaptasi, mengerti dan
akhirnya tidak canggung menerima konsep rawat gabung itu.
1.
Di Poliklinik Kebidanan:
·
Ibu-ibu diberikan penyuluhan tentang: kebaikan ASI dan
perawatan gabung, perawatan payudara, makanan ibu hamil, perawatan bayi dan
lain-lain.
·
Lebih baik bila ada ruangan untuk memutar film tentang
cara perawatan payudara, keluarga berencana, cara memandikan bayi, merawat tali
pusat dan lain sebagainya.
·
Melayani konsultasi dalam masalah kesehatan ibu dan anak.
·
Membuat laporan bulanan mengenai jumlah pengunjung,
aktivitas-aktivitas, problems yang dijumpai dan lain sebagainya.
2. Di Kamar
Bersalin:
a) Bayi yang
memenuhi syarat perawatan gabung dilakukan perawatan bayi baru lahir seperti biasa. Kriteria yang diambil
sebagai patokan untuk dapat dirawat bersama ibunya adalah:
·
Nilai Apgar lebih dari 7
·
Berat badan > dari 2500 gr dan
kurang dari 4000 gr
·
Masa kehamilan lebih dari 36 minggu dan
kurang dari 42 minggu
·
Lahir spontan
·
Tidak ada infeksi intrapartum
·
Ibu sehat
·
Tidak ada komplikasi persalinan baik
pada ibu maupun pada bayinya
·
Tidak ada kelainan bawaan yang berat
b) Dalam
setengah jam pertama setelah lahir, bayi segera disusukan kepada ibunya untuk
merangsang pengeluaran ASI.
c) Memberikan
penyuluhan mengenai ASI dan perawatan gabung, terutama bagi yang belum
mendapat penyuluhan di poliklinik.
·
Mengisi status secara lengkap dan
benar.
·
Persiapan agar ibu dan bayinya dapat
bersama-sama keruangan.
·
Memberitahukan kepada petugas di
ruangan Perin atol ogi dan bahwa ada bayi yang akan dirawat serta pengurusan
administrasinya.
3. Di Ruang
Perawatan:
a)
Bayi diletakkan dalam tempat tidur yang
ditempatkan di samping tempat tidur ibu.
b)
Perawat harus memperhatikan keadaan
umum bayi dan dapat mengenali keadaan-keadaan yang tidak normal serta kemudian
melaporkan kepada dokter jaga.
c)
Bayi boleh menyusu bila bayi/ibu
menginginkan.
d)
Bayi tidak boleh diberi susu dari
botol. Bila terpaksa/sesuai dengan indikasi medis bayi dapat diberi susu
formula dengan menggunakan sendok/cangkir/pipet/sonde lambung.
e)
Ibu harus dibantu untuk dapat menyusui
bayinya dengan baik, juga untuk merawat payudaranya.
f)
Keadaan bayi sehari-hari dicatat dalam
status.
g)
Bila bayi sakit/perlu observasi lebili
teliti, maka bayi dipindahkan ke ruang perawatan khusus bayi barn lahir.
h)
Bila ibu dan bayi sudah boleh pulang,
sekali lagi diberi penerangan tentang cara-cara merawat bayi dan memberikan ASI
serta perawatan payudara dan makanan ibu menyusui. Kepada ibu diberikan brosur
yang berhubungan dengan itu dan dipesan agar memeriksakan bayinya satu minggu
kemudian.
i)
Status yang sudah lengkap, dikirim ke
ruangan follow-up (Klinik Laktasi/Poliklinik).
4. Di Ruangan
Poliklinik/Ruangan Rawat Jalan:
Biasanya
dilakukan di Poliklinik Kebidanan atau di Klinik Laktasi.
Pemeriksaan di ruangan poliklinik meliputi pemeriksaan
bayi dan keadaan ASI. Yang dikerjakan di ruangan ini ialah:
a)
Menimbang berat badan bayi.
b)
Memperhatikan payudara ibu, apakah ada
kelainan yang mengganggu proses laktasi.
c)
Anamnesis mengenai makanan bayi yang
diberikan serta keluhan yang timbul.
d)
Mengecek keadaan ASI.
e)
Memberi nasihat mengenai makanan bayi,
cars menyusukan bayi, perawatan payudara, perawatan bayi dan makanan ibu
menyusui.
f)
Memberikan peraturan makanan bayi.
g)
Pemeriksaan bayi oleh ahli anak.
h)
Pemberian immunisasi menurut aturannya.
1.2.17 Sasaran Dan Syarat
1)
Bayi lahir dengan spontan, baik
presentasi kepala atau bokong
2)
Jika bayi lahir dengan tindakan maka
rawat gabung dapat dilakukan setelah bayi cukup sehat, reflek hisap baik, tidak
ada tanda-tanda infeksi dsb
3)
Bayi yang lahir dengan Sectio Cesarea
dengan anestesi umum, RG dilakukan segera stelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi
tidak ngantuk) misalnya 4-6 jam setelah operasi.
4)
Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit
pertama (nilai apgar minimal 7)
5)
Umur kehamilan 37 minggu atau lebih
6)
Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih
7)
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
intrapartum
8)
Bayi dan ibu sehat
1.2.18 Persyaratan Rawat Gabung Yang Ideal
1.
Bayi
a)
Ranjang bayi tersendiri yang mudah terjangkau dan dilihat oleh ibu
b)
Bagi yang memerlukan tersedia rak bayi
c)
Ukuran tempat tidur anak 40 x 60 cm
2.
Ibu
a) Ukuran tempat tidur 90 x 200 cm
b) Tinggi 90 cm
3.
Ruang
a) Ukuran ruang untuk satu tempat tidur 1,5 x 3
m
b) Ruang dekat dengan ruang petugas (bagi yang
masih memerlukan perawatan)
4.
Sarana
a) Lemari pakaian
b) Tempat mandi bayi dan perlengkapannya
c) Tempat cuci tangan ibu
d) Setiap kamar mempunyai kamar mandi ibu
sendiri
e) Ada sarana penghubung
f) Petunjuk/sarana perawatan payudara, bayi dan
nifas, pemberian makanan pada bayi dengan bahasa yang sederhana
g)
Perlengkapan perawatan bayi
5.
Petugas
a) Rasio petugas dengan pasien 1 : 6
b) Mempunyai kemampuan dan ketrampilan dalam
pelaksanaan RG
1.2.19 Model Pengaturan Ruangan Rawat Gabung
a) Satu kamar dengan satu ibu dan anaknya
b) Empat sampai lima orang ibu dalam 1 kamar
dengan bayi pada kamar yang lain bersebelahan dan bayi dapat diambil tanpa ibu
harus meninggalkan tempat tidurnya
c) Beberapa ibu dalam 1 kamar dan bayi
dipisahkan dalam 1 ruangan kaca yang kedap udara
d) Model dimana ibu dan bayi tidur di atas
tempat tidur yang sama
e) Bayi di tempat tidur yang letaknya disamping
ibu
1.2.20 Keuntungan dan Kerugian
1. Keuntungan
a) Menggalakkan penggunaan ASI
b) Kontak emosi ibu dan bayi lebih dini dan
lebih erat
c) Ibu segera dapat melaporkan
keadaan-keadaanbayi yang aneh
d) Ibu dapat belajar merawat bayi
e) Mengurangi ketergantungan ibu pada bidan
f) Membangkitkan kepercayaan diri yang
lebih besar dalam merawat bayi
g) Berkurangnya infeksi silang
h) Mengurangi beban perawatan terutama dalam
pengawasan
2. Kerugian
a) Ibu kurang istirahat
b) Dapat terjadi kesalahan dalam pemberian
makanan karena oengaruh orang lain.
c) Bayi bisa mendapatkan infeksi dari pengunjung
d) Pada pelaksanaan ada hambatan teknis/fasilitas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar