Rabu, 31 Maret 2021

PERUBAHAN - PERUBAHAN YANG TERJADI PADA BAYI BARU LAHIR

 

PERUBAHAN - PERUBAHAN YANG TERJADI PADA BAYI BARU LAHIR

 

Secara etimologis, Adaptasi bayi baru lahir adalah pemahaman dasar mengenai adaptasi dan fisiologi bayi baru lahir sangat penting sebagai landasan perawatan bayi selanjutnya pemahaman menyeluruh mengenai fungsi normal tubuh bayi sangat membantu bidan dalam merawat bayi baru lahir sehingga tetap sehat.

A.  Pengertian Adaptasi Bayi Baru Lahir

Adalah periode adaptasi terhadap kehidupan keluar rahi. Periode ini dapat berlangsung hingga satu bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh bayi.Transisi paling nyata dan cepat terjadi pada sistem pernapasan dan sirkulasi, sistem kemampuan mengatur suhu, dan dalam kemampuan mengambil dan menggunakan glukosa.

 

B.  Faktor Yang Mempengaruhi Kehidupan Di Luar Uterus

Faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi bayi baru lahir

1)    Riwayat antepartum ibu dan bayi baru lahir misalnya terpapar zat toksik, sikap ibu terhadap kehamilannya dan pengalaman pengasuhan bayi.

2)   Riwayat intrapartum ibu dan bayi baru lahir, misalnya lama persalinan, tipe analgesik atau anestesi intrapartum.

3)   Kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk melakukan transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Kemampuan petugas kesehatan dalam mengkaji dan merespon masalah dengan tepat pada saat terjadi.

 

Perubahan fisiologis pada bayi baru lahir merupakan suatu proses adaptasi dengan lingkungan luar atau di kenal dengan kehidupan ekstra uteri. Sebelum nya bayi cukup hanya beradaptasi dengan kehidupan intra uteri. Perubahan fisiologis bayi baru lahir, diantaranya sebagai berikut :

1.   Sistem Pernafasan

Perubahan sisitem ini di awali dari perkembangan organ paru itu sendiri dengan perkembangan struktur bronkus, bronkiolus, serta alveolus yang terbentuk dalam proses kehamilan sehingga dapat menentukan proses pematangan dalam sistem pernapasan. Proses perubahan bayi baru lahir adalah dalam hal pernapasan yang dapat di pengaruhi oleh keadaan hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik ( lingkungan) yang merangsang pusat pernapasan medula oblongata di otak.

Selain itu juga jadi tekanan rongga dada karena kompresi paru selama persalinan, sehingga merangsang masuknya udara ke dalam paru,kemudian timbulnya pernapasan dapat terjadi akibat interaksi sistem pernapasan itu sendiri dengan sisitem kardiovaskuler dan susunan saraf pusat. Selain itu adanya surfaktan dan upaya resfirasi dalam pernapasan dapat berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru serta mengembangkan jaringan alveolus paru agar dapat berfungsi. Surfaktan tersebut dapat mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu menstabilkan diding alveolus untuk mencegah kolaps ( Betz dan Sowden, 2002 ).

a.    Perkembangan paru-paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus, proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan nafas selama trimester dua dan trimester tiga. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hudip BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini di sebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidak matangan sistem kaviler, paru-paru yang tidak tercukupinya jumlah surfaktan.

b.    Awal adanya nafas

Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan napas  pertama bayi adalah :

1.     Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.

2.    Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara, ke dalam paru-paru secara mekanis. Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler, dan susunan saraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang di perlukan untuk kehidupan.

3.    Penimbunan karbondioksida ( CO2)

Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi  gerakan nafas janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.

4.    Perubahan suhu

Keadaan dingin akan merangsang pernafasan.

c.    Surfaktan dan upaya resfirasi untuk bernafas

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :

1.     Mengeluarkan cairan dalam paru-paru

2.    Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali

         Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan ( lemak lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi surfaktan di mulai pada 20 minggu kehamilan, yang jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang ( sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasaan.

         Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernapas.  Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Bebagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi uyang sebelumnya sudah terganggu.

d.    Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat beyi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini di peras keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang di lahirkan secara SC kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu yang lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan nafas yang pertama udara memenuhi ruangan trakhea dan brokus BBL. Sisa cairan di paru-paru di keluarkan dari paru-paru dan di serap oleh pembuluh limpe dan darah.

e.    Fungsi sistem pernafasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler

              Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia. Peningkatan darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan akan merangsang  perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

 

2.  Sistem Peredaran Darah

Pada sistem peredaran darah, terjadi perubahan fisiologis pada bayi baru lahir, yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses pengantaran oksigen ke seluruh jaringan tubuh, maka terdapat perubahan,yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus ateriosus anatara arteri paru dan aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah,dimana oksigen dapat menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi resistensi. Perubahan tekanan sistem pembuluh darah dapat terjadi saat tali pusat di potong, resistensinya akan meningkat dan tekanan atrium kanan akan menurun karena suplai darah ke atrium kanan berkurang yang dapat menyebabkan volume dan tekanan atrium kanan juga menurun.

Proses tersebut membantu darah mengalami proses oksigenasi ualng, pada saat terjadi pernafasan pertama dapat menurunkan resistensi dan meningkatkan atrium kanan. Kemudian oksigen pada pernapasan pertama dapat menimbulkan relaksi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru yang dapat menurunkan resistensi pembuluh darah paru. Terjadinya peningkatan sirkulasi paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan, dengan meningkatkan tekanan pada atrium kanan akan terjadi penurunan atrium kiri, foramen ovale akan menutup, atau dengan pernafasan kadar oksigen dalam darah akan meningkat yang dapat menyebabkan duktus arteriosus mengalami kontriksi dan menutup.

Perubahan lain adalah menutupnya vena umbilikus, dutus venosus, dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah tali pusat di klem dan penutupan jaringan fibrosa membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan ( Betz dan Sowden, 2002 ). Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi :

a.   Sirkulasi darah fetus

1.     Struktur tambahan pada sirkulasi fetus

a)    Vena umbilikalis : membawa darah yang mengalami deoksigenasi darin plasenta ke permukaan dalam hepar.

b)   Ductus venosus : meninggalkan vena umbilikalis sebelum mencapai hepar dan mengalihkan sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.

c)    Foramen ovale :  merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dextra  ke dalam vebtriculue sinistra.

d)   Ductus arteriosus: merupakan bypass yang terbentang dari ventriculuc dexter dan aorta desendens

e)    Arteri hypogastrika: dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari vetus ke plasenta. Pada fenikulus umbilicalis, arteri ini di kenal sebagai arteri umbilikalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut di kenal sebagai arteri hypogastika.

2.  Sistem sirkulasi fetus

a)    Vena umbilikalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatika meninggalkan  hepar dan mengembalikan darah ke vena cava inferior.

b)   Ductus venosus : adalah cabang-cabang dari vena umbilikalis dan mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.

c)    Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dan ekstremitas inferior  dan badan fetus, menerima darah dari vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya  ke atrium dextrum.

d)   Foramen ovale :  memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan kemudian melalui aorta asuk ke dalam cabang ascendensnya untuk memasok darah bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar jantung dan cerebelum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi.

e)    Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium dextrum. Daerah ini bersama sisa cairan yang di bawa vena cava inferior melalui valvula tricuspidalis masuk ke dalam ventriculus.

f)     Arteria pulmonaris: mengalirkan darah campuran ke paru-paru yang non fungsional, yang hanya memerlukan nutrien sedikit .

g)    Ductus arteriosus: mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventrikulus dexter ke dalam aorta desenden untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas interior.

h)   Arteria hipogastrika: merupkan lanjutan dari arteria iliaca interna, membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung lebih banyak oksigen dan nutrien yang di pasok dari peredaran darah maternal.

  1. Perubahan pada saat lahir

1.     Penghentian pasokan darah dari plasenta

2.    Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru

3.    Penutupan poramen oval

4.    Fibrosis

a.    Vena umbilicalis

b.    Ductus venosus

c.    Arteriae hypogastrica

d.    Ductrus arteriosus

 

3.  Sistem Pengaturan tubuh, Metabolisme Glukosa, Gastrointestinal, dan Kekebalan Tubuh

1.   Sistem Pengaturan Tubuh

Ketika bayi lahir dan langsung berhubungan dunia luar ( lingkungan ) yang lebih dingin, maka dapat menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit yang dapat mendinginkan darah bayi.pada saat lingkungan dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa melalui mekanisme menggigil yang merupakan cara untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya serta hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Adanya timbunan lemak tersebut menyebabkan panas tubuh meningkat, sehingga terjadilah proses adaptasi. Dalam pembakaran lemak, agar menjadi panas, bayi menggunakan kadar gluksa. Selanjutnya cadangan lemak tersebut akan habis dengan adanya stres dingin dan bila bayi kedinginan akan mengalami proses hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis.

 

2. Metabolisme Glukosa

Setelah tali pusat di ikat atau di klem, maka kadar glukosa akan di pertahankan oleh si bayi itu sendiri serta mengalami penurunan waktu yang cepat 1-2 jam. Guna mengetahui atau memperbaiki kondisi tersebut, maka di lakukan dengan menggunakan air susu ibu ( ASI), penggunaan cadangan glikogen ( glikogenolisis), dan pembuataan glukosa dari sumber lain khususnya lemak (glukoneogenesis). Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen dalam hati.

Koreksi penurunan kadar gula darah dapat di lakukan dengan 3 cara :

a.    Melalui penggunaan ASI

b.    Melalui penggunaan cadangan glikogen

c.    Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).

BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi).Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup.Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir).

Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas,meliputi; kejang-kejang halus, sianosis,, apneu, tangis lemah, letargi,lunglai dan menolak makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di sel-sel otak.

 

  1. Sistem Gastrointestinal

Bayi Baru Lahir (BBL, newborns)  harus memulai untuk memasukkan, mencerna dan mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah melakukan fungsi ini (Gorrie, et al., 1998).  Saat lahir kapasitas lambung BBL sekitar 6 ml/kg BB, atau rata-rata sekitar 50-60 cc, tetapi segera bertambah sampai sekitar 90 ml selama beberapa hari pertama kehidupan. Lambung akan kosong dalam 3 jam untuk pemasukan makanan dan kosong sempurna dalam 2 sampai 4 jam. (Gorrie, et al., 1998). 

Spingter cardiac antara esophagusdan lambung pada neonatus masih immatur mengalami relaksasi sehingga dapat menyebabkan regurgitasi  makanan  segera setelah diberikan. Regurgitasi juga dapat terjadi karena kontrol persarafan pada lambung belum sempurna. (Olds, et al., 1980),

BBL mempunyai usus yang lebih panjang dalam ukurannya terhadap besar bayi dan jika dibandingkan dengan orang dewasa. Keadaan ini menyebabkan area permukaan untuk absorbsi lebih luas (Gorrie, et al., 1998).

Bising usus pada keadaan normal dapat didengar pada 4 kuadran abdomen  dalam jam pertama setelah lahir akibat bayi menelan udara saat menangis dan sistem saraf simpatis merangsang peristaltik (Simpson & Creehan, 2001).

Saat lahir saluran cerna steril. Sekali bayi terpapar dengan lingkungan luar dan cairan mulai masuk, bakteri masuk ke saluran cerna. Flora normal usus akan terbentuk dalam beberapa hari pertama kehidupan (Gorrie, et al., 1998) sehingga meskipun saluran cerna steril saat lahir, pada kebanyakan bayi bakteri dapat dikultur dalam 5 jam setelah lahir.  Bakteri ini penting untuk pencernaan dan untuk sintesa vitamin K (Olds, et al., 1980).     

Enzim-enzim penting untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak sederhana ada pada minggu ke-36-38 usia gestasi. Bayi baru lahir cukup bila mampu menelan, mencerna, memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak (Jensen et al., 2004). Amilase pankreas mengalami defisiensi selama 3-6 bulan pertama setelah lahir. Sebagai akibat, BBL tidak bisa mencerna jenis karbohidrat yang kompleks seperti yang terdapat pada sereal. Selain itu BBL juga mengalami defisiensi lipase pankreas. Lemak yang ada di dalam Asi lebih bisa dicerna dan lebih sesuai untuk bayi dari pada lemak yang terdapat pada susu formula ( Gorrie, et al., 1998).           

·         Feses pertama yang dieksresi oleh bayi disebut mekonium, berwarna gelap, hitam kehijauan, kental, konsistensinya seperti aspal, lembut, tidak berbau, dan lengket. Mekonium terkumpul dalam usus fetus sepanjang usia gestasi, mengandung partikel-partikel  dari cairan amnion seperti sel kulit dan rambut, sel-sel yang terlepas dari saluran cerna, empedu dan sekresi usus yang lain (Gorrie, et al., 1998 & Olds, et al.,1980).        

·         Feses mekonium  pertama biasanya keluar dalam 24 jam pertama setelah lahir. Jika tidak keluar dalam 36-48 jam, bayi harus diperiksa patensi anus, bising usus dan distensi abdomen dan dicurigai kemungkinan  obstruksi (Gorrie, et al., 1998 & Simpson & Creehan, 2001)

          Tipe kedua feses yang dikeluarkan oleh bayi disebut feses transisional, bewarna coklat kehijauan dan konsistensinya lebih lepas dari pada feses mekonium. Feses ini merupakan kombinasi dari mekonium dan feses susu. Keadaan feses selanjutnya sesuai  tipe makanan yang didapat oleh bayi (Gorrie, et a., 1980).

Feeding (pemberian makanan) pertama jika memungkinkan diberikan saat melakukan pengkajian  pada BBL. Perawat mengobservasi tanda-tanda yang dapat menggambarkan keadaan hubungan antara trakhea dan esophagus seperti ada tidaknya batuk, keadaan seperti tercekik dan sianosis. Selain pernafasan, mengisap dan menelan merupakan pengalaman tambahan baru setelah kelahiran. BBL biasanya mampu mengisap, menelan dan mengkoordinasi pernafasannya. Setelah lahir, BBL mengalami perubahan-perubahan perilaku yang terjadi dalam beberapa fase yang tidak stabil.

Selama jam-jam pertama BBL terus mengalami perubahan, dikenal dengan periode reactivity. Pengetahuan tentang  periode ini membantu mendukung attachment orang tua-bayi dan pemberian feeding. Terdapat dua periode reactivity yang diselingi dengan periode tidur. Periode pertamareactivity dimulai setelah lahir. BBL berada dalam keadaan diam, bangun dan terjaga.

Matanya dibuka dan waspada, beresponsterhadap rangsangan, menggerak-gerakkan tangan dan kaki dengan energik, berusaha mencari dan tampak lapar. Fase ini akan diikuti dengan dengan fase aktif-siaga. Selama fase aktif-siaga BBL akan memperlihatkan refleks isap yang kuat dan tampak lapar. Ini merupakan waktu yang sangat ideal untuk menyusui  pertama. Setelah 30 menit bayi akan mengantuk, tidur dan akhirnya masuk periode tidur terlelap sekitar 2 sampai 4 jam. Selama waktu ini bayi tidak berespons, nadi dan respirasi turun  pada nilai normal namun suhu mungkin rendah. 

Ketika BBL terbangun dari periode tidur, mereka masuk periode keduareaktivity.Periode ini dapat berlangsung  4 sampai 6 jam. BBL bangun, siaga dan dapat menangis. BBL menjadi berkeinginan  terhadap makanan, memperlihatkan aktivitas seperti mencari puting, mengisap dan menelan dan kelihatan lapar. Feeding mungkin dapat dimulai jika ia belum dimulai  pada periode awal reactivity. Mekonium mungkin keluar selama periode ini. Sekresi mukus meningkat dan BBL dapat mengalami gag atau regurgitasi  (Gorrie, et al., 1998 & Burroughs & Leifer, 2001).

Proses menghisap dan menelan sebelum lahir sudah di mulai. Refleks gumoh dan batuk sudah terbentuk ketika bayi lahir.kemampuan menelan dan mencerna makananmasih terbatas, mengikat hubungan esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang dapat menyebabkan gumoh dan kapasitasnya sangat terbatas kurang lebih 30cc.

 

  1. Sistem Kekebalan Tubuh

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahana tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:

a.    perlindungan oleh kulit membran mukosa

b.    fungsi saringan saluran napas

c.    pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus

d.    perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien. Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.

Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.

Perkembangan sistem imunitas pada bayi juga mengalami proses penyesuaian dengan perlindugan oleh kulit membran mukosa, fungsi saluran nafas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. Perkembangan kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel darah akan membuat terjadinya sistem kekebalan melalui pemberian kolostrum dan lambat laun akan terjadi kekebalan sejalan dengan perkembangan usia ( Jane Ball, 1999).

Bayi dilahirkan dengan beberapa kemampuan melawan infeksi. Lini pertama dalam pertahanan adalah: kulit dan membran mukosa yang melindungi dari invasi mikro-organisme. Lini kedua adalah elemen sel pada sistem imunologi yang menghasilkan jenis-jenis sel yang mampu menyerang fatogen seperti neurofil, monosit, ensinofil. Lini ke tiga adalah susunan spesifik dari antibodi ke antigen, proses ini membutuhkan pemaparan dari agen asing sehingga anti body dapat di hasilkan. Bayi umumnya tidak dapat mengahsilkan Ig ( ImunoGlobin) sendiri samapai usia 2 bulan. Bayi menerima dari imun ibu yang berasal dari sirkulasi plasenta dan ASI. Bila ibu memiliki anti body terhadap penyakit menular tertentu, anti body tersebut mengalir ke bayi melalui plasenta. Diantara anti bodi tersebut mungkin adalah  anti body terhadap gondok, difteri, dan campak. Imunitas pasif ini berakhir  dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan.  

 

4.  Sistem Pencernaan

Kemampuan bayi untuk mencerna, menyerap dan metabolisme bahan makanan sudah adekuat tetapi terbatas pada fungsi-fungsi tertentu. Terdapat enzim untuk mengkatalisasi protein dan karbohidrat sederhana ( Monosakarida dan Disakarida ) tetapi untuk karbohidrat kompleks yang belum terdapat.

1.     Mulut

Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris. Lidah tidak boleh memanjang atau menjulur diantara bibir. Jaringan penunjang melekatkan ke sisi bawah lidah. Atap dari mulut (langit-langit keras) harus tertutup, dan harus terdapat uvula (langit-langit lunak). Kadang- kadang terdapat tonjolan putih kecil yang sepanjang langit-langit keras, yang di sebut “ Epsteins Pearls “, tempat menyatunya bagian langit-langit keras. Tonjolan tersebut akan hilang sendirinya. Beberapa kelenjar saliva berfungsi  pada saat lahir, kebanyakan belum mensekresi saliva samapi dengan umur 2-3 bulan.

2.  Lambung

Pada saat lahir, kapasitas lahir antara 30-60 ml dan meningkat dengan cepat sehingga pada hari ke tiga dan keempat, kapasitanya mencapai 90ml. Bayi membutuhkan makan yang jumlahnya sedikit tapi frekuensinya sering. Lambung bayi akan kosong dalam waktu 2-4 jam. Bayi di berikan susu formula dari botol atau dengan ASI payu dara ibunya. Pada bayi yang di beri ASI, karena di berikan ASI, maka bayi akan menghisap puting atau udara. Hal ini akan menimbulkan rasa kenyang yang palsu karena lambung penuh. Maka harus di sendawakan sehingga bayi akan minum susu elbih banyak.

3.  Usus

Usus pada bayi jika di bandingkan dengan panjang tubuh bayi terlihat sangat panjang. Feses pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau, substansi yang kental/lengket yang di sebut mekonium. Yang biasanya keluar dalam 24 jam pertama. Feses ini mengandung sejumlah cairan amnion, vernix, sekresi saluran pencernaan, empedu, lanugo, dan zat sisa dari jaringan tubuh. Feses transisi yang berwarna hijau kecoklatan keluar selama 2-3 hari. Feses pada bayi yang menyusu pada hari ke 4 adalah hijau kekuningan/kuning emas, berair atau encer, dan bereaksi terhadap asam. Feses dari bayi yang menyusu formula, biasanyau berwarna kuning terang/kuning pucat, berbau, berbentuk garing agak keras netral samapi sedikit alkali. Normalnya defekasi pertama  dalam waktu 24 jam.

 

5.  Sistem Ginjal dan Keseimbangan Cairan

Pengeluaran urine pada janin terjadi pada bulan ke empat. Sementara itu, pada saat lahir fungsi ginjal bayi sebanding dengan 30% sampai 50% dari kapasitas dewasa dan belum cukup matur untuk memekatkan urin. Artinya, pada semua bayi semua struktur ginjal sudah ada tetapi kemampuan ginjal untuk mengosentrasikan urine dan mengatur kondisi cairan setra fluktuasi elektrolit belum maksimal. Namun demikian, urin terkumpul dalam kandung kemih bayi biasanya dalam waktu 24 jam pertama kelahirannya. Volume pengeluaran urine total per 24 jam pada bayi baru lahir sampai dengan akhir minggu pertama adalah sekita 200-300 ml, dengan frekunsi 2-6 kali hingga 20 kali/hari.

Penting untuk mencatat saat berkemih pertama kali bila terjadi anuria harus dilaporkan, karena hal ini mungin menandakan anomali kongenital dari sistem perkemihan. Berat badan bayi biasanya turun 5%-15% pada hari ke empat sampai ke lima. Hal ini salah satu peningkatan buang air besar, pemasukan  kurang dan metabolisme meningkat. Setelah hari kelima berat badab bayi biasanya meningkat kembali.  Mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit, terjadi pada volume total pada tubuh, volume cairan ekstra sel pada masa transisi janin ke fase pasca lahir. Pada masa janin, cairan ekstraseluler lebih banyak daripada cairan intraseluler. Namun, hal ini segera berganti pada pasca natal. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena pertumbuhan yang membutuhakan cairan ekstraseluler.

 

6.  Sistem Adaptasi Perubahan Kulit

Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk pada saat lahir, tetapi masih belum matang . epidermis dan Dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Verniks caseosa juga melapisi  epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelindung. Verniks caseosa berbentuk seperti keju yang di sekresi oleh kelenjar sebasea dan sel-sel epitel. Pada saat lahir beberapa bayi di lapisi oleh verniks caseosa yang tebal, sementara yang lainnya hanya tipis saja pada tubuhnya. Hilangnya pelindungnya yaitu verniks caseosa meningkatkan deskumasi kulit ( pengelupasan ), verniks biasanya menghilang dalam 2-3 hari. Pada bayi baru lahir seringkali terdapat bintik putih khas terlihat di hidung, dahi dan pipi bayi yang di sebut milia. Bintik ini menyumbat kelenjar sebasea yang belum berfungsi. Setelah sekitar 2 minggu, ketika kelenjar sebasea mulai bersekresi secara bertahap tersapu dan menghilang.

Rambut halus atau lanugo dapat terlihat pada wajah, bahu, dan punggung, dan biasanya cenderung menghilang selama minggu pertama kehidupan. Pelepasan kulit ( deskuamasi ) secara normal terjadi selama 2-4 minggu pertama kehidupan. Mungkin terlihat eritema toksikum ( ruam kemerahan ) pada saat lahir, yang bertahan sampai beberapa hari. Ruam ini tidak menular dan kebanyakan mengenai bayi yang sehat. Terdapat berbagai tanda lahir ( nevi ) yang bersifat sementara ( biasanya di sebabkan pada saat lahir) maupun permanen ( biasanya  karena kelainan struktur pikmen, pembuluh darah, rambut atau jaringan lainnya).

Pada kulit dan sklera mata bayi mungkin di temukan warna kekuningan yang di sebut ikteri. Ikteri di sebabkan karena billirubin bebas yang berlebihan dalam darah dan jaringan, sebagai akibatnya pada sekitar hari ek dua atau ke tiga, terjadi hampir 60% hari ke 7 biasanyamenghilang. Ikteri ini di sebabkan ikterik fisiologis atau ikterik neonatorum.

 

7.  Sistem Persyarafan

Sistem persyarapan bayi cukup berkembang untuk bertahan hidup tetapi belum terintegrasi secara sempurna. Pertumbuhan otak setelah lahir mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang dapat di prediksi selama priode bayi samapi awal masa kanak-kanak. Pada akhir tahun pertama, pertumbuhan sereblum yang di mulai pada usia kehamilan pada sekitar 30 minggu, berakhir. Hal inilah yang mungkin jadi penyebab mengapa otak rentan terhadap trauma nutrisi dan trauma lain selama masa bayi. Fungsi tubuh dan respon-respon yang di berikan sebagian besar di lakukan oleh pusat yang lebih rendah dari otak dan refleks-refleks dalam midula spinalis.

 

F.      Perubahan pada Sistem Termoregulasi

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi (Winknjsastro, 2005).

Mekanisme dijelaskan dalam bagan berikut (Varney, 2010):

 

G.    Perubahan pada Sistem Imunitas

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi (Winknjsastro, 2005).

Berikut beberapa contoh kekebalan alami:

a.    perlindungan oleh kulit membran mukosa

b.    fungsi saringan saluran napas

b.    pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus

c.    perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien (Winknjsastro, 2005). Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh (Behrman, 2000).

 

 

H.    Perubahan pada Sistem Integumen

Stuktur kulit bayi sudah terbentuk dari sejak lahir, tetapi masih belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Vernik kaseosa juga berfungsi sebagai lapisan pelindung kulit. Kulit bayi sangat sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Bayi baru lahir yang cukup bulan memiliki kulit kemerahan yang akan memucat menjadi normal beberapa jam setelah kelahiran. Kulit sering terlihat bercak terutama sekitar ektremitas. Tangan dan kaki sedikit sianotik (Akrosianotik). Ini disebabkan oleh ketidakstabilan vosomotor. Stasis kapiler dan kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini normal, bersifat sementara dan bertahan selama 7-10 hari. Terutama jika terpajan pada udara dingin (Behrman, 2000). Singkatnya pada sistem integument terjadi perubahan:

  Semua struktur kulit sudah ada tapi belum matur

  Epidermis & dermis tidak terikat dengan erat dan sangat tipis

  Verniks caseosa bersatu dengan epidermis

  Bayi aterm memiliki kulit erithemathous

  Kulit sering kelihatan berbintik & lurik-lurik

  Tangan dan kaki sedikit sianosis (acrosianosis)

 

I.       Perubahan pada Sistem Reproduksi

Saat lahir ovarium bayi wanita berisi beribu-ribu sel germinal primitif yang akan berkurang sekitar 90% sejak bayi lahir sampai dewasa. Peningkatan kadar estrogen selama masa hamil yang diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir mengakibatkan pengeluaran bercak darah melalui vagina. Genetalia eksterna biasanya edematosa disertai hiperpigmentasi. Pada bayi prematur, klitoris menonjol dan labia mayora kecil dan terbuka (Behrman, 2000).

Testis turun kedalam skrotum pada 90 % bayi baru lahir laki-laki. Prepusium yang ketat sering kali dijumpai pada bayi baru lahir. Muara uretra dapat tertutup prepusium dan tidak dapat ditarik kebelakang selama 3-4 tahun. Sebagai respon terhadap estrogen ibu, ukuran genetalia bayi baru lahir cukup bulan dapat meningkat begitu juga pigmentasinya. Terdapat rugae yang melapisi kantong skrotum. Hidrokel sering terjadi dan akan mengecil tanpa pengobatan.

Pembengkakan payudara pada bayi baru lahir disebabkan oleh peningkatan estrogen selama masa kehamilan. Pada beberapa bayi baru lahir terlihat rabas encer (witch’s milk), ini tidak memiliki makna klinis, tidak perlu diobati, akan hilang seiring dengan penurunan hormon ibu dalam tubuh bayi.

1.     Labia mayora & minora mengaburkan vestibulum dan  menutupi klitoris pada bayi perempuan

2.    Bayi laki-laki, preputium biasanya tidak sepenuhnya tertarik masuk

3.    Bayi perempuan biasa ditemukan pseudomenstruasi

 

J.       Perubahan pada Sistem Skeletal

    Tubuh BBL kelihatan sedikit tidak proposional

    Tangan sedikit lebih panjang dari kaki

    Punggung BBL kelihatan lurus dan dapat ditekuk dengan mudah

    BBL dapat mengangkat  & memutar kepala ketika menelungkup

 

K.    Perubahan pada Sistem Neuromuskular

             Pertumbuhan otak sangat cepat dan membutuhkan glukosa dan O2 yang adekuat. Bayi baru lahir memiliki banyak reflek primitif. Saat reflek muncul dan menghilang menunjukkan kematangan dan perkembangan sistem syaraf yang baik. Berikut beberapa refleks pada BBL:

1.     Refleks Moro/Peluk

Reflek ini ditemukan oleh seorang pediatri bernama Ernst Moro. Reflek ini muncul sejak lahir, paling kuat pada usia satu bulan dan akan mulai menghilang pada usia dua bulan. Reflek ini terjadi jika kepala bayi tiba-tiba terangkat, suhu tubuh bayi berubah secara drastis atau pada saat bayi dikagetkan oleh suara yang keras. Kaki dan tangan akan melakukan gerakan ekstensi dan lengan akan tersentak ke atas dengan telapak tangan keatas dan ibu jarinya bergerak fleksi. Singkatnya, kedua lengan akan terangkat dan tangan seperti ingin mencengkeram atau memeluk tubuh dan bayi menangis sangat keras. Reflek ini normalnya akan menghilang pada usia tiga sampai empat bulan, meskipun terkadangakan menetap hingga usia enam bulan.

Tidak adanya reflek moro ini pada kedua sisi tubuh atau bilateral (kanan dan kiri) menandakan adanya kerusakan pada sistem saraf pusat bayi, sementara tidak adanya reflek moro unilateral (pada satu sisi saja) dapat menandakan adanya trauma persalinan seperti fraktur klavikula atau perlukaan pada pleksus brakhialis. Erbs palsy atau beberapa jenis paralysis kadang juga timbul pada beberapa kasus.

Sebuah cara untuk memeriksa keadaan reflek adalah dengan meletakkan bayi secara horizontal dan meluruskan punggungnya dan biarkan kepala bayi turun secara pelan-pelan atau kagetkan bayi dengan suara yang keras dan tiba-tiba. Reflek moro ini akan membantu bayi untuk memeluk ibunya saat ibu menggendong bayinya sepanjang hari. Jika bayi kehilangan keseimbangan, reflek ini akan menyebabkan bayi memeluk ibunya dan bergantung pada tubuh ibunya. Hilang pada usia 4 tahun.

2.    Refleks rooting

             Reflek primitif pada bayi baru lahir ini ditunjukkan pada saat kelahiran dan akan membantu proses menyusui. Reflek ini akan mulai terhambat pada usia sekitar empat bulan dan berangsur-angsur akan terbawa di bawah sadar. Seorang bayi baru lahir akan menggerakkan kepalanya menuju sesuatu yang menyentuh pipi atau mulutnya, dan mencari obyek tersebut dengan menggerakkan kepalanya terus-menerus hingga ia berhasil menemukan obyek tersebut. Setelah merespon rangsang ini (jika menyusui, kira-kira selama tiga minggu setelah kelahiran) bayi akan langsung menggerakkan kepalanya lebih cepat dan tepat untuk menemukan obyek tanpa harus mencari-cari. Dan akan hilang saat dia sudah melihat objek. Apabila tidak terjadi maka sistem pencernaannya belum aktif.

 

 

3.    Refleks menghisap & menelan (sucking)

Reflek ini secara umum ada pada semua jenis mamalia dan dimulai sejak lahir. Reflek ini berhubungan dengan reflek rooting dan menyusui, dan menyebabkan bayi untuk secara langsung mengisap apapun yang disentuhkan di mulutnya. Ada 2 tahapan dari reflek ini, yaitu:

o   Tahap expression: dilakukan pada saat puting susu diletakkan diantara bibir bayi dan disentuhkan di permukaan langit-langitnya. Bayi akan secara langsung menekan (mengenyot) puting dengan menggunakan lidah dan langit-langitnya untuk mengeluarkan air susunya.

o   Tahap milking    :saat lidah bergerak dari areola menuju puting, mendorong air susu dari payudara ibu untuk ditelan oleh bayi

4.    Refleks blinking

Reflek blinking merupakan reflek yang terjadi bila bayi menutupkan kedua matanya ketika terkena kilatan cahaya atau hembusan udara. Refleks gerakan seperti menutup dan mengejapkan mata berfungsi untuk melindungi mata dari cahaya dan benda-benda asing. Permanen dalam kehidupan.

5.    Refleks grasping

Grasping Reflex adalah refleks gerakan jari-jari tangan mencengkram benda-benda yang disentuhkan ke bayi, indikasi syaraf berkembang normal dan hilang setelah 3-4 bulan. Bayi akan otomatis menggenggam jari ketika Anda menyodorkan jari telunjuk kepadanya. Reflek menggenggam tejadi ketika sesuatu menyentuh telapak tangan bayi. Bayi akan merespons dengan cara menggenggamnya kuat-kuat. Pada akhir bulan ketika, refleks menggenggam berkurang dan bayi memperlihatkan suatu genggaman yang lebih spontan, yang sering dihasilkan dari rangasangan visual. Misalnya, ketika bayi melihat suatu gerakan yang berputar diatas tempat tidurnya, ia akan meraih dan mencoba menggenggamnya. Ketika perkembangan motoriknya semakin lancar, bayi akan menggenggam benda-benda, menggunakannya secara hati-hati, dan mengamati benda-benda tersebut.

6.    Refleks stepping

Reflek walking atau stepping merupakan reflek yang muncul sejak lahir, walaupun bayi tidak dapat menahan berat tubuhnya, namun saat tumit kakinya disentuhkan pada suatu permukaan yang rata, bayi akan terdorong untuk berjalan dengan menempatkan satu kakinya didepan kaki yang lain. Reflek ini akan menghilang sebagai sebuah respon otomatis dan muncul kembali sebagai kebiasaan secara sadar pada sekitar usia delapan bulan hingga satu tahun untuk persiapan kemampuan berjalan.

7.    Refleks neck tonis

Reflek ini disebut juga posisi menengadah, muncul pada usia satu bulan dan akan menghilang pada sekitar usia lima bulan. Saat kepala bayi digerakkan ke samping, lengan pada sisi tersebut akan lurus dan lengan yang berlawanan akan menekuk (kadang-kadang pergerakan akan sangat halus atau lemah). Jika bayi baru lahir tidak mampu untuk melakukan posisi ini atau jika reflek ini terus menetap hingga lewat usia 6 bulan, bayi dimungkinkan mengalami gangguan pada neuron motorik atas. Berdasarkan penelitian, reflek tonick neck merupakan suatu tanda awal koordinasi mata dan kepala bayi yang akan menyiapkan bayi untuk mencapai gerak sadar. apabila tidak terjadi maka terjadi kerusakan motorik bagian atas.

8.    Refleks Babinski

Reflek babinsky muncul sejak lahir dan berlangsung hingga kira-kira satu tahun. Reflek ini ditunjukkan pada saat bagian samping telapak kaki digosok, dan menyebabkan jari-jari kaki menyebar dan jempol kaki ekstensi. Reflek disebabkan oleh kurangnya myelinasi traktus corticospinal pada bayi. Reflek babinsky juga merupakan tanda abnormalitas saraf seperti lesi neuromotorik atas pada orang dewasa.