HAND OUT PERAN DAN TUGAS BIDAN DALAM PHC
Mata Kuliah : Biologi Reproduksi Dan Keluarga Berencana
Topik : Peran Dan Tugas Bidan Dalam Phc Untuk Kesehatan Wanita Yang Menekankan
Pada Aspek Pencegahan Dan Promosi Kesehatan
Waktu : 100 Menit
Dosen : Fitria DN, SST
Pertemuan : II
SUB TOPIK
1. Asuhan reproduksi remaja
2. Melibatkan wanita dalam pengambil keputusan
OBJEK PRILAKU SISWA
Setelah
membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan Asuhan reproduksi remaja
2. Menjelaskan dalam Melibatkan wanita dalam pengambil
keputusan
REFRENSI
1.
Kumala
Intan & Andhayanto Iwan. 2012. Kesehatan
reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Salemba Medika :
Jakarta
2.
Soetjiningsih.
2010. Tumbuh kembang Remaja dan permasalahnya. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto.
3.
__________
tersedia : https://bidanshop.blogspot.co.id/2014/10/asuhan-kesehatan-reproduksi-pada-remaja.html (7 maret 2017)
4.
___________
tersedia : http://devitarustida.blogspot.co.id/2015/04/sejarah-kesehatan-wanita-di-indonesia.html (7 maret
2017)
PERAN DAN TUGAS BIDAN DALAM PHC UNTUK KESEHATAN
WANITA YANG MENEKANKAN PADA ASPEK PENCEGAHAN DAN PROMOSI KESEHATAN
A. Definisi
Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat
diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat
melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau
oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka
dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri
(self determination).
B. PRINSIP PHC
Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan prinsip-prinsip PHC sebagai pendekatan atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi semua. Lima prinsip PHC sebagai berikut :
a) Pemerataan
upaya kesehatan.
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini
yaitu perawatan primer dan layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan
utama dalam masyarakat harus diberikan sama bagi semua individu tanpa memandang
jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi perkotaan atau pedesaan dan kelas
sosial.
b) Penekanan
pada upaya preventif.
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang
meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan dengan peran serta individu agar berprilaku sehat serta
mencegah berjangkitnya penyakit.
c) Penggunaan
teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan.
Teknologi medis harus disediakan yang dapat
diakses, terjangkau, layak dan diterima budaya masyarakat (misalnya penggunaan
kulkas untuk vaksin cold storage).
d) Peran
serta masyarakat dalam semangat kemandirian.
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk
membuat penggunaan maksimal dari lokal, nasional dan sumber daya yang tersedia
lainnya. Partisipasi masyarakat adalah proses di mana individu dan keluarga
bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri dan orang-orang di sekitar
mereka dan mengembangkan kapasitas untuk berkontribusi dalam pembangunan
masyarakat. Partisipasi bisa dalam bidang identifikasi kebutuhan atau selama
pelaksanaan. Masyarakat perlu berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten
atau tingkat pemerintah daerah. Partisipasi lebih mudah di tingkat lingkungan
atau desa karena masalah heterogenitas yang minim.
e) Kerjasama
lintas sektoral dalam membangun kesehatan.
Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki
oleh intervensi hanya dalam sektor kesehatan formal; sektor lain yang sama
pentingnya dalam mempromosikan kesehatan dan kemandirian masyarakat.
Sektor-sektor ini mencakup, sekurang-kurangnya: pertanian (misalnya keamanan
makanan), pendidikan, komunikasi (misalnya menyangkut masalah kesehatan yang
berlaku dan metode pencegahan dan pengontrolan mereka); perumahan; pekerjaan
umum (misalnya menjamin pasokan yang cukup dari air bersih dan sanitasi dasar)
; pembangunan perdesaan; industri; organisasi masyarakat (termasuk Panchayats
atau pemerintah daerah , organisasi-organisasi sukarela , dll).
C.
UNSUR
UTAMA PHC
Tiga unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah
sebagai berikut :
1) Mencakup
upaya-upaya dasar kesehatan
2) Melibatkan
peran serta masyarakat
3) Melibatkan
kerjasama lintas sektoral
D. TUJUAN PHC
a. Tujuan
Umum. Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang
diselenggarakan, sehingga akan dicapai tingkat epuasan pada masyarakat yang
menerima pelayanan.
b. Tujuan
Khusus :
1. Pelayanan
harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayanai
2. Pelayanan
harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
3. Pelayanan
harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani
4. Pelayanan
harus secara maksimum menggunkan tenaga dan sumber – sumber daya lain dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat.
E. FUNGSI PHC
PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut :
PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Pemeliharaan
Kesehatan
2. Pencegahan
Penyakit
3. Diagnosis
dan Pengobatan
4. Pelayanan
Tindak lanjut
5.
Pemberian Sertifikat
F. ELEMEN-ELEMEN PHC
Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu :
Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu :
1. Pendidikan
mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta pengendaliannya
2. Peningkatan
penyedediaan makanan dan perbaikan gizi
3. Penyediaan
air bersih dan sanitasi dasar
4. Kesehatan
Ibu dan Anak termasuk KB
5. Imunisasi
terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6. Pencegahan
dan pengendalian penyakit endemic setempat
7. Pengobatan
penyakit umum dan ruda paksa
8. Penyediaan
obat-obat essensial
G. CIRI-CIRI PHC
Adapun cirri-ciri PHC adalah sebagai berikut :
Adapun cirri-ciri PHC adalah sebagai berikut :
1) Pelayanan
yang utama dan intim dengan masyarakat
2) Pelayanan
yang menyeluruh
3) Pelayanan
yang terorganisasi
4) Pelayanan
yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
5) Pelayanan
yang berkesinambungan
6) Pelayanan
yang progresif
7) Pelayanan
yang berorientasi kepada keluarga
8) Pelayanan
yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja
H. TANGGUNG JAWAB TENAGA KESEHATAN DALAM PHC
Tanggung jawab tenaga kesehatan dalam PHC lebih dititik beratkan kepada hal-hal sebagai berikut :
Tanggung jawab tenaga kesehatan dalam PHC lebih dititik beratkan kepada hal-hal sebagai berikut :
1)
Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam
pengembangan dan implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan
kesehatan
2)
Kerjasama dengan masyarakat, keluarga, dan
individu
3)
Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik
asuhan diri sendiri pada masyarakat
4)
Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas
pelayanan kesehatan dan kepada masyarakat
5)
Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan
masyarakat.
I.
IMPLEMENTASI
PHC DI INDONESIA
Primary Health Care (PHC) diperkenalkan oleh World
Health Organization (WHO) sekitar tahun 70-an, dengan tujuan untuk meningkatkan
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Di Indonesia,
PHC memiliki 3 (tiga) strategi utama, yaitu kerjasama multisektoral,
partisipasi masyarakat, dan penerapan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dengan
pelaksanaan di masyarakat.
Menurut Deklarasi Alma Ata (1978) PHC adalah
kontak pertama individu, keluarga, atau masyarakat dengan sistem pelayanan.
Pengertian ini sesuai dengan definisi Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun
2009, yang menyatakan bahwa Upaya Kesehatan Primer adalah upaya kesehatan dasar
dimana terjadi kontak pertama perorangan atau masyarakat dengan pelayanan
kesehatan.
Dalam mendukung strategi PHC yang pertama,
Kementerian Kesehatan RI mengadopsi nilai inklusif, yang merupakan salah satu
dari 5 nilai yang harus diterapkan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan,
yaitu pro-rakyat, inklusif, responsif, efektif, dan bersih. Strategi PHC yang
kedua, sejalan dengan misi Kementerian Kesehatan, yaitu :
1) Meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta
dan masyarakat madani;
2) Melindungi
kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang
paripurna, merata bermutu dan berkeadilan;
3) Menjamin
ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; dan
4) Menciptakan
tata kelola kepemerintahan yang baik.
Di Indonesia, pelaksanaan Primary Health Care
secara umum dilaksanakan melaui pusat kesehatan dan di bawahnya (termasuk
sub-pusat kesehatan, pusat kesehatan berjalan) dan banyak kegiatan berbasis
kesehatan masyarakat seperti Rumah Bersalin Desa dan Pelayanan Kesehatan Desa
seperti Layanan Pos Terpadu (ISP atau Posyandu). Secara administratif,
Indonesia terdiri dari 33 provinsi, 349 Kabupaten dan 91. Kotamadya, 5.263
Kecamatan dan 62.806 desa. Untuk strategi ketiga, Kementerian Kesehatan saat
ini memiliki salah satu program yaitu saintifikasi jamu yang dimulai sejak
tahun 2010 dan bertujuan untuk meningkatkan akses dan keterjangkauan masyarakat
terhadap obat-obatan.
Program ini memungkinkan jamu yang merupakan
obat-obat herbal tradisional yang sudah lazim digunakan oleh masyarakat
Indonesia, dapat teregister dan memiliki izin edar sehingga dapat
diintegrasikan di dalam pelayanan kesehatan formal. Untuk mencapai keberhasilan
penyelenggaraan PHC bagi masyarakat, diperlukan kerjasama baik lintas sektoral
maupun regional, khususnya di kawasan Asia Tenggara. Dalam penerapannya ada
beberapa masalah yang terjadi di Indonesia. Permasalahan yang utama ialah
bagaimana primary health care belum dapat dijalankan sebagaimana semestinya.
Oleh karena itu, ada beberapa target yang seharusnya dilaksanakan dan dicapai
yaitu:
1) Memantapkan
Kemenkes berguna untuk menguatkan dan meningkatkan kualitas pelayanan dan
mencegah kesalahpahaman antara pusat keehatan dan masyarakat
2) Pusat
Kesehatan yang bersahabat merupakan metode alernatif untuk menerapkan paradigma
sehat pada pelaksana pelayanan kesehatan.
3) Pelayanan
kesehatan primer masih penting pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
4) Pada
era desentralisasi, variasi pelayanan kesehatan primer semakin melebar dan
semakin dekat pada budaya local.
Asuhan
Kesehatan Reproduksi Remaja
A. Definisi
Remaja dalam ilmu
psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence,
dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula di kaitkan pubertas atau remaja.
Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/early adolescence (10-13
tahun), remaja menengah/middle adolescence (14-16 tahun) dan remaja akhir/late
adolescence (17-20 tahun) (Behrman, Kliegman & Jenson, 2004).
Masa remaja adalah
masa peralihan dimana perubahan secara fisik dan psikologis dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock, 2003). Perubahan psikologis yang terjadi
pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan sosial.
Perubahan fisik mencakup organ seksual yaitu alat-alat reproduksi sudah
mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan baik (Sarwono, 2006).
B. Tahapan remaja
1) Masa
remaja awal/dini (early adolescence)
umur 11 – 13 tahun
2) Masa
remaja pertengahan (middle adolescence)
umur 14 – 16 tahun
3) Masa
remaja lanjut ( Late adolescence)
umur 17 – 20 tahun
C. Karakteristik Remaja
Tahap perkembangan
remaja Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu
((Monks, Knoers & Haditomo, 2002):
1.
Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan
ciri khas antara lain:
·
Lebih dekat dengan teman sebaya
·
Ingin bebas
·
Lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya dan mulai berpikir abstrak
2.
Masa remaja tengah (15-18 tahun),
dengan ciri khas antara lain 1)
·
Mencari identitas diri
·
Timbulnya keinginan untuk kencan
·
Mempunyai rasa cinta yang mendalam
·
Mengembangkan kemampuan berpikir
abstrak
·
Berkhayal tentang aktifitas seks
3.
Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan
ciri khas antara lain
·
Pengungkapan identitas diri
·
Lebih selektif dalam mencari teman
sebaya
·
Mempunyai citra jasmani dirinya
·
Dapat mewujudkan rasa cinta
·
Mampu berpikir abstrak
D. Tahap perkembangan remaja dan
Tugasnya
Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya seorang
individu, dari masa anak-anak sampai dewasa, individu memiliki tugas
masing-masing pada setiap tahap perkembangannya. Tugas yang dimaksud pada
setiap tahap perkembangan adalah setiap tahapan usia, individu tersebut
mempunyai tujuan untuk mencapai suatu kepandaian, keterampilan, pengetahuan,
sikap, dan fungsi tertentu sesuai dengan kebutuhan pribadi. Kebutuhan pribadi
itu sendiri muncul dari dalam diri yang dirangsang oleh kondisi di sekitarnya
atau masyarakat. Tugas perkembangan remaja difokuskan pada upaya meninggalkan
sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan
bersikap dan berperilaku secara dewasa.
Adapun tugas perkembangan remaja Hurlock (1991) adalah
sebagai berikut.
1. Mampu menerima keadaan fisiknya.
2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia
dewasa.
3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok
yang berlainan jenis.
4. Mencapai kemandirian ekonomi. Remaja merasa sanggup
untuk hidup berdasarkan usaha sendiri.Ini terutama sangat penting bagi
laki-laki. Akan tetapi dewasa ini bagi kaum wanita pun tugas ini
berangsur-angsur menjadi semakin penting.
5. Mencapai kemandirian emosional.
6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang
sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
7. Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang
dewasa dan orang tua.
8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang
diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab
kehidupan keluarga.
E. Tumbuh kembang remaja
Pengertian
tumbuh kembang adalah pertumbuhan fisik atau tubuh dan perkembangan
kejiwaan/psikologis/emosi. Tumbuh kembang remaja merupakan proses atau tahap
perubahan atau transisi dari masa kanak-kanak menjadi masa dewasa yang ditandai
dengan berbagai perubahan, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Perubahan fisik meliputi perubahan yang bersifat
badaniah, baik yang bisa dilihat dari luar maupun yang tidak dilihat.
2. Perubahan emosional yang tercermin dari sikap dan
tingkah laku.
3. Perkembangan kepribadian dimana masa ini tidak hanya
dipengaruhi oleh orang tua dan lingkungan keluarga tetapi juga lingkungan luar
sekolah.
Masa remaja terjadi ketika seseorang mengalami perubahan
struktur tubuh dari anak-anak menjadi dewasa (pubertas). Pada masa ini terjadi
suatu perubahan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di
dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai
kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi
reproduksi.
F.
Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan
tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut.
1.
Tanda-tanda seks primer
Tanda-tanda seks primer yang dimaksud adalah yang
berhubungan langsung dengan organ seks. Reproduksi remaja disebutkan bahwa
ciri-c’
F`iri seks primer pada remaja adalah sebagai
berikut.
a. Remaja laki-laki
Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi
reproduksi bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja
laki-laki usia antara 10-15 tahun. Mimpi basah sebetulnya merupakan salah satu
cara tubuh laki-laki ejakulasi. Ejakulasi terjadi karena sperma yang terus
menerus diproduksi perlu dikeluarkan. Ini adalah pengalaman yang normal bagi
semua remaja laki-laki.
b. Remaja wanita
Pada remaja wanita sebagai tanda kematangan organ
reproduksi adalah ditandai dengan datangnya menstruasi (menarche). Menstruasi
adalah proses peluruhan dalam atau endometrium yang banyak mengandung pebuluh
darah dari uterus melalui vagina. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang
masa menopause yaitu ketika seorang berumur sekitar 40-50 tahun.
2.
Tanda-tanda seks sekunder
Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah
sebagai berikut.
a. Remaja laki-laki
·
Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang,
tangan dan kaki bertambah besar.
·
Bahu melebar, pundak serta dada bertambah
besar dan membidang, pinggul menyempit.
·
Pertumbuhan rambut di sekitar alat
kelamin, ketiak, dada, taangan, dan kaki.
·
Tulang wajah memanjang dan membesar tidak
tampak seperti anak kecil lagi.
·
Tumbuh jakun, suara menjadi besar.
·
Penis dan buah zakar membesar.
·
Kulit menjadi lebih kasar dan tebal dan
berminyak
·
Produksi keringat menjadi lebih
banyak.
b. Remaja wanita
·
Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang,
tangan dan kaki bertambah besar.
·
Pinggul lebar, bulat dan membesar.
·
Tumbuh bulu-bulu halus di sekitar ketiak
dan vagina.
·
Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan
membesar.
·
Pertumbuhan payudara, puting susu membesar
dan menonjol, serta kelenjar susu berkembang, payudara menjadi lebih besar dan
lebih bulat.
·
Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal,
agak pucat, lubang pori-pori bertambah besar, kelenjar lemak, dan kelenjar
keringat menjadi lebih aktif.
·
Otot semakin besar dan semakin kuat,
terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan
bentuk pada bahu,lengan dan tungkai.
·
Suara menjadi lebih penuh dan semakin
merdu.
G.
Perkembangan Psikologis Pada Remaja
a. Perkembangan Psikososial
Pada usia 12-15 Tahun, pencarian identitas diri masih
berada pada tahap permulaan. Dimulai pada pengukuhan kemampuan yang sering
diungkapkan dalam bentuk kemauan yang tidak dapat dikompromikan sehingga
mungkin berlawanan dengan kemauan orang lain. Bila kemauan itu ditentang,
mereka akan memaksa agar kemauannya dipenuhi. Ini merupakan bentuk awal dari
pencarian “AKU” yang dapat menjadi masalah bagi lingkungannya. Penyesuaian
terhadap lingkungan baru akan dapat menjadi masalah bagi remaja karena
meninggalkan dunia anak-anak berarti memasuki dunia baru yang penuh dengan
tuntutan-tuntutan baru. Bila tidak mungkin memasuki dunia barunya, sering
timbul perasaan-perasaan tidak mampu yang mendalam. Akibat perkembangan
kelenjar kelamin remaja, mulai timbul perhatian pada remaja terhadap lawan
jenisnya. Bahkan hal ini merupakan tanda yang khas bahwa remaja sudah
dimulai.
b. Proses percintaan remaja dimulai dari tahap-tahap
berikut.
1) Crush
Ditandai oleh adanya saling membenci antara anak
laki-laki dan perempuan. Penyaluran cinta pada saat ini adalah memuja orang
yang lebih tua atau sejenis, bentukya misalnya memuja pahlawan dalam cerita
film.
2) Hero-worshiping
Mempunyai persamaan dengan crush, yaitu pemujaan
terhadap orang yang lebih tua tetapi yang berlawanan. Kadang yang dikagumi
tidak juga dikenal.
3) Boy crazy dan girl crazy
Pada masa ini kasih sayang remaja ditujukan kepada
teman-teman sebaya, kadang saling perhatian antara anak laki-laki dengan anak
perempuan.
4) Puppy Love (Cinta Monyet)
Cinta remaja sudah mulai tertuju pada suatu orang,
tetapi sifanya belum stabil sehingga kadang-kadang masih ganti-ganti
pasangan.
5) Romantic Love
Cinta remaja menemukan sasarannya dan percinyaannya
sudah stabil dan tidak jarang berakhir dengan perkawinan.
c. Emosi
Emosi adalah perasaan yang mendalam yang biasanya
menimbulkan perbuatan atau perilaku. Perasaan dapat dipakai berkaitan dengan
keadaan fisik atau psikis, sedangkan emosi hanya dipakai untuk keadaan psikis.
Pada masa remaja, kepekaan emosi menjadi meningkat sehingga rangsangan sedikit
saja sudah menimbulkan luapan emosi yang besar.
d. Perkembangan Kecerdasan
Dalam masa remaja, perkembangan inlegensi masih
berlangsung sampai usia 21 tahun. Berdasarkan perkembangan intelegensi ini,
remaja lebih suka belajar sesuatu yang mengandung logika yang dapat dimengerti
hubungan antara hal yang satu dengan yang lainnya. Imajinasi remaja juga
menunjukkan kemajuan. Hal ini banyak ditandai dengan prestasi yang dicapai
remaja.
H.
Tantangan Dan Masalah Remaja
Masalah penting yang dihadapi oleh remaja cukup
banyak, di antaranya timbulnya berbagai konflik dalam diri remaja.
1. Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri
dengan kebutuhan untuk bebas dan merdeka. Remaja membutuhkan penerimaan sosial
dan penghargaan serta kepercayaan orang lain kepadanya. Di pihak lain, dia
membutuhkan rasa bebas karena merasa telah besar, dewasa dan tidak kecil lagi.
Konflik antar kebutuhan tersebut menyebabkan rusaknya keseimbangan emosi
remaja.
2. Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan
ketergantungan terhadap orang tua. Di pihak lain remaja ingin bebas dan
mandiri, yang diperlukannya dalam mencapai kematangan fisik, tetapi membutuhkan
orang tua dalam memberikan materi guna menunjang studi dan penyesuaian
sosialnya. Konflik tersebut menimbulkan kegoncangan kejiwaan pada remaja
sehingga mendorongnya mencari pengganti selain orang tuanya, biasanya teman,
guru, atau pun orang dewasa lainnya dari lingkungannya.
3. Konflik antara kebutuhan seks dan ketentuan agama
serta nilai social. Kematangan seks yang terjadi pada remaja menyebabkan
terjadinya kebutuhan seks yang mendesak, tetapi ajaran agama dan nilai-nilai
sosial menghalangi pemuasan kebutuhan tersebut. Konflik tersebut bertambah
tajam apabila remaja dihadapkan pada cara ataupun perilaku tajam yang
menumbuhkan rangsangan seks, seperti film, sandiwara dan gambar.
4. Konflik nilai-nilai, yaitu konflik antara
prinsip-prinsip yang dipelajari oleh remaja dengan prinsip dan nilai yang
dilakukan orang dewasa di lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari.
5. Konflik menghadapi masa depan. Konflik ini disebabkan
oleh kebutuhan untuk menentukan masa depan. Banyak remaja yang tidak tahu
tentang hari depan dan tidak tahu gambarannya. Biasanya pilihan remaja
didasarkan atas pilihan orangtua atau pekerjaan yang populer di
masyarakat.
I.
Perilaku Seks Bebas Di Kalangan
Remaja
Pengertian Seks Bebas Seks adalah perbedaan badani
atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin. Seks
bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan diluar ikatan pernikahan, baik
suka atau dalam dunia prosituisi.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks
Bebas
a. Faktor Umum
Latar belakang terjadinya perilaku seks bebas pada
umumnya dipengaruhi oleh beberpa faktor, sebagai berikut.
1. Gagalnya sosialisasi norma-norma dalam keluarga,
terutama keyakinan agama dan moralitas.
2. Semakin terbukanya peluang pergaulan bebas setara
dengan kuantitas pengetahuan sosial dengan kelompok pertemanan.
3. Kekosongan aktivitas-aktivitas fisik dan rasio dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Sensitivitas penyerapan dan penghayatan terhadap
struktur pergaulan dan seks bebas relative tinggi.
5. Rendahnya konsistensi pewarisan contoh perilaku
tokoh-tokoh masyarakat dan lembaga-lembaga sosial yang berwenang.
6. Rendahnya kepedulian dan control social
masyarakat
7. Adanya kemudahan dalam mengantisipasi resiko kehamilan
8. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan dan resiko
penyakit berbahaya
9. Sikap perilaku dan busana yang mengundang desakan
seks
10. Kesepaian, berpisah dengan pasangan terlalu lama, atau
karena keinginan untuk menikmati sensasi seks di luar rutinitas rumah tangga.
11. Tersedianya lokalisasi atau legalitas pekerja
seks.
b. Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi adanya perilaku seks
bebas, yaitu sebagai berikut.
1. Krisis Identitas Perubahan biologis dan sosiologis
pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama,
terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya
identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa
integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah. Remaja yang tidak bisa mempelajari
dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat
diterima akan terseret pada perilaku nakal. Begitu pula bagi mereka yang telah
mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, tetapi tidak bisa mengembangkan
control diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
c. Faktor Eksternal
Faktor eksternal munculnya perilaku seks bebas di
kalangan remaja sebagai berikut.
1. Keluarga Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi
antar-anggota kelurga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu
perilaku negative pada remaja. Pendidikan yang salah dikeluarga, seperti
terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan
terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2. Teman sebaya yang kurang baik
3. Komunikasi/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Hal-hal di atas merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi perilaku remaja
melakukan hubungan seks pranikah atau melakukan tindakan-tindakan kenakalan
remaja yang sangat bervariasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor
penyebab adanya perilaku seks bebas di kalangan remaja cukup kompleks dan
sangat luas, yang meliputi kurangnya kasih sayang orangtua, kurangnya
pengawasan dari orangtua, pergaulan dengan teman yang tidak sebaya. Selain itu,
juga peran dari perkembangan iptek yang berdampak negative, tidak adanya
bimbingan kepribadian dari sekolah, dasar-dasar agama yang kurang, tidak adanya
media penyalur bakat dan hobinya yang berlebihan dan masalah yang dipendam.
Pengaruh Buruk Akibat Hubungan Seks Bebas Bagi
Remaja
Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila
remaja tidak mampu mengendalikan rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk
melakukan hubungan seks pranikah. Hal ini akan menimbulkan akibat yang dapat
dirasakan bukan saja oleh pasangan, khususnya remaja putri, tetapi juga orang
tua, keluarga, bahkan masyarakat.
Berikut adalah akibat hubungan seks pranikah.
1. Bagi remaja
·
Remaja laki-laki menjadi tidak perjaka,
wanita menjadi tidak perawan
·
Resiko tertular penyakit menular seksual
(PMS) meningkat, seperti gonore, sifilis, herpes simpleks (genitalis),
klamidia, kondiloma akuminata, dan HIV dan AIDS
·
Remaja putri terancam kehamilan yang tidak
diinginkan, pengguguran kandungan yang tidak aman, infeksi organ reproduksi,
anemia, kemandulan, dan kematian karena perdarahan atau keracunan
kehamilan.
·
Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri,
merasa berdosa, dan hilang harapan masa depan).
·
Kemungkinan hilang kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan dan kesempatan bekerja
·
Melahirkan bayi yang kurang/tidak
sehat
2. Bagi keluarga
·
Menimbulkan aib keluarga
·
Menambah beban ekonomi
·
Memengaruhi kejiwaan bagi anak karena
adanya tekanan (ejekan) dari masyarakat.
3. Bagi masyarakat
·
Meningkatkan remaja putus sekolah,
sehingga kualitas masyarakat menurun
·
Meningkatkan angka kematian ibu dan
bayi
·
Meningkatkan beban ekonomi masyarakat
sehingga derajat kesehatan masyarakat menurun.
Upaya Penanggulangan Seks Bebas di Kalangan
Remaja
Seks bebas yang terjadi di kalangan remaja sudah
sangat meresahkan. Perilaku seks bebas dapat dicegah melalui keluarga. Orang
tua lebih memerhatikan anak-anaknya, apalagi anak yangg sedang beranjak dewasa.
Selain itu, orang tua juga memberi pengertian tentang seks dan apa akibatnya jika
dilakukan kepada anak. Seks bebas juga dapat dicegah melalui keinginan diri
sendiri. Remaja harus lebih memikirkan akibat sebelum berbuat atau paling tidak
remaja lebih meningkatkan keimanan pada Tuhan. Pihak sekolah juga sangat
berperan dalam usaha penanggulangan seks bebas dikalangan remaja, seperti
mengadakan penyuluhan di sekolah tentang bahaya seks bebas. Para remaja
dilarang berdua-duaan disekitar lingkungan sekolah yang sepi, tidak
diperbolehkan melihat video porno, serta memberikan sanksi bagi anak-anak yang
melakukan pelanggaran (Ninik, 2007).
J.
Kesehatan Reprodukasi Remaja
Kesehatan reproduksi remaja menurut Adji (2003) adalah
suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang
dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat di sini tidak semata-mata berarti bebas
penyakit atau bebas dari kecacatan, tetapi juga sehat secara mental serta
sosial kultural. Kesehatan reproduksi remaja sulit dipisahkan dari kesehatan
remaja secara keseluruhan, karena gangguan kesehatan remaja akan menimbulkan
gangguan pula pada sistem reproduksi.
Berikut adalah beberapa keadaan yang berpengaruh buruk
terhadap kesehatan remaja termasuk kesehatan reproduksi remaja.
1. Masalah gizi buruk
·
Anemia dan kurang energi kronis
(KEK)
·
Pertumbuhan yang terhambat pada remaja
putri, sehingga mengakibatkan panggul sempit dan beresiko untuk melahirkan bayi
berat lahir rendah (BBLR) dikemudian hari
2. Masalah pendidikan
·
Buta huruf yang mengakibatkan remaja tidak
mempunyai akses informasi yang dibutuhkannya serta kurang mampu mengambil
keputusan yang terbaik untuk kesehatan dirinya.
·
Pendidikan rendah dapat mengakibatkan
remaja kurang mampu memenuhi kebutuhan fisik dasar ketika berkeluarga, dan hal
ini akan berpengaruh buruk terhadap derajat kesehatan diri dan keluarganya.
3. Masalah lingkungan dan pekerjaan
·
Lingkungan dan suasana kerja yang kurang
memperhatikan kesehatan remaja yang bekerja sehingga akan mengganggu kesehatan
remaja.
·
Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat
menghambat, bahkan merusak kesehatan fisik, mental dan emosional remaja.
4. Masalah seks dan seksualitas
·
Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak
tepat tentang masalah seksualitas, misalnya mitos yang tidak benar.
·
Kurang bimbingan untuk bersikap positif
dalam hal yang berkaitan dengan seksualitas.
·
Penyalahgunaan dan ketergantungan napza
yang mengarah kepada penularan HIV dan AIDS melalui jarum suntik dan hubungan
seks bebas yang dewasa ini semakin mengkhawatirkan.
·
Penyalahgunaan seksual
·
Kehamilan remaja
·
Kehamilan pranikah/diluar ikatan
pernikahan
5. Masalah perkawinan dan kehamilan dini
·
Ketidakmatangan secara fisik dan
mental
·
Resiko komplikasi dan kematian ibu dan
bayi lebih besar
·
Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan
diri
·
Resiko untuk melakukan aborsi yang tidak
aman
Alasan Remaja Mengetahui Kesehatan Reproduksi
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar
memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor
yang ada di sekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki
sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan untuk memberikan informasi dan
pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku hidup sehat bagi remaja, disamping
juga untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan pengetahuan yang memadai dan
adanya motivasi untuk menjalani masa remaja secara sehat, para remaja
diharapkanmampu memelihara kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan
berkeluarga dengan sistem reproduksi yang sehat.
Pengetahuan Dasar Remaja Agar Kesehatan Reproduksi
Optimal
Pengetahuan dasar remaja agar optimal meurut
Adjie(2003) remaja perlu mengetahui tentang hal-hal berikut.
1) Pengenalan mengenai sistem, proses, dan fungsi alat
reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja).
2) Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta
bagaimana merecanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginannya dan
pasangannya
3) Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya
terhadap kondisi kesehatan reproduksi.
4) Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan
reproduksi.
5) Pengaruh sosial dan media terhadap prilaku
seksual.
6) Kekerasan seksual dan bagaimana
menghindariya.
7) Mengembangkan kemampuan komunikasi berkomunikasi
termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat
negatif.
8) Hak-hak reproduksi.
Pendidikan seks diberikan sejak usia balita, tahapan-tahapan pendidikan
seks :
1.
Usia balita (1-5 tahun)
Memperkenalkan organ seks yang dimiliki seperti
menjelaskan anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta cara
melindunginya.
2.
Usia sekolah (6-10 tahun)
Memahami perbedaan jenis kelamin (laki-laki dan
perempuan), menginformasikan asal-usul manusia, membersihkan alat genital
dengan benar agar terhindar dari kuman dan penyakit.
3.
Usia menjelang remaja (10-13 tahun)
Menerangkan masa pubertas dan karakteristiknya,
serta menerima perubahan dari bentuk tubuhnya.
4.
Usia remaja
Memberi penjelasan mengenai perilaku seks yang
merugikan (seperti seks bebas), menanamkan moral dan prinsip ‘say no‘
untuk seks pra nikah serta membangun penerimaan terhadap diri sendiri.
5.
Usia pranikah
Pembekalan pada pasangan yang ingin menikah
tentang hubungan seks yang sehat dan tepat.
6.
Usia setelah menikah
Memelihara pernikahan melalui hubungan seks yang
berkualitas dan berguna untuk melepaskan ketegangan dan stres.
Materi pendidikan seks yang
diberikan di sekolah sesuai dengan jenjang pendidikanadalah sebagai berikut :
A.
Sekolah Dasar (SD) : Terutama Kelas 5-6 SD (memasuki usia remaja)
1.
Keterbukaan pada orang tua.
2.
Pengarahan akan persepsi mereka tentang seks bahwa hal tersebut mengacu
pada ‘jenis kelamin’ dan bukan lagi tentang hal-hal di luar itu (hubungan
laki-laki dan perempuan, proses membuat anak, dsb.).
3.
Perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
4.
Pengenalan bagian tubuh, organ, dan fungsinya.
5.
Memakai bahasa yang baik dan benar tentang seks menggunakan bahasa
ilmiah, seperti “Penis”, “Vagina”.
6.
Pengenalan sistem organ seks secara sederhana.
7.
Anatomi sistem reproduksi secara sederhana.
8.
Cara merawat kesehatan dan kebersihan organ tubuh, termasuk organ
seks/organ reproduksi.
9.
Mengajarkan anak untuk menghargai dan melindungi tubuhnya sendiri.
10.
Proses kehamilan dan persalinan sederhana.
11.
Mempersiapkan anak untuk memasuki masa pubertas.
12.
Perkembangan fisik dan psikologis yang terjadi pada remaja.
13.
Ciri seksualitas primer dan sekunder.
14.
Proses terjadinya mimpi basah.
15.
Proses terjadinya ovulasi dan menstruasi secara sederhana.
16.
Memberikan pemahaman bagi para siswa mengenai pendidikan seksual agar siswa
dapat memiliki sikap positif dan perilaku yang bertanggung jawab terhadap
kesehatan reproduksinya secara umum.
B.
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
1.
Menjelaskan sistem organ seks dengan cukup detail.
2.
Proses kehamilan dan persalinan agak detail.
3.
Sedikit materi tambahan tentang kondisi patologis pada sistem organ seks.
4.
Memperluas apa yang telah dibicarakan di SD kelas 5 dan 6, yakni identitas
remaja, pergaulan, dari mana kau berasal, proses melahirkan, dan tanggung jawab
moral dalam pergaulan.
5.
Lebih mengarah ke penyuluhan “Safe Sex”. Bukan hanya untuk
menhindari kehamilan, tapi juga menhindari penyakit-penyakit seksual.
C.
Sekolah Menengah Atas (SMA)
1.
Menjelaskan secara detail dan lengkap materi tersebut di atas, ditambah
bahaya penyakit menular seksual (PMS), terutama HIV/AIDS.
2.
Mendalami lagi apa yang telah diberikan di SD dan SLTP yakni secara
psikologis pria dan wanita, paham keluarga secara sosiologi, masalah pacaran
dan tunangan, komunikasi, pilihan cara hidup menikah atau membujang, pergaulan
pria dan wanita, tubuh manusia yang berharga, penilaian etis yang bertanggung
jawab sekitar masalah-masalah seksual dan perkawinan
D.
Fungsi Penting Program Promosi Kesehatan Remaja
1)
Meningkatkan penerimaan pengetahuan dan keterampilan
untuk perawatan diri yang kompeten dan menginformasikan pembuatan keputusan
tentang kesehatan.
2)
Memberikan pengkuatan positif terhadap perilaku sehat.
3)
Pengaruh struktur lingkungan dan sosial untuk
mendukung perilaku peningkatan kesehatan.
4)
Memfasilitasi pertumbuhan dan aktualisasi diri.
5)
Menyadarkan remaja terhadap aspek lingkungan dan
budaya barat yang merusak kesehatan dan kesejahteraan.
Melibatkan
perempuan dalam pengambil keputusan
A.
Arti pengambilan keputusan
Dalam menjalani kehidupan, manusia pada hakekatnya
selalu membuat keputusan. Pengambilan keputusan menjadi bagian integral dari
kehidupan manusia sehari – hari, untuk menemukan hal – hal yang terbaik bagi
kelangsungan hidupnya. Emory dan Nilan (Harrison,1992) mengatakan pengambilan
keputusan menunjukan pada aktivitas seleksi dan komitmen. Pembuat keputusan
memilih tujuan – tujuan yang disukai, peryataan yang paling masuk akal, jalan
yang masih baik. Ellion (Harrison,1992) mengindikasikan bahwa pengambilan
keputusan, adalah orang yang bertindak sebagai pengambil keputusan, melakukan
perbandingan atas alternatif, termaksuk melakukan evaluasi terhadap manfaatnya.
Kebanyakan dari pengambilan keputusan yang dilakukan
individual berhubungan dengan penyelesaian masalah pribadi, pekerjaan atau
masalah sosial. Dalam kehidupan sehari – hari pada masa remaja melakukan
pengambilan keputusan merupakan hal yang sulit dalam penetapanya karena di usia
inilah baru belajar untuk pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan
kesehatan reproduksi .berbeda dengan seseorang yang sudah matang berdasarkan
usia dan pengalaman dalam pengambilan keputusan akan lebih mudah dilakukan
diakibatkan sudah mengetahui resiko pengambilan keputusan tersebut.
Keputusan adalah tindakan
seseorang untuk memilih satu atau lebih di antara berbagai kemungkinan yang ada
dalam kondisi yang belum jelas. Keputusan dibuat dalam kondisi yang tidak jelas
alias masih diragukan ketepatannya dengan situasi yang ada. Membuat keputusan
berarti siap dan berani menanggung segala risiko yang ditimbulkannya.
Keputusan yang dibuat tentu
saja akan teruji lewat respons lingkungan serta perubahan situasi dan
kondisi.Semua aktivitas bertujuan untuk mencapai peningkatan kualitas manusia
yang bersifat kontinu atau berkelanjutan. Manusia harus selalu kreatif saat
memecahkan masalah yang dijumpai dalam keseharian hidupnya.
Dengan kata lain, keputusan yang baik adalah suatu
tindakan yang sistematis terhadap suatu masalah dengan cara mengumpulan
fakta-fakta dan data-data serta menentukan pilihan-pilihan yang matang untuk
mengambil suatu tindakan yang tepat.
B.
Faktor – faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan kesehatan reproduksi dalam pengambilan keputusan.
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan aspek yang sangat pentinga dalam
upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Menurut Todaro, 1999. Rendahnya
tingkat pendidikan perempuan turut menjadi penghambat pengambilan keputusan
serta pembangunan ekonomi, yang berarti memperburuk kesejahteraan sosial. Data
empiris telah banyak yang menunjukan bahwa pendidikan memiliki hubungan erat
dengan fertilitas. Semakin baik tingkat pendidikan yang diterima kaum
perempuan, maka tingkat fertilitas (atau kecenderungan untuk mempunyai anak)
akan semakin rendah. Pendidikan dengan demikian menjadi elemen kunci untuk
menghancurkan lingkungan yang tidak baik meliputi kesehatan anak yang buruk ,
kinerja pendidik yang rendah, pendapatan yang minim, tingkat fertilitas yang
tinggi, serta tingkat kematian bayi. Tingkat pendidikan ibu yang semakin baik
diyakini mempengaruhi sumber kualitas sumber daya manusia selama beberapa
generasi mendatang.
2. Tingkat Ekonomi.
Tingkat ekonomi dalam praktiknya sangat nyata bahwa
dalam mempengaruhi perilaku masyarakat dalam kesehatan reproduksi. Hal ini
tampak nyata khususnya pada saat terjadinya krisis moneter di indonesia, yang
kemudian menjadi krisis multi-dimensi yang berkepanjangan hingga saat ini.
Krisis mobeter secara nyata berpengaruh kepada merendahnya daya beli masyarakat
terhadap kebutuhan pokok pangan.
3. Budaya Patriaki.
Masyarakat Indonesia pada umumnya masih di warnai
budaya patriaki, yakni sistem sosial budaya yang dalam tatanan keluarga
merupakan unit terkecil masyarakat, laki – laki mendominasi keputusan –
keputusan penting. Hasim, 2001. Mengatakan bahwa patriaki adalah sebuah aturan
kehidupan yang hanya disandarkan kepada nilai – nilai yang berkembang
dilingkuangan bapak – bapak (laki – laki), sesuai dengan makna kata patriaki.
Sistem ini membuat tidak berdaya tidak memiliki
“kekuasaan” untuk menolak sesuatu yang menjadi keputusan laki – laki .
Koentjaraningrat, 1984, memberi contoh sistem sosial patriaki yang kuat di
Indonesia, yakni suku batak toba. Suku ini sangat dikenal dengan sistem
patrialineal (menurut garis ayah) yang terkuat di indonesia.
C.
Peran Wanita dalam Masyarakat
Sebagai mahluk sosial yang hidup bermasyarakat,
maka seorang wanita selain berperan di keluarganya juga berperan dan
berpartisipasi aktif dalam lingkungan sosial, salah satu diantaranya adalah
dalam pembinaan kesejahteraan keluarga di masyarakat.
· Peran wanita disini
meliputi :
o
Peran sebagai orang tua.
o
Peran sebagai kader.
o
Peran sebagai perangkat desa.
o
Peran sebagai petugas kesehatan.
· Fungsi dari peran tersebut dapat
dilaksanakan dengan :
o
Ikut serta dalam program PKK.
o
Sebagai anggota kader yang mampu melaksanakan dan menggerakkan masyarakat
untuk melakukan tindakan/kegiatan yang ada.
o
Mengajak wanita lain untuk ikut serta berperan aktif dalam kegiatan PKK.
o
Memberikan motivasi dan bimbingan pada warga sekitar tentang pentingnya
kesehatan keluarga serta lingkungannya.(Dwi Maryanti;h:23-26;2009)
D.
Peran Dan Tugas Bidan Untuk
Melibatkan Wanita Dalam Pengambilan Keputusan
Secara umum peran dan tugas
bidan untuk melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan adalah sebagai fasilitator,
motivator dan konselor.
Cara Melibatkan Wanita dalam Pengambilan Keputusan
o
Memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya tentang permasalahan sesuai
kebutuhan.
o
Memberikan pandangan-pandangan tentang akibat dari keputusan apapun yang
akan diambilnya.
o
Meyakinkan wanita (ibu) untuk bertujuan terhadap keputusan yang akan
diambilnya.
o
Pastikan bahwa keputusan yang diambil adalah yang terbaik.
o
Memberi dukungan pada wanita atas keputusan yang diambilnya.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengambilan Keputusan
Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan, yaitu
diantaranya :
o
Proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.
o
Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi harus
berdasarkan pada sistematika tertentu.
o
Masalah harus diketahui dengan jelas.
o
Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan
sistematis.
o
Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai
alternatif yang telah dianalisa secara matang. (Yanti;2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar