Rabu, 31 Maret 2021

Asuhan Kebidan Persalinan dan Bayi Baru Lahir

 

 HAND OUT

Mata Kuliah                       :   Asuhan Kebidan Persalinan dan Bayi Baru Lahir

Topik                               :   Konsep Dasar Asuhan Persalinan Kala I

Waktu                              :  

Dosen                              :  

Objektif Perilaku Siswa

 

 

Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :

1.         Menjelaskan tentang dukungan persalinan

2.        Menjelaskan tentang pengurangan rasa sakit

3.        Menjelaskan tentang persiapan persalinan

4.        Menjelaskan tentang pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis ibu dan keluarga

5.        Menjelaskan tentang tanda bahaya kala I

6.        Menjelaskan tentang pendokumentasian kala I

Referensi

 

 

1.      Bobak Irene, Lowdermik Deitra Leonard, Jensen Margaret Duncan, Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta, 2005

2.      Chapman, Vicky, Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran, EGC. Jakarta; 2006

3.      Cuningham, Gant, Leveno dkk, Obstetri Williams edisi 21, EGC, Jakarta; 2004.

4.      DEPKES RI : Buku Acuan Persalinan Normal, Jakarta;2004.

5.      Pusdiknakes : WHO ; JHPIEGO, Buku Asuhan Persalinan, Jakarta;2003.

6.      JNPK-KR. 2012. Asuhan Persalinan Normal. JNPK-KR Depkes RI, Jakarta.

7.      Sulistyawati, Ari. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Salemba Medika, Jakarta.

8.      Sumarah, Widyastuti, Wiyati. 2008. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin). Fitramaya, Yogyakarta.

 

PENDAHULUAN

 

 

Dukungan pada persalinan dapat mengurangi rasa nyeri persalinan dan memberi kenyamanan. Sebaiknya dukungan persalinan itu secara sederhana, efektif, murah. Karena dengan melakukan ini dapat menurunkan resiko, kemajuan persalinan bertambah baik, serta hasil persalinan bertambah baik. Rasa nyeri ini salah satunya disebabkan karena ketegangan dan kecemasan dalam menghadapi persalinan.

Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang normal, tanpa disadari dan mau tak mau harus berlangsung. Untuk membantu ibu agar tetap tenang dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh memaksakan pemilihan posisi yang diinginkan oleh ibu dalam persalinannya. Sebaiknya, peranan bidan adalah untuk mendukung ibu dalam pemilihan posisi apapun yang dipilihnya, menyarankan alternatif – alternatif hanya apabila tindakan ibu tidak efektif atau membahayakan bagi dirinya sendiri atau bagi bayinya

 

DEFINISI KALA I

 

 

 


Pengertian:

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida 8 jam. (Manuaba, 2010; h. 173).

Proses yang dimulai dengan kontraksi yang menyebabkan dilatasi progresif dari servik, dan berakhir saat pembukaan lengkap (10 cm)"

Kala I adalah persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif.

a.    Fase laten persalinan Fase laten adalah fase yang lambat yang ditandai dengan : dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, pembukaan kurang dari 4 cm dan biasanya memerlukan waktu selama 8 jam pada saat primipara.

b.    Fase aktif persalinan Fase aktif adalah fase dimana ditandai dengan : frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih, serviks membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap 10 cm, dan terjadi penurunan bagian terbawah janin.

 

DUKUNGAN PERSALINAN

 

 

 


Definisi

Dukungan persalinan adalah asuhan yang sifatnya mendukung yaitu asuhan yang bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan selama persalinan merupakan suatu standar pelayanan kebidanan, dimana ibu dibebaskan untuk memilih pendamping persalinan sesuai keinginannya, misalnya suami, keluarga atau teman yang mengerti tentang dirinya.

 

 Macam-macam Dukungan Persalinan

1.     Dukungan fisik

Dukungan fisik adalah dukungan langsung berupa pertolongan lansung yang diberikan oleh keluarga atau suami kepada ibu bersalin.

Perawatan Fisik

a.         Kebersihan dan kenyamanan

·      Mandi air dingin

·      Baju yang bersih dan adem

·      Kipas angin

·      Menggosok gigi/mouthwash

b.        Posisi

·      Bidan membantu untuk menemukan posisi yang nyaman bagi ibu

·      Merubah setting tempat (berdiri atau jalan-jalan)

 

c.         Kontak fisik

·      Memegang tangan

·      Menggosok punggung

·      Menyeka wajah

 

d.        Pijatan

·      Melakukan pijatan melingkar dibagian lumbosacral menggunakan bedak talk atau body lotion

·      Perawatan kandung kemih dan perut

 

 

2.  Dukungan emosional

Dukungan emosional adalah dukungan berupa kehangatan, kepedulian maupun ungkapan empati yang akan menimbulkan keyakinan bahwa ibu merasa dicintai dan diperhatikan oleh suami, yang pada akhirnya dapat berpengaruh kepada keberhasilan.

Dukungan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama persalinan dan kelahiran. Anjurkan suami untuk berperan aktif dalam mendukung dan mengenali langkah –langkah yang mungkin akan sangat membantu kenyamanan ibu. Hargai keinginan ibu untuk didampingi oleh teman atau saudara yang khusus. Setiap ayah perlu berperan aktif dalam sebuah peristiwa penting seperti kelahiran anak. Suami yang baik adalah yang memenuhi kebutuhan istrinya, membantu perawatannya dan terlibat secara dekat dengan segala sesuatu yang terjadi padanya.

 

Dalam kala satu, petugas bekerjasama dengan anggota keluarga untuk :

1.     Mengucapkan kata – kata yang membesarkan hati dan pujian   kepada ibu

2.    Membantu ibu bernapas pada saat kontraksi

3.    Memijat punggung, kaki atau kepala ibu dan tindakan – tindakan bermanfaat lainnya

4.    Menyeka muka ibu dengan lembut, menggunakan kain yang dibasahi air hangat atau dingin

5.    Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman

6.     Menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan selama persalinan (orang terdekat : suami,orang tua)

7.    Pengaturan posisi Duduk atau setengah duduk, posisi merengkak, berjongkok atau berdiri, berbaring miring ke kiri.

8.    Relaksasi dan pernafasan (memejamkan mata dengan menarik nafas panjang melalui hidung, membayangkan seolah-olah oksigen mengalir keseluruh tubuh, lalu buang nafas melalui mulut)

9.    Istirahat dan privasi

10.  Memberi rangsangan alternatif yang kuat untuk mengurangi nyeri dan menghambat rasa sakit

11.   Kompres hangat, kompres dingin dan sentuhan atau pijatan (pada daerah punggung atau tumit)

 

Dalam masyarakat modern ada kecenderungan melibatkan ayah, dalam proses melahirkan.

1.     Dalam tahap pertama persalinan, suami tetap bersama istri sehingga lingkungan yang tidak dikenal dari rumah sakit terasa berkurang, dapat membantu melakukan masase untuk mengurangi rasa nyeri. Didampingi oleh orang yang dikenal, dicintai dan dapat berbagi perasaan. Calon ibu sebaiknya tidak ditinggalkan sendiri dalam persalinan.

2.    Dalam tahap kedua persalinan, ayah duduk disamping kepala atau di belakang ibu pada pegangan tempat tidur, dan berdiri di sebelahnya untuk memberi dorongan dan terlibat bersama. Mereka menyaksikan kelahiran bayi dan secara emosional terikat semakin kuat.

 

Dukungan yang yang membawa dampak positif adalah dukungan yang bersifat fisik dan emosional, antara lain :

1.     Menggosok punggung wanita

2.    Memegang tangannya

3.    Mempertahankan kontak mata

4.    Ditemani oleh orang – orang yang ramah

5.    Yakinkan bahwa wanita berada dalam proses persalinan tidak akan ditinggal sendirian

 

Dukungan Emosional dan Psikologis (Menurut Verney)

Berdasarkan hasil penelitian, pemberian dukungan fisik, emosional dan psikologis selama persalinan akan dapat membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan dalam melalui proses persalinan normal.

Misalnya pada metode mengurangi rasa nyeri yang dilakukan secara terus menerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat sederhana, biaya rendah, resiko renedah, membantu kemajuan persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang ibu.

Pendekatan untuk  mengurangi rasa sakit dapat dilakukan dengan cara:

a.    Menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan selama persalinan (suami, orang tua)

b.    Pengaturan posisi :duduk atau setengah duduk, posisi merangkak, berjongkok atau berdiri, berbaring miring ke kiri

c.    Relaksasi dan pernafasan

d.    Istirahat dan privasi

e.    Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan

f.     Asuhan diri

 

Asuhan Psikologis (dukungan Persalinan)

a)    Dukungan Psikologis

b)   Persiapan untuk persalinan

c)    Memberikan informasi

d)   Mengurangi kecemasan

e)    Keiukutsertaan dalam perencanaan

f)     Berkenalan dengan para staf

g)    Percakapan

h)   Dorongan semangat

i)     Kehadiran seorang pendamping yang terus menerus

j)     Dukungan fisik

k)    Lingkungan (suasana yang rileks dan bernuansa ramah)

l)     Mobilitas

m)  Tehnik relaksasi

n)   Menggosok

PERSIAPAN PERSALINAN

 

 

 


1.     DEFINISI PERSIAPAN PERSALINAN

a)   Persiapan persalinan adalah rencana tindakan yang dibuat  oleh ibu, anggota keluarga dan bidan.

b)   Rencana ini tidak harus dalam bentuk tertulis dan biasanya memang tidak tertulis. Rencana ini lebih hanya sekedar diskusi untuk memastikan bahwa ibu menerima asuhan yang ia perlukan.

c)    Dengan adanya rencana persalinan akan mengurangi kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan kemungkinan ibu akan menerima asuhan yang sesuai dan tepat waktu.

 

2.    5  ( LIMA ) KOMPONEN PENTING RENCANA PERSALINAN

1)           Membuat rencana persalinan

Antara lain meliputi :

1.      Tempat persalinan

a)    Pemilihan tempat persalinan ditentukan oleh nilai risiko kehamilan dan jenis persalinan yang direncanakan. Persalinan resiko rendah dapat dilakukan di Puskesmas, Polindes atau Rumah Bersalin. Sedangkan persalinan resiko tinggi harus dilakukan di Rumah Sakit yang memilki fasilitas kamar operasi, tranfusi darah dan perawatan bayi risiko tinggi.

b)   Persalinan  dianjurkan dilaksanakan di Rumah Sakit / Rumah sakit Ibu dan Anak, lengkap dengan tenaga terlatih dan peralatan yang memadai. Akibat sarana transportasi serta tenaga kesehatan yang masih terbatas, dibeberapa daerah kebanyakan persalinan masih ditolong oleh dukun bersalin dan berlangsung di rumah. Kondisi tersebut merupakan kendala tersendiri yang masih sulit diatasi sampai saat ini.

c)    Di luar negeri (mis di Amerika dan Belanda) persalinan dapat dilakukan di rumah karena memilki kelebihan dibandingkan persalinan di Rumah Sakit. Suasana rumah membuat ibu lebih nyaman sehingga proses persalinan lebih lancar dan peran serta suami tampak nyata dirasakan. Walaupun demikian, persalinan dirumah memerlukan dukungan infrastruktur yang baik serta kesiapan tenaga penolong untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi pada saat persalinan maupun pasca persalinan.

 

 

 

2.      Memilih tenaga kesehatan terlatih

a)    Tenaga kesehatan yang diperbolehkan menolong persalinan adalah dokter umum, bidan serta dokter kebidanan dan kandungan. Dinegara kita masih banyak persalinan yang ditolong oleh dukun bersalin, baik yang terlatih maupun yang tidak terlatih. Hal ini masih menjadi kendala dan merupakan salah satu sebab tingginya angka kematian bayi .

b)   Pemilihan tenaga penolong persalinan ditentukan oleh pasien, nilai risiko kehamilan, dan jenis persalinan yang akan direncanakan bagi masing-masing pasien.

c)    Pemilihan pasien berdasarkan risiko dimaksudkan agar penanganan kasus lebih terarah dan ditangani oleh tenaga yang kompeten. Pada saat persalinan, penanganan kasus dilakukan lebih cermat lagi dengan memperhatikan karakteristik kasus. Sebaiknya semua kasus dianggap memilki risiko tinggi karena tidak ada satu cara pun yang dapat meramalkan bahwa persalinan tsb pasti berjalan normal sehingga setiap penolong persalinan akan selalu berhati-hati dan mempersiapkan segala uatunya untuk mengatasi penyulit yang mungkin terjadi.

 

3.      Siapa yang akan menemani pada saat persalinan

        Berapa banyak biaya yang dibutuhkan dan bagaimana cara mengumpulkan biaya tersebut. Ketersediaan dana  termasuk dalam persiapan kelahiran dan persiapan menghadapi keadaan darurat saat persalinan (birth preparedness dan emergency readiness). Di Bangladesh di setiap bank di desa-desa ada paket khusus yang menyediakan pinjaman lunak untuk ibu yang menghadapi persalinan. Sayangnya di Indonesia ide seperti ini belum diperkenalkan, padahal dapat membantu ibu-ibu hamil dari golongan bawah untuk menghadapi persalinan dengan tenang karena uang tak lagi menjadi kendala.

 

1)    Membuat rencana untuk pengambilan keputusan jika terjadi kegawatdaruratan pada saat pengambil keputusan utama tidak ada

1.      Siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga ?

2.      Siapa yang akan membuat keputusan jika pembuat keputusan utama tidak ada saat terjadi kegawatdaruratan ?

 

2)  Mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi kegawatdaruratan

1.      Banyak ibu yang meninggal karena mengalami komplikasi yang serius selama kehamilan, persalinan atau pasca persalinan dan tidak mempunyai jangkauan transportasi yang dapat membawa mereka ke tingkat asuhan kesehatan yang dapat memberikan asuhan yang kompeten untuk menangani masalah mereka.

2.      Setiap keluarga seharusnya mempunyai suatu rencana transportasi untuk ibu jika ia mengalami komplikasi dan perlu segera dirujuk  ke tingkat asuhan yang lebih tinggi.

 

Rencana ini perlu dipersiapkan lebih dini dalam kehamilan, dan harus terdiri dari elemen-elemen dibawah ini :

a)    Dimana ibu akan bersalin (desa, fasilitas kesehatan, RS)

b)   Bagaimana cara menjangkau tingkat asuhan yang lebih lanjut jika terjadi kegawatdaruratan)

c)    Ke fasilitas kesehatan  mana ibu akan dirujuk

d)   Bagaimana cara mendapatkan dana jika terjadi kegawatdaruratan

e)    Bagaimana cara mencari donor darah

 

4.Membuat rencana / pola menabung

a)    Keluarga dianjurkan untuk menabung sejumlah uang untuk persediaan dana guna asuhan selama kehamilan dan jika terjadi kegawatdaruratan.

b)   Ibu / keluarga hendaknya memiliki tabungan pribadi dan dapat mengaksesnya bila diperlukan. Juga kemungkinan mengakses sarana dan dana cadangan bersama milik masyarakat yang dapat dipakai untuk keperluan gawat darurat. Misal, akses untuk pengobatan murah atau subsidi kesehatan dari pemerintah.

 

 

5) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk persalinan

1.      Ibu dan keluarga dapat  mengumpulkan barang-barang seperti pembalut wanita, sabun, baju ibu, baju bayi dan lain-lain dan menyimpannya untuk persiapan persalinan

2.      Beberapa Rumah Sakit biasanya sudah membuatkan daftar peralatan yang harus dibawa saat datang, misalnya gurita, peralatan mandi (sabun, sikat gigi, pasta gigi, shampoo, deodorant, bedak, sisir, pelembab bibir, handuk kecil, handuk besar),

perlengkapan pribadi (pembalut wanita, alas BH, BH untuk menyusui, celana dalam, beberapa blus, sandal, kaos longgar / daster dan kaos kaki), krim puting susu, spon kecil, washlap, kain, baju bayi dan popok

Ø  Hendaknya di persiapkan jauh hari sebelumnya, dimasukkan dalam satu tas sehingga begitu tanda-tanda persalinan muncul, ibu tidak panik dan bisa langsung mencari pertolongan ( ke RS, Rumah Bersalin dsb )

Ø  Mempersiapkan perlengkapan buah hati bisa menjadi kesibukan yang menyenangkan.

 

Persiapan Persalinan

1.   Persiapan Ruangan persalinan

§  Ruangan yang cukup hangat, dengan sirkulasi udara yang baik

§  Sumber air bersih yang mengalir

§  Kamar mandi (toilet) yang bersih

§  Ruangan yang cukup untuk proses persalinan, perawatan bayi dan ibu

§  Ruangan yang bersih

§  Cahaya dan penerangan yang cukup

 

2.  Persiapan Alat

§  Ruangan

§  Persiapan alat dan obat-obatan (terlampir)

§  Untuk kebersihan diri

-          Baju bersih

-          Sabun

-          Handuk kering dan bersih

3.  Persiapan Rujukan

PEMENUHAN KEBUTUHAN FISIK DAN PSIKOLOGIS IBU DAN KELUARGA

 

 

 

 


Kebutuhan psikologis pada ibu bersalin merupakan salah satu kebutuhan dasar pada ibu bersalin yang perlu diperhatikan bidan. Keadaan psikologis ibu bersalin sangat berpengaruh pada proses dan hasil akhir persalinan. Kebutuhan ini berupa dukungan emosional dari bidan sebagai pemberi asuhan, maupun dari pendamping persalinan baik suami/anggota keluarga ibu. Dukungan psikologis yang baik dapat mengurangi tingkat kecemasan pada ibu bersalin yang cenderung meningkat.

Dukungan psikologis yang dapat diberikan bidan untuk dapat mengurangi tingkat kecemasan ibu adalah dengan membuatnya merasa nyaman. Hal ini dapat dilakukan dengan: membantu ibu untuk berpartisipasi dalam proses persalinannya dengan tetap melakukan komunikasi yang baik, memenuhi harapan ibu akan hasil akhir persalinan, membantu ibu untuk menghemat tenaga dan mengendalikan rasa nyeri, serta mempersiapkan tempat persalinan yang mendukung dengan memperhatikan privasi ibu.

Secara terperinci, dukungan psikologis pada ibu bersalin dapat diberikan dengan cara: memberikan sugesti positif, mengalihkan perhatian terhadap rasa sakit dan ketidaknyamanan selama persalinan, dan membangun kepercayaan dengan komunikasi yang efektif.

 

 

 

 

ü  Pemenuhan Kebutuhan Fisik

Kebersihan dan kenyamanan

Wanita yang sedang bersalin akan merasa sangat panas dan berkeringat banyak, karena itu akan sangat mendambakan kesempatan untuk mandi atau bersiram jika ia bisa. Jika si ibu bisa berdiri ia akan senang bila bisa digosok tubuhnya dengan spons, khususnya bagian muka dan lehernya dengan air dingin. Sebuah gaun yang bersih dan adem akan sangat disukai dan sebuah kipas angin akan sangat menyejukkan. Mulutnya bisa disegarkan dengan jalan menggosok gigi. Ia mungkin pula ingin mengulum – ngulum es.

 

Posisi

Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang normal, tanpa disadari dan mau tak mau harus berlangsung. Untuk membantu ibu agar tetap tenang dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh memaksakan pemilihan posisi yang diinginkan oleh ibu dalam persalinannya. Sebaiknya, peranan bidan adalah untuk mendukung ibu dalam pemilihan posisi apapun yang dipilihnya, menyarankan alternatif – alternatif hanya apabila tindakan ibu tidak efektif atau membahayakan bagi dirinya sendiri atau bagi bayinya. Bila ada anggota keluarga yang hadir untuk melayani sebagai pendukung ibu, maka bidan bisa menawarkan dukungan pada orang yang mendukung ibu tersebut.

 

Posisi untuk persalinan

POSISI

ALASAN / RASIONALISASI

Duduk / setengah duduk

Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan mengamati/mensupport perineum

Posisi merangkak

Baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit, membantu bayi melakukan rotasi, peregangan minimal pada perineum

Berjongkok / berdiri

Membantu penurunan kepala bayi, memperbesar ukuran panggul, memperbesar dorongan untuk meneran

Berbaring miring ke kiri

Memberi rasa santai bagi ibu yang letih, memberi oksigenisasi yang baik bagi bayi, membantu mencegah terjadinya laserasi

 

1.     Posisi Miring atau Lateral

Posisi miring membuat ibu lebih nyaman dan efektif untuk meneran dan membantu perbaikan oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior dan memudahkan ibu beristirahat diantara kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga mengurangi resiko terjadinya laserasi perineum. (JPNK-KR, 2007 : 82)

Posisi berbaring miring kekiri dapat mengurangi penekanan pada vena cava inferior sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia karena suplay oksigen tidak terganggu dapat memberi suasana rileks bagi ibu yang mengalami kecapekan dan dapat pencegahan terjadinya laserasi/robekan jalan lahir. (Sumarah, dkk,  2009 : 102)   

Posisi ini mengharuskan si ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah satu kaki diangkat, sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Posisi yang akrab disebut posisi lateral ini, umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat. Normalnya, posisi ubun-ubun bayi berada di depan jalan lahir. Posisi kepala bayi dikatakan tidak normal jika posisi ubun-ubunnya berada di belakang atau di samping. Dalam  kondisi tersebut biasanya dokter akan mengarahkan ibu untuk mengambil posisi miring. Arah posisi ibu tergantung pada letak ubun-ubun bayi. Jika berada dikiri ibu dianjurkan mengambil posisi miring ke kiri sehingga bayi, bisa berputar, jika berada dikanan ibu dianjurkan mengambil posisi miring ke kanan sehingga bayi diharapkan bisa berputar. (Rohani, dkk, 2011 : 123)

Keuntungan :

1.     Oksigenisasi janin maksimal karena dengan miring kekiri sirkulasi darah ibu ke janin lebih lancar.

2.    Memberi rasa santai bagi ibu yang letih.

3.    Mencegah terjadinya laserasi. (Sulistyawati, dkk, 2010 :105)

Keuntungan :

1.     Perdarahan balik ibu berjalan lancar, sehingga pengiriman oksigen dalam darah dari ibu ke janin melalui plasenta tidak terganggu.

2.    Kontraksi uterus lebih efektif.

3.    Memudahkan bidan dalam memberikan pertolongan persalinan. Karena tidak terlalu menekan proses pembukaan akan berlangsung sehingga persalinan berlangsung lebih nyaman. (Rohani, dkk, 2011 : 50)

 

2.    Posisi Jongkok

 Posisi jongkok membantu mempercepat kemajuan kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri. (JPNK-KR, 2007 : 82).

Posisi jongkok memudahkan penurunan kepala janin ,memperluas rongga panggul sebesar 28 % lebih besar pada pintu bawah panggul, memperkuat dorongan meneran. Posisi jongkok dapat memudahkan dalam pengosongan kandung kemih. Jika kandung kemih penuh akan dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin. (Sumarah, dkk, 2009 : 102)

Posisi ini sudah dikenal sebagai posisi yang alami. Biasanya ibu berjongkok di atas bantalan empuk yang berguna menahan kepala dan tubuh bayi (Rohani, dkk, 2011 : 50).

Gambar 2.2

Posisi Jongkok dan berdiri

 

Keuntungan :

1.      Memperluas rongga panggul, diameter tranversa bertambah 1 cm dan diameter anteroposterior bertambah 2 cm.

2.      Persalinan lebih mudah.

3.      Posisi ini menggunakan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi.

4.      Mengurangi trauma pada perineum. (Rohani , dkk , 2011 : 50)

 

3.  Posisi Merangkak

Posisi merangkak membuat ibu lebih nyaman dan efektif untuk meneran dan membantu perbaikan oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior dan memudahkan ibu beristirahat diantara kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga mengurangi resiko terjadinya laserasi perineum. (JPNK-KR, 2007 : 82)

Posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit pada punggung mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta peregangan pada perineum berkurang. (Sumarah, dkk, 2009 : 102)

 Pada posisi ini ibu merebahkan badan dengan posisi merangkak, kedua tangan menyanggah tubuh dan kedua kaki ditekuk sambil dibuka. (Rohani, dkk, 2011 : 51).

Keuntungan :

1)      Membantu kesehatan janin dalam penurunan lebih dalam ke panggul.

2)      Baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit.

3)      Membantu janin dalam melakukan rotasi.

4)      Peregangan minimal pada perineum. (Sulistyawati, dkk, 2010 : 105)

5)      Posisi merangkak seringkali merupakan posisi yang paling baik bagi ibu yang mengalami nyeri punggung saat persalinan.

6)      Mengurangi rasa sakit.

7)      Mengurangi keluhan hemoroid. (Rohani, dkk, 2011 : 51)

 

4.  Posisi Semi Duduk

Posisi ini posisi yang paling umum diterapkan diberbagai RS/RSB di segenap penjuru tanah air. Pada posisi ini, pasien duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping. Posisi ini cukup membuat ibu merasa nyaman. (Rohani, dkk, 2011 : 52)

Dengan posisi ini penolong persalinan lebih leluasa dalam membantu kelahiran kepala janin serta lebih leluasa untuk dapat memperhatikan perineum. (Sumarah, dkk, 2009 : 102)

Gambar 2.4

Posisi Semi Duduk

 

Keuntungan :

1)      Memudahkan melahirkan kepala bayi.

2)      Membuat ibu nyaman.

3)      Jika merasa lelah ibu bisa beristirahat dengan mudah. (Rohani, dkk, 2011 : 144)

4)      Membantu dalam penurunan janin dengan kerja gravitasi menurunkan janin ke dasar panggul.

5)      Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan mengamati/mensupport perineum. (Sulistyawati, Ari, dkk, 2010 : 105)

 

5.    Posisi duduk

Pada posisi ini, duduklah diatas tempat tidur dengan disangga beberapa bantal atau bersandar pada tubuh pasangan. Kedua kaki ditekuk dan dibuka tangan memegang lutut dan tangan pasangan membantu memegang perut ibu. (Rohani, dkk, 2011 : 52)

Menurut  Sumarah (2009 : 102) dengan posisi duduk penolong persalinan lebih leluasa dalam membantu kelahiran kepala janin serta lebih leluasa untuk dapat memperhatikan perineum.   

Keuntungan :

1)      Posisi ini memanfaatkan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi.

2)      Memberi kesempatan untuk istirahat di antara dua kontraksi.

3)      Memudahkan melahirkan kepala bayi. (Rohani, dkk, 2011 : 53)

Posisi Duduk

 

6.    Posisi berdiri

Menurut Rohani (2011:53) menyatakan bahwa pada posisi ini ibu disangga oleh suami dibelakangnya. Sedangkan menurut Sumarah (2009:102) menyatakan bahwa pada posisi berdiri memudahkan penurunan kepala janin, memperluas rongga panggul sebesar 28 % lebih besar pada pintu bawah panggul, memperkuat dorongan meneran.

Keuntungan :

1)   Memanfaatkan gaya grafitasi.

2)   Memudahkan melahirkan kepala.

3)   Memperbesar dorongan untuk meneran.(Rohani , dkk , 2011 : 145)

 

Posisi dan Ambulasi

Posisi persalinan yang akan dibahas adalah posisi persalinan pada kala I dan posisi meneran pada kala II. Ambulasi yang dimaksud adalah mobilisasi ibu yang dilakukan pada kala I.

Persalinan merupakan suatu peristiwa fisiologis tanpa disadari dan terus berlangsung/progresif. Bidan dapat membantu ibu agar tetap tenang dan rileks, maka bidan sebaiknya tidak mengatur posisi persalinan dan posisi meneran ibu. Bidan harus memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi persalinan dan posisi meneran, serta menjelaskan alternatif-alternatif posisi persalinan dan posisi meneran bila posisi yang dipilih ibu tidak efektif.

Bidan harus memahami posisi-posisi melahirkan, bertujuan untuk menjaga agar proses kelahiran bayi dapat berjalan senormal mungkin. Dengan memahami posisi persalinan yang tepat, maka diharapkan dapat menghindari intervensi yang tidak perlu, sehingga meningkatkan persalinan normal. Semakin normal proses kelahiran, semakin aman kelahiran bayi itu sendiri.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan posisi melahirkan :

1.     Klien/ibu bebas memilih, hal ini dapat meningkatkan kepuasan, menimbulkan perasaan sejahtera secara emosional, dan ibu dapat mengendalikan persalinannya secara alamiah.

2.    Peran bidan adalah membantu/memfasilitasi ibu agar merasa nyaman.

3.    Secara umum, pilihan posisi melahirkan secara alami/naluri bukanlah posisi berbaring.

4.    Sejarah: posisi berbaring diciptakan agar penolong lebih nyaman dalam bekerja. Sedangkan posisi tegak, merupakan cara yang umum digunakan dari sejarah penciptaan manusia sampai abad ke-18.

Pada awal persalinan, sambil menunggu pembukaan lengkap, ibu masih diperbolehkan untuk melakukan mobilisasi/aktivitas. Hal ini tentunya disesuaikan dengan kesanggupan ibu. Mobilisasi yang tepat dapat membantu dalam meningkatkan kemajuan persalinan, dapat juga mengurangi rasa jenuh dan kecemasan yang dihadapi ibu menjelang kelahiran janin.

Pada kala I, posisi persalinan dimaksudkan untuk membantu mengurangi rasa sakit akibat his dan membantu dalam meningkatkan kemajuan persalinan (penipisan cerviks, pembukaan cerviks dan penurunan bagian terendah). Ibu dapat mencoba berbagai posisi yang nyaman dan aman. Peran suami/anggota keluarga sangat bermakna, karena perubahan posisi yang aman dan nyaman selama persalinan dan kelahiran tidak bisa dilkukan sendiri olah bidan. Pada kala I ini, ibu diperbolehkan untuk berjalan, berdiri, posisi berdansa, duduk, berbaring miring ataupun merangkak. Hindari posisi jongkok, ataupun dorsal recumbent maupun lithotomi, hal ini akan merangsang kekuatan meneran. Posisi terlentang selama persalinan (kala I dan II) juga sebaiknya dihindari, sebab saat ibu berbaring telentang maka berat uterus, janin, cairan ketuban, dan placenta akan menekan vena cava inferior. Penekanan ini akan menyebabkan turunnya suply oksigen utero-placenta.

 

 

Kontak fisik

Si ibu mungkin tidak ingin bercakap – cakap tetapi ia mungkin akan merasa nyaman dengan kontak fisik. Partnernya hendaknya didorong untuk mau berpegangan tangan dengannya, menggosok punggungnya, menyeka wajahnya dengan spons atau mungkin hanya mendekapnya. Sebagian pasangan suami istri mungkin ingin mempraktekkan dimana partnernya mengelus – elus perut dan paha wanita atau tehnik – tehnik lain yang serupa. Mereka yang menginginkan kelahiran yang aktif bisa mencoba stimulasi puting dan klitoris untuk mendorong pelepasan oksitosin dari kelenjar pituitary dan dengan demikian merangsang kontraksi uterus secara alamiah. Hal ini juga akan merangsang produksi endogenous opiates, yang memberikan sedikit analgesia alamiah.

Pijatan

Wanita yang menderita sakit punggung atau nyeri selama persalinan mungkin akan merasakan pijatan sangat meringankan. Sebagian wanita mungkin akan merasakan pijatan pada abdominal menyenangkan; elusan ringan diatas seluruh perut emang bisa terasa enak, dengan menggunakan kedua tangan dan melakukan ujung jari menyentuh daerah symphysis pubis, melintas diatas fundus uterus dan kemudian turun ke kedua sisi perut.

 

ü  Pemenuhan Kebutuhan Psikologis

Persiapan untuk persalinan

Pada suatu tahap dalam masa persalinannya semua wanita akan menyadari keharusan untuk melahirkan anaknya.

 

Memberikan informasi

Idealnya setiap wanita yang hamil haruslah memperoleh kesempatan untuk membentuk hubungan dengan seorang bidan tertentu agar supaya advis bisa diberikan secara konsisten dan wanita tersebut akan merasa rileks dan bisa bebas meminta informasi. Dengan cara demikian setiap wanita akan bisa mendapatkan informasi sebanyak yang diinginkannya.

 

Mengurangi kecemasan

Meskipun setiap wanita mungkin akan merasa sedikit takut tentang beberapa aspek dari kehamilan dan persalinan, banyak diantaranya merasa bahwa hal tersebut tidaklah berdasar.

 

Keikutsertaan dalam perencanaan

Pasangan – pasangan yang bisa berpartisipasi dalam perencanaan asuhan mereka dengan cara ini akan merasa bahwa hal tersebut akan dianggap penting bagi para pemberi asuhan dan akan merasa lebih tenang dalam menghadapi seluruh pengalaman memasuki rumah sakit. Bidan harus ingat bahwa bagi pasangan – pasangan muda, sebuah rumah sakit itu bagaikan benda asing, lingkungan yang belum dikenal yang dihubungkan dengan sakit dan mati dan bahwa mungkin saja mereka belum pernah datang ke tempat seperti itu.

 

Berkenalan dengan para staf

Berkenalan dengan staf ruang bangsal persalinan serta melihat – lihat lingkungannya akan sangat berguna bagi sebagian besar wanita. Jika penggunaan perlengkapan dijelaskan tentu akan terasa tidak seperti rumah sakit dan akan kurang menakutkan. Pendekatan tim asuhan akan dirancang untuk bisa menaarkan kesinambungan asuhan dari si pemberi asuhan kepada setiap wanita agar supaya dia mendapatkan rasa aman bahwa ia akan bertemu dengan orang – orang yang sudah dikenalnya selama kontak dengan penyedia jasa persalinannya.

 

TANDA BAHAYA KALA I

 

 

 


Tanda bahaya kala I :

a.    Perdarahan pervaginam selain lendir bercampur darah (show). Tindakan : baringkan ibu miring, pasang infuse RL atau garam fisiologis (NS) ukuran vena catether 16/18, rujuk segera dan dampingi.

b.    Ketuban pecah disertai dengan keluar mekonium kental. Tindakan: baringkan ibu miring, pantau ketat DJJ, segera rujuk dan dampingi (membawa partus set dan penghisap lender De Lee).

c.    Tanda-tanda atau gejala infeksi –> temperature >380 C, menggigil, nyeri abdomen, cairan ketuban berbau. Tindakan : baringkan ibu miring, pasang infuse RL atau garam fisiologis (NS) ukuran vena catether 16/18 dengan dosis 125 cc/jam, segera rujuk dan dampingi.

d.    Tekanan darah lebih dari 160/110 mmHg dan atau terdapat protein urine (pre eklamsia). Tindakan : baringkan ibu miring, pasang infuse RL atau garam fisiologis (NS) ukuran vena catether 16/18, berikan dosis awal 4 gram MgSO4 20% parenteral (IV) selama 20 menit, berikan 10 gram MgSO4 50% parenteral (IM), segera rujuk dan dampingi.

e.    DJJ kurang dari 110 atau lebih dari 160 kali per menit pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit –> dikatakan gawat janin. Tindakan : baringkan ibu miring, pasang infuse RL atau garam fisiologis (NS) ukuran vena catether 16/18 dengan dosis 125 cc/jam, segera rujuk dan dampingi.

f.     Tanda dan gejala syok –> nadi cepat dan lemah (lebih dari 110 kali per menit), TD menurun (sistolik kurang dari 90 mmHg), pucat, berkeringat atau kulit lembab dan dingin, nafas cepat (lebih dari 30 kali per menit), cemas dan bingung atau tidak sadar, dan produksi urine sedikit (kurang dari 30 mL/jam). Tindakan : baringkan ibu miring (jika mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk meningkatkan aliran darah ke jantung), pasang infuse RL atau garam fisiologis (NS) ukuran vena catether 16/18 dengan dosis awal 1 liter dalam waktu 15 – 20 menit dan dilanjutkan dengan 2 liter dalam 1 jam pertama kemudian turunkan dengan dosis 125 mL/jam, segera rujuk dan dampingi.

g.    Tanda dan gejala fase latent memanjang –> pembukaan cerviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam, kontraksi teratur (lebih dari 2 kali dalam 10 menit). Tindakan : segera rujuk dan dampingi.

h.    Tanda dan gejala partus lama –> pembukaan fase aktif melebihi garis waspada (pada partograf), pembukaan cerviks kurang dari 1 cm tiap jam, frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik. Tindakan : rujuk segera dan dampingi.

 

Deteksi penyulit persalinan

Rujuk Ibu apa bila didapatkan salah satu atau lebih penyulit seperti berikut:

1.         Riwayat bedah sesar.

2.        Perdarahan pervaginam selain dari lendir bercampur darah (‘show’).

3.        Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu).

4.        Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang kental.

5.        Ketuban pecah dan air ketuban bercampur dengan sedikit meconium disertai dengan tanda-tanda gawat janin

6.        Ketuban pecah (>24 jam) atau ketuban pecah pada kehamilan kurang dari 37 minggu.

7.        Tanda-tanda atau gejala-gejala infeksi:

·         Temperature > 380C

·         Menggigil

·         Nyeri abdomen

·         Cairan ketuban berbau

8.        Tekanan darah lebih dari 160/110 dan terdapat protein dalam urin (preeklamsi berat).

9.        Tinggi fundus 40 cm atau lebih. (makrosomia, Polihidramnion, gemeli)

10.      DJJ kurang  dari 100 atau lebih dari 180 kali/menit pada dua kali   penilaian dengan jarak 5 menit pada (gawat janin).

11.       Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5.

12.      Presentasi bukan belakang kepala.

13.      Presentasi majemuk.

14.      Tali pusat menumbung.

15.      Tanda dan gejala syok

16.      Tanda dan gejala persalinan dengan fase laten berkepanjangan :

·      Pembukaan servik kurang dari 4 cm setelah 8 jam

·      Kontraksi teratur (lebih dari 2 kali dalam 10 menit)

17.      Tanda atau gejala belum inpartu

·      Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya ≤ 20 detik

·      Tidak ada perubahan pada serviks dalam waktu 1-2 jam

18.      Tanda atau gejala Partus lama :

·      Pembukaan servik mengarah kesebelah kanan garis waspada

(partograf)

·      Pembukaan servik kurang dari 1 cm per jam

·      Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit, dan lamanya ≤ 40 detik.

 

Tabel  Parameter monitoring persalinan (partograf)

Parameter

Temuan abnormal

Tekanan darah

> 140/90 dengan sedikitnya satu tanda/ gejala pre-eklampsia

Temperatur

> 38oC

Nadi

> 100 x/menit

DJJ

< 100 atau > 180 x/menit

Kontraksi

< 3 dalam 10 menit, berlangsung < 40 detik, ketukan di palpasi lemah

Serviks

Partograf melewati garis waspada pada fase aktif

Cairan amnion

Mekonium, darah, bau

Urin

Volume sedikit dan pekat

 

 

Karakteristik dari Persalinan Sesungguhnva dan Persalinan Semu

PERSALINAN SESUNGGUHNYA

PERSALINAN SEMU

Servik menipis dan membuka

Tidak ada perubahan pada servik

Rasa nyeri dengan interval teratur

Rasa nyeri tidak teratur

Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek

Tidak ada perubahan interval antara rasa nyeri yang satu dengan yang lain

Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah

Tidak ada perubahan pada waktu dan

kekuatan kontraksi

 

Rasa nyeri terasa di bagian belakang dan menyebar kedepan

Kebanyakan rasa nyeri dibagian depan

Berjalan menambah intensitas

Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan

Ada hubungan antara tongkat kekuatan kontraksi dengan intensitas rasa nyeri

Tidak ada hubungan antara tingkat

kekuatan kontruksi uterus dengan intesitas rasa nyeri.

Lendir darah sering tampak

Tidak ada lendir darah

Ada pernurunan bagian kepala bayi

Tidak ada kemajuan penurunan bagian Terendah janin

Kepala janin sudah terfiksasi di PAP

diantara kontraksi

Kepala belum masuk PAP walaupun ada kontraksi

Pemberian obat penenang tidak Menghentikan proses persalinan Sesungguhnya.

Pemberian obat penenang yang efisien menghentikan rasa nyeri pada persalinan semu

 

Kebutuhan Cairan dan Nutrisi

Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dengan baik oleh ibu selama proses persalinan. Pastikan bahwa pada setiap tahapan persalinan (kala I, II, III, maupun IV), ibu mendapatkan asupan makan dan minum yang cukup. Asupan makanan yang cukup       (makanan utama maupun makanan ringan), merupakan sumber dari glukosa darah. Glukosa darah merupakan sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar gula darah yang rendah akan mengakibatkan hipoglikemia. Sedangkan asupan cairan yang kurang, akan mengakibatkan dehidrasi pada ibi bersalin.

Pada ibu bersalin, hipoglikemia dapat mengakibatkan komplikasi persalinan baik ibu maupun janin. Pada ibu, akan mempengaruhi kontraksi/his, sehingga akan menghambat kemajuan persalinan dan meningkatkan insiden persalinan dengan tindakan, serta dapat meningkatkan risiko perdarahan postpartum. Pada janin, akan mempengaruhi kesejahteraan janin, sehingga dapat mengakibatkan komplikasi persalinan seperti asfiksia.

Dehidrasi pada ibu bersalin dapat mengakibatkan melambatnya kontraksi/his, dan mengakibatkan kontraksi menjadi tidak teratur. Ibu yang mengalami dehidrasi dapat diamati dari bibir yang kering, peningkatan suhu tubuh, dan eliminasi yang sedikit.

Dalam memberikan asuhan, bidan dapat dibantu oleh anggota keluarga yang mendampingi ibu. Selama kala I, anjurkan ibu untuk cukup makan dan minum, untuk mendukung kemajuan persalinan. Pada kala II, ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi, karena terjadi peningkatan suhu tubuh dan terjadinya kelelahan karena proses mengejan. Untuk itu disela-sela kontraksi, pastikan ibu mencukupi kebutuhan cairannya (minum). Pada kala III dan IV, setelah ibu berjuang melahirkan bayi, maka bidan juga harus memastikan bahwa ibu mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairannya, untuk mencegah hilangnya energi setelah mengeluarkan banyak tenaga selama kelahiran bayi (pada kala II).

 

Kebutuhan Eliminasi

Pemenuhan kebutuhan eliminai selama persalinan perlu difasilitasi oleh bidan, untuk membantu kemajuan persalinan dan meningkatkan kenyamanan pasien. Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan sesering mungkin atau minimal setiap 2 jam sekali selama persalinan. Kandung kemih yang penuh, dapat mengakibatkan:

1.     Menghambat proses penurunan bagian terendah janin ke dalam rongga panggul, terutama apabila berada di atas spina isciadika

2.    Menurunkan efisiensi kontraksi uterus/his

3.    Mengingkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali ibu karena bersama dengan munculnya kontraksi uterus

4.    Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II

5.    Memperlambat kelahiran plasenta

6.    Mencetuskan perdarahan pasca persalinan, karena kandung kemih yang penuh menghambat kontraksi uterus.

Apabila masih memungkinkan, anjurkan ibu untuk berkemih di kamar mandi, namun apabila sudah tidak memungkinkan, bidan dapat membantu ibu untuk berkemih dengan wadah penampung urin. Bidan tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin sebelum ataupun setelah kelahiran bayi dan placenta. Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan apabila terjadi retensi urin, dan ibu tidak mampu untuk berkemih secara mandiri. Kateterisasi akan meningkatkan resiko infeksi dan trauma atau perlukaan pada saluran kemih ibu.

Sebelum memasuki proses persalinan, sebaiknya pastikan bahwa ibu sudah BAB. Rektum yang penuh dapat mengganggu dalam proses kelahiran janin. Namun apabila pada kala I fase aktif ibu mengatakan ingin BAB, bidan harus memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala kala II. Apabila diperlukan sesuai indikasi, dapat dilakukan lavement pada saat ibu masih berada pada kala I fase latent.

 

Kebutuhan Hygiene (Kebersihan Personal)

Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu diperhatikan bidan dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin, karena personal hygiene yang baik dapat membuat ibu merasa aman dan relax, mengurangi kelelahan, mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah, mempertahankan integritas pada jaringan dan memelihara kesejahteraan fisik dan psikis.

Tindakan personal hygiene pada ibu bersalin yang dapat dilakukan bidan diantaranya: membersihkan daerah genetalia (vulva-vagina, anus), dan memfasilitasi ibu untuk menjaga kebersihan badan dengan mandi.

Mandi pada saat persalinan tidak dilarang. Pada sebagian budaya, mandi sebelum proses kelahiran bayi merupakan suatu hal yang harus dilakukan untuk mensucikan badan, karena proses kelahiran bayi merupakan suatu proses yang suci dan mengandung makna spiritual yang dalam. Secara ilmiah, selain dapat membersihkan seluruh bagian tubuh, mandi juga dapat meningkatkan sirkulasi darah, sehingga meningkatkan kenyamanan pada ibu, dan dapat mengurangi rasa sakit. Selama proses persalinan apabila memungkinkan ibu dapat diijinkan mandi di kamar mandi dengan pengawasan dari bidan.

Pada kala I fase aktif, dimana terjadi peningkatan bloodyshow dan ibu sudah tidak mampu untuk mobilisasi, maka bidan harus membantu ibu untuk menjaga kebersihan genetalianya untuk menghindari terjadinya infeksi intrapartum dan untuk meningkatkan kenyamanan ibu bersalin. Membersihkan daerah genetalia dapat dilakukan dengan melakukan vulva hygiene menggunakan kapas bersih yang telah dibasahi dengan air Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), hindari penggunaan air yang bercampur antiseptik maupun lissol. Bersihkan dari atas (vestibulum), ke bawah (arah anus). Tindakan ini dilakukan apabila diperlukan, misal setelah ibu BAK, setelah ibu BAB, maupun setelah ketuban pecah spontan.

 

Kebutuhan Istirahat

Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat pada ibu bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat selama proses persalinan (kala I, II, III maupun IV) yang dimaksud adalah bidan memberikan kesempatan pada ibu untuk mencoba relax tanpa adanya tekanan emosional dan fisik. Hal ini dilakukan selama tidak ada his (disela-sela his). Ibu bisa berhenti sejenak untuk melepas rasa sakit akibat his, makan atau minum, atau melakukan hal menyenangkan yang lain untuk melepas lelah, atau apabila memungkinkan ibu dapat tidur. Namun pada kala II, sebaiknya ibu diusahakan untuk tidak mengantuk.

Setelah proses persalinan selesai (pada kala IV), sambil melakukan observasi, bidan dapat mengizinkan ibu untuk tidur apabila sangat kelelahan. Namun sebagai bidan, memotivasi ibu untuk memberikan ASI dini harus tetap dilakukan. Istirahat yang cukup setelah proses persalinan dapat membantu ibu untuk memulihkan fungsi alat-alat reproduksi dan meminimalisasi trauma pada saat persalinan.

 

Pengurangan Rasa Nyeri

Nyeri  persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi: peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot. Rasa nyeri ini apabila tidak diatasi dengan tepat, dapat meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stres, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya persalinan lama.

Rasa nyeri selama persalinan akan berbeda antara satu dengan lainnya. Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi rasa nyeri, diantaranya: jumlah kelahiran sebelumnya (pengalaman persalinan), budaya melahirkan, emosi, dukungan keluarga, persiapan persalinan, posisi saat melahirkan, presentasi janin, tingkat beta-endorphin, kontraksi rahim yang intens selama persalinan dan ambang nyeri alami. Beberapa ibu melaporkan sensasi nyeri sebagai sesuatu yang menyakitkan. Meskipun tingkat nyeri bervariasi bagi setiap ibu bersalin, diperlukan teknik yang dapat membuat ibu merasa nyaman saat melahirkan.

Tubuh memiliki metode mengontrol rasa nyeri persalinan dalam bentuk beta-endorphin. Sebagai opiat alami, beta-endorphin memiliki sifat mirip petidin, morfin dan heroin serta telah terbukti bekerja pada reseptor yang sama di otak. Seperti oksitosin, beta-endorphin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis dan kadarnya tinggi saat berhubungan seks, kehamilan dan kelahiran serta menyusui. Hormon ini dapat menimbulkan perasaan senang dan euphoria pada saat melahirkan. Berbagai cara menghilangkan nyeri diantaranya: teknik self-help, hidroterapi, pemberian entonox (gas dan udara) melalui masker, stimulasi menggunakan TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation), pemberian analgesik sistemik atau regional.

Menurut Peny Simpkin, beberapa cara untuk mengurangi nyeri persalinan adalah: mengurangi rasa sakit dari sumbernya, memberikan rangsangan alternatif yang kuat, serta mengurangi reaksi mental/emosional yang negatif dan reaksi fisik ibu terhadap rasa sakit. Adapun pendekatan-pendekatan yang dilakukan bidan untuk mengurangi rasa sakit pada persalinan menurut Hellen Varney adalah: pendamping persalinan, pengaturan posisi, relaksasi dan latihan pernafasan, istirahat dan privasi, penjelasan tentang kemajuan persalinan, asuhan diri, dan sentuhan.

Bidan dapat membantu ibu bersalin dalam mengurangi nyeri persalinan dengan teknik self-help. Teknik ini merupakan teknik pengurangan nyeri persalinan yang dapat dilakukan sendiri oleh ibu bersalin, melalui pernafasan dan relaksasi maupun stimulasi yang dilakukan oleh bidan. Teknik self-help dapat dimulai sebelum ibu memasuki tahapan persalinan, yaitu dimulai dengan mempelajari tentang proses persalinan, dilanjutkan dengan mempelajari cara bersantai dan tetap tenang, dan mempelajari cara menarik nafas dalam.

Stimulasi yang dapat dilakukan oleh bidan dalam mengurangi nyeri persalinan dapat berupa kontak fisik maupun pijatan. Pijatan dapat berupa pijatan/massage di daerah lombo-sacral, pijatan ganda pada pinggul, penekanan pada lutut, dan counterpressure. Cara lain yang dapat dilakukan bidan diantaranya adalah: memberikan kompres hangat dan dingin, mempersilahkan ibu untuk mandi atau berada di air (berendam).

Pada saat ibu memasuki tahapan persalinan, bidan dapat membimbing ibu untuk melakukan teknik self-help, terutama saat terjadi his/kontraksi. Untuk mendukung teknik ini, dapat juga dilakukan perubahan posisi: berjalan, berlutut, goyang ke depan/belakang dengan bersandar pada suami atau balon besar. Dalam memberikan asuhan kebidanan, bidan dapat dibantu dan didukung oleh suami, anggota keluarga ataupun sahabat ibu. Usaha yang dilakukan bidan agar ibu tetap tenang dan santai selama proses persalinan berlangsung adalah dengan membiarkan ibu untuk mendengarkan musik, membimbing ibu untuk mengeluarkan suara saat merasakan kontraksi, serta visualisasi dan pemusatan perhatian.

Kontak fisik yang dilakukan pemberi asuhan/ bidan dan pendamping persalinan memberi pengaruh besar bagi ibu. Kontak fisik berupa sentuhan, belaian maupun pijatan dapat memberikan rasa nyaman, yang pada akhirnya dapat mengurangi rasa nyeri saat persalinan. Bidan mengajak pendamping persalinan untuk terus memegang tangan ibu, terutama saat kontraksi, menggosok punggung dan pinggang, menyeka wajahnya, mengelus rambutnya atau mungkin dengan mendekapnya.

 

 

 

 

 

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Kala I

 

2.1 Konsep Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah bantuan yang di berikan oleh bidan kepada individu pasien atau klien yang pelaksanaanya dilakukan dengan cara :

  • Bertahap dan sistematis
  • Melalui suatu proses yang di sebut manajemen kebidanan

2.2 Manajemen kebidanan

2.2.1 Pengertian

  • Proses pemecahan masalah
  • Digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah
  • Penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis
  • Untuk pengambilan suatu keputusan
  • Yang berfokus pada klien

2.2.2 Langkah-langkah

Dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu bersalin (intranatal)merupakan bentuk catatan dari asuhan kebidanan yang dilaksanakan pada ibu dalam masa intranatal dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah sebelumnya.

1.     Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk memulai keadaan klien secara keseluruhan

2.    Menginterprestasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah

  • Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penangananya

1.     Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.

2.    Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.

3.    Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.

  • Mengevaluasi ke efektifan asuhan yang di lakukan, mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.

(Yanti damai,dian sundawati. 2011)

 

Langkah I : Pengkajiana data

Pada langlkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang terdiri dari data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa. Data subjektif pasien ibu bersalin atau data yang di peroleh dari anamnesis, antara lain :

1.     Biodata, data demografi

2.    Riwayat kesehatan, termasuk faktor heriditer dan kecelakaan.

3.    Riwayat menstruasi.

4.    Riwayat obstetri dan ginekolog, termasuk nifas dan laktasi

5.    Biopsikospiritual

6.    Pengetahuan klien

Data objektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus antara lain :

  1. Pemeriksaan fisik, sesuai kebutuhan dan tanda-tanda vital.

Pemeriksaan khusus

Inspeksi

Palpasi

Auskultasi

Perkusi

 

 

  1. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Diagnosis lain: USG, Radiologi.

Catatan terbaru dan sebelumnya.

Data yang terkumpul ini sebagai data dasar untuk interprestasi kondisi klien untuk menentukan langkah berikutnya.

 

Langkah II : interprestasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau diagnosis berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakan bidan dalam lingkup praktek kebidanan melalui “ standar nomenklatur” (tata nama) Diagnosis kebidanan dan dirumuskan secara spesifik. Masalah psikologi berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita tersebut. Contoh:

1.     Diagnosis : G1 P0AO, hamil 40 minggu. Janin tunggal, hidup.

2.    masalah : wanita tersebut tidak menginginkan kehamilan ini dan takut menghadapi proses persalinan.

3.    Kebutuhan : konseling, atau rujukan konseling.

Perasaan takut dan tidak menginginkan kehamilan ttidak termasuk dalam “nomenklatur” standart diagnosis kebidanan, tetapi perlu pengkajian lebih lanjut dan memerlukan penanganan khusus dan perencanaan yang terarah sehingga wanita ini dapat ditolong dan mendapatkan pelayanan yang memang ia butuhkan. Sehingga masalh tidak berlarut-larut.

Langkah III : mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial.

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan waspada dan bersiap-siap menghadapinya bila diagnosis atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.

Contoh : seorang wanita masuk kamar bersalin dengan pemuaian uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan ini, misalnya mungkin hidramnion, makrosomi, kehamilan ganda, ibu diabetes, dan lain-lain.

Langkah IV : mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.

Pada kasus ibu bersalin dengan pemuaian uterus berlebihan, bidan harus mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan penanganan segera untuk mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadi perdarahan post partum karena atonia uterikarena oemuaian uterus yang berlebihan, dan mencegahnya dengan infus pitosin atau uterotonika atau adanya bayi premature atau BBLR.

Pada bayi besar makrosomia perlu mengantisipasi adanya perslinan macet, bayi aspiksia dan perlunya persiapan resusitasi dan kemungkinan adanya perlukaan jalan lahir dan perdarahan karena atonia uteri. Pada langkah ketiga ini, bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidah hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasif agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi. Andaikan tidak terhindarkan, sudah terantisipasi tindakan penangana yang tepat sehingga pasien dapat ditolong secara tepat dan cepat. Sehingga langkah ini benar-benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis

Langkah V : merencanakan asuhan yang menyeluruh

Langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh hasil kajian pada langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah di identifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/ data yang kurang lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan menyeluruh tidak hanya meliputi yang sudah teridentifikasi atau setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dapat dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang akan terjadi berikutnya, apakah dia membutuhkan penyuluhan, konseling atau rujukan bila ada masalah yang berkaitan dengan aspek sosio-kultural,ekonomi atau psikologi. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak sehingga asuhan yang diberikan dapat efektif, karena sebagian dari asuhan akan dilaksanakan pasien.

LangkahVI : Melaksanakan Perencanaan dan Penatalaksanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksankan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keevektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar –benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnose. Rencana tersebut dapat dianggab efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedangkan sebagian belum efektif(Mufdillah, dkk 2012: 118-119).

 

·         Rencana asuhan pada persalinan kala 1 :

1.     Mengevaluasi kesejahteraan ibu termasuk diantaranya :

2.    Mengukur tekanan darah, suhu pernafasan setiap 2-4 jam apabila masih utuh setiap 1-2 jam apabila ketuban pecah.

3.    Mengevaluasi kandung kemih minimal setiap 2jam.

4.    Apabila diperlukan melakukan pemeriksaan urine terhadap protein, keton.

5.    Mengevaluasi hidrasi turgor kulit.

6.    Mengevaluasi kondisi umum : kelelahan dan kebiasaan tenaga, perilaku dan respon terhadap persalinan, rasa sakit dan kemampuan koping.

7.    Mengevaluasi kesejahteraan janin, termasuk diantaranya.

8.    Letak janin, presentasi, gerak dan posisi.

9.    Adaptasi janin terhadap panggul, apakah ada DKP ?

10.  Mengukur DJJ dan bagaimana polanya, dapat dievaluasi setiap 30 menit pada fase aktif, perlu dilakukan pengukuran DJJ pada saat : ketuban pecah, sesudah dilakukan anema (klisma), apabila tiba-tiba ada perubahan kontraksi selama proses persalinan, sesudah pemberian obat dan apabila ada indikasi terjadi komplikasi medik dan obstetrik.

11.   Mengevaluasi kemajuan persalinan, termasuk melakukan observasi penipisan, pembukaan, terunya bagian terendah, pola kontraksi( frekuensi, durasi dan intensitas), perubahan perilaku ibu, tana dan gejala dari masa tramsisi dan mulainya persalina kala II, serta posisi dari punctum maximum.

12.  Melaksanakan perawatan fisik ibu : menjaga kebersihan dan kenyamanan, perawatan mulut.

13.  Memberikan dukungan pada ibu dan keluarga.

14.  Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah

  • Berilah dukungan dan yakinlah dirinya
  • Berilah informasi mengenai proses dan kemajuan persalinan
  • Dengarlah keluhannya dan cobalah lebih sensitif terhadap perasaannya

1.     Jika ibu tampak kesakitan, dukungan/asuhan yang dapat diberikan

  • Lakukan perubahan posisi sesuai sengan keinginan ibu
  • Sarankan ibu untuk berjalan
  • Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau mengisik punggungnya atau membasu muka diantara kontraksi
  • Ajarkanlah sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi.

1.     Penolong tetap menjaga hak privasi dalam persalinan

2.    Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi sereta prosedur tang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan

3.    Melakukan skrening untuk mengantisipasi komplikasi pada ibu dan janin

4.    Menentukan apakah ibu memerlukan 13 manajemen dasar,yaitu:

  • Apakah ibu perlu diklisma
  • Apakah ibu perlu dicukur, kalau iya variasai cukurannya bagaimana?
  • Apakah ibu perlu dipasang jalur intravena?
  • Apakah ibu diberi posisi tertentu atau pembatasan gerak, apabila ya sampai dimana batasnya.
  • Apakah ibu perlu diberi makan, atau minum melalui oral, apabila ya, makanan atau minuman apa saja yang diperbolehkan.
  • Apakah ibu perlu diberi obat, apabila ya : obat apa, berapa banyak, dan kapan pemberiannya?
  • Frekuensi dari pemeriksaan tanda-tanda vital
  • Frekuensi dari pemeriksaan DJJ dan dengan alat apa pemeriksaan dilakukan
  • Frekuensi dari pemeriksaan dalam
  • Identifikasi siapa yang akan mendampingi ibu dan perannya apa bagi si ibu?
  • Apakah ketuban perlu dipecahkan, kapan?
  • Menentukan kapan perlu untuk konsultasi kepada dokter
  • Kapan persalinan perlu disiapkan?

 

 

Pendokumentasian Hasil Asuhan Kebidanan (SOAP)

Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjekti dan objekti yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial serta kongseling untuk tindak lanjut.

1.      Data Subjektif Merupakan data yang berisi informasi dari klien.Informasi tersebut dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa.

2.      Data Objektif Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan pada waktu pemeriksaan laboratorium, USG, dll.Apa yang dapat di obserfasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnose yang akan di tegakkan.

3.      Assessment Merupakan kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subjektif dan data objektif yang didapatkan.

4.      Planning/Perencanaan Merupakan perencanaan pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kesimpulan yang dibuat (AiNursiah, 2014: 234).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar