Rabu, 05 April 2017

PERAN DAN TUGAS BIDAN DALAM PHC

HAND OUT PERAN DAN TUGAS BIDAN DALAM PHC

Mata Kuliah       : Biologi Reproduksi Dan Keluarga Berencana
Topik                : Peran Dan Tugas Bidan Dalam Phc Untuk Kesehatan Wanita Yang Menekankan Pada Aspek Pencegahan Dan Promosi Kesehatan
Waktu               : 100 Menit
Dosen               : Fitria DN, SST
Pertemuan        : II


SUB TOPIK
1.       Asuhan reproduksi remaja
2.       Melibatkan wanita dalam pengambil keputusan

OBJEK PRILAKU SISWA
Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
1.       Menjelaskan Asuhan reproduksi remaja
2.       Menjelaskan dalam Melibatkan wanita dalam pengambil keputusan

REFRENSI
1.       Kumala Intan & Andhayanto Iwan. 2012. Kesehatan reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta
2.      Soetjiningsih. 2010. Tumbuh kembang Remaja dan permasalahnya. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto.
4.       ___________ tersedia :  http://devitarustida.blogspot.co.id/2015/04/sejarah-kesehatan-wanita-di-indonesia.html  (7 maret 2017)




PERAN DAN TUGAS BIDAN DALAM PHC UNTUK KESEHATAN WANITA YANG MENEKANKAN PADA ASPEK PENCEGAHAN DAN PROMOSI KESEHATAN


A.     Definisi
Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination).

B.     PRINSIP PHC

Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan prinsip-prinsip PHC sebagai pendekatan atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi semua. Lima prinsip PHC sebagai berikut :
a)       Pemerataan upaya kesehatan.
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini yaitu perawatan primer dan layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan utama dalam masyarakat harus diberikan sama bagi semua individu tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi perkotaan atau pedesaan dan kelas sosial.
b)       Penekanan pada upaya preventif.
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan peran serta individu agar berprilaku sehat serta mencegah berjangkitnya penyakit.
c)       Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan.
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak dan diterima budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas untuk vaksin cold storage).
d)       Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian.
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan maksimal dari lokal, nasional dan sumber daya yang tersedia lainnya. Partisipasi masyarakat adalah proses di mana individu dan keluarga bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka dan mengembangkan kapasitas untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa dalam bidang identifikasi kebutuhan atau selama pelaksanaan. Masyarakat perlu berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten atau tingkat pemerintah daerah. Partisipasi lebih mudah di tingkat lingkungan atau desa karena masalah heterogenitas yang minim.
e)       Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan.
Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh intervensi hanya dalam sektor kesehatan formal; sektor lain yang sama pentingnya dalam mempromosikan kesehatan dan kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini mencakup, sekurang-kurangnya: pertanian (misalnya keamanan makanan), pendidikan, komunikasi (misalnya menyangkut masalah kesehatan yang berlaku dan metode pencegahan dan pengontrolan mereka); perumahan; pekerjaan umum (misalnya menjamin pasokan yang cukup dari air bersih dan sanitasi dasar) ; pembangunan perdesaan; industri; organisasi masyarakat (termasuk Panchayats atau pemerintah daerah , organisasi-organisasi sukarela , dll).


C.     UNSUR UTAMA PHC
Tiga unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah sebagai berikut :
1)       Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan
2)       Melibatkan peran serta masyarakat
3)       Melibatkan kerjasama lintas sektoral

D.     TUJUAN PHC
a.       Tujuan Umum. Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan, sehingga akan dicapai tingkat epuasan pada masyarakat yang menerima pelayanan.
b.       Tujuan Khusus :
1.       Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayanai
2.       Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
3.       Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani
4.       Pelayanan harus secara maksimum menggunkan tenaga dan sumber – sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

E.      FUNGSI PHC
PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut :
1.       Pemeliharaan Kesehatan
2.       Pencegahan Penyakit
3.       Diagnosis dan Pengobatan
4.       Pelayanan Tindak lanjut
5.       Pemberian Sertifikat

F.      ELEMEN-ELEMEN PHC
Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu :
1.       Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta pengendaliannya
2.       Peningkatan penyedediaan makanan dan perbaikan gizi
3.       Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
4.       Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB
5.       Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6.       Pencegahan dan pengendalian penyakit endemic setempat
7.       Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
8.       Penyediaan obat-obat essensial

G.     CIRI-CIRI PHC
Adapun cirri-ciri PHC adalah sebagai berikut :
1)       Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
2)       Pelayanan yang menyeluruh
3)       Pelayanan yang terorganisasi
4)       Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
5)       Pelayanan yang berkesinambungan
6)       Pelayanan yang progresif
7)       Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
8)       Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja

H.     TANGGUNG JAWAB TENAGA KESEHATAN DALAM PHC
Tanggung jawab tenaga kesehatan dalam PHC lebih dititik beratkan kepada hal-hal sebagai berikut :
1)       Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan
2)       Kerjasama dengan masyarakat, keluarga, dan individu
3)       Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada masyarakat
4)       Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan dan kepada masyarakat
5)       Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.

I.        IMPLEMENTASI PHC DI INDONESIA
Primary Health Care (PHC) diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO) sekitar tahun 70-an, dengan tujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Di Indonesia, PHC memiliki 3 (tiga) strategi utama, yaitu kerjasama multisektoral, partisipasi masyarakat, dan penerapan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dengan pelaksanaan di masyarakat.
Menurut Deklarasi Alma Ata (1978) PHC adalah kontak pertama individu, keluarga, atau masyarakat dengan sistem pelayanan. Pengertian ini sesuai dengan definisi Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009, yang menyatakan bahwa Upaya Kesehatan Primer adalah upaya kesehatan dasar dimana terjadi kontak pertama perorangan atau masyarakat dengan pelayanan kesehatan.
Dalam mendukung strategi PHC yang pertama, Kementerian Kesehatan RI mengadopsi nilai inklusif, yang merupakan salah satu dari 5 nilai yang harus diterapkan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan, yaitu pro-rakyat, inklusif, responsif, efektif, dan bersih. Strategi PHC yang kedua, sejalan dengan misi Kementerian Kesehatan, yaitu :
1)       Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani;
2)       Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan;
3)       Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; dan
4)       Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.


Di Indonesia, pelaksanaan Primary Health Care secara umum dilaksanakan melaui pusat kesehatan dan di bawahnya (termasuk sub-pusat kesehatan, pusat kesehatan berjalan) dan banyak kegiatan berbasis kesehatan masyarakat seperti Rumah Bersalin Desa dan Pelayanan Kesehatan Desa seperti Layanan Pos Terpadu (ISP atau Posyandu). Secara administratif, Indonesia terdiri dari 33 provinsi, 349 Kabupaten dan 91. Kotamadya, 5.263 Kecamatan dan 62.806 desa. Untuk strategi ketiga, Kementerian Kesehatan saat ini memiliki salah satu program yaitu saintifikasi jamu yang dimulai sejak tahun 2010 dan bertujuan untuk meningkatkan akses dan keterjangkauan masyarakat terhadap obat-obatan.
Program ini memungkinkan jamu yang merupakan obat-obat herbal tradisional yang sudah lazim digunakan oleh masyarakat Indonesia, dapat teregister dan memiliki izin edar sehingga dapat diintegrasikan di dalam pelayanan kesehatan formal. Untuk mencapai keberhasilan penyelenggaraan PHC bagi masyarakat, diperlukan kerjasama baik lintas sektoral maupun regional, khususnya di kawasan Asia Tenggara. Dalam penerapannya ada beberapa masalah yang terjadi di Indonesia. Permasalahan yang utama ialah bagaimana primary health care belum dapat dijalankan sebagaimana semestinya. Oleh karena itu, ada beberapa target yang seharusnya dilaksanakan dan dicapai yaitu:
1)       Memantapkan Kemenkes berguna untuk menguatkan dan meningkatkan kualitas pelayanan dan mencegah kesalahpahaman antara pusat keehatan dan masyarakat
2)       Pusat Kesehatan yang bersahabat merupakan metode alernatif untuk menerapkan paradigma sehat pada pelaksana pelayanan kesehatan.
3)       Pelayanan kesehatan primer masih penting pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
4)       Pada era desentralisasi, variasi pelayanan kesehatan primer semakin melebar dan semakin dekat pada budaya local.


Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja
A.     Definisi
Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula di kaitkan pubertas atau remaja. Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle adolescence (14-16 tahun) dan remaja akhir/late adolescence (17-20 tahun) (Behrman, Kliegman & Jenson, 2004).
Masa remaja adalah masa peralihan dimana perubahan secara fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock, 2003). Perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan sosial. Perubahan fisik mencakup organ seksual yaitu alat-alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan baik (Sarwono, 2006).
B.     Tahapan remaja
1)       Masa remaja awal/dini (early adolescence) umur 11 – 13 tahun
2)       Masa remaja pertengahan (middle adolescence) umur 14 – 16 tahun
3)       Masa remaja lanjut ( Late adolescence) umur 17 – 20 tahun

C.     Karakteristik Remaja
Tahap perkembangan remaja Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu ((Monks, Knoers & Haditomo, 2002):
1.       Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:
·         Lebih dekat dengan teman sebaya
·         Ingin bebas
·         Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak
2.       Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain 1)
·         Mencari identitas diri
·         Timbulnya keinginan untuk kencan
·         Mempunyai rasa cinta yang mendalam
·         Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
·         Berkhayal tentang aktifitas seks
3.       Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain
·         Pengungkapan identitas diri
·         Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
·         Mempunyai citra jasmani dirinya
·         Dapat mewujudkan rasa cinta
·         Mampu berpikir abstrak

D.     Tahap perkembangan remaja dan Tugasnya
Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya seorang individu, dari masa anak-anak sampai dewasa, individu memiliki tugas masing-masing pada setiap tahap perkembangannya. Tugas yang dimaksud pada setiap tahap perkembangan adalah setiap tahapan usia, individu tersebut mempunyai tujuan untuk mencapai suatu kepandaian, keterampilan, pengetahuan, sikap, dan fungsi tertentu sesuai dengan kebutuhan pribadi. Kebutuhan pribadi itu sendiri muncul dari dalam diri yang dirangsang oleh kondisi di sekitarnya atau masyarakat. Tugas perkembangan remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. 

Adapun tugas perkembangan remaja Hurlock (1991) adalah sebagai berikut. 
1.       Mampu menerima keadaan fisiknya. 
2.       Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa. 
3.       Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis. 
4.       Mencapai kemandirian ekonomi. Remaja merasa sanggup untuk hidup berdasarkan usaha sendiri.Ini terutama sangat penting bagi laki-laki. Akan tetapi dewasa ini bagi kaum wanita pun tugas ini berangsur-angsur menjadi semakin penting. 
5.       Mencapai kemandirian emosional. 
6.       Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat. 
7.       Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan orang tua. 
8.       Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa. 
9.       Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan. 
10.   Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga. 

E.      Tumbuh kembang remaja
Pengertian tumbuh kembang adalah pertumbuhan fisik atau tubuh dan perkembangan kejiwaan/psikologis/emosi. Tumbuh kembang remaja merupakan proses atau tahap perubahan atau transisi dari masa kanak-kanak menjadi masa dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan, di antaranya adalah sebagai berikut. 
1.       Perubahan fisik meliputi perubahan yang bersifat badaniah, baik yang bisa dilihat dari luar maupun yang tidak dilihat. 
2.       Perubahan emosional yang tercermin dari sikap dan tingkah laku. 
3.       Perkembangan kepribadian dimana masa ini tidak hanya dipengaruhi oleh orang tua dan lingkungan keluarga tetapi juga lingkungan luar sekolah. 
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                
Masa remaja terjadi ketika seseorang mengalami perubahan struktur tubuh dari anak-anak menjadi dewasa (pubertas). Pada masa ini terjadi suatu perubahan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. 

F.      Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut. 
1.       Tanda-tanda seks primer 
Tanda-tanda seks primer yang dimaksud adalah yang berhubungan langsung dengan organ seks. Reproduksi remaja disebutkan bahwa ciri-c’
F`iri seks primer pada remaja adalah sebagai berikut. 
a.       Remaja laki-laki 
Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun. Mimpi basah sebetulnya merupakan salah satu cara tubuh laki-laki ejakulasi. Ejakulasi terjadi karena sperma yang terus menerus diproduksi perlu dikeluarkan. Ini adalah pengalaman yang normal bagi semua remaja laki-laki. 
b.       Remaja wanita 
Pada remaja wanita sebagai tanda kematangan organ reproduksi adalah ditandai dengan datangnya menstruasi (menarche). Menstruasi adalah proses peluruhan dalam atau endometrium yang banyak mengandung pebuluh darah dari uterus melalui vagina. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa menopause yaitu ketika seorang berumur sekitar 40-50 tahun. 

2.       Tanda-tanda seks sekunder 
Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah sebagai berikut. 
a.       Remaja laki-laki 
·         Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kaki bertambah besar. 
·         Bahu melebar, pundak serta dada bertambah besar dan membidang, pinggul menyempit.
·         Pertumbuhan rambut di sekitar alat kelamin, ketiak, dada, taangan, dan kaki. 
·         Tulang wajah memanjang dan membesar tidak tampak seperti anak kecil lagi. 
·         Tumbuh jakun, suara menjadi besar. 
·         Penis dan buah zakar membesar. 
·         Kulit menjadi lebih kasar dan tebal dan berminyak 
·         Produksi keringat menjadi lebih banyak. 
b.       Remaja wanita 
·         Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kaki bertambah besar. 
·         Pinggul lebar, bulat dan membesar. 
·         Tumbuh bulu-bulu halus di sekitar ketiak dan vagina. 
·         Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar. 
·         Pertumbuhan payudara, puting susu membesar dan menonjol, serta kelenjar susu berkembang, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat. 
·         Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori bertambah besar, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. 
·         Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu,lengan dan tungkai. 
·         Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu. 


G.     Perkembangan Psikologis Pada Remaja 
a.       Perkembangan Psikososial 
Pada usia 12-15 Tahun, pencarian identitas diri masih berada pada tahap permulaan. Dimulai pada pengukuhan kemampuan yang sering diungkapkan dalam bentuk kemauan yang tidak dapat dikompromikan sehingga mungkin berlawanan dengan kemauan orang lain. Bila kemauan itu ditentang, mereka akan memaksa agar kemauannya dipenuhi. Ini merupakan bentuk awal dari pencarian “AKU” yang dapat menjadi masalah bagi lingkungannya. Penyesuaian terhadap lingkungan baru akan dapat menjadi masalah bagi remaja karena meninggalkan dunia anak-anak berarti memasuki dunia baru yang penuh dengan tuntutan-tuntutan baru. Bila tidak mungkin memasuki dunia barunya, sering timbul perasaan-perasaan tidak mampu yang mendalam. Akibat perkembangan kelenjar kelamin remaja, mulai timbul perhatian pada remaja terhadap lawan jenisnya. Bahkan hal ini merupakan tanda yang khas bahwa remaja sudah dimulai. 

b.       Proses percintaan remaja dimulai dari tahap-tahap berikut. 
1)       Crush 
Ditandai oleh adanya saling membenci antara anak laki-laki dan perempuan. Penyaluran cinta pada saat ini adalah memuja orang yang lebih tua atau sejenis, bentukya misalnya memuja pahlawan dalam cerita film. 
2)       Hero-worshiping 
Mempunyai persamaan dengan crush, yaitu pemujaan terhadap orang yang lebih tua tetapi yang berlawanan. Kadang yang dikagumi tidak juga dikenal. 
3)       Boy crazy dan girl crazy 
Pada masa ini kasih sayang remaja ditujukan kepada teman-teman sebaya, kadang saling perhatian antara anak laki-laki dengan anak perempuan. 
4)       Puppy Love (Cinta Monyet) 
Cinta remaja sudah mulai tertuju pada suatu orang, tetapi sifanya belum stabil sehingga kadang-kadang masih ganti-ganti pasangan. 

5)       Romantic Love 
Cinta remaja menemukan sasarannya dan percinyaannya sudah stabil dan tidak jarang berakhir dengan perkawinan. 

c.       Emosi 
Emosi adalah perasaan yang mendalam yang biasanya menimbulkan perbuatan atau perilaku. Perasaan dapat dipakai berkaitan dengan keadaan fisik atau psikis, sedangkan emosi hanya dipakai untuk keadaan psikis. Pada masa remaja, kepekaan emosi menjadi meningkat sehingga rangsangan sedikit saja sudah menimbulkan luapan emosi yang besar. 

d.       Perkembangan Kecerdasan 
Dalam masa remaja, perkembangan inlegensi masih berlangsung sampai usia 21 tahun. Berdasarkan perkembangan intelegensi ini, remaja lebih suka belajar sesuatu yang mengandung logika yang dapat dimengerti hubungan antara hal yang satu dengan yang lainnya. Imajinasi remaja juga menunjukkan kemajuan. Hal ini banyak ditandai dengan prestasi yang dicapai remaja. 

H.     Tantangan Dan Masalah Remaja 
Masalah penting yang dihadapi oleh remaja cukup banyak, di antaranya timbulnya berbagai konflik dalam diri remaja. 
1.       Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dengan kebutuhan untuk bebas dan merdeka. Remaja membutuhkan penerimaan sosial dan penghargaan serta kepercayaan orang lain kepadanya. Di pihak lain, dia membutuhkan rasa bebas karena merasa telah besar, dewasa dan tidak kecil lagi. Konflik antar kebutuhan tersebut menyebabkan rusaknya keseimbangan emosi remaja. 
2.       Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan ketergantungan terhadap orang tua. Di pihak lain remaja ingin bebas dan mandiri, yang diperlukannya dalam mencapai kematangan fisik, tetapi membutuhkan orang tua dalam memberikan materi guna menunjang studi dan penyesuaian sosialnya. Konflik tersebut menimbulkan kegoncangan kejiwaan pada remaja sehingga mendorongnya mencari pengganti selain orang tuanya, biasanya teman, guru, atau pun orang dewasa lainnya dari lingkungannya. 
3.       Konflik antara kebutuhan seks dan ketentuan agama serta nilai social. Kematangan seks yang terjadi pada remaja menyebabkan terjadinya kebutuhan seks yang mendesak, tetapi ajaran agama dan nilai-nilai sosial menghalangi pemuasan kebutuhan tersebut. Konflik tersebut bertambah tajam apabila remaja dihadapkan pada cara ataupun perilaku tajam yang menumbuhkan rangsangan seks, seperti film, sandiwara dan gambar. 
4.       Konflik nilai-nilai, yaitu konflik antara prinsip-prinsip yang dipelajari oleh remaja dengan prinsip dan nilai yang dilakukan orang dewasa di lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari. 
5.       Konflik menghadapi masa depan. Konflik ini disebabkan oleh kebutuhan untuk menentukan masa depan. Banyak remaja yang tidak tahu tentang hari depan dan tidak tahu gambarannya. Biasanya pilihan remaja didasarkan atas pilihan orangtua atau pekerjaan yang populer di masyarakat. 

I.        Perilaku Seks Bebas Di Kalangan Remaja 
Pengertian Seks Bebas Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin. Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan diluar ikatan pernikahan, baik suka atau dalam dunia prosituisi. 

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks Bebas 
a.       Faktor Umum 
Latar belakang terjadinya perilaku seks bebas pada umumnya dipengaruhi oleh beberpa faktor, sebagai berikut. 
1.       Gagalnya sosialisasi norma-norma dalam keluarga, terutama keyakinan agama dan moralitas. 
2.       Semakin terbukanya peluang pergaulan bebas setara dengan kuantitas pengetahuan sosial dengan kelompok pertemanan.
3.       Kekosongan aktivitas-aktivitas fisik dan rasio dalam kehidupan sehari-hari. 
4.       Sensitivitas penyerapan dan penghayatan terhadap struktur pergaulan dan seks bebas relative tinggi. 
5.       Rendahnya konsistensi pewarisan contoh perilaku tokoh-tokoh masyarakat dan lembaga-lembaga sosial yang berwenang. 
6.       Rendahnya kepedulian dan control social masyarakat 
7.       Adanya kemudahan dalam mengantisipasi resiko kehamilan 
8.       Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan dan resiko penyakit berbahaya 
9.       Sikap perilaku dan busana yang mengundang desakan seks 
10.   Kesepaian, berpisah dengan pasangan terlalu lama, atau karena keinginan untuk menikmati sensasi seks di luar rutinitas rumah tangga. 
11.   Tersedianya lokalisasi atau legalitas pekerja seks. 

b.       Faktor Internal 
Faktor internal yang mempengaruhi adanya perilaku seks bebas, yaitu sebagai berikut. 
1.       Krisis Identitas Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua. 
2.       Kontrol diri yang lemah. Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku nakal. Begitu pula bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, tetapi tidak bisa mengembangkan control diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya. 
c.       Faktor Eksternal 
Faktor eksternal munculnya perilaku seks bebas di kalangan remaja sebagai berikut. 
1.       Keluarga Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar-anggota kelurga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negative pada remaja. Pendidikan yang salah dikeluarga, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2.       Teman sebaya yang kurang baik 
3.       Komunikasi/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik. Hal-hal di atas merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi perilaku remaja melakukan hubungan seks pranikah atau melakukan tindakan-tindakan kenakalan remaja yang sangat bervariasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab adanya perilaku seks bebas di kalangan remaja cukup kompleks dan sangat luas, yang meliputi kurangnya kasih sayang orangtua, kurangnya pengawasan dari orangtua, pergaulan dengan teman yang tidak sebaya. Selain itu, juga peran dari perkembangan iptek yang berdampak negative, tidak adanya bimbingan kepribadian dari sekolah, dasar-dasar agama yang kurang, tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya yang berlebihan dan masalah yang dipendam. 

Pengaruh Buruk Akibat Hubungan Seks Bebas Bagi Remaja 
Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tidak mampu mengendalikan rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk melakukan hubungan seks pranikah. Hal ini akan menimbulkan akibat yang dapat dirasakan bukan saja oleh pasangan, khususnya remaja putri, tetapi juga orang tua, keluarga, bahkan masyarakat. 


Berikut adalah akibat hubungan seks pranikah. 
1. Bagi remaja 
·         Remaja laki-laki menjadi tidak perjaka, wanita menjadi tidak perawan 
·         Resiko tertular penyakit menular seksual (PMS) meningkat, seperti gonore, sifilis, herpes simpleks (genitalis), klamidia, kondiloma akuminata, dan HIV dan AIDS 
·         Remaja putri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan yang tidak aman, infeksi organ reproduksi, anemia, kemandulan, dan kematian karena perdarahan atau keracunan kehamilan. 
·         Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, merasa berdosa, dan hilang harapan masa depan). 
·         Kemungkinan hilang kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan kesempatan bekerja 
·         Melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat 

2. Bagi keluarga 
·         Menimbulkan aib keluarga 
·         Menambah beban ekonomi 
·         Memengaruhi kejiwaan bagi anak karena adanya tekanan (ejekan) dari masyarakat. 
3. Bagi masyarakat 
·         Meningkatkan remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun 
·         Meningkatkan angka kematian ibu dan bayi 
·         Meningkatkan beban ekonomi masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat menurun.

Upaya Penanggulangan Seks Bebas di Kalangan Remaja 
Seks bebas yang terjadi di kalangan remaja sudah sangat meresahkan. Perilaku seks bebas dapat dicegah melalui keluarga. Orang tua lebih memerhatikan anak-anaknya, apalagi anak yangg sedang beranjak dewasa. Selain itu, orang tua juga memberi pengertian tentang seks dan apa akibatnya jika dilakukan kepada anak. Seks bebas juga dapat dicegah melalui keinginan diri sendiri. Remaja harus lebih memikirkan akibat sebelum berbuat atau paling tidak remaja lebih meningkatkan keimanan pada Tuhan. Pihak sekolah juga sangat berperan dalam usaha penanggulangan seks bebas dikalangan remaja, seperti mengadakan penyuluhan di sekolah tentang bahaya seks bebas. Para remaja dilarang berdua-duaan disekitar lingkungan sekolah yang sepi, tidak diperbolehkan melihat video porno, serta memberikan sanksi bagi anak-anak yang melakukan pelanggaran (Ninik, 2007). 

J.       Kesehatan Reprodukasi Remaja 
Kesehatan reproduksi remaja menurut Adji (2003) adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat di sini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan, tetapi juga sehat secara mental serta sosial kultural. Kesehatan reproduksi remaja sulit dipisahkan dari kesehatan remaja secara keseluruhan, karena gangguan kesehatan remaja akan menimbulkan gangguan pula pada sistem reproduksi. 

Berikut adalah beberapa keadaan yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan remaja termasuk kesehatan reproduksi remaja. 
1.       Masalah gizi buruk 
·         Anemia dan kurang energi kronis (KEK) 
·         Pertumbuhan yang terhambat pada remaja putri, sehingga mengakibatkan panggul sempit dan beresiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) dikemudian hari 
2.       Masalah pendidikan 
·         Buta huruf yang mengakibatkan remaja tidak mempunyai akses informasi yang dibutuhkannya serta kurang mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk kesehatan dirinya. 
·         Pendidikan rendah dapat mengakibatkan remaja kurang mampu memenuhi kebutuhan fisik dasar ketika berkeluarga, dan hal ini akan berpengaruh buruk terhadap derajat kesehatan diri dan keluarganya. 
3.       Masalah lingkungan dan pekerjaan 
·         Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan kesehatan remaja yang bekerja sehingga akan mengganggu kesehatan remaja. 
·         Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat, bahkan merusak kesehatan fisik, mental dan emosional remaja. 
4.       Masalah seks dan seksualitas 
·         Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah seksualitas, misalnya mitos yang tidak benar. 
·         Kurang bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan dengan seksualitas. 
·         Penyalahgunaan dan ketergantungan napza yang mengarah kepada penularan HIV dan AIDS melalui jarum suntik dan hubungan seks bebas yang dewasa ini semakin mengkhawatirkan. 
·         Penyalahgunaan seksual 
·         Kehamilan remaja 
·         Kehamilan pranikah/diluar ikatan pernikahan 
5.       Masalah perkawinan dan kehamilan dini 
·         Ketidakmatangan secara fisik dan mental 
·         Resiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar 
·         Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri 
·         Resiko untuk melakukan aborsi yang tidak aman 

Alasan Remaja Mengetahui Kesehatan Reproduksi 
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku hidup sehat bagi remaja, disamping juga untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan pengetahuan yang memadai dan adanya motivasi untuk menjalani masa remaja secara sehat, para remaja diharapkanmampu memelihara kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan sistem reproduksi yang sehat. 

Pengetahuan Dasar Remaja Agar Kesehatan Reproduksi Optimal 
Pengetahuan dasar remaja agar optimal meurut Adjie(2003) remaja perlu mengetahui tentang hal-hal berikut. 
1)       Pengenalan mengenai sistem, proses, dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja).  
2)       Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merecanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginannya dan pasangannya  
3)       Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi.  
4)       Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi.  
5)       Pengaruh sosial dan media terhadap prilaku seksual.  
6)       Kekerasan seksual dan bagaimana menghindariya.  
7)       Mengembangkan kemampuan komunikasi berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif.  
8)       Hak-hak reproduksi. 

Pendidikan seks diberikan sejak usia balita, tahapan-tahapan pendidikan seks :
1.       Usia balita (1-5 tahun)
Memperkenalkan organ seks yang dimiliki seperti menjelaskan anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta cara melindunginya.
2.       Usia sekolah (6-10 tahun)
Memahami perbedaan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), menginformasikan asal-usul manusia, membersihkan alat genital dengan benar agar terhindar dari kuman dan penyakit.
3.       Usia menjelang remaja (10-13 tahun)
Menerangkan masa pubertas dan karakteristiknya, serta menerima perubahan dari bentuk tubuhnya.
4.       Usia remaja
Memberi penjelasan mengenai perilaku seks yang merugikan (seperti seks bebas), menanamkan moral dan prinsip ‘say no‘ untuk seks pra nikah serta membangun penerimaan terhadap diri sendiri. 
5.       Usia pranikah
Pembekalan pada pasangan yang ingin menikah tentang hubungan seks yang sehat dan tepat.
6.       Usia setelah menikah
Memelihara pernikahan melalui hubungan seks yang berkualitas dan berguna untuk melepaskan ketegangan dan stres.

Materi pendidikan seks yang diberikan di sekolah sesuai dengan jenjang pendidikanadalah sebagai berikut :
A.     Sekolah Dasar (SD) : Terutama Kelas 5-6 SD (memasuki usia remaja)
1.            Keterbukaan pada orang tua.
2.            Pengarahan akan persepsi mereka tentang seks bahwa hal tersebut mengacu pada ‘jenis kelamin’ dan bukan lagi tentang hal-hal di luar itu (hubungan laki-laki dan perempuan, proses membuat anak, dsb.).
3.            Perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
4.            Pengenalan bagian tubuh, organ, dan fungsinya.
5.            Memakai bahasa yang baik dan benar tentang seks menggunakan bahasa ilmiah, seperti “Penis”, “Vagina”.
6.            Pengenalan sistem organ seks secara sederhana.
7.            Anatomi sistem reproduksi secara sederhana.
8.            Cara merawat kesehatan dan kebersihan organ tubuh, termasuk organ seks/organ reproduksi.
9.            Mengajarkan anak untuk menghargai dan melindungi tubuhnya sendiri.
10.         Proses kehamilan dan persalinan sederhana.
11.         Mempersiapkan anak untuk memasuki masa pubertas.
12.         Perkembangan fisik dan psikologis yang terjadi pada remaja.
13.         Ciri seksualitas primer dan sekunder.
14.         Proses terjadinya mimpi basah.
15.         Proses terjadinya ovulasi dan menstruasi secara sederhana.
16.         Memberikan pemahaman bagi para siswa mengenai pendidikan seksual agar siswa dapat memiliki sikap positif dan perilaku yang bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya secara umum.

B.     Sekolah Menengah Pertama (SMP)
1.         Menjelaskan sistem organ seks dengan cukup detail.
2.         Proses kehamilan dan persalinan agak detail.
3.         Sedikit materi tambahan tentang kondisi patologis pada sistem organ seks.
4.         Memperluas apa yang telah dibicarakan di SD kelas 5 dan 6, yakni identitas remaja, pergaulan, dari mana kau berasal, proses melahirkan, dan tanggung jawab moral dalam pergaulan.
5.         Lebih mengarah ke penyuluhan “Safe Sex”. Bukan hanya untuk menhindari kehamilan, tapi juga menhindari penyakit-penyakit seksual.

C.     Sekolah Menengah Atas (SMA)
1.    Menjelaskan secara detail dan lengkap materi tersebut di atas, ditambah bahaya penyakit menular seksual (PMS), terutama HIV/AIDS.
2.    Mendalami lagi apa yang telah diberikan di SD dan SLTP yakni secara psikologis pria dan wanita, paham keluarga secara sosiologi, masalah pacaran dan tunangan, komunikasi, pilihan cara hidup menikah atau membujang, pergaulan pria dan wanita, tubuh manusia yang berharga, penilaian etis yang bertanggung jawab sekitar masalah-masalah seksual dan perkawinan 

D.     Fungsi Penting Program Promosi Kesehatan Remaja
1)            Meningkatkan penerimaan pengetahuan dan keterampilan untuk perawatan diri yang kompeten dan menginformasikan pembuatan keputusan tentang kesehatan.
2)            Memberikan pengkuatan positif terhadap perilaku sehat.
3)            Pengaruh struktur lingkungan dan sosial untuk mendukung perilaku peningkatan kesehatan.
4)            Memfasilitasi pertumbuhan dan aktualisasi diri.
5)            Menyadarkan remaja terhadap aspek lingkungan dan budaya barat yang merusak kesehatan dan kesejahteraan.


Melibatkan perempuan dalam pengambil keputusan
A.     Arti pengambilan keputusan 
Dalam menjalani kehidupan, manusia pada hakekatnya selalu membuat keputusan. Pengambilan keputusan menjadi bagian integral dari kehidupan manusia sehari – hari, untuk menemukan hal – hal yang terbaik bagi kelangsungan hidupnya. Emory dan Nilan (Harrison,1992) mengatakan pengambilan keputusan menunjukan pada aktivitas seleksi dan komitmen. Pembuat keputusan memilih tujuan – tujuan yang disukai, peryataan yang paling masuk akal, jalan yang masih baik. Ellion (Harrison,1992) mengindikasikan bahwa pengambilan keputusan, adalah orang yang bertindak sebagai pengambil keputusan, melakukan perbandingan atas alternatif, termaksuk melakukan evaluasi terhadap manfaatnya.
Kebanyakan dari pengambilan keputusan yang dilakukan individual berhubungan dengan penyelesaian masalah pribadi, pekerjaan atau masalah sosial. Dalam kehidupan sehari – hari pada masa remaja melakukan pengambilan keputusan merupakan hal yang sulit dalam penetapanya karena di usia inilah baru belajar untuk pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan kesehatan reproduksi .berbeda dengan seseorang yang sudah matang berdasarkan usia dan pengalaman dalam pengambilan keputusan akan lebih mudah dilakukan diakibatkan sudah mengetahui resiko pengambilan keputusan tersebut. 
Keputusan adalah tindakan seseorang untuk memilih satu atau lebih di antara berbagai kemungkinan yang ada dalam kondisi yang belum jelas. Keputusan dibuat dalam kondisi yang tidak jelas alias masih diragukan ketepatannya dengan situasi yang ada. Membuat keputusan berarti siap dan berani menanggung segala risiko yang ditimbulkannya.
Keputusan yang dibuat tentu saja akan teruji lewat respons lingkungan serta perubahan situasi dan kondisi.Semua aktivitas bertujuan untuk mencapai peningkatan kualitas manusia yang bersifat kontinu atau berkelanjutan. Manusia harus selalu kreatif saat memecahkan masalah yang dijumpai dalam keseharian hidupnya.
Dengan kata lainkeputusan yang baik adalah suatu tindakan yang sistematis terhadap suatu masalah dengan cara mengumpulan fakta-fakta dan data-data serta menentukan pilihan-pilihan yang matang untuk mengambil suatu tindakan yang tepat.

B.     Faktor – faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kesehatan reproduksi dalam pengambilan keputusan.
1.       Pendidikan
Pendidikan merupakan aspek yang sangat pentinga dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Menurut Todaro, 1999. Rendahnya tingkat pendidikan perempuan turut menjadi penghambat pengambilan keputusan serta pembangunan ekonomi, yang berarti memperburuk kesejahteraan sosial. Data empiris telah banyak yang menunjukan bahwa pendidikan memiliki hubungan erat dengan fertilitas. Semakin baik tingkat pendidikan yang diterima kaum perempuan, maka tingkat fertilitas (atau kecenderungan untuk mempunyai anak) akan semakin rendah. Pendidikan dengan demikian menjadi elemen kunci untuk menghancurkan lingkungan yang tidak baik meliputi kesehatan anak yang buruk , kinerja pendidik yang rendah, pendapatan yang minim, tingkat fertilitas yang tinggi, serta tingkat kematian bayi. Tingkat pendidikan ibu yang semakin baik diyakini mempengaruhi sumber kualitas sumber daya manusia selama beberapa generasi mendatang. 
2.       Tingkat Ekonomi. 
Tingkat ekonomi dalam praktiknya sangat nyata bahwa dalam mempengaruhi perilaku masyarakat dalam kesehatan reproduksi. Hal ini tampak nyata khususnya pada saat terjadinya krisis moneter di indonesia, yang kemudian menjadi krisis multi-dimensi yang berkepanjangan hingga saat ini. Krisis mobeter secara nyata berpengaruh kepada merendahnya daya beli masyarakat terhadap kebutuhan pokok pangan. 
3.       Budaya Patriaki. 
Masyarakat Indonesia pada umumnya masih di warnai budaya patriaki, yakni sistem sosial budaya yang dalam tatanan keluarga merupakan unit terkecil masyarakat, laki – laki mendominasi keputusan – keputusan penting. Hasim, 2001. Mengatakan bahwa patriaki adalah sebuah aturan kehidupan yang hanya disandarkan kepada nilai – nilai yang berkembang dilingkuangan bapak – bapak (laki – laki), sesuai dengan makna kata patriaki.
Sistem ini membuat tidak berdaya tidak memiliki “kekuasaan” untuk menolak sesuatu yang menjadi keputusan laki – laki . Koentjaraningrat, 1984, memberi contoh sistem sosial patriaki yang kuat di Indonesia, yakni suku batak toba. Suku ini sangat dikenal dengan sistem patrialineal (menurut garis ayah) yang terkuat di indonesia. 




C.     Peran Wanita dalam Masyarakat
Sebagai mahluk sosial yang hidup bermasyarakat, maka seorang wanita selain  berperan di keluarganya juga berperan dan berpartisipasi aktif dalam lingkungan sosial, salah satu diantaranya adalah dalam pembinaan kesejahteraan keluarga di masyarakat.
·         Peran wanita disini meliputi  :
o   Peran sebagai orang tua.
o   Peran sebagai kader.
o   Peran sebagai perangkat desa.
o   Peran sebagai petugas kesehatan.

·         Fungsi dari peran tersebut dapat dilaksanakan dengan :
o   Ikut serta dalam program PKK.
o   Sebagai anggota kader yang mampu melaksanakan dan menggerakkan masyarakat untuk melakukan tindakan/kegiatan yang ada.
o   Mengajak wanita lain untuk ikut serta berperan aktif dalam kegiatan PKK.
o   Memberikan motivasi dan bimbingan pada warga sekitar tentang pentingnya kesehatan keluarga serta lingkungannya.(Dwi Maryanti;h:23-26;2009)

D.     Peran Dan Tugas Bidan Untuk Melibatkan Wanita Dalam Pengambilan Keputusan
Secara umum peran dan tugas bidan untuk melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan adalah sebagai fasilitator, motivator dan konselor.
 Cara Melibatkan Wanita dalam Pengambilan Keputusan
o   Memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya tentang permasalahan sesuai kebutuhan.
o   Memberikan pandangan-pandangan tentang akibat dari keputusan apapun yang akan diambilnya.
o   Meyakinkan wanita (ibu) untuk bertujuan terhadap keputusan yang akan diambilnya.
o   Pastikan bahwa keputusan yang diambil adalah yang terbaik.
o   Memberi dukungan pada wanita atas keputusan yang diambilnya.

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengambilan Keputusan
Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan, yaitu diantaranya :
o   Proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.
o   Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi harus berdasarkan pada sistematika tertentu.
o   Masalah harus diketahui dengan jelas.
o   Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis.
o   Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang telah dianalisa secara matang. (Yanti;2011)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar