PERUBAHAN
- PERUBAHAN YANG TERJADI PADA BAYI BARU LAHIR
Secara etimologis,
Adaptasi bayi baru lahir adalah pemahaman dasar mengenai adaptasi dan fisiologi
bayi baru lahir sangat penting sebagai landasan perawatan bayi selanjutnya
pemahaman menyeluruh mengenai fungsi normal tubuh bayi sangat membantu bidan
dalam merawat bayi baru lahir sehingga tetap sehat.
A. Pengertian Adaptasi Bayi Baru
Lahir
Adalah periode
adaptasi terhadap kehidupan keluar rahi. Periode ini dapat berlangsung hingga
satu bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh
bayi.Transisi paling nyata dan cepat terjadi pada sistem pernapasan dan
sirkulasi, sistem kemampuan mengatur suhu, dan dalam kemampuan mengambil dan
menggunakan glukosa.
B. Faktor Yang Mempengaruhi Kehidupan
Di Luar Uterus
Faktor-faktor yang
mempengaruhi adaptasi bayi baru lahir
1)
Riwayat antepartum ibu dan bayi baru
lahir misalnya terpapar zat toksik, sikap ibu terhadap kehamilannya dan
pengalaman pengasuhan bayi.
2)
Riwayat intrapartum ibu dan bayi baru
lahir, misalnya lama persalinan, tipe analgesik atau anestesi intrapartum.
3)
Kapasitas fisiologis bayi baru lahir
untuk melakukan transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.
Kemampuan petugas kesehatan dalam mengkaji dan merespon masalah dengan tepat
pada saat terjadi.
Perubahan fisiologis
pada bayi baru lahir merupakan suatu proses adaptasi dengan lingkungan luar
atau di kenal dengan kehidupan ekstra uteri. Sebelum nya bayi cukup hanya
beradaptasi dengan kehidupan intra uteri. Perubahan fisiologis bayi baru lahir,
diantaranya sebagai berikut :
1. Sistem Pernafasan
Perubahan sisitem ini di awali dari perkembangan
organ paru itu sendiri dengan perkembangan struktur bronkus, bronkiolus, serta
alveolus yang terbentuk dalam proses kehamilan sehingga dapat menentukan proses
pematangan dalam sistem pernapasan. Proses perubahan bayi baru lahir adalah
dalam hal pernapasan yang dapat di pengaruhi oleh keadaan hipoksia pada akhir
persalinan dan rangsangan fisik ( lingkungan) yang merangsang pusat pernapasan
medula oblongata di otak.
Selain itu juga jadi tekanan rongga dada karena
kompresi paru selama persalinan, sehingga merangsang masuknya udara ke dalam
paru,kemudian timbulnya pernapasan dapat terjadi akibat interaksi sistem pernapasan
itu sendiri dengan sisitem kardiovaskuler dan susunan saraf pusat. Selain itu
adanya surfaktan dan upaya resfirasi dalam pernapasan dapat berfungsi untuk
mengeluarkan cairan dalam paru serta mengembangkan jaringan alveolus paru agar
dapat berfungsi. Surfaktan tersebut dapat mengurangi tekanan permukaan paru dan
membantu menstabilkan diding alveolus untuk mencegah kolaps ( Betz dan Sowden,
2002 ).
a.
Perkembangan paru-paru
Paru-paru
berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang kemudian
bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus, proses ini terus
berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan
sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan nafas
selama trimester dua dan trimester tiga. Paru-paru yang tidak matang akan
mengurangi kelangsungan hudip BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini di sebabkan
karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidak matangan sistem kaviler,
paru-paru yang tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
b.
Awal adanya nafas
Faktor-faktor
yang berperan pada rangsangan napas
pertama bayi adalah :
1.
Hipoksia pada akhir persalinan dan
rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di
otak.
2.
Tekanan terhadap rongga dada, yang
terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan, yang merangsang masuknya
udara, ke dalam paru-paru secara mekanis. Interaksi antara sistem pernafasan,
kardiovaskuler, dan susunan saraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan
berkesinambungan serta denyut yang di perlukan untuk kehidupan.
3.
Penimbunan karbondioksida ( CO2)
Setelah
bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan.
Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan
nafas janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat
gerakan pernapasan janin.
4.
Perubahan suhu
Keadaan dingin akan
merangsang pernafasan.
c.
Surfaktan dan upaya resfirasi untuk
bernafas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi
untuk :
1.
Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2.
Mengembangkan jaringan alveolus
paru-paru untuk pertama kali
Agar
alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan ( lemak
lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi
surfaktan di mulai pada 20 minggu kehamilan, yang jumlahnya meningkat sampai
paru-paru matang ( sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah
untuk mengurangi tekan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding
alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasaan.
Tidak
adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan
kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Bebagai
peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi uyang sebelumnya sudah terganggu.
d.
Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya.
Pada saat beyi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan
ini di peras keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang di lahirkan secara SC
kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah
dalam jangka waktu yang lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan nafas yang
pertama udara memenuhi ruangan trakhea dan brokus BBL. Sisa cairan di paru-paru
di keluarkan dari paru-paru dan di serap oleh pembuluh limpe dan darah.
e.
Fungsi sistem pernafasan dan kaitannya
dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi
yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru
akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh
darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga
menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia. Peningkatan
darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan
membantu menghilangkan cairan paru-paru dan akan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi
luar rahim.
2. Sistem Peredaran Darah
Pada sistem peredaran
darah, terjadi perubahan fisiologis pada bayi baru lahir, yaitu setelah bayi
itu lahir akan terjadi proses pengantaran oksigen ke seluruh jaringan tubuh,
maka terdapat perubahan,yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan
penutupan duktus ateriosus anatara arteri paru dan aorta. Perubahan ini terjadi
akibat adanya tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah,dimana oksigen dapat
menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tenaga dengan cara meningkatkan atau
mengurangi resistensi. Perubahan tekanan sistem pembuluh darah dapat terjadi
saat tali pusat di potong, resistensinya akan meningkat dan tekanan atrium
kanan akan menurun karena suplai darah ke atrium kanan berkurang yang dapat
menyebabkan volume dan tekanan atrium kanan juga menurun.
Proses tersebut
membantu darah mengalami proses oksigenasi ualng, pada saat terjadi pernafasan
pertama dapat menurunkan resistensi dan meningkatkan atrium kanan. Kemudian
oksigen pada pernapasan pertama dapat menimbulkan relaksi dan terbukanya sistem
pembuluh darah paru yang dapat menurunkan resistensi pembuluh darah paru.
Terjadinya peningkatan sirkulasi paru mengakibatkan peningkatan volume darah
dan tekanan pada atrium kanan, dengan meningkatkan tekanan pada atrium kanan
akan terjadi penurunan atrium kiri, foramen ovale akan menutup, atau dengan
pernafasan kadar oksigen dalam darah akan meningkat yang dapat menyebabkan
duktus arteriosus mengalami kontriksi dan menutup.
Perubahan lain adalah
menutupnya vena umbilikus, dutus venosus, dan arteri hipogastrika dari tali
pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah tali pusat di klem
dan penutupan jaringan fibrosa membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan ( Betz dan
Sowden, 2002 ). Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi :
a. Sirkulasi darah fetus
1.
Struktur tambahan pada sirkulasi fetus
a)
Vena umbilikalis : membawa darah yang
mengalami deoksigenasi darin plasenta ke permukaan dalam hepar.
b)
Ductus venosus : meninggalkan vena
umbilikalis sebelum mencapai hepar dan mengalihkan sebagian besar darah baru
yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
c)
Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah
lewat atrium dextra ke dalam vebtriculue
sinistra.
d)
Ductus arteriosus: merupakan bypass
yang terbentang dari ventriculuc dexter dan aorta desendens
e)
Arteri hypogastrika: dua pembuluh darah
yang mengembalikan darah dari vetus ke plasenta. Pada fenikulus umbilicalis,
arteri ini di kenal sebagai arteri umbilikalis. Di dalam tubuh fetus arteri
tersebut di kenal sebagai arteri hypogastika.
2. Sistem sirkulasi fetus
a)
Vena umbilikalis : membawa darah yang
kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatika
meninggalkan hepar dan mengembalikan
darah ke vena cava inferior.
b)
Ductus venosus : adalah cabang-cabang
dari vena umbilikalis dan mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami
oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
c)
Vena cava inferior : telah mengalirkan
darah yang telah beredar dan ekstremitas inferior dan badan fetus, menerima darah dari vena
hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke atrium dextrum.
d)
Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah
yang mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium
sistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan
kemudian melalui aorta asuk ke dalam cabang ascendensnya untuk memasok darah
bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar jantung dan
cerebelum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi.
e)
Vena cava superior : mengembalikan
darah dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium dextrum. Daerah ini
bersama sisa cairan yang di bawa vena cava inferior melalui valvula tricuspidalis
masuk ke dalam ventriculus.
f)
Arteria pulmonaris: mengalirkan darah
campuran ke paru-paru yang non fungsional, yang hanya memerlukan nutrien
sedikit .
g)
Ductus arteriosus: mengalirkan sebagian
besar darah dari vena ventrikulus dexter ke dalam aorta desenden untuk memasok
darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas interior.
h)
Arteria hipogastrika: merupkan lanjutan
dari arteria iliaca interna, membawa darah kembali ke plasenta dengan
mengandung lebih banyak oksigen dan nutrien yang di pasok dari peredaran darah
maternal.
- Perubahan
pada saat lahir
1.
Penghentian pasokan darah dari plasenta
2.
Pengembangan dan pengisian udara pada
paru-paru
3.
Penutupan poramen oval
4.
Fibrosis
a.
Vena umbilicalis
b.
Ductus venosus
c.
Arteriae hypogastrica
d.
Ductrus arteriosus
3. Sistem Pengaturan tubuh,
Metabolisme Glukosa, Gastrointestinal, dan Kekebalan Tubuh
1. Sistem Pengaturan Tubuh
Ketika
bayi lahir dan langsung berhubungan dunia luar ( lingkungan ) yang lebih
dingin, maka dapat menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit yang dapat
mendinginkan darah bayi.pada saat lingkungan dingin, terjadi pembentukan suhu
tanpa melalui mekanisme menggigil yang merupakan cara untuk mendapatkan kembali
panas tubuhnya serta hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Adanya
timbunan lemak tersebut menyebabkan panas tubuh meningkat, sehingga terjadilah
proses adaptasi. Dalam pembakaran lemak, agar menjadi panas, bayi menggunakan
kadar gluksa. Selanjutnya cadangan lemak tersebut akan habis dengan adanya
stres dingin dan bila bayi kedinginan akan mengalami proses hipoglikemia,
hipoksia, dan asidosis.
2. Metabolisme Glukosa
Setelah tali pusat di ikat atau di klem, maka kadar
glukosa akan di pertahankan oleh si bayi itu sendiri serta mengalami penurunan
waktu yang cepat 1-2 jam. Guna mengetahui atau memperbaiki kondisi tersebut,
maka di lakukan dengan menggunakan air susu ibu ( ASI), penggunaan cadangan
glikogen ( glikogenolisis), dan pembuataan glukosa dari sumber lain khususnya
lemak (glukoneogenesis). Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai
glikogen dalam hati.
Koreksi
penurunan kadar gula darah dapat di lakukan dengan 3 cara :
a.
Melalui penggunaan ASI
b.
Melalui penggunaan cadangan glikogen
c.
Melalui pembuatan glukosa dari sumber
lain terutama lemak.
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam
jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat
lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri.
Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1
sampai 2 jam).
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah
yang cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi).Hal ini hanya
terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup.Bayi yang sehat akan
menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan
terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang
mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama
kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama
kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada
jam pertama, maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan
(prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan
dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi
berkurang (digunakan sebelum lahir).
Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak
khas,meliputi; kejang-kejang halus, sianosis,, apneu, tangis lemah,
letargi,lunglai dan menolak makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada
awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di
seluruh di sel-sel otak.
- Sistem
Gastrointestinal
Bayi Baru Lahir (BBL, newborns) harus memulai untuk memasukkan, mencerna dan
mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah melakukan fungsi
ini (Gorrie, et al., 1998). Saat lahir
kapasitas lambung BBL sekitar 6 ml/kg BB, atau rata-rata sekitar 50-60 cc,
tetapi segera bertambah sampai sekitar 90 ml selama beberapa hari pertama
kehidupan. Lambung akan kosong dalam 3 jam untuk pemasukan makanan dan kosong
sempurna dalam 2 sampai 4 jam. (Gorrie, et al., 1998).
Spingter cardiac antara esophagusdan lambung pada
neonatus masih immatur mengalami relaksasi sehingga dapat menyebabkan
regurgitasi makanan segera setelah diberikan. Regurgitasi juga
dapat terjadi karena kontrol persarafan pada lambung belum sempurna. (Olds, et
al., 1980),
BBL mempunyai usus yang lebih panjang dalam
ukurannya terhadap besar bayi dan jika dibandingkan dengan orang dewasa.
Keadaan ini menyebabkan area permukaan untuk absorbsi lebih luas (Gorrie, et
al., 1998).
Bising usus pada keadaan normal dapat didengar pada
4 kuadran abdomen dalam jam pertama
setelah lahir akibat bayi menelan udara saat menangis dan sistem saraf simpatis
merangsang peristaltik (Simpson & Creehan, 2001).
Saat lahir saluran cerna steril. Sekali bayi
terpapar dengan lingkungan luar dan cairan mulai masuk, bakteri masuk ke
saluran cerna. Flora normal usus akan terbentuk dalam beberapa hari pertama
kehidupan (Gorrie, et al., 1998) sehingga meskipun saluran cerna steril saat
lahir, pada kebanyakan bayi bakteri dapat dikultur dalam 5 jam setelah
lahir. Bakteri ini penting untuk
pencernaan dan untuk sintesa vitamin K (Olds, et al., 1980).
Enzim-enzim penting untuk mencerna karbohidrat,
protein, dan lemak sederhana ada pada minggu ke-36-38 usia gestasi. Bayi baru
lahir cukup bila mampu menelan, mencerna, memetabolisme dan mengabsorbsi
protein dan karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak (Jensen et al., 2004).
Amilase pankreas mengalami defisiensi selama 3-6 bulan pertama setelah lahir.
Sebagai akibat, BBL tidak bisa mencerna jenis karbohidrat yang kompleks seperti
yang terdapat pada sereal. Selain itu BBL juga mengalami defisiensi lipase
pankreas. Lemak yang ada di dalam Asi lebih bisa dicerna dan lebih sesuai untuk
bayi dari pada lemak yang terdapat pada susu formula ( Gorrie, et al.,
1998).
·
Feses pertama yang dieksresi oleh bayi
disebut mekonium, berwarna gelap, hitam kehijauan, kental, konsistensinya
seperti aspal, lembut, tidak berbau, dan lengket. Mekonium terkumpul dalam usus
fetus sepanjang usia gestasi, mengandung partikel-partikel dari cairan amnion seperti sel kulit dan
rambut, sel-sel yang terlepas dari saluran cerna, empedu dan sekresi usus yang
lain (Gorrie, et al., 1998 & Olds, et al.,1980).
·
Feses mekonium pertama biasanya keluar dalam 24 jam pertama
setelah lahir. Jika tidak keluar dalam 36-48 jam, bayi harus diperiksa patensi
anus, bising usus dan distensi abdomen dan dicurigai kemungkinan obstruksi (Gorrie, et al., 1998 & Simpson
& Creehan, 2001)
Tipe
kedua feses yang dikeluarkan oleh bayi disebut feses transisional, bewarna
coklat kehijauan dan konsistensinya lebih lepas dari pada feses mekonium. Feses
ini merupakan kombinasi dari mekonium dan feses susu. Keadaan feses selanjutnya
sesuai tipe makanan yang didapat oleh
bayi (Gorrie, et a., 1980).
Feeding (pemberian makanan) pertama jika
memungkinkan diberikan saat melakukan pengkajian pada BBL. Perawat mengobservasi tanda-tanda
yang dapat menggambarkan keadaan hubungan antara trakhea dan esophagus seperti
ada tidaknya batuk, keadaan seperti tercekik dan sianosis. Selain pernafasan,
mengisap dan menelan merupakan pengalaman tambahan baru setelah kelahiran. BBL
biasanya mampu mengisap, menelan dan mengkoordinasi pernafasannya. Setelah
lahir, BBL mengalami perubahan-perubahan perilaku yang terjadi dalam beberapa
fase yang tidak stabil.
Selama jam-jam pertama BBL terus mengalami
perubahan, dikenal dengan periode reactivity. Pengetahuan tentang periode ini membantu mendukung attachment
orang tua-bayi dan pemberian feeding. Terdapat dua periode reactivity yang
diselingi dengan periode tidur. Periode pertamareactivity dimulai setelah
lahir. BBL berada dalam keadaan diam, bangun dan terjaga.
Matanya dibuka dan waspada, beresponsterhadap
rangsangan, menggerak-gerakkan tangan dan kaki dengan energik, berusaha mencari
dan tampak lapar. Fase ini akan diikuti dengan dengan fase aktif-siaga. Selama
fase aktif-siaga BBL akan memperlihatkan refleks isap yang kuat dan tampak
lapar. Ini merupakan waktu yang sangat ideal untuk menyusui pertama. Setelah 30 menit bayi akan
mengantuk, tidur dan akhirnya masuk periode tidur terlelap sekitar 2 sampai 4
jam. Selama waktu ini bayi tidak berespons, nadi dan respirasi turun pada nilai normal namun suhu mungkin
rendah.
Ketika BBL terbangun dari periode tidur, mereka
masuk periode keduareaktivity.Periode ini dapat berlangsung 4 sampai 6 jam. BBL bangun, siaga dan dapat
menangis. BBL menjadi berkeinginan
terhadap makanan, memperlihatkan aktivitas seperti mencari puting,
mengisap dan menelan dan kelihatan lapar. Feeding mungkin dapat dimulai jika ia
belum dimulai pada periode awal
reactivity. Mekonium mungkin keluar selama periode ini. Sekresi mukus meningkat
dan BBL dapat mengalami gag atau regurgitasi
(Gorrie, et al., 1998 & Burroughs & Leifer, 2001).
Proses menghisap dan menelan sebelum lahir sudah di
mulai. Refleks gumoh dan batuk sudah terbentuk ketika bayi lahir.kemampuan
menelan dan mencerna makananmasih terbatas, mengikat hubungan esofagus bawah
dan lambung masih belum sempurna yang dapat menyebabkan gumoh dan kapasitasnya
sangat terbatas kurang lebih 30cc.
- Sistem
Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas bayi
baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap
berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan
kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur
pertahana tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa
contoh kekebalan alami:
a.
perlindungan oleh kulit membran mukosa
b.
fungsi saringan saluran napas
c.
pembentukan koloni mikroba oleh klit
dan usus
d.
perlindungan kimia oleh lingkungan asam
lambung
Kekebalan alami juga
disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh
mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang,
artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara
efisien. Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan
pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan
terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak.
Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem
kekebalan tubuh.
Defisiensi kekebalan
alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan reaksi bayi
terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba
(seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama
kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat
penting.
Perkembangan sistem
imunitas pada bayi juga mengalami proses penyesuaian dengan perlindugan oleh
kulit membran mukosa, fungsi saluran nafas, pembentukan koloni mikroba oleh
kulit dan usus, serta perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Perkembangan kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel darah akan membuat
terjadinya sistem kekebalan melalui pemberian kolostrum dan lambat laun akan
terjadi kekebalan sejalan dengan perkembangan usia ( Jane Ball, 1999).
Bayi dilahirkan dengan
beberapa kemampuan melawan infeksi. Lini pertama dalam pertahanan adalah: kulit
dan membran mukosa yang melindungi dari invasi mikro-organisme. Lini kedua
adalah elemen sel pada sistem imunologi yang menghasilkan jenis-jenis sel yang
mampu menyerang fatogen seperti neurofil, monosit, ensinofil. Lini ke tiga
adalah susunan spesifik dari antibodi ke antigen, proses ini membutuhkan
pemaparan dari agen asing sehingga anti body dapat di hasilkan. Bayi umumnya tidak
dapat mengahsilkan Ig ( ImunoGlobin) sendiri samapai usia 2 bulan. Bayi
menerima dari imun ibu yang berasal dari sirkulasi plasenta dan ASI. Bila ibu
memiliki anti body terhadap penyakit menular tertentu, anti body tersebut
mengalir ke bayi melalui plasenta. Diantara anti bodi tersebut mungkin
adalah anti body terhadap gondok, difteri,
dan campak. Imunitas pasif ini berakhir
dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan.
4. Sistem Pencernaan
Kemampuan bayi untuk mencerna, menyerap dan
metabolisme bahan makanan sudah adekuat tetapi terbatas pada fungsi-fungsi
tertentu. Terdapat enzim untuk mengkatalisasi protein dan karbohidrat sederhana
( Monosakarida dan Disakarida ) tetapi untuk karbohidrat kompleks yang belum
terdapat.
1.
Mulut
Bibir
bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris. Lidah
tidak boleh memanjang atau menjulur diantara bibir. Jaringan penunjang
melekatkan ke sisi bawah lidah. Atap dari mulut (langit-langit keras) harus
tertutup, dan harus terdapat uvula (langit-langit lunak). Kadang- kadang
terdapat tonjolan putih kecil yang sepanjang langit-langit keras, yang di sebut
“ Epsteins Pearls “, tempat menyatunya bagian langit-langit keras. Tonjolan
tersebut akan hilang sendirinya. Beberapa kelenjar saliva berfungsi pada saat lahir, kebanyakan belum mensekresi
saliva samapi dengan umur 2-3 bulan.
2. Lambung
Pada
saat lahir, kapasitas lahir antara 30-60 ml dan meningkat dengan cepat sehingga
pada hari ke tiga dan keempat, kapasitanya mencapai 90ml. Bayi membutuhkan
makan yang jumlahnya sedikit tapi frekuensinya sering. Lambung bayi akan kosong
dalam waktu 2-4 jam. Bayi di berikan susu formula dari botol atau dengan ASI
payu dara ibunya. Pada bayi yang di beri ASI, karena di berikan ASI, maka bayi
akan menghisap puting atau udara. Hal ini akan menimbulkan rasa kenyang yang
palsu karena lambung penuh. Maka harus di sendawakan sehingga bayi akan minum
susu elbih banyak.
3. Usus
Usus
pada bayi jika di bandingkan dengan panjang tubuh bayi terlihat sangat panjang.
Feses pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau, substansi yang
kental/lengket yang di sebut mekonium. Yang biasanya keluar dalam 24 jam
pertama. Feses ini mengandung sejumlah cairan amnion, vernix, sekresi saluran
pencernaan, empedu, lanugo, dan zat sisa dari jaringan tubuh. Feses transisi
yang berwarna hijau kecoklatan keluar selama 2-3 hari. Feses pada bayi yang
menyusu pada hari ke 4 adalah hijau kekuningan/kuning emas, berair atau encer,
dan bereaksi terhadap asam. Feses dari bayi yang menyusu formula, biasanyau
berwarna kuning terang/kuning pucat, berbau, berbentuk garing agak keras netral
samapi sedikit alkali. Normalnya defekasi pertama dalam waktu 24 jam.
5. Sistem Ginjal dan Keseimbangan
Cairan
Pengeluaran urine pada janin terjadi pada bulan ke
empat. Sementara itu, pada saat lahir fungsi ginjal bayi sebanding dengan 30%
sampai 50% dari kapasitas dewasa dan belum cukup matur untuk memekatkan urin.
Artinya, pada semua bayi semua struktur ginjal sudah ada tetapi kemampuan
ginjal untuk mengosentrasikan urine dan mengatur kondisi cairan setra fluktuasi
elektrolit belum maksimal. Namun demikian, urin terkumpul dalam kandung kemih
bayi biasanya dalam waktu 24 jam pertama kelahirannya. Volume pengeluaran urine
total per 24 jam pada bayi baru lahir sampai dengan akhir minggu pertama adalah
sekita 200-300 ml, dengan frekunsi 2-6 kali hingga 20 kali/hari.
Penting untuk mencatat saat berkemih pertama kali
bila terjadi anuria harus dilaporkan, karena hal ini mungin menandakan anomali
kongenital dari sistem perkemihan. Berat badan bayi biasanya turun 5%-15% pada
hari ke empat sampai ke lima. Hal ini salah satu peningkatan buang air besar,
pemasukan kurang dan metabolisme
meningkat. Setelah hari kelima berat badab bayi biasanya meningkat kembali. Mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit,
terjadi pada volume total pada tubuh, volume cairan ekstra sel pada masa
transisi janin ke fase pasca lahir. Pada masa janin, cairan ekstraseluler lebih
banyak daripada cairan intraseluler. Namun, hal ini segera berganti pada pasca
natal. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena pertumbuhan yang membutuhakan
cairan ekstraseluler.
6. Sistem Adaptasi Perubahan Kulit
Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk pada saat
lahir, tetapi masih belum matang . epidermis dan Dermis tidak terikat dengan
baik dan sangat tipis. Verniks caseosa juga melapisi epidermis dan berfungsi sebagai lapisan
pelindung. Verniks caseosa berbentuk seperti keju yang di sekresi oleh kelenjar
sebasea dan sel-sel epitel. Pada saat lahir beberapa bayi di lapisi oleh
verniks caseosa yang tebal, sementara yang lainnya hanya tipis saja pada
tubuhnya. Hilangnya pelindungnya yaitu verniks caseosa meningkatkan deskumasi
kulit ( pengelupasan ), verniks biasanya menghilang dalam 2-3 hari. Pada bayi
baru lahir seringkali terdapat bintik putih khas terlihat di hidung, dahi dan
pipi bayi yang di sebut milia. Bintik ini menyumbat kelenjar sebasea yang belum
berfungsi. Setelah sekitar 2 minggu, ketika kelenjar sebasea mulai bersekresi
secara bertahap tersapu dan menghilang.
Rambut halus atau lanugo dapat terlihat pada wajah,
bahu, dan punggung, dan biasanya cenderung menghilang selama minggu pertama
kehidupan. Pelepasan kulit ( deskuamasi ) secara normal terjadi selama 2-4
minggu pertama kehidupan. Mungkin terlihat eritema toksikum ( ruam kemerahan )
pada saat lahir, yang bertahan sampai beberapa hari. Ruam ini tidak menular dan
kebanyakan mengenai bayi yang sehat. Terdapat berbagai tanda lahir ( nevi )
yang bersifat sementara ( biasanya di sebabkan pada saat lahir) maupun permanen
( biasanya karena kelainan struktur
pikmen, pembuluh darah, rambut atau jaringan lainnya).
Pada kulit dan sklera mata bayi mungkin di temukan
warna kekuningan yang di sebut ikteri. Ikteri di sebabkan karena billirubin
bebas yang berlebihan dalam darah dan jaringan, sebagai akibatnya pada sekitar
hari ek dua atau ke tiga, terjadi hampir 60% hari ke 7 biasanyamenghilang.
Ikteri ini di sebabkan ikterik fisiologis atau ikterik neonatorum.
7. Sistem Persyarafan
Sistem persyarapan
bayi cukup berkembang untuk bertahan hidup tetapi belum terintegrasi secara
sempurna. Pertumbuhan otak setelah lahir mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang
dapat di prediksi selama priode bayi samapi awal masa kanak-kanak. Pada akhir
tahun pertama, pertumbuhan sereblum yang di mulai pada usia kehamilan pada
sekitar 30 minggu, berakhir. Hal inilah yang mungkin jadi penyebab mengapa otak
rentan terhadap trauma nutrisi dan trauma lain selama masa bayi. Fungsi tubuh
dan respon-respon yang di berikan sebagian besar di lakukan oleh pusat yang
lebih rendah dari otak dan refleks-refleks dalam midula spinalis.
F. Perubahan
pada Sistem Termoregulasi
Bayi
baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress
dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang
suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat
kulit, pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat
untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu
meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi
harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak
menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL.
Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress
dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi (Winknjsastro, 2005).
Mekanisme
dijelaskan dalam bagan berikut (Varney, 2010):
G. Perubahan pada Sistem
Imunitas
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang
matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami
terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi
(Winknjsastro, 2005).
Berikut beberapa contoh
kekebalan alami:
a. perlindungan oleh kulit membran mukosa
b. fungsi saringan saluran napas
b. pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
c. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah
yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah
ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan
memerangi infeksi secara efisien (Winknjsastro, 2005). Kekebalan yang didapat
akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam
tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum
dapat dilakukan sampai awal kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama masa
bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh (Behrman, 2000).
H. Perubahan pada Sistem
Integumen
Stuktur
kulit bayi sudah terbentuk dari sejak lahir, tetapi masih belum matang.
Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Vernik kaseosa
juga berfungsi sebagai lapisan pelindung kulit. Kulit bayi sangat sensitif dan
dapat rusak dengan mudah. Bayi baru lahir yang cukup bulan memiliki kulit
kemerahan yang akan memucat menjadi normal beberapa jam setelah kelahiran.
Kulit sering terlihat bercak terutama sekitar ektremitas. Tangan dan kaki
sedikit sianotik (Akrosianotik). Ini disebabkan oleh ketidakstabilan vosomotor.
Stasis kapiler dan kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini normal, bersifat
sementara dan bertahan selama 7-10 hari. Terutama jika terpajan pada udara
dingin (Behrman, 2000). Singkatnya pada sistem integument terjadi perubahan:
Semua struktur kulit sudah ada tapi belum
matur
Epidermis & dermis tidak terikat dengan erat dan
sangat tipis
Verniks caseosa bersatu dengan epidermis
Bayi aterm memiliki kulit erithemathous
Kulit sering kelihatan berbintik & lurik-lurik
Tangan dan kaki sedikit sianosis (acrosianosis)
I. Perubahan pada Sistem
Reproduksi
Saat lahir ovarium bayi wanita berisi beribu-ribu
sel germinal primitif yang akan berkurang sekitar 90% sejak bayi lahir sampai
dewasa. Peningkatan kadar estrogen selama masa hamil yang diikuti dengan
penurunan setelah bayi lahir mengakibatkan pengeluaran bercak darah melalui
vagina. Genetalia eksterna biasanya edematosa disertai hiperpigmentasi. Pada
bayi prematur, klitoris menonjol dan labia mayora kecil dan terbuka (Behrman,
2000).
Testis
turun kedalam skrotum pada 90 % bayi baru lahir laki-laki. Prepusium yang ketat
sering kali dijumpai pada bayi baru lahir. Muara uretra dapat tertutup
prepusium dan tidak dapat ditarik kebelakang selama 3-4 tahun. Sebagai respon
terhadap estrogen ibu, ukuran genetalia bayi baru lahir cukup bulan dapat
meningkat begitu juga pigmentasinya. Terdapat rugae yang melapisi kantong
skrotum. Hidrokel sering terjadi dan akan mengecil tanpa pengobatan.
Pembengkakan
payudara pada bayi baru lahir disebabkan oleh peningkatan estrogen selama masa
kehamilan. Pada beberapa bayi baru lahir terlihat rabas encer (witch’s milk),
ini tidak memiliki makna klinis, tidak perlu diobati, akan hilang seiring
dengan penurunan hormon ibu dalam tubuh bayi.
1.
Labia mayora
& minora mengaburkan vestibulum dan
menutupi klitoris pada bayi perempuan
2.
Bayi
laki-laki, preputium biasanya tidak sepenuhnya tertarik masuk
3.
Bayi
perempuan biasa ditemukan pseudomenstruasi
J. Perubahan pada Sistem
Skeletal
Tubuh BBL kelihatan sedikit tidak proposional
Tangan sedikit lebih panjang dari kaki
Punggung BBL kelihatan lurus dan dapat ditekuk
dengan mudah
BBL dapat mengangkat
& memutar kepala ketika menelungkup
K. Perubahan pada Sistem Neuromuskular
Pertumbuhan
otak sangat cepat dan membutuhkan glukosa dan O2 yang adekuat. Bayi
baru lahir memiliki banyak reflek primitif. Saat reflek muncul dan menghilang
menunjukkan kematangan dan perkembangan sistem syaraf yang baik. Berikut
beberapa refleks pada BBL:
1.
Refleks Moro/Peluk
Reflek ini ditemukan oleh seorang pediatri bernama Ernst Moro. Reflek
ini muncul sejak lahir, paling kuat pada usia satu bulan dan akan mulai
menghilang pada usia dua bulan. Reflek ini terjadi jika kepala bayi tiba-tiba
terangkat, suhu tubuh bayi berubah secara drastis atau pada saat bayi
dikagetkan oleh suara yang keras. Kaki dan tangan akan melakukan gerakan
ekstensi dan lengan akan tersentak ke atas dengan telapak tangan keatas dan ibu
jarinya bergerak fleksi. Singkatnya, kedua lengan akan terangkat dan tangan
seperti ingin mencengkeram atau memeluk tubuh dan bayi menangis sangat keras.
Reflek ini normalnya akan menghilang pada usia tiga sampai empat bulan,
meskipun terkadangakan menetap hingga usia enam bulan.
Tidak adanya reflek moro ini pada kedua sisi tubuh atau bilateral
(kanan dan kiri) menandakan adanya kerusakan pada sistem saraf pusat bayi,
sementara tidak adanya reflek moro unilateral (pada satu sisi saja) dapat
menandakan adanya trauma persalinan seperti fraktur klavikula atau perlukaan
pada pleksus brakhialis. Erbs palsy atau beberapa jenis paralysis kadang juga
timbul pada beberapa kasus.
Sebuah cara untuk memeriksa keadaan reflek adalah dengan meletakkan
bayi secara horizontal dan meluruskan punggungnya dan biarkan kepala bayi turun
secara pelan-pelan atau kagetkan bayi dengan suara yang keras dan tiba-tiba.
Reflek moro ini akan membantu bayi untuk memeluk ibunya saat ibu menggendong
bayinya sepanjang hari. Jika bayi kehilangan keseimbangan, reflek ini akan
menyebabkan bayi memeluk ibunya dan bergantung pada tubuh ibunya. Hilang pada
usia 4 tahun.
2.
Refleks rooting
Reflek primitif pada
bayi baru lahir ini ditunjukkan pada saat kelahiran dan akan membantu proses
menyusui. Reflek ini akan mulai terhambat pada usia sekitar empat bulan dan
berangsur-angsur akan terbawa di bawah sadar. Seorang bayi baru lahir akan
menggerakkan kepalanya menuju sesuatu yang menyentuh pipi atau mulutnya, dan
mencari obyek tersebut dengan menggerakkan kepalanya terus-menerus hingga ia
berhasil menemukan obyek tersebut. Setelah merespon rangsang ini (jika
menyusui, kira-kira selama tiga minggu setelah kelahiran) bayi akan langsung
menggerakkan kepalanya lebih cepat dan tepat untuk menemukan obyek tanpa harus
mencari-cari. Dan akan hilang saat dia sudah melihat objek. Apabila tidak
terjadi maka sistem pencernaannya belum aktif.
3.
Refleks menghisap & menelan (sucking)
Reflek ini secara umum ada pada semua jenis mamalia dan dimulai sejak
lahir. Reflek ini berhubungan dengan reflek rooting dan menyusui, dan
menyebabkan bayi untuk secara langsung mengisap apapun yang disentuhkan di
mulutnya. Ada 2 tahapan dari reflek ini, yaitu:
o
Tahap
expression: dilakukan pada saat puting susu diletakkan diantara bibir bayi dan
disentuhkan di permukaan langit-langitnya. Bayi akan secara langsung menekan
(mengenyot) puting dengan menggunakan lidah dan langit-langitnya untuk
mengeluarkan air susunya.
o
Tahap
milking :saat lidah bergerak dari
areola menuju puting, mendorong air susu dari payudara ibu untuk ditelan oleh
bayi
4.
Refleks blinking
Reflek blinking merupakan reflek yang terjadi bila bayi menutupkan
kedua matanya ketika terkena kilatan cahaya atau hembusan udara. Refleks
gerakan seperti menutup dan mengejapkan mata berfungsi untuk melindungi mata
dari cahaya dan benda-benda asing. Permanen dalam kehidupan.
5.
Refleks grasping
Grasping
Reflex adalah refleks gerakan jari-jari tangan mencengkram benda-benda yang
disentuhkan ke bayi, indikasi syaraf berkembang normal dan hilang setelah 3-4
bulan. Bayi akan otomatis menggenggam jari ketika Anda menyodorkan jari
telunjuk kepadanya. Reflek menggenggam tejadi ketika sesuatu menyentuh telapak
tangan bayi. Bayi akan merespons dengan cara menggenggamnya kuat-kuat. Pada
akhir bulan ketika, refleks menggenggam berkurang dan bayi memperlihatkan suatu
genggaman yang lebih spontan, yang sering dihasilkan dari rangasangan visual.
Misalnya, ketika bayi melihat suatu gerakan yang berputar diatas tempat
tidurnya, ia akan meraih dan mencoba menggenggamnya. Ketika perkembangan
motoriknya semakin lancar, bayi akan menggenggam benda-benda, menggunakannya
secara hati-hati, dan mengamati benda-benda tersebut.
6.
Refleks stepping
Reflek walking atau stepping merupakan reflek yang muncul sejak lahir,
walaupun bayi tidak dapat menahan berat tubuhnya, namun saat tumit kakinya
disentuhkan pada suatu permukaan yang rata, bayi akan terdorong untuk berjalan
dengan menempatkan satu kakinya didepan kaki yang lain. Reflek ini akan
menghilang sebagai sebuah respon otomatis dan muncul kembali sebagai kebiasaan
secara sadar pada sekitar usia delapan bulan hingga satu tahun untuk persiapan
kemampuan berjalan.
7.
Refleks neck tonis
Reflek ini disebut juga posisi menengadah, muncul pada usia satu bulan
dan akan menghilang pada sekitar usia lima bulan. Saat kepala bayi digerakkan
ke samping, lengan pada sisi tersebut akan lurus dan lengan yang berlawanan
akan menekuk (kadang-kadang pergerakan akan sangat halus atau lemah). Jika bayi
baru lahir tidak mampu untuk melakukan posisi ini atau jika reflek ini terus
menetap hingga lewat usia 6 bulan, bayi dimungkinkan mengalami gangguan pada
neuron motorik atas. Berdasarkan penelitian, reflek tonick neck merupakan suatu
tanda awal koordinasi mata dan kepala bayi yang akan menyiapkan bayi untuk
mencapai gerak sadar. apabila tidak terjadi maka terjadi kerusakan motorik
bagian atas.
8.
Refleks Babinski
Reflek babinsky muncul sejak lahir dan berlangsung hingga kira-kira
satu tahun. Reflek ini ditunjukkan pada saat bagian samping telapak kaki
digosok, dan menyebabkan jari-jari kaki menyebar dan jempol kaki ekstensi. Reflek
disebabkan oleh kurangnya myelinasi traktus corticospinal pada bayi. Reflek
babinsky juga merupakan tanda abnormalitas saraf seperti lesi neuromotorik atas
pada orang dewasa.