Rabu, 31 Maret 2021

KEBUTUHAN FISIK IBU HAMIL TM I II DAN III DAN TANDA TANDA BAHAYA

 KEBUTUHAN FISIK IBU HAMIL TM I II DAN III DAN TANDA TANDA BAHAYA

 

A.  Imunisasi

Imunisasi selama kehamilan sangat penting dilakukan untuk mencegah penyakit yang dapat menyebabkan kematian ibu dan janin. Jenis imunisasi yang diberikan adalah Tetanus Toxoid (TT) yang dapat mencegah penyakit tetanus.

Toksoid adalah preparat dari racun bakteri yang diubah secara kimiawi/endotoksin yang dibuat oleh bakteri.

Tujuan pemberian imunisasi TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum. Efek samping vaksin TT yaitu nyeri, kemerah-merahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat penyuntikan. Ini akan sembuh dan tidak perlu pengobatan.

Di Indonesia, program imunisasi telah dimulai sejak abad ke 19 untuk membasmi penyakit cacar di Pulau Jawa. Kasus cacar terakhir di Indonesia ditemukan pada tahun 1972 dan pada tahun 1974 Indonesia secara resmi dinyatakan Negara bebas cacar. Tahun 1977 sampai dengan tahun 1980 mulai diperkenalkan imunisasi BCG, DPT dan TT secara berturut-turut untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit-penyakit TBC anak, difteri, pertusis dan tetanus neonatorum. Tahun 1981 dan 1982 berturut-turut mulai diperkenalkan antigen polio dan campak yang dimulai di 55 buah kecamatan dan dikenal sebagai kecamatan Pengembangan Program Imunisasi (PPI) (Depkes RI 2000).

Pada tahun 1984, cakupan imunisasi lengkap secara nasional baru mencapai 4%. Dengan strategi akselerasi, cakupan imunisasi dapat ditingkatkan menjadi 73% pada akhir tahun 1989. Strategi ini terutama ditujukan untuk memperkuat infrastruktur dan kemampuan manajemen program. Dengan bantuan donor internasional (antara lain WHO, UNICEF, USAID) program berupaya mendistribusikan seluruh kebutuhan vaksin dan peralatan rantai dinginnya serta melatih tenaga vaksinator dan pengelola rantai dingin. Pada akhir tahun 1989, sebanyak 96% dari semua kecamatan di tanah air memberikan pelayanan imunisasi dasar secara teratur (Abednego, 1997).

Dengan status program demikian, pemerintah bertekad untuk mencapai Universal Child Immunization (UCI) yaitu komitmen internasional dalam rangka Child Survival pada akhir tahun 1990. Dengan penerapan strategi mobilisasi social dan pengembangan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS), UCI ditingkat nasional dapat dicapai pada akhir tahun 1990. Akhirnya lebih dari 80% bayi di Indonesia mendapat imunisasi lengkap sebelum ulang tahunnya yang pertama (Depkes RI, 2000).

Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam mencegah penyakit dan merupakan bagian kedokteran preventif yang mendapatkan prioritas. Sampai saat ini ada tujuh penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan kematian dan cacat, walaupun sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal. Ketujuh penyakit tersebut dimasukkan pada program imunisasi yaitu penyakit tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak dan hepatitis-B.

Kehamilan bukan saat untuk memakai program imunisasi terhadap berbagai penyakit yang dapat dicegah. Hal ini karena kemungkinan adanya akibat yang membahayakan janin. Imunisasi harus diberikan pada wanita hamil hanya imunisasi TT untuk mencegah kemungkinan tetanus neonatorum. Imunisasi TT harus diberikan sebanyak 2 kali, dengan jarak waktu TT1 dan TT2 minimal 1bulan, dan ibu hamil harus sudah diimunisasi lengkap pada umur kehamilan 8 bulan. Vaksinasi dengan toksoid dianjurkan untuk dapat menurunkan angka kematian bayi Karena infeksi tetanus. Vaksinasi toksoid tetanus dilakukan dua kali selama hamil.

Tabel. Pemberian Imunisasi TT

Imunisasi

Interval

Lama Perlindungan

Perlindungan (%)

TT1

Pada kunjungan pertama

-

-

TT2

4 minggu setelah TT1

3 tahun

80%

TT3

6 bulan setelah TT2

5 tahun

95%

TT4

1 tahun setelah TT3

10 tahun

99%

TT5

1 tahun setelah TT4

25 tahun

(seumur hidup)

99%

 

Manfaat imunisasi TT ibu hamil :

1)    Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKBN,2005; Chin, 2000). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang dari 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat.

2)   Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka.

Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan tetanus neonatorum. Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler / subkutan dalam. Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2005). TT1 dapat diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan.

 

B.  Travelling

Wanita hamil harus berhati-hati melakukan perjalanan  yang cenderung lama dan melelahkan, karena dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan mengakibatkan gangguan sirkulasi serta Oedema tungkai karena kaki tergantung jika duduk terlalu lama. Sabuk pengaman yang dikenakan dikendaraan jangan sampai menekan perut yang menonjol.  Jika mungkin perjalanan yang jauh sebaiknya dilakukan dengan pesawat udara. Ketinggian tidak mempengaruhi kehamilan.Berpergian dapat menimbulkan masalah lain, seperti konstipasi / diare karena asupan makanan dan minuman cenderung berbeda seperti biasanya karena akibat perjalanan yang melelahkan. Pada ibu hamil Trimester II (14-28 minggu), merupakan waktu yang ideal untuk bepergian karena rasa mual, kelelahan sudah berkurang dan resiko terjadinya kelahiran premature masih cukup lama dapat terjadi namun tetap berhati-hati. (Kusmiati, 2009).

Wanita hamil harus berhati-hati melakukan perjalanan yang cenderung lama dan melelahkan, karena dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan mengakibatkan gangguan sirkulasi serta Oedema tungkai karena kaki tergantung jika duduk terlalu lama. Sabuk pengaman yang dikenakan di kendaraan jangan sampai menekan perut yang menonjol. Jika mungkin perjalanan yang jauh sebaiknya dilakukan dengan pesawat udara. Ketinggian tidak mempengaruhi kehamilan, bila kehamilan telah 35 minggu ada perusahaan penerbangan yang menolak membawa wanita hamil ada juga yang menerima dengan catatan keterangan dokter yang menyatakan cukup sehat untuk bepergian. Berpergian dapat menimbulkan masalah lain, seperti konstipasi / diare karena asupan makanan dan minuman cenderung berbeda seperti biasanya karena akibat perjalanan yang melelahkan.

Traveling selama kehamilan:

a)            Trimester I merupakan waktu yang sangat sensitive karena rawan terjadi keguguran dan kehamilan di luar kandungan.

b)           Trimester II (14-28 minggu), merupakan waktu yang ideal untuk bepergian karena rasa mual, kelelahan sudah berkurang dan resiko terjadinya kelahiran premature masih cukup lama dapat terjadi namun tetap berhati-hati.

c)            Trimester III (29-40 minggu) resiko yang paling difikirkan dari bepergian adalah terjadinya kelahiran premature dan jika ingin tetap bepergian sebaiknya konsultasi dengan dokter kandungan.

Kendaraan yang dapat digunakan untuk traveling seperti mobil, kereta api, pesawat terbang. Bepergian dengan pesawat terbang saat hamil itu aman. Wanita dengan kehamilan tanpa komplikasi apapun dapat naik dengan pesawat terbang, namun hal itu akan meningkatkan resiko pembekuan pembuluh darah vena.

Kebanyakan ibu hamil, mengadakan perjalanan di trimester kedua bukan saja aman dan nyaman tetapi juga merupakan kesempatan terbaik untuk pergi bersama pasangan. Tentu saja memerlukan izin dokter, jika mempunyai tekanan darah tinggi, diabetes atau masalah medis dan kebidanan lainnya mungkin tidak akan diberi lampu hijau. Bahkan pada kehamilan beresiko rendah, perjalanan jarak jauh bukanlah ide yang baik pada trimester pertama ketika tubuh masih melakukan penyesuaian fisik dan emosional awal terhadap kehamilan. Begitu pula perjalanan jauh tidak dianjurkan pada trimester terakhir, untuk alasan yang jelas, jika mengalami persalinan dini, maka akan berada jauh dari dokter.

Sekali dokter telah mengizinkan, maka yang perlu dilakukan hanyalah membuat sedikit rencana dan beberapa tindakan pengamanan untuk menjamin perjalanan yang aman dan menyenangkan.

a.      Memilih Tujuan yang Sesuai

Perjalanan ke tempat yang panas dan lembab mungkin tidak menyamankan karena metabolisme sudah meningkat dan membuat tubuh lebih panas. Jika memiliki tujuan seperti ini, pastikan bahwa hotel dan alat pengangkutan memiliki pendingin (AC)  dan menjauh dari sinar matahari serta tetapi banyak minum.

b.      Rencanakan Perjalanan yang Santai

Sebuah tujuan tunggal mungkin lebih dipilih daripada tour besar atau perjalanan bisnis yang membawa ke enam kota dalam enam hari. Sebuah liburan dimana yang menentukan sendiri kecepatannya akan lebih baik daripada tour kelompok dimana pemandunyalah yang menetapkan kecepatan perjalanan.

c.       Asuransikan Diri

Dapatkan asuransi perjalanan untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan bahwa komplikasi kehamilan membuat anda harus mengganti rencana dan tinggal di rumah. Asuransi kesehatan perjalanan mungkin juga akan berguna jika asuransi rumah anda tidak melibatkan perawatan medis asing.

d.      Membawa Riwayat Kesehatan

Akan selalu bijaksana, terutama ketika hamil, untuk melakukan perjalanan dengan membawa riwayat medis yang mengandung informasi tentang golongan darah, obat yang sedang digunakan dan obat yang alergi dan semua data medis yang menetap bersamaan dengan nama, alamat, nomor telepon dokter. Simpan semua obat di dalam tas yang dibawa sendiri dan bawalah tambahan cadangan obat untuk setiap obat yang diresepkan oleh dokter di dalam dompet untuk menjaga kemungkinan jika tas hilang, sementara atau selamanya di perjalanan.

e.      Membawa Perlengkapan Pertolongan Pertama untuk Kehamilan

Pastikan bahwa anda membawa cukup vitamin untuk seluruh perjalanan, susu skim bubuk jika menurut perkiraan anda tidak bisa mendapatkan susu segar yang sudah dipasteurisasi (tetapi hanya mencampurkannya dengan air yang aman lihat bagian bawah), beberapa biskuit yang terbuat dari bijian utuh dan makanan kecil favorit lain yang tidak mudah rusak, plester jika peka terhadap mabuk perjalanan dan obat untuk sakit perut selama perjalanan yang telah disetujui oleh dokter, sepatu yang nyaman dan menyediakan cukup ruang untuk mengakomodasi pembengkakan kaki akibat berjalan atau bekerja terlalu lama.

f.        Siapkan Nama Dokter Spesialis Kebidanan Setempat

Dokter anda mungkin bisa memberikan nama dokter lokal. Jika tidak, hubungi perkumpulan dokter setempat.

g.      Membawa Catatan Diet Kehamilan

Mungkin anda sedang berlibur, tetapi bayi anda tetap bekerja keras untuk tumbuh dan berkembang dan tetap memiliki kebutuhan gizi yang sama.

h.      Jangan Minum Air Ledeng

Jangan minum air ledeng atau bahkan menyikat gigi dengannya kecuali yakin akan keamanannya. Jika di tempat tujuan kemurnian air ledengnya diragukan, rencanakan untuk menggunakan air botol untuk minum dan sikat gigi, atau bawa wadah perebus air atau pemanas yang dicelupkan ke dalam air untuk mendidihkan air ledeng.

i.        Jangan Berenang

Di beberapa area, danau dan lautnya sudah tercemar. Tanyakan keamanan air di tempat tujuan anda untuk memastikan keamanannya sebelum anda mencebur ke dalamnya. Juga berhati-hatilah dengan kolam renang yang tidak diklorinasi dengan benar.

j.        Makan dengan Hati-Hati

Di beberapa area, mungkin tidak aman untuk memakan sayur atau buah yang mentah dan tidak dikupas. Di semua area, hindari makanan matang yang sekedar hangat atau bersuhu ruangan, seperti daging, ikan dan unggas mentah atau  setengah matang, serta produk susu yang tidak dipasteurisasi atau tidak disimpan dalam lemari pendingin dan makanan yang dijual di pinggir jalan bahkan jika makanannya panas.

k.      Mencegah Ketidakaturan Buang Air Besar

Perubahan jadwal dan diet bisa memperparah masalah sembelit. Untuk menhindarinya, pastikan bahwa anda cukup mendapatkan ketiga pencegah sembelit: serat, cairan dan olahraga. Mungkin juga membantu jika anda makan sarapan sedikit lebih awal sehingga anda mempunyai waktu untuk duduk di kamar mandi sebelum anda harus berangkat pergi.

l.        Buang Air Kecil atau Besar Ketika Merasakan Dorongannya

Jangan memberi kesempatan pada infeksi saluran kemih atau sembelit dengan menunda perjalanan ke kamar mandi. Pergilah segera mungkin ketika merasakan dorongannya.

m.    Mendapatkan Dukungan yang Dibutuhkan

Yaitu dukungan dari stocking. Terutama jika anda sedang mengalami varises tetapi bahkan jika anda menduga bahwa anda peka terhadapnya kenakan stocking yang memberi sanggahan ketika anda akan banyak duduk. Misalnya di dalam mobil, pesawat atau kereta api.

n.      Tetap Bergerak

Duduk lama akan menghambat peredaran darah di tungkai, jadi pastikan bahwa anda sering bergerak di tempat duduk anda, meregangkan, menekuk, menggoyangkan dan memijat tungkai dan jangan menyilangkan kaki. Jika mungkin, lepaskan sepatu dan tinggikan kaki. Bangunlah sedikitnya satu atau dua jam sekali untuk berjalan di sepanjang gang, ketika anda berada di pesawat udara atau kereta api. Ketika mengadakan perjalanan dengan mobil jangan berjalan selama dua jam tanpa berhenti sebentar untuk berjalan dan meregang. Ketika duduk lakukan gerak badan sederhana.

o.      Jika Perjalanan dengan Pesawat Udara

Tanyakan terlebih dahulu apakah perusahaan memiliki peraturan untuk ibu hamil. Aturlah terlebih dahulu agar bisa duduk di bagian yang atapnya lebih tinggi atau jika tidak ada pemesanan tempat duduk, lakukanlah sebelum anda naik ke pesawat. Jangan melakukan penerbangan di kabin yang tekanan udaranya tidak disesuaikan ketika memesan tiket pesawat tanyakan apakah tersedia makanan yang menyediakan protein. Kenakan sabuk keselamatan dengan nyaman di bawah perut.

p.      Jika Perjalanan dengan Mobil

Untuk perjalanan panjang, pastikan tempat duduk nyaman. Jika tidak, pertimbangkan untuk membeli atau meminjam bantal khusus untuk menyangga punggung. Jika anda mengemudi, duduklah semundur mungkin dan angkat tangkai kemudi sejauh mungkin dari perut anda. Selalu kenakan sabuk keselamatan.

q.      Jika Perjalanan dengan Kereta Api

Periksa untuk memastikan bahwa ada gerbong makan dengan menu yang lengkap. Jika melakukan perjalanan malam, mintalah tempat duduk dimana anda bisa tidur. Bawalah makanan besar atau kecil yang memadai.

 

C.  Persiapan Laktasi

Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat segera berfungsi dengan baik pada saat diperlukan untuk proses menyusui/laktasi. ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar  payudara wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai komponen gizi dan  non gizi. Komposisi ASI tidak sama selama periode menyusui, pada akhir menyusui  kadar lemak 4-5 kali dan kadar protein 1,5 kali lebih tinggi daripada awal menyusui.  Juga terjadi variasi dari hari ke hari selama periode laktasi. Keberhasilan laktasi  dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan. Kondisi sebelum  kehamilan  ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan saat pubertas. Pada saat  kehamilan yaitu trimester II payudara mengalami pembesaran karena pertumbuhan  dan difrensiasi dari lobuloalveolar dan sel epitel payudara. Pada saat pembesaran  payudara ini hormon prolaktin dan laktogen placenta aktif bekerja yang berperan  dalam produksi ASI.

Sekresi ASI diatur oleh hormon prolaktin dan oksitosin. Prolaktin  menghasilkan ASI dalam alveolar dan bekerjanya prolaktin ini dipengaruhi  oleh lama dan frekuensi pengisapan (suckling). Hormon oksitosin disekresi  oleh kelenjar pituitary sebagai respon adanya suckling yang akan  menstimulasi sel-sel mioepitel untuk mengeluarkan ( ejection) ASI. Hal ini  dikenal dengan milk ejection reflex atau let down reflex yaitu mengalirnya

ASI dari simpanan alveoli ke lacteal sinuses sehingga dapat dihisap bayi  melalui puting susu. Terdapat tiga bentuk ASI dengan karakteristik dan komposisi berbeda yaitu  kolostrum, ASI transisi, dan ASI matang (mature).

a.    Kolostrum adalah cairan yang  dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah melahirkan (4-7 hari) yang berbeda  karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150 – 300  ml/hari.

b.    ASI transisi adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20 hari) dimana kadar lemak dan laktosa lebih tinggi dan kadar protein, mineral lebih rendah.

c.    ASI matang adalah ASI yang dihasilkan  21 hari setelah melahirkan dengan  volume bervariasi yaitu 300 – 850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat  laktasi. Volume ASI pada tahun pertama adalah 400 – 700 ml/24 jam, tahun kedua  200 – 400 ml/24 jam, dan sesudahnya 200 ml/24 jam. Dinegara industri rata-rata  volume ASI pada bayi dibawah usia 6 bulan adalah 750 gr/hari dengan kisaran 450 –  1200 gr/hari (ACC/SCN, 1991). Pada studi Nasution.A (2003) volume ASI bayi  usia 4 bulan adalah 500 – 800 gr/hari, bayi usia 5 bulan adalah 400 – 600 gr/hari,  dan bayi usia 6 bulan adalah 350 – 500 gr/hari.

Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada  stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain :

1. Frekuensi Penyusuan

Pada ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi. ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama  bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi  prematur belum dapat menyusu. Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2  minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang  cukup. Berdasarkan hal ini  direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal  setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan  stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.

 

2. Berat Lahir

Mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI.  Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan  dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat  erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan intik  yang besar dibanding bayi yang mendapat formula. Menemukan  hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan  mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr).  Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama  penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan  mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.

 

3. Umur Kehamilan saat Melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini disebabkan  bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan  tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada  bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur  dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.

 

4. Umur dan Paritas

Umur dan paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan  produksi ASI yang diukur sebagai intik bayi terhadap ASI.Menemukan bahwa pada ibu menyusui usia remaja dengan  gizi baik, intik ASI mencukupi berdasarkan pengukuran pertumbuhan 22 bayi dari  25 bayi. Pada ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari  keempat setelah melahirkan lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali.

 

5. Stres dan Penyakit Akut

Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi  produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan  berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman. Studi lebih lanjut  diperlukan untuk mengkaji dampak dari berbagai tipe stres ibu khususnya  kecemasan dan tekanan darah terhadap produksi ASI. Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu proses laktasi dapat mempengaruhi produksi ASI.

 

6. Konsumsi Rokok

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon  prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan  adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Studi  Lyon,(1983); Matheson, (1989) menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan  penyapihan dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung.

Ada dua cara untuk mengukur produksi ASI yaitu penimbangan berat badan  bayi sebelum dan setelah menyusui; dan pengosongan payudara. Kurva berat badan  bayi merupakan cara termudah untuk menentukan cukup tidaknya produksi ASI, meliputi protein, karbohidrat, dan lemak berasal  dari sintesis dalam kelenjar payudara dan transfer dari plasma ke ASI, sedangkan  vitamin dan mineral berasal dari transfer plasma ke ASI. Semua fenomena fisiologi  dan biokimia yang mempengaruhi komposisi plasma dapat juga mempengaruhi  komposisi ASI. Komposisi ASI dapat dimodifikasi oleh hormon yang  mempengaruhi sintesis dalam kelenjar payudara

Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah intik  pangan aktual, cadangan gizi, dan gangguan dalam penggunaan zat gizi. Perubahan  status gizi ibu yang mengubah komposisi ASI dapat berdampak positif, netral, atau  negatif terhadap bayi yang disusui. Bila asupan gizi ibu berkurang tetapi kadar zat  gizi dalam ASI dan volume ASI tidak berubah maka zat gizi untuk sintesis ASI  diambil dari cadangan ibu atau jaringan ibu. Komposisi ASI tidak konstan dan  beberapa faktor fisiologi dan faktor non fisiologi berperan secara langsung dan tidak  langsung. Faktor fisiologi meliputi umur penyusuan, waktu penyusuan, status gizi  ibu, penyakit akut, dan pil kontrasepsi. Faktor non fisiologi meliputi aspek  lingkungan, konsumsi rokok dan alkohol (Matheson, 1989).

Payudara merupakan aset yang sangat penting sebagai persiapan menyambut kelahiran sang bayi dalam proses menyusui. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perawatan payudara adalah sebagai berikut:

1)    Hindari pemakaian bra dengan ukuran yang terlalu ketat dan yang menggunakan busa, karena akan mengganggu penyerapan keringat payudara.

2)   Gunakan bra dengan bentuk yang menyangga payudara.

3)   Hindari membersihkan puting dengan sabun mandi karena akan menyebabkan iritasi. Bersihkan puting susu dengan minyak kelapa lalu bilas dengan air hangat.

4)   Jika ditemukan pengeluaran cairan yang berwarna kekuningan dari payudara berarti produksi ASI sudah dimulai.

(Pantiawati, 2010)

Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang penting karena dengan persiapan dini ibu akan lebih baik dan siap untuk menyusui bayinya. Untuk itu ibu hamil sebaiknya masuk dalam kelas “Bimbingan persiapan menyusui” (BPM). Suatu pusat pelayanan kesehatan (RS, RB, Puskesmas) harus mempunyai kebijakan yang berkenan dengan pelayanan ibu hamil yang menunjang keberhasilan menyusui. Pelayanan BPM terdiri dari : penyuluhan tentang : keunggulan ASI, manfaat rawat gabung, perawatan putting susu, perawatan bayi, gizi ibu hamil dan menyusui, keluarga berencana.

Persiapan psikologis ibu untuk menyusui pada saat kehamilan sangat berarti, karena keputusan atau sikap yang positif harus terjadi pada saat kehamilan atau bahkan jauh sebelumnya. Banyak ibu yang memiliki masalah, oleh karenanya bidan harus dapat membuat ibu tertarik dan simpati.

Langkah-langkah yang harus diambil dalam mempersiapkan ibu secara kejiwaan untuk menyusui adalah : setiap ibu untuk percaya dan yakin bahwa ibu akan sukses dalam menyusui bayinya, menyakinkan ibu akan keuntungan ASI dan kerugian susu buatan/formula, memecahkan masalah yang timbul dalam menyusui, mengikutsertakan suatu atau anggota keluarga lain yang berperan, memberikan kesempatan ibu untuk bertanya.

Pemeriksaan payudara yang bertujuan untuk mengetahui lebih dini adanya kelainan, sehingga diharapkan dapat dikoreksi sebelum persalinan. Pemeriksaan payudara dilaksanakan pada kunjungan pertama ibu, dimulai dari inspeksi, palpasi.

Pemeriksaan putting susu : untuk menunjang keberhasilan menyusui maka pada saat kehamilan putting susu ibu perlu diperiksa kelenturannya dengan cara : sebelum dipegang periksa dulu bentuk putting susu, cubit areola disisi putting susu dengan ibu jari dan telunjuk, dengan perlahan putting susu dan areola ditarik, untuk membentuk “dot”, bila putting susu mudah ditarik, berarti lentur. Tertarik sedikit berarti kurang lentur. Masuk kedalam, berarti putting susu terbenam.

Massage payudara selama kehamilan tidak dianjurkan disebabkan ibu bisa mengalami kontraksi apabila ada stimulasi pada payudara, apalagi bagi ibu hamil yang mempunyai resiko mengalami ancaman keguguran atau lahir premature, sehingga perawatan payudara cukup dengan sering ibu merawat kebersihan payudara, menggunakan Brach yang bersih, putting susu selalu bersih jika putting susu kotor cukup dengan membersihkannya saat mandi, jika sulit dibersihkan lakukan pengompresan dengan kapas yang sudah diberi baby oil atau minyak kelapa bersih lalu bersihkan dengan air hangat atau mandi.

Terakhir, bersihkan payudara dan putting memakai air hangat dan dingin. Tujuannya untuk memperlancar sirkulasi drah. Setelah itu keringkan pakai handuk (Varney’s, 2007).

 

D.  Persiapan Persalinan

1.   Pengertian persiapan persalinan dan kelahiran bayi

Persalinan dan kelahiran merupakan fisiologi yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Persalinan adalah proses membuka dan menipiskan serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir.

Persiapan persalinan dan kelahiran yaitu suatu tahap dalam masa persalinan, dimana semua wanita akan menyadari keharusan untuk melahirkan anaknya. Rencana persalinan adalah rencana tindakan yang dibuat ibu, anggota keluarganya dan bidan. Dengan adanya rencana persalinan akan mengurangi kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan kemungkinan bahwa ibu akan menerima asuhan yang sesuai serta tepat waktu.

Persiapan persalinan bukan hanya persiapan fisik semata, tapi persiapan psikologi seorang ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi yang menjadi anggota baru dalam keluarga adalah penting juga direncanakan dan diupayakan terpenuhi setelah waktu kehamilan telah mendekati waktu persalinan. Untuk persiapan persalinan ini, bukan hanya ibu yang berperan, tapi suami dan keluarga juga perlu untuk kelancaran proses persalinan sesuai yang telah dirancanakan. Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin untuk mendapat pelayanan/asuhan antenatal agar supaya perencanaan persalinan dapat dibuat dengan melihat perkembangan ibu dan bayinya untuk mengupayakan persalinan nanti berjalan lancar, baik, dan aman.

Tujuan Asuhan Antenatal

1)    Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

2)   Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.

3)   Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4)   Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5)   Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif.

6)   Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

 

 

1.     Trimester ke-1

Pada masa kehamilan ini, seorang ibu dalam masa adaptasi dengan kehamilannya dan sebagian besar ibu hamil pada trimester pertama mengalami mual muntah, ngidam, psikologisnya mengalami perubahan dan lain-lain. Sehingga untuk perencanaan persalinan dan kelahiran pada saat ini sepertinya belum tersusun sempurna, karena lebih memperhatikan terhadap kondisi ibu serta kesehatan bayi dalam kandungannya.

Untuk Perencanaan awal pada trimester pertama adalah kebutuhan gizi selama hamil, dengan upaya :

a)    Cukup kalori, protein, vitamin, mineral dan cairan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu, janin, dan plasenta.

b)   Memperoleh dan mempertahankan status gizi optimal sehingga dapat menjalani kehamilan dengan aman dan berhasil, dan melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental yang baik, dan memperoleh cukup energi untuk menyusui serta merawat bayi kelak.

c)    Mendorong ibu hamil sepanjang waktu untuk mengembangkan kebiasaan makan yang baik yang dapat diajarkan kepada anaknya selama hidup.

 

2.    Trimester ke-2

Pada masa kehamilan ini, seorang ibu mulai terbiasa dengan kehamilannya. Dengan dukungan dan perhatian dari keluarga berpengaruh terhadap perubahan psikologis ibu pada trimester ke-2. Ada 5 langkah yang termasuk dalam perencanaan yaitu :

 

1.     Membuat rencana persalinan

Setiap keluarga seharusnya membuat rencana persalinan dari awal pada trimester pertama. Tapi kebanyakan keluarga biasanya membuat perencanaan persalinan bersama di saat usia kandungan pada trimester 3 dengan melihat perkembangan keadaan ibu dan janin pada antenatal care (ANC). Setelah mengetahui kondisi ibu dan janin maka dibuat keputusan mengenai hal-hal yang dalam perencanaan persalinan adalah :

a)    Tempat persalinan (BPS,RS dll)Memilih tenaga kesehatan yang terlatih

b)   Bagaimana menghubungi tenaga kesehatan tersebut

c)    Bagaimana transpotasi ke tempat persalinan

d)   Siapa yang akan menemani pada saat persalinan

e)    Berapa banyak biaya yang dibutuhkan dan bagaimana cara mengumpulkan biaya tersebut

f)     Siapa yang akan menjaga keluarganya jika ibu tidak ada.

 

2.    Membuat rencana untuk mengambil keputusan jika terjadi kegawat daruratan pada saat mengambil keputusan utama tidak ada. Penting bagi bidan dan keluarga untuk mendiskusikan:

·         Siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga?

·         Siapa yang akan membuat keputusan jika pembuat keputusan utama tidak ada saat terjadi kegawat daruratan?

3.    Mempersiapkan sistem transportasi jika kegawatdaruratan.

Rencana ini perlu dipersiapkan lebih dini dalam kehamilan dan harus terdiri dari elemen-elemen dibawah ini:

·         Dimana ibu akan bersalin (desa, fasilitas kesehatan, rumah sakit)

·         Bagaimana cara menjangkau tingkat asuhan yang lebih lanjut jika terjadi kegawatdaruratan?

·         Ke fasilitas kesehatan yang mana ibu tersebut harus dirujuk?

·         Bagaimana cara mendapatkan dana jika terjadi kegawat daruratan?

·         Bagaimana cara mencari donor darah yang potensial?

4.    Membuat rencana/pola menabung

Persalinan normal umumnya membutuhkan biaya yang relatif ringan. Namun, bila persalinan diperkirakan harus dilakukan dengan tindakan operatif, maka persiapan dana yang lumayan besar harus segera dilakukan. Untuk mengetahui apakah nanti akan dilakukan sesar, pasangan harus selalu berkonsultasi ke dokter. Lewat konsultasi ini diharapkan, segala kemungkinan yang bakal terjadi bisa lebih dicermati. Bila diperkirakan lahir dengan sesar, pasangan tentunya sudah bisa berancang-ancang mempersiapkan dananya sejak jauh hari. Bila dana sudah terkumpul, otomatis beban mental suami juga bisa lebih teratasi. Keluarga seharusnya dianjurkan untuk menabung sejumlah uang sehingga dana akan tersedia untuk asuhan selama kehamilan dan jika terjadi kegawatdaruratan. Banyak sekali kasus, dimana ibu tidak mencari asuhan atau mendapatkan asuhan karena mereka tidak mempunyai dana yang diperlukan.

5.    Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk persalinan.

Seorang ibu dapat mempersiapkan segala sesuatunya untuk persalinan. Ia dan keluarganya dapat mengumpulkan barang-barang seperti pembalut wanita atau kain, sabun dan seprei dan menyimpannya untuk persiapan persalinan.

 

3.    Trimester ke-3

Pada waktu kursus ibu diterangkan apa yang terjadi pada kehamilan yang sudah tua, kira-kira pada waktu dua minggu sebelum persalinan. Pada waktu itu ibu akan merasa lebih mudah bernafas karena dasar rahim agak menurun berhubung kepala janin pada kehamilan pertama mulai masuk dalam pintu atas panggul. Ibu sering buang air kecil, Ibu merasa perut kadang-kadang mengencang dan menegang. Pada waktu ini yang berperan adalah suami atau keluarga, mempersiapkan barang-barang keperluan sebagai berikut:

a.    Pakaian bayi untuk bayi yang akan dilahirkan.

b.    Pakaian untuk ibu khususnya kain bulanan (cawat) yang dibuat dari bahan yang dapat meresap.

c.    Alat-alat yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi persalinan.

Persiapan alat-alat baik untuk kepeluan ibu maupun bayi pada masa persalinan dan sesudahnya sangat penting. Terutama untuk menjamin kelancaran proses persalinan dan nifas serta pemeliharaan bayi. Dalam melakukan persalinan ini dapat secara bertahap, agar tidak terasa terlalu berat. Alat yang paling pokok dan perlu waktu membuatnya disiapkan terlebih dahulu, kemudian menyusul yang lainnya. Ada baiknya apabila ibu dapat membuat sendiri terutama pakaian bayinya, agar merasa lebih puas dan dekat dengan bayinya. Sangat dianjurkan persiapan telah lengkap pada usia kehamilan 8 bulan. Pada masa kehamilan ini, seorang ibu mulai terbiasa dengan kehamilannya. Dengan dukungan dan perhatian dari keluarga berpengaruh terhadap perubahan psikologis ibu pada trimester ke-2.

 

E.   Memantau Kesejahteraan Janin

Untuk melakukan penilaian terhadap kesejahteraan janin dalam rahim bisa menggunakan stetoskop laenec untuk mendengarkan denyut jantung secara manual (auskultasi). Pemantauan kesejahteraan janin yang dapat dilakukan ibu hamil adalah dengan menggunakan kartu “fetalmovement” (pemantauan pergerakan janin), yaitu ibu hamil mencermati dan mencatat setiap pergerakan janin yang dirasakan.

Pemantauan gerakan janin minimal dilakukan selama 12 jam, misalnya ibu hamil setaip merasakan gerakan janinn mencatat dengan tanda tally pada kartu pergerakan janin, dalam 12 jam pemantauan, contohnya dari pukul 08.00 sampai pukul 22.00. Selanjutnya keseluruhan pergerakan janin dalam kurun waktu tersebut dijumlahkan. Batas normal pergerakan janin selama 12 jam adalah minimal 10 kali gerakan janinyang dirasakan oleh ibu hamil.

Penilaian kesejahteraan janin yang konvensional umumnya dikerjakan dengan cara-cara yang tidak langsung, seperti pengukuran berat badan ibu, palpasi abdomen, pengukuran tinggi fundus, maupun penilaian gejala atau tanda fisik ibu yang diduga dapat mengancam kesejahteraan janin (misalnya hipertensi, perdarahan pervaginam dan sebagainya). Cara-cara seperti itu seringkali tidak untuk memprediksi kesejahteraan janin, sehingga sulit digunakan untuk membuat strategi yang rasional dalam upaya pencegahan dan intervensi penanganan janin yang mengalami gangguan intrauterin Dalam konsep obstetri modern, khususnya di bidang perinatologi, janin dipandang sebagai individu yang harus diamati dan ditangani sebagaimana layaknya seorang pasien (fetus as a patient).

Janin perlu mendapat pemeriksaan fisik untuk mengetahui apakah kondisinya aman, atau dalam bahaya (asfiksia, pertumbuhan terhambat, cacat bawaaan, dan sebagainya). Pengetahuan akan hal itu akan menentukan segi penanganan janin selanjutnya. Penilaian profil biofisik janin merupakan salah satu cara yang efektif untuk mendeteksi adanya asfiksia janin lebih dini, sebelum menimbulkan kematian atau kerusakan yang permanen pada janin. Pemeriksaan tersebut dimungkinkan terutama dengan bantuan peralatan elektronik, seperti ultrasonografi (USG) dan kardiotokografi (KTG). Selain itu, salah satu indikator kesejahteraan janin yang dapat dipantau sendiri oleh ibu adalah gerakannya dalam 24 jam.

1.     Pertambahan Berat Badan Ibu

Pertambahan berat ibu selama kehamilan memang mempengaruhi berat lahir bayi. Pertambahan berat dalam rentang rekomendasi menurunkan resiko gangguan pada hasil akhir kehamilan. Sebaliknya, kurangnya pertambahan berat untuk habitus tertentu berkaitan dengan bayi kecil untuk usia kehamilannya. Terdapat beberapa studi lain yang menunjukkan pertambahan berat yang lebih rendah daripada yang dianjurkan berkaitan dengan persalinan prematur atau bayi berat lahir rendah.

2.    Pengukuran Tinggi Fundus Uteri

Pada kehamilan, uterus tumbuh secara teratur, kecuali jika ada gangguan pada kehamilan tersebut. Apabila kehamilan berjalan dengan normal maka tinggi fundus uteri akan sesuai dengan usia kehamilan. Pada kehamilan 16 minggu besar uterus kira-kira sebesar tinju orang dewasa. Dari luar fundus uteri kira-kira terletak di antara pertengahan pusat ke simfisis. Pada kehamilan 20 minggu fundus uteri terletak kira-kira dipinggir bawah pusat sedangkan pada kehamilan 24 minggu fundus uteri berada tepat dipinggir atas pusat. Pada kehamilan 28 minggu fundus uteri terletak kira-kira 3 jari di atas pusat. Pada kehamilan 32 minggu terletak antara pusat dan processus xiphoideus. Pada kehamilan 36 minggu terletak 1 jari dibawah processus xiphoideus. Bila pertumbuhan janin normal maka tinggi fundus uteri pada kehamilan 28 minggu sekurangnya 25 cm, pada 32 minggu 27 cm dan pada 36 minggu 30 cm. Pada kehamilan 40 minggu fundus uteri turun kembali dan terletak kira-kira 3 jari dibawah processus xiphoideus. Hal ini disebabkan oleh kepala janin yang pada primigravida turun dan masuk kedalam rongga panggul.

3.    Penilaian gerakan janin oleh ibu

Merupakan metode yang minimal invasif serta paling sederhana pengawasannya. Ibu diminta menghitung berapa kali dia merasa bayinya bergerak dalam rentang waktu tertentu. Indikator kesejahteraan janin ini dipantau sendiri oleh ibu berupa gerakan janin dalam 24 jam. Gerakan janin dalam 24 jam minimal 10 kali. Gerakan tersebut dirasakan dan dihitung sendiri oleh ibu yang dikenal dengan menghitung “ gerakan sepuluh”.

4.    Pemeriksaan USG

a)    Kehidupan janin, jumlah, presentasi, dan aktivitas janin harus dicatat. Adanya frekuensi dan irama jantung yang abnormal harus dilaporkan. Pada kehamilan multipel perlu dilaporkan informasi tambahan mengenai jumlah kantung gestasi, jumlah plasenta, ada-tidaknya sekat pemisah, genitalia janin (jika terlihat), perbandingan ukuran-ukuran janin, dan perbandingan volume cairan amnion pada masing-masing kantung amnion.

b)    Prakiraan volume cairan amnion (normal, banyak, sedikit) harus dilaporkan. Variasi fisiologik volume cairan amnion harus dipertimbangkan di dalam penilaian volume cairan amnion pada usia kehamilan tertentu.

c)     Lokasi plasenta, gambaran, dan hubungannya dengan ostium uteri internum harus dicatat. Tali pusat juga harus diperiksa. Lokasi plasenta pada kehamilan muda seringkali berbeda dengan lokasi pada saat persalinan. Kandung kemih yang terlampau penuh atau kontraksi segmen bawah uterus dapat memberikan gambaran yang salah dari plasenta previa. Pemeriksaan transabdominal, transperineal, atau transvaginal dapat membantu dalam mengidentifikasi ostium uteri internum dan hubungannya dengan letak plasenta.

d)    Penentuan usia gestasi harus dilakukan pada saat pemeriksaan ultrasonografi pertama kali, dengan menggunakan kombinasi ukuran kepala seperti DBP atau lingkar kepala, dan ukuran ekstremitas seperti panjang femur.

e)    Perkiraan berat janin harus ditentukan pada akhir trimester II dan memerlukan pengukuran lingkar abdomen.

f)     Meskipun tidak perlu dibatasi, pemeriksaan ultrasonografi paling tidak harus meliputi penilaian anatomi janin seperti: ventrikel serebri, fossa posterior (termasuk hemisfer serebri dan sisterna magna), four-chamber view jantung (termasuk posisinya di dalam toraks), spina, lambung, ginjal, kandung kemih, insersi tali pusat janin dan keutuhan dinding depan abdomen. Jika posisi janin memungkinkan, lakukan juga pemeriksaan terhadap bagian-bagian janin lainnya. Dalam prakteknya tidak semua kelainan sistem organ tersebut di atas dapat dideteksi melalui pemeriksaan ultrasonografi. Pemeriksaan tersebut di atas dianjurkan sebagai standar minimal untuk mempelajari anatomi janin. Kadang-kadang beberapa bagian struktur janin tidak bisa dilihat, karena posisi janin, volume cairan amnion yang berkurang, dan habitus tubuh ibu akan membatasi pemeriksaan ultrasonografi. Jika hal ini terjadi, maka struktur janin yang tidak bisa terlihat dengan baik harus dicantumkan di dalam laporan pemeriksaan ultrasonografi. Pemeriksaan yang lebih seksama harus dilakukan terhadap suatu organ yang diduga mempunyai kelainan. (Pantiawati, 2010)

 

F.   Ketidaknyamanan dan Cara Mengatasinya

Dalam proses kehamilan terjadi perubahan sistem dalam tubuh ibu yang semuanya membutuhkan suatu adaptasi, baik fisik maupun psikologis. Dalam proses adaptasi tersebut tidak jarang ibu akan mengalami ketidaknyamanan yang meskipun hal itu adalah fisiologis namun tetap perlu diberikan suatu pencegahan dan perawatan. Beberapa ketidaknyamanan dan cara mengatasinya adalah sebagai berikut.

No

Ketidaknyamanan

Cara Mengatasi

1.

Keputihan.

Trimester I, II dan III

       Tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari

       Memakai pakaian dalam dengan bahan katun dan mudah menyerap

       Cara cebok yang benar yaitu dari arah vagina ke belakang

       Selalu keringkan vulva setelah BAB dan BAK

       Ganti celana dalam tiap kali basah

       Tingkatkan daya tahan tubuh dengan makan buah dan sayur

2.

Sering Buang Air Kencing

Trimester I dan III

       KIE tentang penyebab sering BAK

       Kosongkan kandung kemih ketika ada dorongan untuk kencing.

       Perbanyak minum pada siang hari.

       Jangan kurangi minum dimalam hari, kecuali mengganggu tidur dan mengalami kelelahan

       Batasi minum kopi, teh soda.

       Berbaring miring ke kiri saat untuk tidur untuk meningkatkan diuresis

3.

Hemoroid

Trimester II dan III

       Hindari konstipasi

       Makan makanan yang berserat dan banyak minum

       Gunakan kompres es atau air hangat

       Dengan perlahan masukkan rektum kembali ke dalam

       Jika perlu, dapat digunakan salep obat luar untuk memperingan/ anestesi sesaat, astringen wirchhazel, calamine dan oksida seng.

4.

Sembelit

Trimester II dan III

       Tingkatkan intake cairan dan serat, misalnya buah, sayuran, minum air hangat.

       Istirahat cukup

       Senam hamil

       BAB secara teratur dan segera setelah ada dorongan

       Hindari minyak, mineral, lubrican, perangsang, saline, hiperosmosis dan castor oil.

5.

Mual dan Muntah

Trimester I

       Hindari bau dan faktor penyebab lainnya

       Makan biskuit kering atau roti bakar sebelum bangun dari tempat tidur dan bangun secara perlahan

       Makan sedikit tetapi sering

       Makan makanan kering di antara waktu makan.

       Jangan langsung gosok gigi setelah makan

       Duduk tegak setiap kali selesai makan

       Hindari makanan yang berminyak.

       Jika terlalu parah beri terapi dengan vitamin B6

6.

Panas Perut (Heartburn)

Mulai bertambah sejak Trimester II. Hilang pada waktu persalinan

       Makan sedikit-sedikit tetapi sering

       Hindari makanan berlemak dan berbumbu tajam

       Hindari berbaring setelah makan.

       Hindari minum air putih saat makan

7.

Perut Kembung

Trimester II dan III

       Hindari makanan yang mengandung gas

       Mengunyah makanan secara sempurna

       Lakukan senam secara teratur

8.

Berdebar-debar

(Palpitasi Jantung)

Mulai akhir Trimester I

       Jelaskan bahwa hal ini normal pada kehamilan

9.

Sesak Napas

Trimester II dan III

       KIE tentang penyebab fisiologis

       Bantu cara untuk mengatur pernapasan

       Mendorong postur tubuh yang baik untuk pernapasan interkostal

       Istirahat teratur

       Merentangkan tangan di atas kepala serta menarik napas panjang

10.

Striae Gravidarum

Tampak jelas pada bulan ke 6-7

       Gunakan Emolien topikal atau antiprurutik menurut indikasinya

       Gunakan pakaian longgar yang dapat menopang payudara dan abdomen

11.

Keringat Bertambah

Secara perlahan terus meningkat sampai akhir kehamilan

       Pakai pakaian yang tipis dan longgar.

       Tingkatkan asupan cairan.

       Mandi secara teratur.

12.

Kram (terutama pada kaki)

Setelah usia kehamil 24 minggu

       Kurangi konsumsi fosfor tinggi supaya terjadi relaksasi pada otot-otot kaki.

       Latihan dorsofleksi pada kaki dan meregangkan otot yang terkena

       Konsumsi cukup kalsium

       Beri kompres hangat pada kaki

13.

Pusing sampai pingsan (Syncope)

Trimester II dan III

       Bangun secara perlahan dari posisi istirahat

       Hindari berdiri terlalu lama

       Hindari berbaring dengan posisi supine

       Hindari lingkungan yang terlalu ramai dan berdesak-desakan.

14.

Sakit Punggung Atas dan Bawah

Trimester II dan III

       Gunakan mekanisme tubuh yang baik

       Gunakan kasur yang keras untuk tidur

       Gunakan bantal ketika tidur untuk meluruskan punggung

       Senam hamil

       Hindari epatu hak tinggi, hindari pekerjaan dengan beban yang terlalu berat

       Masase daerah pinggang dan punggung.

15.

Nyeri ligamentum rotundum

Trimester II dan III

       KIE mengenai peneyebab nyeri

       Tekuk lutut ke arah abdomen

       Gunakan bantalan untuk menopang uterus dan bantal lainnya letakkan di antara lutut sewaktu dalam posisi berbaring miring

16.

Varises pada Kaki

Trimester II dan III

       Tinggikan kaki sewaktu berbaring

       Hindari berdiri atau duduk terlalu lama

       Senam untuk melancarkan peredaran darah.

       Hindari pakaian yang ketat.

17.

Kelelahan/ Fatigue

Trimester I

       Yakinlah bahwa ini normal pada awal kehamilan

       Anjurkan ibu untuk sering istirahat

       Namun, hindari istirahat yang berlebih

 

 

G.  Pekerjaan

Seorang wanita yang hamil harusnya berhenti bekerja diluar rumah. Kesehatan Ibu hamil dan bayi yang dikandungnya sangat tergantung pada jenis pekerjaannya, apakah lingkungan pekerjaan mengancam kehamilan atau tidak, dan seberapa besar energi fisik dan mental yang diperlukan dalam bekerja. Sebagai contoh : wanita yang bekerja sebagai radiografer dianjurkan untuk meninggalkan pekerjaannya beberapa bulan sebelum hamil.

1.      Pekerjaan Boleh Dilakukan Ibu Hamil

a.    Bekerja selama kehamilan tidak dilarang, asalkan tidak ada komplikasi pada kehamilan seperti mules yang berlebih dan flek darah.

b.    Pekerjaan yang boleh dilakukan ibu hamil adalah pekerjaan yang tidak melibatkan aktivitas fisik berat dan tidak meningkatkan kelelahan. Baik itu berangkat menuju tempat kerja maupun saat kerja.

c.    Di Amerika Serikat, setengah dari total populasi bayi dilahirkan dari Ibu yang bekerja.

d.    Di Indonesia, Pegawai Negeri Sipil (PNS) diberikan cuti 1 bulan sebelum dan 2 bulan setelah melahirkan dan tetap digaji.

e.    Pegawai swasta memiliki cuti melahirkan yang diatur oleh masing-masing perusahaan. dan masih diatur pemerintah dalam UU Tenaga Kerja Nomor 13 tahun 2003 Pasal 82:  "Pekerja perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan."

2.    Pekerjaan Tidak Boleh Dilakukan Ibu Hamil

a.    Pekerjaan yang dilarang dilakukan ibu hamil adalah pekerjaan yang membutuhkan aktivitas fisik berat dan sangat meningkatkan kelelahan

b.    Pekerjaan seperti polisi wanita atau tentara wanita harus dipindahkan ke bagian yang tidak menimbulkan kelelahan.

Efek samping bekerja dengan aktivitas fisik pernah diteliti oleh Mozurkewich dkk. pada tahun 2000, dengan me-review 29 studi yang melibatkan 160.000 wanita hamil dengan pekerjaan yang membutuhkan aktivitas fisik. 20-60% wanita tersebut mengalami kelahiran prematur, janin gagal tumbuh, dan hipertensi gestasional.

(Pantiawati, 2010)

 

 

 

 

H. Kunjungan Ulang

1.     Tujuan ANC

a.    Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

b.    Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental dan sosial ibu.

c.    Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan, komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.

d.    Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengans elamat ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e.    Mempersiapkan Ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.

f.     Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara optimal.

2.    Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu:

a.    Satu kali pada trimester pertama

b.    Satu kali pada trimester kedua

c.    Dua kali pada trimester ketiga

Tujuan kunjungan ulang difokuskan pada pendeteksian komplikasi, mempersiapkan kelahiran dan kegawatdaruratan. Keadaan kesejahteraan janin dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan kondisi kesehatan oragn tuanya. Tujuan pengkajian kesejahteraan janin adalah untuk mengenal sedini mungkin kapan waktu yang tepat untuk terminasi sehingga bayi dapat bertahan hidup lebih baik dibandingkan bila tetap berada dalam kandungan.

 

a.    Mendeteksi masalah yg dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa.

b.    Mencegah masalah, misal : tetanus neonatal, anemia, kebiasaan tradisional yang berbahaya)

c.    Membangun hubungan saling percaya

d.    Memulai persiapan kelahiran & kesiapan menghadapi komplikasi.

e.    Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan , olahraga, istirahat, seks, dsb).

f.     kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria)

(Pantiawati, 2010)

 

I.   Tanda Bahaya dalam Kehamilan

Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan Muda

2.2.1.   Perdarahan Pervaginam

Kehamilan normal biasanya identik dengan amenore dan tidak ada perdarahan pervaginam, tetapi banyak juga wanita yang mengalami episode perdarahan pada trimester pertama kehamilan. Darah yang keluar biasanya segar (merah terang) dan berwarna tua (coklat kehitaman). Perdarahan yang terjadi biasanya ringan, tetapi menetap selama beberapa hari atau secara tiba-tiba keluar dalam jumlah besar.Perdarahan pervaginam pada hamil muda kemungkinan disebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik dan mola hidatidosa (Varney, 2007).

 

2.2.1.1.    Abortus

Perdarahan pada trimester pertama kehamilan dapat terjadi pada seperlima dari seluruh kehamilan dan hampir separuh dari jumlah tersebut mengalami keguguran. Kejadian aborsi spontan diperkirakan mencapai sekitar 15-22% dari seluruh kehamilan (Hollyngwort, 2012). Abortus adalah peristiwa berakhirnya kehamilan pada usia kehamilan <20 minggu atau berat janin <1000 gram. Menurut Kusmiyati (2009) ada bebrapa jenis abortus:

a.         Abortus Imminens

Abortus imminens adalah abortus yang mengancam, perdarahannya bias berlanjut beberapa hari atau dapat berulang. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.

 

b.      Abortus Insipiens

Abortus insipiens didiagnosa apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat diraba. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan

mempertahankan kehamilan pada keadaan ini ,merupakan kontraindikasi.

 

c.       Abortus inkomplitus

Didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta). Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak dan membahayakan ibu. Serviks terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing, oleh karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri namun tidak sehebat insipiens. Pada beberapa kasus perdarahan tidak banyak dan bila dibiarkan serviks akan menutup kembali.

 

 

d.      Abortus Komplitus

Hasil konsepsi lahir dengan lengkap. Pada keadaan ini kuretase tidak diperukan. Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambatlambatnya dalam 10 hari perdarahan akan berhenti sama sekali, karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks dengan segera menutup kembali.

 

e.      Abortus Tertunda (missed abortion)

Apabila buah kehamilan yang tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau lebih. Sekitar kematian janin kaddang-kadang ada perdarahan pervaginam sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus imminens. Selanjutnya, rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorpsi air ketuban dan laserasi jalan.

 

2.2.1.2.   Mola Hidatidosa

Menurut Varney (2007) mola hidatidosa merupakan kehamilan yan secara genetik tidak normal, yang muncul dalam bentuk kelainan perkembangan plasenta. Kehamilan mola hidatidosa biasanya dianggap sebagai satu tumor jinak, tetapi menjadi ganas. Tanda dan gejala kehamilan mola adalah:

·         Mual dan muntah yang menetap, sering kali menjadi parah

·         Perdarahan uterus yang terlihat pada minggu ke-12; bercak darah atau perdarahan

·         hebat mungkin terjadi, tetapi biasanya hanya berupa rabas bercampur darah,

·         cenderung berwarna merah dari pada coklat yang terjadi secara terus menerus.

·         Ukuran uterus besar

·         Sesak nafas

·         Ovarium biasanya nyeri tekan dan membesar

·         Tidak ada denyut jantung janin

·         Tidak ada aktivitas janin

·         Pada palpasi tidak ditemukan bagian-bagian janin

·         Hipertensi akibat kehamilan, preeklamsia atau eklamssi sebelum usia kehamilan

·         24 minggu.

 

2.2.1.3.   Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah kehamilan ketika implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi berlangsung di luar endometrium kavum uteri. Biasanya kehamilan ektopik terjadi pada tuba, dan sangat jarang terjadi di ovarium atau rongga abdomen (perut). Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasi janin tidak memberi janin kesempatan untuk berrkembang hingga mencapai aterm (Mangkuji, 2013).

Faktor-faktor predisposisi kehamilan ektopik meliputi infeksi pelvis, alat kontrasepsi dalam rahim (IUD), riwayat kehamilan ektopik dan riwayat pembedahan tuba. Gejala awal kehamilan ektopik adalah perdarahan pervaginam dan bercak darah, dan kadang-kadang nyeri panggul. Perubahan bentuk uterus tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa sebab peningkatan ukuran uterus dan konsistensinya sama dengan ukuran dan konsistensi uterus padda trimester pertama kehamilan akibat pengaruh hormon plasenta (Varney, 2007). Karena tuba bukan merupakan tempat yang tepat ntuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti didalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada ussia kehamilan 6-10 minggu. Diagnosa kehamilan ektopik dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Kemungkinan KET dapat ditegakkan berdasarkan keluhan nyeri perut bawah yang hebat dan tiba-tiba, ataupun nyeri perut bawah yang muncul

bertahap, disertain dengan keluhan perdarahan pervaginam setelah keterlambatan haid, pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda akut abdomen, kavum douglas menonjol, nyeri goyang porsio, atau massa di samping uterus (Mangkuji, 2013).

 

 

 

2.2.2.Hiperemesis Gravidarum

Mual dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling menyebabkan stres yang dikaitkan dengan kehamilan. Mual dan muntah ini biasanya diseebabkan oleh perubahan dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar hCG (human chorionic gonadotrophin) (Woolfson, 2009). Mual dan muntah biasanya dirasakan di pagi hari “morning sickness”, rasa mual ini tak membahayakan kesehatan bayi selama ibu hamil bisa mengkonsumsi makanan secara seimbang dan banyak minum. Sebagian besar wanita yang mengalami mual di pagi hari cukup cepat mengetahui apa yang bisa dan tidak bisa di cerna (Page, 2009).

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama kehamilan. Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sickness normal

yang umunya dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester pertama kehamilan. Sehubungan dengan adanya ketonemia, penurunan berat badan, dan dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat terjadi disetiap trimester dengan tingkat keparahan yang bervariasi (Varney, 2007). Hiperemesis gravidarum sering disertai dengan dehidrasi, gangguan elektrolit, dan ketosis. Sebaiknya penyebab dari mual muntah segera dievaluasi. Menurut Fadlun (2011) penyakit hiperemesis gravidarum dibagi dalam beberapa tingkat yaitu sebagai berikut:

a.    Tingkat 1

a)    Gejala: lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, nyeri epigastrium,

b)   nadi meningkat, turgor kulit berkurang, tekanan darah sistolik menurun, lidah

c)    kering dan mata cekung.

d)   Universitas Sumatera Utara

b.    Tingkat 2

a)    Gejala: apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata sedikit ikterik,

b)   kadang suhu sedikit meningkat, oliguria, serta aseton tercium dalam hawa

c)    pernafasan.

c.    Tingkat 3

a)    Keadaan umum lebih lemah lagi, muntah-muntah berhenti, kesadaran menurun

b)   dari samnolen sampai koma, nadi lebih cepat, tekanan darah lebih turun,

c)    komplikasi fatal ensefalopati wernicke: nistagmus, diplopia, perubahan mental,

d)   dan ikterik.

 

2.2.3.Hipertensi

Hipertensi didiagnosa secara empiris bila pengukuran tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg atau tekanandarah diastolik melebihi 90 mmHg. Ibu hamil yang mengalami peningkatan tekanan sistolik sebanyak 30 mmHg atau diastolik sebanyak 15 mmHg harus dipantau lebih sering. Tidak diragukan lagi bahwa kejang eklamtik dapat terjadi padda beberapa perempuan yang memiliki tekanan darah dibawah 140/90 mmHg (Cunningham,2013). Menurut Billington (2010) gangguan hipertensi pada kehamilan dapat dibagi ke dalam dua kelompok walaupun tidak terdapat kesepakatan universal mengenai defenisi yang tepat:

a.    Gangguan hipertensi yang khas pada kehamilan, yang mempengaruhi sekitar 12% kehamilan meliputi: pre eklamsi dan elamsi, hipertensi akibat kehamilan/hipertensi gestasional yang didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah (TD) pada paruh kedua atau trimester ketiga kehamilantanpa gambaran lain pre eklamsi.

b.    Hipertensi yang sudah terjadi sebelum kehamilan. Hipertensi kronis diperkirakan terjadi antara 3 dan 5% wanita usia subur, dan dapat disebabkan oleh proses penyakit yang mendasari, seperti penyakit ginjal, feokromositoma, atau yang lebih umum terjadi hipertensi esensial. Pra eklamsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan terjadi setelah minggu ke-20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria dan edema. Proteinuria adalah konsentrasi protein sebesar 0,3 g/l atau lebih pada sedikitnya 2 spesimen urine yang diambil secara acak dan pada selang waktu 6 jam atau lebih. Wanita yang menderita pra eklamsia jarang mengalami proteinuria sebelum ada kenaikan dalam tekanan darahnya. Edema sendiri bukanlah tanda pra eklamsi yang dapat dipercaya kecuali jika edema terjadi pada tangan atau wajah, edema ini dapat termanifestasi sendiri dalam bentuk kenaikan berat badan mendadak sebanyak 1 kg atau lebih dalam seminggu (Wijayarini, 2012). Eklamsia merupakan kejang yang tidak disebabkan oleh hal lain pada seorang wanita dengan preeklamsia. Untuk mendeteksi prenatal dini secara tradisional waktu pemeriksaan perinatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28 minggu. Peningkatan kunjungan prenatal selama trimester terakhir memungkinkan untuk mendeteksi dini preeklamsi (Fadlun, 2011).

 

2.3.    Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan Lanjut

2.3.1. Perdarahan Per Vaginam

Perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan, dikatakan tidak normal jika darah berwarna merah, banyak, dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan seperti ini bisa menandakan adanya plasenta previa atau abrupsio placenta (Asrinah dkk, 2010). Menurut Kusmiyati (2008) ada beberapa jenis perdarahan antepartum pada kehamilan lanjut yaitu:

 

2.3.1.1.    Plasenta Previa

Adanya plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian/seluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding depan dan belakang rahim atau di daerah fundus uteri. Gejala-gejalanya adalah:

a)    Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, bisa terjadi secara tiba-tiba dan kapan saja.

b)   Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada bagian bawah rahim sehingga bagian terndah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.

c)    Pada plasenta previa,ukuran panjang rahim berkurang maka plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak.

 

2.3.1.2.   Solusio Plasenta

Adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara normal plasenta terlepas setelah anak lahir. Tanda dan gejalanya adalah:

a)    Darah dari tempat plasenta keluar dari serviks dan terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan tampak.

b)   Kadang-kadang darah tidak keluar, terkumpul dibelakang plasenta (perdarahan tersembunyi/perdarahan ke dalam)

c)    Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas (rahim keras seperti papan) karena sseluruh perdarahan tertahan di dalam. Umumnya berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok.

d)   Perdarahan disertai nyeri

e)    Nyeri abdomen pada saat di pegang

f)     Palpasi sulit dilakukan

g)    Fundus uteri makin lama makin naik

h)   Bunyi jantung biasanya tidak ada

 

2.3.2.Sakit Kepala yang Berat

Sakit kepala seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan istirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsia, untuk itu lakukan pemeriksaan edema pada muka/tangan, periksa tekanan darah, protein urine dan refleks.

 

 

 

 

2.3.3.Penglihatan Kabur

Gangguan penglihatan secara tiba-tiba pada ibu hamil disebabkan oleh pengaruh hormonal, keadaan ini mengancam jika perubahan visual terjadi secara mendadak misalnya pandangan kabur dan berbayang. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan mungkin menandakan prereklamsi.

 

2.3.4.Bengkak di Wajah

Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau preeklamsi.

 

2.3.5. Keluar Cairan Pervaginam

Keluarnya cairan berupa air dari vagina pada trimester 3, air tersebut bisa jadi bersal dari ketuban yang pecah. Pecaahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun pada kehamilan aterm, ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung, normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala II.

 

2.3.6. Gerakan Janin tidak Terasa

Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke 5 atau ke 6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Ketika bayi tidur maka gerakannya akan melemah, gerakan bayi akan mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Biasanya tanda dan gejala nya adalah gerakan bayi kurang dari 3 kali dalam periode 3 jam.

 

2.3.7. Nyeri Abdomen yang Hebat

Nyeri abdomen yang berhubungan dengan persalinan normal adalah normal, nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang menganccam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bias berarti apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantung empedu, uterus yang iritable, abrupsio plasenta, ISK atau infeksi lain.

 

2.3.8. Anemia

Anemia merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai pada kehamilan, diagnosa anemia dalam kehamilan ditegakkan bila kadar hemoglobin (Hb) <11 g/dL (7,45 mmol/L) dan hematokrit < 0,33. Anemia jelas menjadi momok karena memiliki dampak yang signifikan bagi mortalitas dan morbiditas maternal dan perinatal di seluruh dunia, terlebih di negara berkembang (Hollingworth, 2012). Anemia adalah suatu keadaan ketika kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eitrosit turun di bawah nilai normal. Pada penderita anemia, kondisi ini sering disebut kurang darah karena kadar sel darah merah (hemoglobin ata Hb) di bawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kekurangan gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B 12 (Mangkuji, 2013).

 

2.3.8.1. Macam-macam Anemia pada Kehamilan

Menurut Cunningham (2013) ada beberapa macam anemia yang terjadi pada masa kehamilan antara lain:

a.   Anemia defisisensi besi

Anemia pada kehamilan adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin ibu <11 g% pada trimester pertama dan ketiga atau <10,5g% pada trimester kedua.Keluhan lemah, pucat, dan mudah pingsan padahal tekanan darah pada batas normal perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Oleh sebab itu, pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal (Mangkuji, 2013). Penanganan anemia defisiensi besi adalah melalui pemberian preparat besi oral atau parenteral. Terapi oral yang diberikan antara lain preparat besi ferosulfat, fero glukonat. Di Indonesia, pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah melakukan berbagai upaya penanggulangan anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil.

1.     Pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin selama jangka waktu untuk meningkatka kadar hemogobin secara tepat. Tablet besi untuk ibu hamil sudah tersedia dan telah didistribusikan.

2.    Buku pedoman pemberian zat besi dan poster-poster tahun 1995

3.    Buku Pedoman Operasional penanggulangan Anemia Gizi pada tahun 1996

4.    Sekarang kemasan Fe yang tadinya menimbulkan bau kurang sedap sekarang telah diperbarui dalam bentuk tablet salut yang dikemas sebanyak 30 tablet pembungkus aluminium dengan komposisi yang sama (Mangkuji, 2013).

 

b.  Anemia akibat kehilangan darah akut

Pada kehamilan dini, anemia kehilangan darah akut merupakan hal yang umum pada kasus-kasus abortus, kehamilan ektopik dan mola hidatidisa.

 

c.   Anemia defisiensi asam folat

Asam folat diperlukan dalam dosis yang lebih besar dalam kehamilan karena terjadi peningkatan replikasi sel pada janin, uterus, dan sumsum tulang. Asupan harian yang dianjurkan adalah sebesar 800 µg. Defisiensi folat kerap dialami pada kehamilan dan dapat mengakibatkan defek tabung syaraf, aborsi, retardasi pertumbuhan, solusio plasenta dan pre-eklamsi (Hollyngworth, 2012).

 

d.  Anemia yang berkaitan dengan penyakit kronik

Rasa lesu, penurunan berat badan, dan pucat telah lama diketahui sebagai karakteristik penyakit kronik. Beragam penyakit misalnya gagal ginjal kronik, kanker dan kemoterapi, infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan peradangan kronik menyebabkan anemia derajat sedang dan kadang berat.Selama kehamilan, sejumlah penyakit kronik dapat menyebabkan anemia, termasuk insufisiensi ginjal, supurasi, penyakit radang usus, neoplasma ganas, dan artritis rematoid. Anmeia kronik biasanya meningkat seiring dengan ekspansi volume plasma yang melebihi ekspansi massa sel darah merah.

 

2.3.8.2. Pencegahan Anemia

Menurut Jimenez (2000) ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia antara lain:

a)    Makanlah makanan yang kaya akan zat besi dari sumber hewani, seperti hati, lidah, jantung, dan organ lain atau daging tanpa lemak, tiram, kerang dan telur.

b)   Untuk produk hewani yang rendah kolesterol dan lemaknya, pilihlah ikan atau ayam.

c)    Untuk sumber makanan vegetarian, pilih kacang-kacangan, polong-polongan, biji-bijian, kismis, sayuran berdaun hijau dan molase.

d)   Diet anda harus cukup mengandung kalsium dan vitamin C, yang dapat meningkatkan kemampuan tubuh menyerap zat besi.

e)    Seimbangkan diet anda karena selain zat besi, sejumlah nutrisi lain juga berperan dalam pembentukan hemoglobin. Setiap hari, makanlah beberapa porsi buah dan sayuran segar, biji-bijian, dan produk olahan susu.

f)     Makanlah tambahan vitamin dan mineral yang mengandung zat besi setiap hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar