PERSALINAN LETAK SUNGSANG
A.
DEFINISI
Persalinan pada bayi
dengan presentasi bokong ( sungsang ) dimana letak bayi sesuai dengan sumbu
badan ibu,dan kepala berada fundus uteri sedangkan bokong berada di bagian
terbawah. didaerah pintu atas panggul atau simfisis. (maternal neonatal 2008)
Letak sungsang pada
persalinan justru kepala yang merupakan bagian terbesar bayi akan lahir terahir
(manuaba1998:360)
Kehamilan pada bayi
dengan presentasi bokong (sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu
badan ibu, kepala berada pada fundus uteri, sedangkan bokong merupakan bagian
terbawah di daerah pintu atas panggul atau simfisis. (Prof.Dr.Ida Bagus
Gede Manuaba,SpOG,1998).
B. Etiologi
Presentasi bokong
terjadi kurang lebih 3% pada semua persalinan, penyebab pasti dari presentasi
bokong belum diketahui secara pasti tetapi dapat terjadi pada persalinan
premetur,uterus bikormis,insufisiensi cairan ketuban,plasenta letak rendah atau
tumor yang menghalangi jalan lahir.
Letak janin dalam
uterus tergantung terhadap proses adaptasi janin terhadap ruang uterus pada
kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu jumlah air kutuban lebih banyak
sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa demikian janin dapat
menempatkan diri dalam prsentasi kepala letak sungsang pada kehamilan triwulan
terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air kutuban relaif berkurang
karena bokong dengan kedua tungkai yaitu lipatan lebih besar dari pada kepala
maka bokong dipaksa untuk menempati ruangan yang lebih luas difundus uteri
sedangkan kepala berada pada ruang yang lebih kecil disegmen bawah uterus
dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan cukup bulan janin
sebagian besar ditemukan diprsentasi kepala.
Faktor – factor
sungsang yaitu Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong,Air
ketuban masih banyak dan kepala anak relative besar, Hidramniom( anak mudah
bergerak), Plasenta previa ( menghalangi turunnya kepala kedalam pintu atas
panggul,Bentuk rahim yang abnormal, Panggul sempit dan Kelainan bentuk kepala
seperti hidrosefalus,anechsfalus,kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas
panggul.(Sulaiman ,1984)
C. Patofisiologi
Letak janin dalam
uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus.Pada
kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih
banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.Dengan demikian
janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala.letak sungsang atau letak
lintang.
Pada kehamilan
triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif
berkurang.Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada
kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus
uteri,sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus.
Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup
bulan,frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup
bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.Sayangnya,
beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi
sungsang.Dikenal beberapa jenis letak sungsang,yakni Presentasi bokong (frank
breech) (50-70%). Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut,
kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau
kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba
bokong.Presentasi bokong kaki sempurna ( complete breech ) ( 5-10%). Pada
presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki.Presentasi
bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or footling ) (
10-30%).Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di
samping bokong,sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas.Pada presentasi kaki
bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
Jenis pimpinan persalinan sungsang
1. Persalinan pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam,
persalinan per vaginam dibagi menjadi 3 yaitu:
a.
Persalinan
spontan (spontaneous breech). Janin
dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara Bracht.
b.
Manual
aid (partial breech extraction; assisted breech delivery).Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi
dengan tenaga penolong.
c.
Ekstraksi
sungsang (total breech extraction). Janin dilahirkan seluruhnya
dengan memakai tenaga penolong.
2. Persalinan per abdominam (seksio sesarea)
Indikasi sectio caesar pada presentasi
sungsang:
Janin besar,janin “viable” dengan
gawat janin,nilai anak sangat tinggi,keadaan umum ibu buruk panggul sempit atau
kelainan bentuk panggul,hiperekstensi kepala,bila sudah terdapat indikasi
pengakhiran kehamilan dan pasien masih belum inpartu (beberapa ahli mencoba
untuk mengakhiri kehamilan dengan oksitosin drip),disfungsi uterus (beberapa
ahli mencoba untuk mengakhiri persalinan dengan oksitosin drip), presentasi
bokong tidak sempurna atau presentasi kaki, janin sehat preterm pada pasien
inpartu dan atau terdapat indikasi untuk mengakhiri kehamilan atau
persalinan,gangguan pertumbuhan intrauterine berat, riwayat obstetri buruk,
operator tidak berpengalaman dalam melakukan pertolongan persalinan, sungsang
spontan pervaginam dan pasien menghendaki untuk dilakukan sterilisasi setelah
persalinan ini.
4 Tipe Letak
Sungsang:
1)
Complete/flexed brech, pada posisi ini paha dan lutut
bayi fleksi dan kaki menutupi bokong. Tipe ini lebih sering pada multigravida
2)
extended brech (frank brech) pada bayi fleksi, tetapi
pada kaki ektensi, sehingga kaki berada dekat kepala, sering terjadi pada
primiyang prematu
3)
presentesi kaki, 1 atau kedua kaki di bawah bokong
4)
presentasi lutut, janin berada dalam posisi 1 atau
kedua lutut berada di bawah bokong.
D. Diagnosis
Diagnosis ditegakan dengan
pemerikasaan abdominal. Pada palpasi dibagian bawah teraba bagian yang kurang
keras dan kurang bundar,sementara difundus teraba bagian yang keras,bundar dan
melenting.auskultasi bunyi Denyut jantung janin paling jelas terdengar ditempat
yang lebih tinggi diatas pusat atau yang lebih tinggi dari pusat.pemeriksaan
dalam dapat diraba os sacrum,tuberischii, dan kadang-kadang kaki(pada letak
kaki). Pemeriksaan dengan usg atau rontgen dapat mengetahui letak yang
sebenarnya
E.
Bahaya
Persalinan sungsang
tidak menyebabkan bahaya bagi ibu tetapi menimbulkan hal yang serius bagi
bayinya. Kematian bayi pada persalinan sungsang 4 kali lebih besar dari pada
ersalinan biasa. Pelepasan plasenta dapat terjadi pada kala ii akibat tarikan
dari tali pusat. Setelah kepala masuk ke dalam rongga panggul dapat terjadi
tekanan pada kepala pada tali pusat dan ini akan menyebabkan hipoksia janin.
Bahaya lain adalah fraktur, ruptur organ abdomen dan banyak bahaya
untuk otot saraf.
Bahaya persalinan sungsang dapat di simpulkan
sebagai berikut:
Anoksia intra dan ekstra
uterinperdarahan intracranial, fraktur dan dislokasi,kerusakan
otot dan syaraf terutama pada otot sterno mastoid dan fleksus brachialis, ruptur
organ abdomen dan oedem genital dan memar atau lecet akibat
capformation.
F. Tehnik pertolongan
persalinan sungsang
Mekanisme persalinan sungsang spontan pervaginam Terdapat
perbedaan dasar antara persalinan pada presentasi sungsang dengan persalinan
pada presentasi belakang kepala.
a) Pada presentasi
sungsang, lahirnya bokong dan bagian tubuh janin tidak selalu dapat diikuti
dengan persalinan kepala secara spontan. Dengan demikian maka pertolongan
persalinan sungsang pervaginam memerlukan keterampilan khusus dari penolong
persalinan.
b) Sedangkan pada
presentasi belakang kepala, bila kepala sudah lahir maka sisa tubuh janin akan
mengalami proses persalinan selanjutnya dan umumnya tanpa kesulitan.
Engagemen dan
desensus bokong terjadi melalui masuknya diameter bitrochanteric bokong melalui
diameter oblique panggul.panggul anterior anak umumnya mengalami desensus lebih
cepat dibandingkan panggul posterior.pada saat bertemu dengan tahanan jalan
lahir terjadi putar paksi dalam sejauh 450 dan diikuti dengan
pemutaran panggul anterior kearah arcus pubis sehingga diameter bi-trochanteric
menempati diameter antero-posterior pintu bawah panggul.
Setelah putar paksi
dalam, desensus bokong terus berlanjut sampai perineum teregang lebih lanjut
oleh bokong dan panggul anterior terlihat pada vulva.melalui gerakan
laterofleksi tubuh janin, panggul posterior lahir melalui perineum. Tubuh anak
menjadi lurus (laterofleksi berakhir) sehingga panggul anterior lahir dibawah
arcus pubis. Tungkai dan kaki dapat lahir secara spontan atau atas bantuan
penolong persalinan. Setelah bokong lahir,
terjadi putar paksi luar bokong sehingga punggung berputar keanterior dan
keadaan ini menunjukkan bahwa saat itu diameter bisacromial bahu sedang
melewati diameter oblique pintu atas panggul.bahu selanjutnya mengalami
desensus dan mengalami putar paksi dalam sehingga diameter bis-acromial berada
pada diameter antero-posterior jalan lahir. Segera setelah bahu, kepala anak
yang umumnya dalam keadaan fleksi maksimum masuk panggul melalui diameter
oblique dan kemudian dengan cara yang sama mengalami putar paksi dalam sehingga
bagian tengkuk janin berada dibawah simfisis pubis. Selanjutnya kepala anak
lahir melalui gerakan fleksi.
Engagemen bokong
dapat terjadi pada diameter tranversal panggul dengan sacrum di anterior atau
posterior. Mekanisme persalinan pada posisi tranversal ini sama dengan yang
sudah diuraikan diatas, perbedaan terletak pada jauhnya putar paksi dalam (
keadaan ini putar paksi dalam berlangsung sejauh 900). Kadang-kadang putar
paksi dalam terjadi sedemikian rupa sehingga punggung anak berada dibagian
posterior dan pemutaran semacam ini sedapat mungkin dicegah oleh karena
persalinan kepala dengan dagu didepan akan lebih sulit dibandingkan bila dagu
di belakang selain itu dengan arah pemutaran seperti itu kemungkinan terjadinya
hiperekstensi kepala anak sangat besar.
G. Mekanisme persalinan
sungsang
Persalinan dianjurkan
di rumah sakit di bawah pengawasan dokter ahli obstetri, anastesi dan ahli
anak. Jika ibu tidak partus spontan pada 40 minggu biasanya dilakukan induksi
persalinan. Kebanyakan dokter ahli kebidanan menganjurkan induksipersalinan
pada 38 minggu,ketika fetus masih agak kecil.Hubungan sacrum dengan panggul ibu
akan menentukan posisi janin, posisinya sama dengan letak kepala terapi pada
letak sungsang sacrum sebagai penunjuk
1.
Kala I persalinan
persalinan lebih lama daripada letak belakang
kepala. Jika bokong enganged seperti pada bokong murni dimana terdapat resiko
pecah selput ketuban dan prolapsus umbilikal, ibu sebaiknya tidak
berjalan-jalan. Kadang-kadang kontraksi uterus hipotonis sehingga dapat
dirangsang dengan pemberian oksitosin. Pada saat pembukaan servik tercapai ¾
nya biasanya ibu ingin mengejan, bokong dapat melalui servik tetapi kepala
tidak melalui servik sehinga ibu dilarang untuk mengejan sampai dilatasi servik
lengkap
2.
Kala II persalinan
Pemeriksaan vaginal dilakukan untuk mengetahui
pembukaan lengkapsebelum menyuruh ibu mengedan.
Ada 4 posisi pada letak sungsang:
·
posisi sakrum kiri depan
·
posisi sakrum anterior kanan
·
sakrum kanan/kiri
·
sakrum kiri/kanan belakang
Persalinan spontan pervaginam
(spontan bracht) terdiri dari 3 tahapan :
1. Fase lambat pertama:
·
Mulai dari lahirnya bokong sampai umbilikus (scapula).
·
Disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak
perlu ditangani secara tergesa-gesa mengingat tidak ada bahaya pada ibu dan
anak yang mungkin terjadi.
2. Fase cepat:
·
Mulai lahirnya umbilikus sampai mulut.
·
Pada fase ini, kepala janin masuk panggul sehingga
terjadi oklusi pembuluh darah talipusat antara kepala dengan tulang panggul
sehingga sirkulasi uteroplasenta terganggu.
·
Disebut fase cepat oleh karena tahapan ini harus
terselesaikan dalam 1 – 2 kali kontraksi uterus (sekitar 8 menit).
3. Fase lambat kedua:
·
Mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala.
·
Fase ini disebut fase lambat oleh karena tahapan ini
tidak boleh dilakukan secara tergesa-gesa untuk menghidari dekompresi kepala
yang terlampau cepat yang dapat menyebabkan perdarahan intracranial.
Persalinan pervaginam dengan
ekstraksi parsialis ( manual aid) terdiri dari 3 tahapan
1.
Bokong sampai umbilikus lahir secara spontan (pada
frank breech).
2.
Persalinan bahu dan lengan dibantu oleh penolong.
3.
Persalinan kepala dibantu oleh penolong.
Komplikasi persalinan sungsang
pervaginam
Komplikasi ibu
1. Perdarahan
2. Trauma jalan lahir
3. Infeksi
Komplikasi anak
a. Sufokasi /
aspirasi bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan
rongga uterus yang menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan anoksia.
Keadaan ini merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga
menyebabkan terjadinya aspirasi.
b. Asfiksia Selain
hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh terjepitnya talipusat pada fase cepat
c. Trauma
intrakranial:terjadi sebagai akibatpanggul sempit,dilatasi servik belum
maksimal (after coming head) dan persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat
kedua terlalu cepat)
d. Fraktura /
dislokasi terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif
menyebabkan fraktura tulang kepala,fraktura humerusfraktura klavikula,fraktura
femur dan dislokasi bahu.
e. Paralisa nervus brachialis menyebabkan
paralisa lengan terjadi akibat tekanan pada pleksus brachialis oleh jari-jari
penolong saat melakukan traksi dan juga akibat regangan pada leher saat
membebaskan lengan.
H. Prognosis
Prognosis lebih buruk
dibandingkan persalinan pada presentasi belakang kepala dan prognosa lebih
buruk oleh karena:Perkiraan besar anak sulit ditentukan sehingga sulit
diantisipasi terjadinya peristiwa “after coming head” dan Kemungkinan ruptura
perinei totalis lebih sering terjadi.
Sebab kematian anak:
a) Talipusat terjepit
saat fase cepat.
b) Perdarahan
intrakranial akibat dekompresi mendadak waktu melahirkan kepala anak pada fase
lambat kedua.
c) Trauma collumna
vertebralis.
d) Prolapsus talipusat.
Tahapan
1.
Tahap
pertama, lahirnya bokong sampai pusar
yang dilahirkan dengan kekuatan tenaga ibu sendiri.
2.
Tahap kedua, lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong. Cara / teknik
untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara:
a.
Klasik (yang
seringkali disebut Deventer).
b.
Mueller.
c.
Lovset.
d.
Bickenbach.
3.
Tahap ketiga, lahirnya kepala. Kepala dapat
dilahirkan dengan cara:
a. Mauriceau (Veit-Smellie).
b. Najouks.
c. Wigand Martin-Winckel.
d. Prague terbalik.
e.
Cunam
Piper.
PERSALINAN SECARA BRACHT
1.
Ibu
tidur dalam posisi litotomi, Penolong berdiri didepan vulva, segera setelah
bokong lahir, bokong dicengkram secara bracht menggunakan doek (kedua ibu jari
jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari jari lain memegang
panggul
2.
Episiotomi
dikerjakan pada saat bokong membuka vula.
3.
Jangan
lakukan intervensi apapun ikuti saja proses keluarnya janin bila terdapat
hambatan pada tahap lahir setinggi scapula, bahu atau kepala maka segera lanjut
ke metode manual aid selanjutnya
4.
Longgarkan
tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada
5.
Lakukan
hiperlordosis saat angulus scapula inferior tampak dibawah simpisis (dengan
mengkuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin didekatkan kearah perut ibu
tanpa tarikan) sesuai dengan lahirnya badan bayi, bersamaan dengan dimulainya
gerakan hiperlordosis seorang asisten menkan supra simpisis) kepala janin harus
dilahirkan dalam waktu tidak lebih dari 8 menit
6.
Gerakan
keatas hingga lahir dagu, mulut, hidung dahi dan kepala
KEUNTUNGAN
1. Tangan penolong tidak masuk kedalam jalan
lahir, sehingga mengurangi bahaya infeksi
2. Cara ini dalah cara yang paling mendekati
persalinan fiisologik, sehingga mengurangi trauma pada jalan lahir
KERUGIAN
1. 5 – 10 % persalinan BRACH mengalami
kegagalan, sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat dipimpin dengan
Bracht
2. Persalina brcaht mengalami keggaalan terutama
dalam keadaan panggul smepit, janin besar, jalan kaki kaku misalnya pada
primigravida, adanya lengan menjungkit
PERSALINAN SECARA MARICEAU (VEIT-SMELLEI)
1.
Tangan
penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari
tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk, dan jari keempat mencengkam
fosa kanina, sedang jari lain mencengkam leher. Badan anak diletakkan di atas
lengan bawah penolong, seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan
jari ketiga penolong yang lain mencengkam leher janin dari arah punggung.
2.
Kedua tangan
penolong meriarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan
ekspresi Kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh tangan penolong
yang mencengkam leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput tampak di bawah
simfisis, kepala janin dielevasi ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion
sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar
dan akhirnya lahirlah seluruh kepala janin.
PERSALINAN SECARA
MULLER
Persalinan bahu dengan cara müeller
Melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dibawah simfisis melalui
ekstraksi disusul melahirkan lengan belakang di belakang (depan sacrum) dan dipilih
bila bahu tersangkut di pintu bawah panggul. Keuntungan penggunaan tehnik ini
adalah oleh karena tangan penolong tidak masuk terlalu jauh kedalam jalan lahir
maka resiko infeksi berkurang.
a. Cara Mueller
1.
Prinsip
melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu dan lengan
depan lebih dahulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan
belakang.
2.
Bokong janin
dipegang secara femuro-pelviks (duimbekken greep) yaitu kedua ibu jari penolong
diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krista iliaka
dan jari-jari lain mencengkam paha bagian depan. Dengan pegangan ini badan
janin ditarik curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah
simfisis, dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya.
3.
Setelah bahu
depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang secara
femuro-pelviks ditarik ke atas, sampai bahu belakang lahir. Bila bahu belakang
tidak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang dilahirkan dengan mengait
lengan bawah dengan kedua jari penolong. Keuntungan dengan teknik Mueller ini
ialah tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir, sehingga bahaya
infeksi minimal.
PERSALINAN SECARA KLASIK
Cara Klasik
Persalinan bahu dengan cara klasik
Disebut pula sebagai
tehnik deventer.Melahirkan lengan belakang dahulu dan kemudian melahirkan
lengan depan dibawah simfisis.Dipilih bila bahu tersangkut di pintu atas
panggul.
Prinsip : Melahirkan
lengan belakang lebih dulu (oleh karena ruangan panggul sebelah belakang/sacrum
relatif lebih luas didepan ruang panggul sebelah depan) dan kemudian melahirkan
lengan depan dibawah arcus pubis.
Keuntungan umumnya selalu dapat
dikerjakan pada persalinan bahu sedangkan Kerugian masuknya tangan kedalam
jalan lahir meningkatkan resiko infeksi.
1.
Prinsip
melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini ialah melahirkan lengan belakang
lebih dahulu, karena lengan belakang berada di ruangan yang lebih luas
(sakrum), baru kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawah simfisis.
Tetapi bila lengan depan sukar dilahirkan, maka lengan depan diputar menjadi
lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah belakang dan baru
kemudian lengan belakang ini dilahirkan.
2.
Kedua kaki
janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan
dielevasi ke atas sejauh mungkin, sehingga perut janin mendekati perut ibu.
3.
Bersamaan
dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari
tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fosa kubiti kemudian
lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka
janin.
4.
Untuk
melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diganti dengan
tangan. kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin
mendekati punggung ibu.
5.
Dengan cara
yang sama lengan depan dilahirkan.
6.
Bila lengan
depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi lengan belakang. Gelang bahu
dan lengan yang sudah lahir dicengkam dengan kedua tangan penolong sedemikian
rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolong terletak di punggung dan sejajar
dengan sumbu badan janin sedaiig jari-jari lain mencengkam dada. Putaran
diarahkan ke perut dan dada janin, sehingga lengan depan terletak di belakang.
Kemudian lengan belakang ini dilahirkan dengan teknik tersebut di atas.
7.
Deventer
melakukan cara Klasik ini dengan tidak mengubah lengan depan menjadi lengan
belakang. Cara ini lazim disebut cara Deventer. Keuntungan cara Klasik ialah
pada umumpya dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang, tetapi
kerugiannya ialah lengan janin masih relatif tinggi di dalam panggul, sehingga
jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang dapat menimbulkan infeksi.
MEKANISME
PERSALINAN BOKONG
1.
Bokong masuk ke
pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
2.
Setelah trokanter
belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi dalam sehingga trokanter
depan berada di bawah simfisis.
3.
Penurunan bokong
dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga distansia bitrokanterika janin
berada di pintu bawah panggul.
4.
Terjadi persalinan
bokong, dengan trokanter depan sebagai hipomoklion.
5.
Setelah trokanter
belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untukpersalinan trokanter depan,
sehingga seluruh bokong janin lahir.
6.
Jika bokong tidak
mengalami kemajuan selama kontraksi berikutnya, episiotomi dapat dilakukan dan
bokong dilahirkan dengan traksi ke bawah perut.
7.
Terjadi putar
paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut ibu.
8.
Penurunan bokong
berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.
9.
Jika kaki janin
telah keluar, penolong dapat menyusupkan tangan sepanjang kaki anterior dan
melahirkan kaki dengan flexi dan abduksi sehingga bagian badan lainnya dapat
dilahirkan.
10.
Bahu janin
mencapai pelvic ‘gutter’ (jalan sempit) dan melakukan putar paksi dalam
sehingga diameter biacromion terdapat pada diameter anteroposterior diameter
pelvic bagian luar.
11.
Secara simultan,
bokong melakukan rotasi anterior 90o. Kepala janin kemudian masuk ke tepi
pelvik, sutura sagitalis berada pada tepi diameter transversal. Penurunan ke
dalam pelvic terjadi dengan flexi dari kepala.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilmu Bedah
2. http://luriaingrassia.blogspot.co.id/2012/11/persalinan-sungsang.html