HAND
OUT PENGUMPULAN DATA
Mata Kuliah :
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita & Pra Sekolah
Topik :
Pengumpulan
data
Sub Topik :
1. Pengkajian
fisik bayi baru lahir
2.
Penampilan dan perilaku bayi baru lahir
3.
Penilaian pertumbuhan fisik bayi dan anak
4.
Penilaian perkembangan bayi dan anak
5.
Stimulasi tumbang bayi dan balita
6.
Kebutuhan fisik dan psikososial pada bayi dan balita
Dosen :
Fitria Desi Natalina, SST
Waktu :
100 menit
Refrensi :
1.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Buku Saku Pratikum
Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
2.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2011. Ilmu Kesehatan Anak
Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
3.
Donna, dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatric.
Jakarta : EGC.
4.
Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan Anak.
Jakarta : EGC.
5.
Suriati. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak.
Jakarta : Sagung Seto.
6. Stright. R.Barbara.
2004. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir : Jakarta : EGC.
7. Buku Asuhan
Persalinan Normal Revisi 2007.
8. DEPKES RI.2003.Manajemen terpadu bayi muda . modul
-6.DEPKES RI
9. Prawirohardjo.
Sarwono. 2005. Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal. Jakarta :JNPKKR. POGI
OBJEK PERILAKU SISWA
Setelah
mengikuti perkuliahan, mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan
Pengkajian fisik bayi baru lahir
b.
Menjelaskan Penampilan dan perilaku bayi baru lahir
c.
Menjelaskan Penilaian pertumbuhan fisik bayi dan anak
e.
Menjelaskan Stimulasi tumbang bayi dan balita
f.
Menjelaskan Kebutuhan fisik dan psikososial pada bayi dan balita
Uraian Materi
PENGKAJIAN FISIK BAYI BARU LAHIR
Definisi Pengkajian fisik
Pengkajian fisik adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi tentang anak
dan keluarganya dengan menggunakan semua panca indra baik subjektif maupun
objektif. Pengkajian fisik BBL dan
perkembangannya dilakukan bersamaan pada waktu melakukan pemeriksaan secara
inspeksi maupun observasi.
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. hasil pemeriksaan
akan di catat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan
membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter
untuk menilai status kesehatannya.
Waktu pemeriksaan dapat di lakukan saat bayi baru lahir, 24 jam setelah
lahir (sesaat sesudah bayi lahir pada saat kondisi atau suhu tubuh sudah stabil
dan setelah di lakukanpembersihan jalan nafas/resisutasi, pembersihan badan
bayi, perawatan tali pusat ) dan akan pulang pulang dari rumah sakit.
Pengkajian ini dilakukan di kamar
bersalin setelah bayi lahir dan setelah dilakukan pembersihan jalan
nafas/resusitasi, pembersihan badan bayi, dan perawatan tali pusat. Bayi
ditempatkan di atas tempat tidur yang hangat. Maksud pemeriksaan ini adalah
untuk mengenal/menemukan kelainan yang perlu mendapatkan tindakan segera dan
kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan kelahiran,
misalnya; bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes melitus, eklamsia berat dan
lain-lain, biasanya akan mengakibatkan kelainan bawaan pada bayi. Oleh karena
itu, pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir ini harus segera dilakukan. Hal
ini ditujukan untuk menetapkan keadaan bayi dan untuk menetapkan apakah seorang
bayi dapat dirawat gabung atau di tempat khusus. Dengan pemeriksaan pertama ini
juga bisa menentukan pemeriksaan dan terapi selanjutnya.
Tujuan
Pengkajian Fisik Pada Bayi Baru Lahir
Untuk mendeteksi kelainan-kelainan.
Untuk mendeteksi kelainan-kelainan.
Pemeriksaan
awal pada bayi baru lahir harus dilakukan sesegera mungkin sesudah persalinan
untuk mendeteksi kelainan-kelainan dan menegakkan diagnosa untuk persalinan
yang beresiko tinggi. Pemeriksaan hatrus difokuskan pada anomali kegenital dan
masalah-masalah patofisiologi yang dapat mengganggu adaptasi kardiopulmonal dan
metabolik normal pada kehidupan extra uteri. Pemeriksaan dilakukan lebih rinci
dan dilakukan dalam 24 jam setelah bayi lahir.
Untuk
mendeteksi segera kelainan dan dapat menjelaskan pada keluarga.
Apabila ditemukan kelainan pada bayi maka petugas harus dapat menjelaskan kepada keluarga, karena apabila keluarga menemukannya kemudian hari, akan menimbulkan dampak yang tidak baik dan menganggap dokter atau petugas tidak bisa mendeteksi kelainan pada bayinya.
Apabila ditemukan kelainan pada bayi maka petugas harus dapat menjelaskan kepada keluarga, karena apabila keluarga menemukannya kemudian hari, akan menimbulkan dampak yang tidak baik dan menganggap dokter atau petugas tidak bisa mendeteksi kelainan pada bayinya.
1. Mendapatkan
hasil yang valid
2. Mengetahui
keadaan fisik secara umum
3. Mengetahui
kondisi normal/abnormal
4. Untuk menentukan status kesehatan klien
5. Mengidentifikasi masalah
6. Mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
7. Untuk untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu mendapat
tindakan segera.
8.
Untuk menentukan data objektif dari riwayat keperawatan klien
BAYI BARU
LAHIR NORMAL
a) Menurut
Saifuddin, Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama
kelahiran.
b) Menurut
Donna L. Wong, Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu.
Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.
c) Menurut Dep.
Kes. RI, Bayi baru lahir normal adalah
bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat
lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
d) Menurut M.
Sholeh Kosim, Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000
gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital
(cacat bawaan) yang berat.
CIRI – CIRI
BAYI BARU LAHIR
1. Berat badan
2500 - 4000 gram
2. Panjang
badan 48 - 52 cm
3. Lingkar dada 30 - 38 cm
4. Lingkar kepala 33 - 35 cm
5. Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit
6. Pernafasan ±
- 60 40 kali/menit
7. Kulit kemerah - merahan dan licin karena
jaringan sub kutan cukup
8. Rambut
lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak
panjang dan lemas
10. Genitalia; Perempuan labia mayora sudah
menutupi labia minora, Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk
dengan baik
12. Reflek
morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik
14. Eliminasi
baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam
kecoklatan
Pengukuran
Tanda-tanda vital
·
Periksa
laju nafas dihitung selama satu menit penuh dengan mengamati naik turun perut
bayi, bayi dalam keadaan tenang. Laju nafas normal 40-60 kali per menit.
·
Periksa
laju jantung dengan menggunakan stetoskop dapat di dengar dengan jelas
,dihitung selam satu menit. Laju jantung normal 120 – 160 kali permenit.
·
Suhu tubuh bayi baru lahir normal nya
36,5 o C – 37,5 o C diukur pada daerah aksila bayi selama
lima menit dengan menggunakan termometer
PENGUKURAN ANTHOPOMETRI
1. Penimbangan berat badan
Letakkan
kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum
penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat
alas dan pembungkus bayi
2. Pengukuran panjang badan
Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai
tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus
terbuat dari bahan yang tidak lentur.
3. Ukur lingkar kepala
Pengukuran
dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi.
4. Ukur lingkar dada
Ukur lingkar
dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada (pengukuran dilakukan melalui
kedua puting susu)
PEMERIKSAAN FISIK
1.
Kepala
·
Raba
sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya normal.
Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding
yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering
terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase.Keadaan ini
normal kembali setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba.
Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba, fontanel
yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan
yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini
diakibatkan peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi
akibat deidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan
posterior, hal ini terjadi karena adanya trisomi 21
·
Periksa
adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan
subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak
·
Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ;
anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya
·
Kepala Janin Dan Ukuran-Ukurannya.
Bagian yang
paling keras dan besar dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala
dapat mempengaruhi jalan persalinan. Kepala juga sering mengalami cedera,
sehingga dapat membahayakan hidup.
Tengkorak
bayi mungkin bertumpangan (molded) terutama bila bayi adalah anak pertama dan
kepala telah berfiksasi beberapa waktu. Tulang parietal cenderung menumpangi
tulang oksipital dan frontal. Garis sutura dan ukuran serta tekanan kontanela
anterior dan posterior harus ditentukan secara digital.
Kepala janin terdiri dari:
a. Bagian muka
- Tulang hidung (os nasake)
- Tulang pipi (oszygomaticum) ada dua buah.
- Tulang rahang atas (os maxilare)
- Tulang rahang bawah (os mandibularis)
b. Bagian tengkorak
Bagian ini yang terpenting pada persalinan karena biasanya bagian tengkoraklah yang paling depan.
Yang membentuk bagian tengkorak adalah:
- Tulang dahi (os frontale) 2 buah.
- Tulang ubun-ubun (os parletal) 2 buah.
- Tulang pelipis (os temporale) 2 buah.
- Tulang belakang kepala (os occipidale) 1 buah.
Yang penting dalam persalinan yaitu 7 tulang tersebut di atas. Diantara tulang-tulang tersebut terdapat sela tengkorak yang disebut sutura, yang mana ini membantu dalam persalinan.
Kalau kepala
anak tertekan pada waktu kepala bergeser/bergerak di bawah kedua tulang
ubun-ubun, ini salah satu tanda untuk mengenal tulang belakang kepala pada
pemeriksan dalam.Sutura dan ubun-ubun penting diketahui untuk menetukan
presentasi/bagian terendah dari kepala anak dalam jalan lahir.
Macam-macam sutura yang kita kenal:
1. Sutura Sagitalis (sela panah) antara kedua ossa parletalis.
2. Sutura Coronaria (sela mahkota) antara os frontale dan os parletal.
3. Sutura Lambdoldea antara os occipitale dan kedua ossa parletal.
4. Sutura Frontalis antara os frontale kiri kanan.
Ubun-ubun besar (fonticulus mayor) merupakan lubang dalam tulang tengkorak yang berbentuk segi empat dan hanya tertutup oleh selaput. Ubun-ubun besar terdapat pasa pertemuan antara 4 sutura
1. Sutura Sagitalis 1.
2. Sutura Coronaria 2.
3. Sutura Frontale 1.
Bentuknya:
sudut depan yang runcing menunjukan bagian muka anak.
Susut belakang adalah tumpul.
Ubun-ubun kecil (frontikulus minor)
Ubun-ubun kecil terdiri dari 3 sutura:
- Sutura Lambdoldea 2 buah.
- Sutura Sagitalis 1 buah.
Tulang ubun-ubun ini baru akan tertutup nanti pada anak usia 1,5 – 2 tahun.
Macam-macam sutura yang kita kenal:
1. Sutura Sagitalis (sela panah) antara kedua ossa parletalis.
2. Sutura Coronaria (sela mahkota) antara os frontale dan os parletal.
3. Sutura Lambdoldea antara os occipitale dan kedua ossa parletal.
4. Sutura Frontalis antara os frontale kiri kanan.
Ubun-ubun besar (fonticulus mayor) merupakan lubang dalam tulang tengkorak yang berbentuk segi empat dan hanya tertutup oleh selaput. Ubun-ubun besar terdapat pasa pertemuan antara 4 sutura
1. Sutura Sagitalis 1.
2. Sutura Coronaria 2.
3. Sutura Frontale 1.
Bentuknya:
sudut depan yang runcing menunjukan bagian muka anak.
Susut belakang adalah tumpul.
Ubun-ubun kecil (frontikulus minor)
Ubun-ubun kecil terdiri dari 3 sutura:
- Sutura Lambdoldea 2 buah.
- Sutura Sagitalis 1 buah.
Tulang ubun-ubun ini baru akan tertutup nanti pada anak usia 1,5 – 2 tahun.
Ukuran-ukuran kepala bayi
a. Ukuran muka belakang
1. Diameter sub occipitalus-bregmatica dari foramen magnum ke ubun-ubun besar à 29,5 cm.
2. Diameter sub occipito frontalis: (dari foramen magnum ke pangkal hidung) à 11 cm.
3. Diameter fronto occipitalis (dar pangkal hidung ke titik yang terjadi pada belakang kepala. à 12 cm.
4. Diameter mento occipitalis (dari dagu ke titik yang terjauh pada belakang kepala). à 13,5 bertugas.
5. Diameter sub mento bragmatika (dari bawah dagu ke ubun-ubun besar) à 9 cm.
b. Ukuran lingkaran
1. Circumferentia sub occiput bregmatika. (lingkaran kecil kepala) à 31 cm.
2. Circumferentia fronto occipitalis (lingkaran sedang kepala) à 34 cm.
3. Circumferentia mento occipitalis (lingkaran besar kepala). à 35 cm.
a. Ukuran muka belakang
1. Diameter sub occipitalus-bregmatica dari foramen magnum ke ubun-ubun besar à 29,5 cm.
2. Diameter sub occipito frontalis: (dari foramen magnum ke pangkal hidung) à 11 cm.
3. Diameter fronto occipitalis (dar pangkal hidung ke titik yang terjadi pada belakang kepala. à 12 cm.
4. Diameter mento occipitalis (dari dagu ke titik yang terjauh pada belakang kepala). à 13,5 bertugas.
5. Diameter sub mento bragmatika (dari bawah dagu ke ubun-ubun besar) à 9 cm.
b. Ukuran lingkaran
1. Circumferentia sub occiput bregmatika. (lingkaran kecil kepala) à 31 cm.
2. Circumferentia fronto occipitalis (lingkaran sedang kepala) à 34 cm.
3. Circumferentia mento occipitalis (lingkaran besar kepala). à 35 cm.
2.
Wajah
Wajah harus tampak simetris.
Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan posisi bayi di
intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau
sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah
akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.
1. Wajah harus
tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan
posisi bayi di intrauteri. Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti
sindrom down atau sindrom piererobin. Perhatikan juga kelainan
wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresis N.fasialis. MataGoyangkan
kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
2. Periksa
jumlah, posisi atau letak mata
3. Perksa
adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
4. Periksa
adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesarankemudian
sebagai kekeruhan pada kornea
5. Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih.
Pupil harus tampak bulat.
Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang
dapatmengindikasikan adanya defek retina
6. Periksa
adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
7. Periksa
adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat
menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
8. Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down
3.
Mata
·
Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya
mata bayi terbuka.
·
Periksa jumlah,
posisi atau letak mata
·
Perksa adanya
strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
·
Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan
tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea
·
Katarak kongenital akan mudah terlihat
yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang
ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan
adanya defek retina
·
Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan
konjungtiva atau retina
·
Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh
kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
·
Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi
mengalami sindrom down
4.
Hidung
·
Kaji bentuk dan
lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm.
·
Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut
harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana
bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
·
Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang
berdarah , hal ini kemungkinan adanya sifilis kongenital
·
Perksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping
hidung mengembang menunjukkan adanya gangguan pernapasan ( Depkes Ri,2003 )
5.
Mulut
·
Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk
dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah.
Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia
·
Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista
lunak yang berasal dari dasar mulut)
·
Periksa
keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum keras dan
lunak
·
Perhatikan adanya bercak putih pada gusi atau palatum
yang biasanya terjadi akibatvEpistein’s pearl atau gigi
·
Periksa lidah
apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau tekanan
intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote)Bibir
sumbing (Bennet & Brown, 1999)
6.
Telinga
·
Periksa dan
pastikan jumlah, bentuk dan posisinya
·
Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang
·
Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan
lengkungan yang jelas dibagia atas
·
Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang
letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yangmengalami
sindrom tertentu (Pierre-robin)
·
Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal
ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal
7.
Leher
·
Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa
kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat
keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher
·
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan
kerusakan pad fleksus brakhialis
·
Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya
pembengkakan.periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
·
Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang
leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.
8.
Klavikula
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya
terutama pada bayi yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan adanya fraktur
9.
Tangan
·
Kedua lengan
harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke bawah
·
Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang
kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur
·
Periksa jumlah
jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
·
Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang
hanya satu buah berkaitan dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21
·
Periksa adanya paronisia pada kuku
yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan
10.
Dada
·
Periksa
kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan
bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika.
Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara
bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu
diperhatikan
·
Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk
dengan baik dan tampak simetris
·
Payudara dapat
tampak membesar tetapi ini normal
11.
Abdomen
·
Abdomen harus
tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas.
Kaji adanya pembengkakan
·
Jika perut
sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
·
Abdomen yang membuncit kemungkinan karena
hepato-splenomegali atau tumor lainnya
·
Jika perut
kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus
omfaloentriskus persisten (Lodermik, Jensen 2005)
12.
Periksa pinggul, tungkai dan kaki.
a.
Pinggul : Untuk memeriksa pinggul ,peganglah
tungkai kaki bayi seperti pada gambar. Tekan pangkal paha dengan lembut ke sisi luar, dengarkan atau
rasakan adakah bunyi “klik” ketika anda menggerkan kaki nya, jika mendengar
suara “klik” segera laporkan ke dokter anak untuk dilakukan pemeriksaan
lanjutan . Selanjutnya lakukan gerakan
dengan lembut setiap kaki naik dan turun . kembali dengarkan dan rasakan suara
“klik” ketika anda menggerakannya .
b.
Tungkai dan kaki : Yang perlu diperiksa adalah gerakan, bentuk simetris dan panjang kedua kaki harus
sama, serta jumlah jari.
13.
Genetalia
·
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar
1-1,3 cm.Periksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik
karena akan menyebabkan fimosis
·
Periksa adanya hipospadia dan epispadia
·
Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah
testis ada dua
·
Pada bayi
perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
·
Lubang uretra
terpisah dengan lubang vagina
·
Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari
vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding)
14.
Anus dan rectum
·
Periksa adanya
kelainan atresia ani , kaji posisinya
·
Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika
sampai 48 jam belumkeluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom,
megakolon atau obstruksi saluran pencernaan
15.
Tungkai
·
Periksa
kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang
kedua kaki dengan meluruskan keduanya dan bandingkan
·
Kedua tungkai
harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya trauma,
misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
·
Periksa adanya
polidaktili atau sidaktili padajari kaki
16.
Spinal
Periksa spinal dengan cara menelungkupkan bayi, cari
adanya tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau
bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula
spinalis atau kolumna vertebra (Lodermik, Jensen 2005)
17.
Kulit
Pada kulit yang perlu diperhatikan verniks (cairan keputih-putihan, keabu-abuan, kekuning-kuningan,
berminyak dan berlendir yang berfungsi melindungi kulit bayi agar tidak
tenggelam oleh air ketuban selama ia berada di dalam rahim), warna,
pembengkakan atau bercak bercak hitam, dan tanda tanda lahir.
Perhatikan kondisi kuli bayi.
·
Periksa adanya
ruam dan bercak atau tanda lahir
·
Periksa adanya
pembekakan
·
Perhatinan
adanya vernik kaseosa
·
Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat
pada bayi kurang bulan
REFLEK – REFLEK
FISIOLOGIS
1. Mata :
Berkedip atau reflek corneal Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang
tiba – tiba atau pada pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan
sepanjang hidup, jika tidak ada maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf
cranial.
2. Pupil Pupil
kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang
hidup.
3. Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata
menutup dengan rapat.
4. Mulut dan
tenggorokan Menghisap Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada
area sirkumoral sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada
selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
5. Muntah
Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya selang
harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah, reflek ini harus menetap
sepanjang hidup.
6. Rooting
Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi
membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus hilang pada
usia kira – kira 3 -4 bulan
7. Menguap
Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah udara
inspirasi, harus menetap sepanjang hidup
8. Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya keluar harus
menghilang pada usia 4 bulan
9. Batuk
Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus ada
sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir
10. Ekstrimitas
11. Menggenggam : Sentuhan pada telapak tangan atau telapak
kaki dekat dasar kaki menyebabkan fleksi tangan dan jari
12. Babinski :
Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang
bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi
13. Masa tubuh
14. Reflek
moro :
Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium
yang menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba serta
mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk “C” diikuti dengan
fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat fleksi dengan lemah.
15. Startle
Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi
lengan dengan fleksi siku tangan tetap tergenggam
16. Tonik leher
Jika kepala
bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan kakinya akan
berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi.
17. Neck –
righting
Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu
sisi, bahu dan batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan
pelvisInkurvasi batang tubuh (gallant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak kea rah sisi yang terstimulasi
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak kea rah sisi yang terstimulasi
PENAMPILAN
DAN PERILAKU BAYI BARU LAHIR
Pada dasarnya bayi baru lahir sudah
memiliki penampilan atau ciri-ciri dan perilaku yang khusus.
1.
Kebanyakan bayi baru lahir memiliki
tubuh yang tidak proporsional. Ukuran kepala dan badannya tidak sebanding.
Berbeda sekali dengan penampilan anak-anak dan orang dewasa pada umumnya.
Perbedaan yang mencolok ini disebabkan oleh titik tengah tinggi badan bayi
berada di pusat sedangkan orang dewasa berada di bagian kelamin.
2.
Warna kulit kemerah-merahan dan
terkadang terdapat lapisan berwarna putih keruh. Lapisan ini disebut vernik
caseosa berfungsu untuk melindungi bayi dari infeksi saat ia berada dalam
uterus dan untuk menjaga suhu tubuh tetap hangat setelah keluar dari rahim ibu.
3.
Tubuh bayi yang baru saja dilahirkan
terbungkus kulit berwarna cyanosis dan berkeriput disebabkan karena masih
sedikitnya jumlah jaringan lemak bawah kulit. Keriput akan hilang sesuai dengan
bertambahnya berat badan bayi.
4.
Lemak subkutan cukup tebal
5.
Bentuk kepala cenderung kerucut
disebabkan oleh gaya yang bekerja saat proses persalinan dan juga sebagai
akibat tulang tengkoarak yang tumpang tindih (molase).
6.
Ukuran lingkar kepala, antara lain:
Fronto Oksipital 34 cm, Mento Oksipital 35 cm, Suboksipito Bregmatika 32 cm
7.
Ubun-ubun berdenyut karena
belahan-belahan tulang tengkorknya belum menyatu dan mengeras dengan sempurna.
Seiring dengan semakin sempurnanya proses penyatuan tulang-tulang
tengkorak(kira-kira setelah 2 tahun) denyut di kepalanya akan hilang,
yang bisa dilakukan :
yang bisa dilakukan :
o Bersihkan rambut dan kepalanya
dengan shampo khusus bayi dan segera keringkan.
o Hindari menyentuh dan menekan bagian kepalanya yang berdenyut-denyut itu, baik saat mencuci rambut atau menggendongnya.
o Hindari menyentuh dan menekan bagian kepalanya yang berdenyut-denyut itu, baik saat mencuci rambut atau menggendongnya.
8.
Rambut lanugo dan rambut kepala tumbuh
dengan baik
9.
Mata bayi tampak keluar garis atau
juling selama 2 -3 bulan pertama disebabkan karena pada beberapa saat setelah
kelahiran, bayi baru membuka matanya dan melihat lingkungan disekitar.
Penglihatannya baik namun belum terlalu fokus.
10.
Wajah sembab, kelopak mata terlihat
bengkak atau menggembung terjadi karena bendungan yang muncul karena tekanan
jalan lahir. Dalam 1 atau 2 hari bengkak pada wajah akan hilang.
Yang bisa dilakukan :
Yang bisa dilakukan :
* Hindari posisi tidur telungkup
atau menyamping untuk mengurangi tekanan pada wajah
* Bila ada benjolan atau bekas tekanan alat forcep pada kepala tampak sedikit bengkak, hindari menyentuh bagian tersebut sampai bengkaknya hilang.
* Bila ada benjolan atau bekas tekanan alat forcep pada kepala tampak sedikit bengkak, hindari menyentuh bagian tersebut sampai bengkaknya hilang.
11.
Mata berair disebabkan karena saluran
hidung belum sempurna sehingga mengakibatkan aliran air mata yang diproduksi
menjadi tidak lancar. Keadaan seperti ini dapat diatasi dengan mengurut kulit
sepanjang saluran tersebut dimulai dari kulit pinggir mata ke arah pinggir
hidung bagian bawah.
12.
Sensitif terhadap cahaya terang, yang
menyebabkan mata bayi akan berkedip, dapat mengenali pola-pola hitam putih tang
tercetak tebal dan bentuk wajah manusia. Jarak focus adalah sekitar 15-20 cm
13.
Bayi akan bereaksi dengan menggerakan
matanya bila mendengar suara-suara yang nyaring. Ia lebih menyukai suara yang
lembut dengan pola yang sama. Jika mendengar suara yang tiba-tiba, bayi akan
bereaksi dengan menggerakan anggota tubuhnya.
14.
Kumisan, sisa lanugo (rambut janin)
belum luruh semuanya. Selain kumis, bayi perempuan juga sering tampak berambut
pada bahu dan punggungnya. Dalam beberapa minggu, kulit bayi akan tampak bersih
dari rambut-rambut dan kumis itu.
Yang bisa dilakukan :
Yang bisa dilakukan :
o Mandikan bayi untuk menjaga
kebersihan dan kesehatan kulitnya
o Tidak perlu repot mencukurnya karena rambut dan kumis tersebut akan rontok dengan sendirinya.
o Tidak perlu repot mencukurnya karena rambut dan kumis tersebut akan rontok dengan sendirinya.
15.
Aktifitas/gerakan aktif, ektremitas
biasanya dalam keadaan fleksi
16.
Kaki dan tangannya pucat dan dingin.
Sistem sirkulasi dan peredaran darah bayi baru lahir belum berkembang sempurna,
sehingga tubuhnya memprioritaskan mengalirakan darah ke organ-organ tubuh yang
epnting seprti otak, paru-paru dan jantung. Tangan dan kaki adalah organ tubuh
yang paling akhir dialiri darah. Kondisi ini berakhir edngan sendirinya secara
bertahap sampai bayi berusia 1 tahun.
Yang bisa dilakukan :
Yang bisa dilakukan :
·
Kontak kulit setiap menyusui bayi untuk
menghangatkan
·
Metode kangguru, letakkan bayi di dada
ibu dalam keadaan telanjang sehingga terjadi kontak antar kulit. Lakukan
sekitar 30 menit setiap hari
·
Sarungkan kaus kaki dan kakuas tangan
khusus untuk bayi atau selimuti sampai tangan dan kakinya terasa hangat dan
kulitnya sudah berwarna merah muda.
17.
BB berkisar antara 2500-3000 gram
18.
PB antara 50-55 cm
19.
Genitalia: labia mayora menutupi labia
minora, testis sudah turun ke dalam skrotum
20.
Kelamin bayi besar dan membengkak
dipengaruhi oleh hormon ibu lika memar dan jaringan alat kelamin yang bengkak disebabkan karena trauma saat lahir dan
proses alami perkembangan alat kelamin, akan tampak noramal dalam waktu sekitar
1 minggu. Yang biasa dilakukan :
·
Bersihkan alat kelamin setiap kali
mandi, lalu keringkan perlahan dan lembut
·
Jika menggunakan popok sekali pakai,
perhatikan daya tampungnya, ganti segera setelah penuh dan begitu dia buang air
besar.
21.
Pada bayi perempuan labia mayor
terlihat menggembung, dapat terlihat keriput atau halus. Kadang mengeluarkan
lendir atau darah selama beberapa hari. Hal ini tergolong perdarahan menstruasi
normal dari uterus bayi disebabkan hormon estrogen ibu yang melewati bayi
perlahan menghilang.
22.
Anus (+) dalam 24 jam pertama dapat
mengeluarkan meconium
23.
Dalam 24 jam pertama bayi dapat BAK
dengan volume 20-30 ml/hari
24.
Terkadang pada beberapa bayi ditemukan
kelenjar mamae yang dapat membesar dan mengeluarkan ASI, akan mengempis dalam
beberapa hari atau minggu. Yang bisa dilakukan :
·
Jangan menekan-nekan payudara bayi
karena hanya akan menimbulkan rasa tak nyaman.
·
Bila menyabuni bagian dadanya, bilas
sampai bersih.
25.
Bayi baru lahir sudah dapat membedakan
aroma susu manusia/ibunya dengan aroma susu dari wanita lain, bereaksi secara
kuat terhadap berbagai rasa dan memperlihatkan kesukaan yang kuat pada rasa
manis.
26.
Bayi baru lahir sangat sensitive
terhadap sentuhan dan sangat menyukai kontak langsung antara kulit dengan kulit
Adalah normal bila dalam 2 minggu pertama bayi banyak tidur. BBL biasanya tidur
selama 16-20 jam yang dibagi menjadi 4-5 periode.
27.
Tangisan bayi berbeda-beda disesuaikan
dengan apa yang dirasakannya, seperti sakit, merasa tidak nyaman karena basah,
dingin, lapar, merasa kesepian dll.
PENILAIAN
PERTUMBUHAN FISIK BAYI DAN ANAK
Pertumbuhan
(growth) ialah bertambahnya ukuran dan jumlah
sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur
tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Bersifat kuantitatif sehingga dapat
diukur dengan mempergunakan satuan panjang dan berat.
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan anak Penilaian tumbuh kembang anak secara medis atau secara statistik diperlukan untuk mengetahui apakah seorang anak tumbuh dan berkembang normal atau tidak. Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh kembang yang optimal apabila diberikan lingkungan bio-fisiko-psikososial adekuat.
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan anak Penilaian tumbuh kembang anak secara medis atau secara statistik diperlukan untuk mengetahui apakah seorang anak tumbuh dan berkembang normal atau tidak. Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh kembang yang optimal apabila diberikan lingkungan bio-fisiko-psikososial adekuat.
Parameter
ukuran antropometrik yang dipakai pada penilaian pertumbuhan fisik, antara lain
tinggi badan, berat badan, lingkaran kepala, lingkaran dada, lipatan kulit,
lingkaran lengan atas, panjang lengan (arm span), proporsi
tubuh/perawakan, dan panjang tungkai. Penilaian pertumbuhan dimulai dengan
memplot hasil pengukuran tinggi badan, berat badan pada kurva standar (misalnya
NCHS, Lubschenko, Harvard, dan lain sebagainya), sejak dalam kandungan (intra
uterin) hingga remaja. Sedangan penilaian perkembangan anak pada fase awal
umumnya dibagi menjadi 4 aspek kemampuan fungsional, yaitu motorik kasar,
motorik halus dan penglihatan, berbicara, bahasa dan pendengaran serta sosial
emosi dan perilaku. Salah satu alat untuk skrining yang dipakai secara
internasional, yaitu DDST (Denver Developmental Screening Test) disebut
sebagai Denver II dengan menggunakan pass-fail ratings pada 4
ranah perkembangan, yaitu personal-social, fine motor adaptive,
language, dan gross motor untuk anak sejak lahir
sampai usia 6 tahun.
KMS
(Kartu Menuju Sehat) merupakan alat yang penting untuk memantau tumbuh kembang
anak. Aktifitasnya tidak hanya menimbang dan mengukur saja, tetapi harus
menginterpretasikan tumbuh kembang anak kepada ibunya. KMS yang ada di
Indonesia pada saat ini berdasarkan standar Harvard, dimana 50 persentil baku
Harvard dianggap 100%. Seminar Antropometri di Ciloto 1991 merekomendasikan
untuk menggunakan baku NCHS untuk menggantikan baku Harvard yang secara
internasional mulai berkurang penggunaannya. Berikut rumus untuk memperkirakan
berat badan dan tinggi badan normal pada bayi dan anak:
Berat
Badan (Kilogram)
|
|||
Lahir
|
3,25
|
||
3-12
bulan
|
Usia
(bulan) + 9 2
|
||
1-6
tahun
|
Usia
(tahun) x 2 + 8
|
||
7-12
tahun
|
Usia
(tahun) x 7 – 5 2
|
||
Tinggi
Badan (Centimeter)
|
|||
Lahir
|
50
|
||
1
tahun
|
75
|
||
2-12
tahun
|
Usia
(tahun) x 6 + 77
|
||
Beberapa ukuran yang perlu diketahui
sebagai patokan:
Berat badan (BB)
Rata-rata lahir normal 3.000-3.500 gr
Umur 5 bulan 2x berat badan lahir
Umur 1 tahun 3x berat badan lahir
Umur 2 tahun 4x berat badan lahir
Kenaikan berat badan pada tahun pertama kehidupan:
- 700-1000 gram/bulan pada triwulan I
- 500-600 gram/bulan pada triwulan II
- 350-450 gram/bulan pada triwulan III
- 250-350 gram/bulan pada triwulan IV
Berat badan (BB)
Rata-rata lahir normal 3.000-3.500 gr
Umur 5 bulan 2x berat badan lahir
Umur 1 tahun 3x berat badan lahir
Umur 2 tahun 4x berat badan lahir
Kenaikan berat badan pada tahun pertama kehidupan:
- 700-1000 gram/bulan pada triwulan I
- 500-600 gram/bulan pada triwulan II
- 350-450 gram/bulan pada triwulan III
- 250-350 gram/bulan pada triwulan IV
Pada masa pra sekolah kenaikan BB rata-rata 2 kg/tahun.
Tinggi badan (TB)
Rata-rata lahir normal 50 cm
Umur 1 tahun 1,5 x TB lahir
Umur 4 tahun 2 x TB lahir
Umur 6 tahun 1,5 x TB setahun
Umur 13 tahun 3 x TB lahir
Dewasa 3,5 x TB lahir (2 x TB setahun)
Sedangkan untuk perkembangan anak, banyak “milestone” perkembangan anak yang penting, tetapi di bawah ini akan disajikan beberapa “milestone” pokok yang harus kita ketahui dalam mengetahui taraf perkembangan seorang anak (yang dimaksud dengan “milestone” perkembangan adalah tingkat perkembangan yang harus dicapai anak pada umur tertentu), misalnya:
Umur
|
“Milestone”
perkembangan
|
4-6 minggu
|
Tersenyum spontan,
dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu kemudian
|
12-16 minggu
|
-
Menegakkan kepala, tengkurap sendiri
- Menoleh ke arah suara
- Memegang benda yang ditaruh di tangannya |
20 minggu
|
Meraih benda yang
didekatkan kepadanya
|
26 minggu
|
-
Dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya
- Duduk, makan dengan
bantuan kedua tangannya ke depan
- Makan biskuit sendiri |
9-10 bulan
|
-
Menunjuk dengan jari telunjuk
- Memegang benda dengan
ibu jari dan telunjuk
- Merangkak - Bersuara da… da… |
13 bulan
|
-
Berjalan tanpa bantuan
- Mengucapkan kata-kata
tunggal
|
Dengan kita
mengetahui berbagai “milestone” pokok ini, maka kita dapat mengetahui
apakah seorang anak perkembangannya terlambat ataukah masih dalam batas-batas
normal.
PENILAIAN
PERKEMBANGAN BAYI & ANAK
Perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel sel tubuh,
jaringan tubuh, organ organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing masing dapat memenuhi fungsinya.
Sejak dahulu masalah
perkembangan anak telah mendapat perhatian. Berbagai tulisan mengenai
perkembangan anak telah dibuat. Menurut ilingworth, ulasan yang pertama kali
dibuat mengenai perkembangan anak adalah yang dibuat oleh tiedeman dari jerman
(1787) yang mencatat perkembangan dari seorang anak. Kemudian charles darwin (1877)
mempublikasikan secara detail perkembangan salah satu dari 10 anaknya pada
tahun 1931 shirley melaporkan perkembangan 25 anak secara lengkap. 1
Pada saat ini berbagai
metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan perkembangan anak telah dibuat.
Demikian pula dengan skrining untuk mengetahui penyakit penyakit yang potensial
dapat mengakibatkan gangguan perkembangan anak. Karena deteksi dini kelainan
perkembangan anak sangat berguna, agar diagnosis maupun pemulihannya dapat
dilakukan lebih awal, sehingga tumbuh kembang anak dapat berlangsung seoptimal
mungkin. Sayangnya banyak ahli kesehatan yang percaya bahwa tidak banyak
yang dapat dikerjakan untuk mengatasi kelainan ini dan mereka percaya pula
bahwa kelainan yang ringan dapat normal dengan sendirinya. Sikap seperti ini
dapat menghambat pemulihannya, bahkan pada kasus kasus tertentu dapat
mengakibatkan cacat yang permanen, yang seharusnya dapat dihindari. 1
Penting untuk dipahami
bahwa dengan skrining dan mengetahui adanya masalah pada perkembangan anak, tidak
berarti bahwa diagnosis pasti dari kelainan tersebut telah ditetapkan. Skrining
hanyalah prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh kembang anak sehari hari, yang
dapat memberikan petunjuk kalau ada sesuatu yang perlu mendapat perhatian.
Sehingga masih diperlukan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik yang
teliti dan pemeriksaan penunjang lainnya agar diagnosis dapat dibuat, supaya
intervensi dan pengobatan dapat dilakukan sebaik baiknya.
Periode penting dalam
tumbuh kembang adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang
akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa
balita ini perkembangan kemampuan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan
berikutnya. Perkembangan moral beserta dasar dasar kepribadian juga dibentuk
pada masa ini. Sehingga setiap penyimpangan perkembangan sekecil apapun pada
masa ini akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia kelak dikemudian hari. 1
Pada perkembangan anak
terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan/stimulasi yang berguna agar
potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian. Perkembangan psikososial
sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tua dewasa
lainnya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai
dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi
masih dalam kandungan. Sedangkan lingkungan yang tidak mendukung akan
menghambat perkembangan anak. 1
TUJUAN PENILAIAN
PERKEMBANGAN1
Tujuan dari penilaian perkembangan anak adalah agar para
tenaga kesehatan1 :
1) Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal hal lain
yang merupakan resiko terjadinya kelainan perkembangan tersebut.
2) Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan
pengobatan konseling genetik.
3) Mengetahui kapan anak perlu dirujuk ke senter yang lebih
tinggi.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK
Masa lima tahun pertama
merupakan masa terbentuknya dasar dasar kepribadian manusia, kemampuan
berfikir, pengindraan, keterampilan berbahasa dan berbicara, bertingkah laku
sosial dan lain-lainnya.
Ada dua faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang
optimal seorang anak, yaitu:
·
faktor
dalam
Yaitu faktor faktor yang ada pada diri anak itu sendiri
baik faktor bawaan maupun faktor yang diperoleh, termasuk disini antara lain:
o Hal hal yang diturunkan dari orang tua, kakek nenek atau
generasi sebelumnya. Misalnya warna rambut dan bentuk tubuh.
o Unsur berfikir dan kemampuan intelektual. Misalnya
kecepatan berfikir.
o Keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh. Misalnya:
kekurangan hormon yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
o Emosi dan sifat-sifat (temperamen) tertentu. Misalnya:
pemalu, pemarah, tertutup, dan lain lain.
·
Faktor
luar
o Keluarga
Sikap dan kebiasaan keluarga dalam mengasuh dan mendidik
anak, hubungan orang tua dengan anak, hubungan antara saudara, dan lain-lain.
o Gizi
Kekurangan gizi dalam makanan menyebabkan pertumbuhan
anak terganggu yang akan mempengaruhi perkembangan seluruh dirinya.
o Budaya setempat
Asuhan dan kebiasaan dari suatu masyarakat dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Misalnya kebersihan lingkungan,
kesehatan, pendidikan.
o Teman bermain dan sekolah
Ada tidaknya teman bermain. Tempat dan alat bermain,
kesempatan pendidikan disekolah, akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak
ASPEK PERKEMBANGAN ANAK
Pencapaian suatu
kemampuan pada setiap anak bisa berbeda beda, namun demikian ada patokan umur
tentang kemampuan apa saja yang perlu dicapai seorang anak pada umur tertentu.
Adanya patokan tersebut dimaksudkan agar anak yang belum mencapai tahap
kemampuan tertentu itu perlu dilatih berbagai kemampuan untuk dapat mencapai
perkembangan yang optimal.5 Ada 4 aspek yang perlu dibina dalam
menghadapi masa depan anak, yaitu:
1. Perkembangan motorik kasar dan motorik halus
Yang dimaksud gerakan
(motorik) adalah semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh seluruh tubuh.
Perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari
unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh, dan perkembangan tersebut erat
kaitannya dengan perkembangan pusat motorik anak. Pada anak, gerakan ini dapat
secara lebih jelas dibedakan antara gerakan motorik kasar dan halus.
Disebut motorik kasar
bila gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan biasanya
memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot otot yang lebih besar. Contohnya
gerakan telungkup, gerakan berjalan, gerakan berlari.
Disebut motorik halus
bila hanya melibatkan bagian bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot
otot kecil, karena itu tidak begitu memerlukan tenaga. Gerakan halus ini
memerlukan koordinasi yang cermat. Contohnya gerakan mengambil benda dengan
hanya ibu jari dan telunjuk, gerakan memasukkan benda kecil ke dalam lubang, membuat
prakarya. Melalui latihan latihan yang tepat gerakan gerakan kasar
dan halus ini dapat ditingkatkan dalam hal keluwesan, kecepatan dan kecermatan.
Sehingga secara bertahap seorang anak akan bertambah terampil dan mahir
melakukan gerakan gerakan yang diperlukan guna penyesuaian dirinya.
2.
Komunikasi
aktif dan pasif
Sebagai mahluk sosial
anak akan selalu berada diantara atau bersama orang lain, agar dicapai saling
pengertian maka diperlukan kemampuan berkomunikasi. Pada bayi kemampuan berkata
kata atau komunikasi aktif ini belum dapat dilakukan, ia menyatakan perasaan
dan keinginannya melalui tangisan dan gerakan. Meskipun demikian, komunikasi
dengan orang lain tetap dapat terjadi karena ia mengerti ucapan ucapan orang
lain. Kesanggupan mengerti dan melakukan apa saja yang diperintahkan oleh orang
lain disebut sebagai komunikasi pasif. Komunikasi aktif dan komunikasi pasif
perlu dikembangkan secara bertahap, anak dilatih untuk mau dan mampu
berkomunikasi aktif (berbicara, mengucapkan kalimat kalimat, bernyanyi dan
bentuk ucapan lisan lainnya) dan komunikasi pasif (anak mampu mengerti orang
lain).
3.
Perkembangan
kecerdasan (kognisi)
Pada balita kemampuan
berfikir mula mula berkembang melalui kelima indra, misalnya melihat warna
warna, mendengar suara atau bernyanyi, mengenal rasa. Melalui kata kata yang
didengar dan diajarkan, ia mengerti bahwa segala sesuatu itu ada namanya. Daya
fikir dan pengertian mula mula terbatas pada apa saja yang konkrit, yang dapat
dilihat, dipegang atau dimainkan. Melalui bermain main serta latihan latihan
yang diberikan oleh orang tua atau orang lain, setahap demi setahap anak akan
mengenal, mengerti lingkungannya dan memiliki kemampuan merencanakan persoalan.
Semua konsep atau pengertian ini kemudian meningkat sehingga memungkinkan anak
untuk melakukan pemikiran pemikiran ke tingkat yang lebih tinggi, lebih
abstrak, dan lebih majemuk, misalnya mengerti dan menggunakan konsep sama
berbeda, bertambah berkurang, sebab akibat dan lain lain.
4.
Perkembangan
kemampuan menolong diri sendiri dan tingkah laku sosial
Pada awal kehidupannya
seorang anak bergantung pada orang lain dalam hal pemenuhan kebutuhannya
(misalnya makanan, pakaian, kesehatan, kasih sayang, pengertian rasa aman dan
kebutuhan akan perangsangan mental, sosial dan emosional).
Kebutuhan kebutuhan anak berubah dalam jumlah maupun
derajat kualitasnya sesuai dengan bertambahnya umur anak. Dengan makin mampunya
anak melakukan gerakan motorik, anak terdorong melakukan sendiri berbagai hal
dan terdorong untuk bergaul dengan orang lain selain anggota keluarganya
sendiri. Orang tua harus melatih usaha mandiri anak, mula mula dalam hal
menolong kebutuhan anak itu sendiri sehari hari, misalnya makan minum, buang
air kecil dan sebagainya. Kemampuan kemampuan ini makin ditingkatkan sesuai dengan
bertambahnya usia, anak perlu berkawan, luas pergaulan harus dikembangkan pula,
dan anak perlu diajar untuk aturan aturan disiplin, sopan santun dan sebagainya
agar tidak canggung dalam memasuki lingkungan baru.
TAHAP TAHAP PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK1
1. Anamnesis
Tahap pertama adalah melakukan anamnesis yang lengkap,
karena kelainan perkembangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Dengan
anamnesis yang teliti maka salah satu penyebabnya dapat diketahui. 1
2. Skrining gangguan perkembangan anak.
Pada tahap ini dianjurkan digunakan instrumen-instrumen
untuk skrining guna mengetahui kelainan perkembangan anak, misalnya dengan
menggunakan DDST, tes IQ, atau tes psikologik lainnya. 1
3. Evaluasi lingkungan anak
Tumbuh kembang anak adalah hasil interaksi antara faktor
genetik dengan lingkungan biofisikopsikososial. Oleh karena itu untuk deteksi
dini, kita juga melakukan evaluasi lingkungan anak tersebut.1
4. Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak
Tes penglihatan misalnya untuk anak umur kurang dari 3
tahun dengan tes fiksasi, umur 2 ½ tahun – 3 tahun dengan kartu gambar dari
allen dan diatas umur 3 tahun dengan huruf E. Juga diperiksa apakah ada tanda
strabismus dan selanjutnya periksa kornea dan retinanya. Sedangkan skrining
perkembangan anak, melalui anamnesis atau menggunakan audiometer kalau ada
alatnya. Disamping itu dilakukan juga pemeriksaan bentuk telinga, hidung, mulut
dan tenggorokan untuk mengetahui adanya kelainan bawaan. 1
5. Evaluasi bicara dan bahasa anak
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah
kemampuan anakberbicara masih dalam batas batas normal atau tidak. Karena
kemampuan berbicara menggambarkan kemampuan SSP, endokrin, ada atau tidaknya
kelainan bawaan pada hidung, mulut dan pendengaran, stimulasi yang diberikan,
emosi anak dan sebagainya. 1
6. Pemeriksaan fisik
Untuk melengkapi anamnesis diperlukan pemeriksaan fisik,
untuk mengetahui apakah terdapat kelainan fisik yang dapat mempengaruhi tumbuh
kembang anak.misalnya berbagai sindrom, penyakit jantung bawaan, tanda tanda
penyakit defisiensi dan lainnya. 1
7. Pemeriksaan neurologi
Dimulai dengan anamnesis masalah neurologi dan keadaan
keadaan yang diduga dapat mengakibatkan kelainan neurologi, seperti trauma
lahir, persalinan yang lama, asfiksia berat dan sebagainya. Kemudian dilakukan
tes neurologi yang teliti, maka dapat membantu dalam diagnosis suatu kelainan,
misalnya kalau ada lesi intrakranial, serebral palsi, neuropati perifer, dan
penyakit degeneratif lainnya.
Untuk mengetahui secara dini adanya cerebral palsi,
dianjurkan menggunakan pemeriksaan neurologi menurut milani comparetti, yang
merupakan cara untuk evaluasi perkembangan motorik dari lahir sampai umur 2
tahun.
8. Evaluasi penyakit penyakit metabolik
Salah satu penyebab gangguan perkembangan pada anak
adalah disebabkan oleh penyakit metabolik. Dari anamnesis dapat dicurigai
adanya penyakit metabolik, apabila ada anggota keluarga lainnya yang terkena
penyakit yang sama. Adanya tanda tanda klinis seperti rambut yang pirang
dicurigai adanya PKU (phenylketouria), ataksia yang intermitten dicurigai
adanya hiperamonemia dan sebagainya. Disamping itu diperlukan pemeriksaan
penunjang lainnya sesuai dengan kecurigaan kita. 1
9. Integrasi dari hasil penemuan
Berdasarkan anamnesis dan semua pemeriksaan tersebut
diatas, dibuat suatu kesimpulan diagnosis dari gangguan perkembangan tersebut.
Kemudian ditetapkan penatalaksanaannya, konsultasi kemana dan prognosisnya.
SKRINING PERKEMBANGAN
Skrining perkembangan
merupakan prosedur yang didesain untuk mengidentifikasi anak yang harus
mendapatkan penilaian yang lebih intensif. Skrining digunakan untuk mendeteksi
deviasi yang tak terduga dari perkembangan normal yang tidak seharusnya ada.
Tujuan utama dari skrining adalah untuk mengidentifikasikan secepatnya
disabilitas perkembangan pada anak yang beresiko tinggi sehingga penanganan
dapat dilakukan pada usia dini dimana penanganan paling efektif. Skrining bukan
merupakan tes yang hanya dilakukan pada satu waktu, tetapi lebih merupakan
proses dan prosedur yang digunakan pada periode waktu tertentu.2
Tes skrining yang ideal
harus mempunyai sensitivitas (mendeteksi hampir semua masalah pada anak) dan
spesifitas (dapat mendeteksi anak dengan keterlambatan) yang tinggi. Tes
tersebut juga harus dapat mengukur apa yang seharusnya terukur (validitas),
memberikan hasil yang sama pada penggunaan berulang oleh pemeriksa yang
berbeda, murah dan cepat digunakan. Skrining perkembangan yang ideal tidak
sepenuhnya ada.4 Tabel 2 mencantumkan beberapa tes skrining
perkembangan yang sering digunakan dan keterbatasannya.
Perlu dipisahkan antara
skrining perkembangan, penilaian perkembangan maupun survailans perkembangan.
Penilaian perkembangan ditujukan kepada pemeriksaan yang lebih detail dari perkembangan
yang tertunda. Di satu sisi, survailans perkembangan merupakan tes yang
berkelanjutan, fleksibel, dan proses yang komprehensif dimana termasuk
aktifitas yang berhubungan pada deteksi dari masalah perkembangan dan promosi
perkembangan selama kunjungan primer kesehatan anak. Survailans perkembangan
termasuk identifikasi dari keadaan keluarga, observasi anak, skrining, dan
imunisasi. 2
Terdapat tiga pendekatan
pada proses skrining, yaitu skrining perkembangan informal, skrining
perkembangan rutin dan skrining perkembangan terfokus. Skrining perkembangan
informal berdasarkan observasi pada saat pemeriksaan rutin anak dan menanyakan
orang tua mengenai perhatian mereka terhadap perkembangan anaknya. Ahli anak,
bagaimanapun juga perlu membiasakan diri dengan berbagai variasi milestone
perkembangan anak pada berbagai tingkat usia. Hal ini bukanlah tugas mudah
untuk para klinisi umum. Nilai batas atas normal telah dipergunakan sebagai
panduan untuk mengidentifikasikan keterlambatan. Sebagai tambahan, beberapa
penelitian juga melaporkan bahwa ahli anak seringkali tidak akurat dalam
memprediksikan status perkembangan anak. Hampir setengah dari keterlambatan
perkembangan tidak teridentifikasi oleh ahli anak. Terlebih lagi, pengetahuan
orang tua mengenai perkembangan anak sangat mempengaruhi, dikarenakan orang tua
tidak mengindahkan pentingnya keterlambatan perkembangan. Daya ingat orang tua
dari milestone perkembangan seringkali tidak akurat dan telah dilaporkan bahwa
orang tua terlihat terlalu berlebihan dalam menilai perkembangan bahasa dari
anak dan tidak mengindahkan kemampuan motorik halus dari anak. Didalam
permasalahan ini seorang ahli penyakit anak tidak mungkin mampu
mengidentifikasi secara benar anak yang mempunyai keterlambatan perkembangan
pada mayoritas anak dengan keterlambatan perkembangan melalui metode skrining
informal.2
Skrining perkembangan
formal dilakukan secara sistematis dengan menggunakan insrumen skrining yang
telah terstandarisasi. Bagaimanapun juga pendekatan ini membutuhkan waktu yang
banyak dan orang yang terlatih. Dan tidak dapat pula menjamin untuk dapat
menurunkan insiden dari masalah perkembangan pada populasi anak dengan resiko
rendah. 2
Meskipun di negara
berkembang, kegunaan dari skrining perkembangan rutin masih tetap
dipertanyakan. Di swedia, dimana telah mempunyai sistem skrining yang sangat
terorganisasi pada pusat pusat kesehatan anak, penelitian telah membuktikan
bahwa pemeriksaan rutin pada pusat kesehatan hanya membuat perbedaan kecil
dalam deteksi dini cerebral palsi. 2
Skrining perkembangan yang terfokus melibatkan dua
kelompok anak, yaitu (a) anak dengan orang tua yang memberi perhatian yang
lebih pada perkembangan anak dan guru atau dokter yang mencurigai adanya
masalah, (b) neonatus dengan kondisi resiko tinggi untuk terjadinya
keterlambatan perkembangan, 2 contohnya:
·
BBLR
(<1500 g)
·
Kondisi
neurologis
·
Perdarahan
intraventrikular Gr. III or IV
·
Periventricular
leukomalacia
·
Hipoksia
iskemik ensefalopati
·
Apgar skor
0-3 pada menit 10, 15 and 20
·
Meningitis
·
Kejang
persistent
·
Apnea
·
Hyperbilirubinemia
·
Kejang
dengan hipoglikemi
·
Septikemia
MEMILIH INSTRUMEN TES PERKEMBANGAN
Meskipun semua instrument tes perkembangan didesain untuk
mengidentifikasi anak yang potensial untuk keterlambatan perkembangan, masing
masing instrumen mempunyai pendekatan yang berbeda beda dalam mengidentifikasi.6
Tidak ada instrument yang secara universal dapat diterima untuk
semua populasi dan usia. Tes skrining yang ada bervariasi dari yang menilai
perkembangan secara umum sampai yang terfokus pada area yang spesifik, seperti
kemampuan motorik dan komunikasi. Tes skrining secara luas harus menilai berbagai
aspek perkembangan, termasuk motorik kasar, motorik halus, bahasa, komunikasi,
tingkah laku dan kemampuan personal sosial. Terdapat berbagai macam tes
skrining, dan pilihan untuk memakai instrument yang mana bergantung pada
populasi yang akan di skrining, tipe masalah yang di skrining pada populasi
tersebut, waktu penilaian dan biaya dari instrument. 6
Tes skrining juga harus valid dan dapat diandalkan, dengan
sensitifitas dan spesifitas yang baik. Realibilitas merupakan kemampuan dari
suatu pengukuran untuk dapat menghasilkan hasil yang konsisten, validitas dari
tes skrining perkembangan berhubungan dengan kemampuan untuk memisahkan antara
anak yang normal atau anak dengan keterlambatan perkembangan, sensitifitas
merupakan keakuratan dari tes tersebut untuk dapat mengidentifikasi anak dengan
perkembangan yang terlambat, spesifitas merupakan keakuratan dari tes skrining
untuk mengidentifikasi anak tanpa keterlambatan perkembangan. Jika tes skrining
salah mengindentifikasikan anak yang normal sebagai anak yang terlambat dalam
perkembangan maka akan menghasilkan yang disebut overreferrals, dan
jika suatu tes salah mengidentifikasikan anak yang terlambat sebagai anak yang
normal maka itu akan menghasilkan yang disebut sebagaiunderreferrals. Untuk
tes skrining perkembangan, system penilaian harus dibuat untuk
meminimalkan underreferrals danoverreferrals. Terdapat
pertukaran nilai antara sensitifitas dan spesifitas ketika memperbaiki sistem
penilaian tersebut, sensitifitas dan spesifitas pada level 70% sampai 80% telah
dapat diterima untuk tes skrining perkembangan.
INSTRUMEN TES PERKEMBANGAN
Ahli penyakit anak sekarang mempunyai banyak instrumen
perkembangan yang dapat dipilih. Instrumen yang paling baik adalah yang
mempunyai data psikometrik yang baik, termasuk sensitifitas, spesifitas,
validitas, dan realibilitas yang baik, dan telah distandarisasi pada populasi
luas. Instrumen yang dipakai oleh orang tua anak, sepertiParents’ Evaluation
of Developmental Status,
Ages
and Stages Questionnaires, dan Child Development Inventories Mempunyai
data psikometrik ysng baik dan mempunyai keunggulan dimana untuk melakukannya
membutuhkan waktu yang singkat bila dibandingkan dengan instrument yang
membutuhkan pemeriksaan langsung oleh ahli penyakit anak. Instrument
seperti Denver-II screening test, Bayley Infant
Neurodevelopmental
Screener, Battelle
Developmental Inventory, Early Language Milestone Scale, dan
Brigance
Screens melibatkan pemeriksaan langsung terhadap kemampuan
anak. The CAT-CLAMS merupakan tes yang didesain khusus untuk
dapat digunakan oleh ahli penyakit anak untuk menilai kemampuan kognitif dan
bahasa dari anak.
Setiap
tes skrining mempunyai kekuatan dan kelemahannya masing masing. Contohnya the
Denver-II screening test yang telah digunakan secara luas, namun
mempunyai sensitifitas dan spesifitas yang rendah tergantung dari interpretasi
hasilnya. Setiap tes juga harus dilakukan sesuai instruksi yang ada, jika tidak
maka hasilnya akan tidak valid.7
Skrining untuk psikososial dan tingkah laku pada anak terdapat
beberapa tantangan, anak dengan perkembangan yang terhambat mempunyai resiko
yang tinggi untuk memiliki masalah tingkah laku. Kebanyakan instrument skrining
perkembangan tidak dapat menilai pada area ini secara adekuat. Instrument tes
seperti the Temperament and Atypical Behavior Scale, Child
Behavioral Checklist, The Carey Temperament Scales, Eyberg
Child Behavior Inventory, Pediatric Symptom Checklist,
and Family Psychosocial Screening, dapat membantu dalam mendeteksi
masalah tingkah laku. Akhir akhir ini terdapat peningkatan ketertarikan dalam
skrining anak untuk autistic spectrum disorders karena
terdapatnya peningkatan pada prevalensi dan kemampuan untuk diagnosis dan
intervensi dini. Instrument skrining spesifik seperti the Checklist for
Autism
in
Toddlers (CHAT), dapat membantu ahli penyakit anak untuk
diagnostik, tetapi dapat terjadi kesalahan karena mempunyai sensitifitas yang
rendah dan spesifitas yang tinggi.7
Tes yang paling sering digunakan adalah Denver Developmental
Screening Test-II (Denver II). Bagaimanapun juga, dibalik kepopularannya, DDST
II tidak berfungsi baik sebagai tes skrining, karena mempunyai sensitifitas
yang terbatas dan validitas yang rendah. Tetapi tes ini tetap bernilai karena
kemudahannya untuk digunakan. Skrining yang mempunyai sensitifitas dan
spesifitas yang baik dengan menggunakan 10 set dari pertanyaan yang terstruktur
yang dapat diperhatikan oleh orang tua di berbagai area perkembangan,
pendekatan ini telah diformalkan sebagai Parents’ Evaluation of
Developmental Status (PEDS) questionnaire. Cara ini merupakan cara
yang akurat karena secara umum orang tua merupakan pengamat yang akurat dari
tingkah laku dan perkembangan anak.4
Lebih
jauh lagi efisiensi dari skrining dapat ditingkatkan dengan menggunakan
skrining level kedua untuk anak yang dicurigai bermasalah dengan
menggunakan The Ages and Stages Questionnaires (ASQ). Tes ini
terdiri dari seri 11 pertanyaan yang didesain untuk dapat dilakukan dirumah
dari usia 4 sampai 48 bulan, dan mempunyai validitas dan realibilitas yang baik
sebesar 76-91%, meskipun ASQ mungkin gagal untuk mengidentifikasikan hampir 13%
anak dengan keterlambatan perkembangan. Penilaian dan interpretasi dapat
dilakukan dengan cepat, dimana sangat cocok untuk seseorang yang sibuk.
Skrining untuk keterlambatan bahasa sangat penting, dikarenakan
terdapat hubungan yang kuat antara bahasa dan perkembangan kognitif dan
kemampuan pendidikan. Early Language Milestone (ELM)
membutuhkan waktu pengerjaan 2-3 menit, sensitifitas untuk bahasa dan kognitif
sangat tinggi bila dibandingkan dengan tes diagnostik standar baku. Masalah psikiatri dan tingkah
laku sangat sering terjadi dan sering bersamaan dengan keterlambatan perkembangan.
Skrining untuk masalah tingkah laku dapat dengan menggunakan Pediatric
Symptom Checklist, yang sederhana dan validitas yang baik.
PERANGKAP DALAM INTERPRETASI PERKEMBANGAN ANAK
Kesalahan kesalahan yang sering dibuat dalam
menginterpretasikan perkembangan anak adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan motorik
Pada tahun pertama seringkali tenaga
kesehatan/orangtua lebih menfokuskan pada perkembangan motorik kasar saja.
Sehingga sering terkecoh pada perkembangan motorik yang dianggap normal
tersebut dengan suatu harapan yang semu terhadap kemampuan intelektual anak. bebrapa
penelitian menemukan bahwa kemampuan motorik bukanlah prediksi dari
intelektualitas, dan didapatkan juga bahwa anak dengan retardasi mental yang
sedang sampai berat tidak memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan motorik.Kemampuan intelektual anak dapat dilihat pada
perkembangan bahasa dan pemecahan masalah. Selain itu perhatian juga kurang
diberikan pada perkembangan motorik halus. Padahal perkembangan motorik halus
merupakan indikator yang lebih baik daripada motorik kasar, dalam diagnosis
gangguan motorik pada anak. Perkembangan motorik halus yang paling awal adalah
jari jari tangan yang tidak menggenggam lagi pada bayi umur 3 bulan. Bila masih
menggenggam setelah umur 3 bulan dicurigai adanya cerebral palsi.1,2
2. Intelegensi: penampilan superfisial
Suatu konsep bahwa anak yang retardasi mental
ditandai dengan muka yang khas. Pendapat ini tidak selamanya benar, karena itu
kita seringkali terlambat membuat diagnosis pada anak yang retardasi mental
dengan penampilan fisik seperti anak normal atau dengan kemampuan motorik kasar
yang baik. Begitu pula sebaliknya, anak dengan raut wajah yang dysmorphic mungkin tidak memiliki defisiensi intelektualitas.
Anak yang autistik sering dikatakan sebagai anak yang manis dan lain
sebagainya.1,2
3. Perkembangan bahasa
Kesalahan yang sering dibuat adalah pandangan
yang mengatakan bahwa perkembangan bahasa belum dimulai sampai anak umur satu
tahun dan tidak perlu kuatir akan adanya kelainan bahasa sampai anak umur 2
tahun. Hal penting untuk diingat ialah kemampuan bahasa, yang diukur dari
ekspresif dan reseptif, merupakan salah satu prediktor yang baik terhadap
intelegensia anak. Untuk
mencegah kesalahan tersebut, diperlukan kemampuan dalam mendapatkan anamnesis
yang akurat dan pengetahuan tentang milestone perkembangan bahasa.1,2
4. Pendengaran
Kesalahan yang sering dibuat adalah pandangan
bahwa ketulian sangat jarang pada anak. Sehingga sering tidak terdiagnosis
sampai anak berumur lebih dari satu tahun.Ternyata 1 dari 1000 kelahiran adalah
anak dengan ketulian berat. Rata rata diagnosis tuli kongenital baru dibuat
pada saat anak berumur 2-2,5 tahun. Oleh karena itu anamnesis yang baik pada
orang tuanya sangat penting, apakah anak ada respons terhadap bunyi bunyian,
kapan anak mulai bisa mengoceh dan sebagainya
STIMULASI
TUMBANG BAYI DAN BALITA
Istilah tumbuh kembang sebenarnya
mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit
dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Dan untuk tercapainya tumbuh
kembang yang optimal tergantung pada potensi biologik seseorang yang merupakan
hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik,
lingkungan bio-fisiko-psiko sosial dan perilaku.
Proses yang unik dan hasil akhir
yang berbeda-beda yang memberika ciri tersendiri pada setiap anak. Oleh karena
itu, tumbuh kembang harus menjadi perhatian bagi pemerintah, tenaga kesehatan,
dan masyarakat khususnya supaya anak Indonesia dapat mencapai kesehatan yang
optimal. Memiliki anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah dambaan
setiap orang tua. Untuk mewujudkannya tentu saja orang tua harus selalu
memperhatikan,mengawasi, dan merawat anak secara seksama. Proses tumbuh kembang
anak dapat berlangsung secara alamiah, tetapi proses tersebut sangat tergantung
kepada orang dewasa atau orang tua. Periode penting dalam tumbuh kembang anak
adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi
dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan
kemampuan berbahasa, kreativitas,kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta
dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Pada masa periode kritis
ini, diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensinya
berkembang. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi diusahakan sesuai
dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi
masih dalam kandungan. Untuk bisa merawat dan membesarkan anak secara maksimal tentu
kita perlu mengetahui banyak hal yang berkaitan dengan anak itu sendiri, yang
pada gilirannya akan menjadi bekal yang sangat berharga bagi kita dalam merawat
dan membesarkan buah hati kita.
5.
Pertumbuhan (growth) berkaitan
dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel,
organ maupun induvidu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram),
ukuran panjang (cm, meter).
6.
Perkembangan (development) adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan.
Menyangkut perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya.
TUMBUH
KEMBANG ANAK SEHAT
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan
dalam besar,jumlah, atau ukuran, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,
kilogram) dan ukuran panjang (cm, meter), sedangkan perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari
seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk
juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
berinteraksi dengan lingkungannya. Secara umum terdapat dua faktor utama yang
mempengaruhi tumbuh
kembang anak, yaitu:
1.
Faktor genetik
Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan
anak tersebut. Kemampuan anak merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan
dari orang tuanya.
2.
Faktor lingkungan
Yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak
itu berada. Dalam hal inilingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar
anak untuk tumbuh kembang sejak dalam kandungan sampai dewasa. Lingkungan yang
baik akan menunjang tumbuh kembang anak, sebaliknya lingkungan yang kurang baik
akan menghambat tumbuh kembangnya.
Kebutuhan
dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum dibagi menjadi 3
kebutuhan
dasar yaitu:
1.
Kebutuhan
fisik-biomedis (”ASUH”)
Meliputi:
·
pangan/gizi
·
perawatan kesehatan dasar: imunisasi, pemberian
ASI,
·
penimbangan yang teratur, pengobatan
·
pemukiman yang layak
·
kebersihan perseorangan, sanitasi lingkungan
·
pakaian
·
rekreasi, kesegaran jasmani
2.
Kebutuhan
emosi/kasih sayang (”ASIH”)
Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan
yang erat dan kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik
, mental, atau psikososial.
3.
Kebutuhan
akan stimulasi mental (”ASAH”)
Stimulasi mental mengembangkan perkembangan
kecerdasan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika,
produktivitas dan sebagainya.
CIRI-CIRI
TUMBUH KEMBANG ANAK
1.
Tumbuh kembang adalah proses yang kotinu sejak dari
konsepsi sampai maturitas atau dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan.
2.
Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak,
tetapi kecepatannya berbeda antara anak yang satu dengan yang lain berbeda.
3.
Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi
sistem susunan saraf.
4.
Aktivitas seluruh tubuh diganti respon individu
yang khas
5.
Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
6.
Refleks primitif seperti refleks memegang dan
berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.
Periode penting dalam tumbuh
kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang
akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa
balita ini kemampuan berbahasa, kreativitas, sosial, emosional dan intelegensia
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini.
Deteksi dini perkembangan anak
dilakukan dengan cara pemeriksaan perkembangan secara berkala, apakah sesuai
dengan umur atau telah terjadi penyimpangan dari perkembangan normal. Empat
parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan anak adalah:
1.
Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).
2.
Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu
benda dll).
3.
Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti
perintah, berbicara spontan).
4.
Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya).
JENIS-JENIS
STIMULASI YANG DI BUTUHKAN OLEH ANAK
1.
Stimulasi aspek fisik. Rangsangan untuk fisik bayi dan balita amat diperlukan,
karena pada usia mereka perkembangan syaraf-syaraf motorik sangat pesat.
Melakukan gerakan-gerakan sederhana seperti berlari, berjalan, menari akan
sangat membantu perkembangan mereka.
2.
Stimulasi aspek emosi. Kenalkan mereka dengan bentuk emosi dasar, bahagia dan
sedih. Dengan menghiburnya pada saat menangis karena mainannya rusak akan
membantu. Ajari pula mereka untuk berbagi dengan teman sebayanya, misalnya
dengan bernagi mainan, sehingga dapat menimbulkan kepekaan untuk bertoleransi
dan berperilaku menyenangkan.
3.
Stimulasi aspek spiritual. Ajarilah anak untuk berdoa dengan menggunakan kata-kata
yang sederhana, mengucapkan terimakasih kepada tuhan atas makanan, hari yang
indah, dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan hari itu. Akan membuat
anak semakin peka. Ajak juga mereka ke tempat ibadah, dan membacakan dongeng
dan kisah-kisah para nabi juga akan membantu meningkatkan moral.
4.
Stimulasi aspek intelektual. Rangsangan intelektual dapat dilakukan dengan sering
memberikan buku bacaan, mengajak anak melakukan permainan, dan rekreasi
bersama, dan juga dengan rajin menjawab keingintahuan anak. Jadi sebagai
orangtua juga harus rajin belajar agar sanggup memenuhi dan menjawab
keingintahuan anak dengan baik dan benar.
5.
Stimulasi aspek sosial. Anak pun harus diajari untuk peka terhadap lingkungan
sekitarnya. Membantu menjaga adik, membantu orangtua yang sedang sibuk, akan
merangsang kepekaan alaminya.
Agar stimulasi ini dapat menunjukkan hasil yang baik, kita tidak boleh melupakan istirahat yang cukup dan asupan nutrisinya. Gizi yang baik amat sangat dibutuhkan oleh anak, karena mereka sedang berada dalam masa pertumbuhan. Jadi asupan nutrisi tentunya amat dibutuhkan untuk perkembangan fisik, daya tahan tubuh, pencernaan, dan juga tentunya untuk perkembangan otak mereka.
Agar stimulasi ini dapat menunjukkan hasil yang baik, kita tidak boleh melupakan istirahat yang cukup dan asupan nutrisinya. Gizi yang baik amat sangat dibutuhkan oleh anak, karena mereka sedang berada dalam masa pertumbuhan. Jadi asupan nutrisi tentunya amat dibutuhkan untuk perkembangan fisik, daya tahan tubuh, pencernaan, dan juga tentunya untuk perkembangan otak mereka.
D.
STIMULASI DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
Kemampuan dan tumbuh kembang anak
perlu dirangsang oleh orang tua agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal dan sesuai umurnya. Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara,
pendengaran, perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat
stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang
kurang bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai
penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi
seperti stimulasi visual (penglihatan), verbal (bicara),auditif (pendengaran),
taktil (sentuhan) dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Pemberian stimulasi
akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhankebutuhan anak sesuai dengan
tahap-tahap perkembangannya.
Pada tahap perkembangan awal anak
berada pada tahap sensori motorik. Pemberian stimulasi
visual pada ranjang bayi akan meningkatkan
perhatian anak terhadap lingkungannya, bayi akan gembira dengan tertawa-tawa
dan menggerak-gerakkan seluruh tubuhnya. Tetapi bila rangsangan itu terlalu
banyak, reaksi dapat sebaliknya yaitu perhatian anak akan berkurang dan anak
akan menangis. Pada tahun-tahun pertama anak belajar mendengarkan. Stimulus
verbal pada periode ini sangat penting untuk perkembangan bahasa anak pada
tahun pertama kehidupannya. Kualitas dan kuantitas vokal seorang anak dapat
bertambah dengan stimulasi verbal dan anak akan belajar menirukan kata-kata yang
didengarnya. Tetapi bila simulasi auditif terlalu banyak (lingkungan ribut)
anak akan mengalami kesukaran dalam membedakan berbagai macam suara. Stimulasi
visual dan verbal pada permulaan perkembangan anak merupakan stimulasi awal
yang penting, karena dapat menimbulkan sifat-sifat ekspresif misalnya
mengangkat alis, membuka mulut dan mata seperti ekspresi keheranan. Selain itu
anak juga memerlukan stimulasi taktil, kurangnya stimulasi taktil dapat
menimbulkan penyimpangan perilaku sosial, emosional dan motorik.
Perhatian dan kasih sayang juga
merupakan stimulasi yang diperlukan anak, misalnya dengan bercakap-cakap,
membelai, mencium, bermain. Stimulasi ini akan menimbulkan rasa aman dan rasa
percaya diri pada anak, sehingga anak akan lebih responsif terhadap
lingkungannya dan lebih berkembang. Pada anak yang lebih besar yang sudah mampu
berjalan dan berbicara, akan senang melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap lingkungannya. Motif ini dapat diperkuat atau diperlemah oleh
lingkungannya melalui sejumlah rekasi yang diberikan terhapap perilaku anak
tersebut. Misalnya anak akan belajar untuk mengetahui perilaku mana yang
membuat ibu senang/mendapat pujian dari ibu, dan perilaku mana yang mendapat
marah dari ibu. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang responsif akan
memperlihatkan perilaku eksploratif yang tinggi. Stimulasi verbal juga dibutuhkan
pada tahap perkembangan ini. Dengan penguasaan bahasa, anak akan mengembangkan
ide-idenya melalui pertanyaan-pertanyaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi
perkembangan kognitifnya (kecerdasan).
Pada masa sekolah, perhatian anak
mulai keluar dari lingkungan keluarganya, perhatian mulai teralih ke teman
sebayanya. Akan sangat menguntungkan apabila anak mempunyai banyak kesempatan
untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Melalui sosialisasi anak akan
memperoleh lebih banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi perkembangan
sosial anak. Pada saat ini di Indonesia telah dikembangkan program untuk
anak-anak prasekolah yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan anak sedini
mungkin, dengan menggunakan APE (alat permainan edukatif). APE adalah alat
permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak disesuaikan dengan
usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk pengembangan aspek fisik
(kegiatan-kegiatan yang menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak),
aspek bahasa (dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar), aspek
kecerdasan (dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna.), dan aspek sosial
(khususnya dalam hubungannya dengan interaksi antara ibu dan anak, keluarga,
dan masyarakat). Bermain, mengajak anak berbicara, dan kasih sayang adalah
’makanan’ yang penting untuk perkembangan anak, seperti halnya kebutuhan makan
untuk pertumbuhan badan. Bermain bagi anak tidak sekedar mengisi waktu luang
saja, tetapi melalui bermain anak belajar mengendalikan dan mengkoordinasikan
otot-ototnya, melibatkan persaan, emosi, dan pikirannya. Sehingga dengan
bermain anak mendapat berbagai pengalaman hidup, selain itu bila dikakukan bersama
orang tuanya hubungan orang tua dan anak menjadi semakin akrab dan orang tua
juga akan segera mengetahui kalau terdapat gangguan perkembangan anak secara
dini.
Buku bacaan anak juga penting
karena akan menambah kemampuan berbahasa, berkomunikasi, serta menambah wawasan
terhadap lingkungannya.Untuk perkembangan motorik serta pertumbuhan otot-otot
tubuh diperlukan stimulasi yang terarah dengan bermain, latihan-latihan atau
olah raga. Anak perlu diperkenalkan dengan olah raga sedini mungkin, misalnya melempar/menangkap
bola, melompat, main tali, naik sepeda).Seorang ahli mengatakan bahwa prioritas
untuk anak adalah makanan, perawatan kesehatan, dan bermain. Makanan yang baik,
pertumbuhan yang adekuat, dan kesehatan yang terpelihara adalah penting, tetapi
perkembangan intelektual juga diperlukan. Bermain merupakan ”sekolah” yang
berharga bagi anak sehingga
perkembangan
intelektualnya optimal.
Ada
beberapa fungsi bermain pada anak yaitu sebagai berikut.
1.
Perkembangan Sensorik
Aktivitas motor merupakan bagian yang berkembang
pada masa bayi. Perkembangan sensorik motor ini didukung oleh keterampilan
motorik kasar dan halus seperti stimulus visual,stimulus pendengaran,stimulus
taktil (sentuhan),dan stimulasi kinetik.Stimulus sensorik yang diberikan oleh lingkungan
anak akan direspon dengan memperlihatkan aktivitas-aktivitas
motoriknya.Stimulasi visual merupakan stimulasi awal yang penting pada tahap
permulaan perkembangan anak.Anak akan meningkatkan perhatiannya pada lingkungan
sekitar melalui penglihatanny.Oleh karena itu,orang tua disarankan untuk
memberikan mainan warna-warni pada usia 3 bulan pertama.Stimulasi pendengaran
(stimulasi auditif) adalah sangat penting untuk perkembangan bahasanya
(verbaal),terutama pada tahun pertama kehidupannya.Memberikan sentuhan
(stimulus taktil) yang mencukupi pada anak berarti memberikan perhatian dan
kasih sayng yang diperlukan oleh anak.Stimulus semacam ini akan menimbulkan
rasa aman dan percaya diri pada anak sehingga anak lebiih responsif dan
berkembang.Stimulasdi kinetik akan membantu anak untuk mengenal lingkungan yang
berberda.
2.
Pekembangan Intelektual
Memberikan sumber-sumber yang beraneka ragam untuk
pembelajaran Eksplorasi dan manipulasi bentuk,ukuran,tekstur,warna pengalaman
dengan angka, hubungan yang renggang konsep abstrak. Kesempatan untuk
mempraktikkan dan memperluas keterampilan berbahasa.Memberikan kesempatan untuk
melatih pengalaman masa lalu dalam upaya mengasimulasinya kedalam persepsi dan
hubungan baru.Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan
antara fantasi
3.
Perkembangan Sosialisasi dan Moral
Sejak awal masa anak-anak bayi telah menunjukkan
ketertarikan dan kesenangan terhadap orang lain terutama terhgadap ibu.Dengan
bermain,anak akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi,belajar untuk
mengatasi persoalan yang timbul,mengenal nilai-niali moral dan etika,belajar
mengenai apa yang salah dan benar,serta bertanggung jawab terhadap sesuatu yang
diperbuatnya. Pada tahun pertama,anak hanya mengamati objek di sekitarnya.Pada
usia 2-3 tahun,biasanya anak suka bermaian peran seperti peran sebagai ayah,ibu
dan lain-lain. Pada usia pra sekolah anak lebih banyak bergabung dengan
kelompok sebayanya (peer group) mempunyai teman favorit.
4.
Kreativitas
Situasi yang lebih menguntungkan/menyernagkan untuk
berkreasi dari pada bermain.Anak-anak dapat bereksperimen dan mencoba
ide-idenya.Sekali anak merasa puas untuk mencoba sesuatu yang baru dan
berbeda,ia akan memindahkan kreasinya kesituasi yang lain.Memungkinkan fantasi
dan imajinasi dan meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus.Untuk
mengembangkan kreasi anak diperlukan lingkunagan yang mendukung
5.
Kesadaran Diri
Dengan aktivitas bermain,anak akan menyadari bahwa
dirinya berbeda dengan yang lain dan memahami dirinya sendiri.Anak belajar
untuk memahami kelemahan dan kemampuannya dibandingkan dengan anak yang
lain.anak juga mulai melepaskan diri dari orang tuanya.
6.
Nilai Terapeutik
Bermain dapat mengurangi tekanan atau stres dari
lingkungan.Dengan bermain,anak dapat mengekspresikan emosi dan ketik puasan
atas situsi sosial serta rasa takutnya yang 9 tidak dapat diekspresikan di
dunia nyata.Dengan bermain dapat memudahkan komunikasi verbal dan ninverbal
tentang kebutuhan,rasa takut dan keinginan.
Kemampuan motorik pada bayi berdasarkan usia yakni:
Usia
|
Motorik
kasar
|
Motorik
halus
|
0-3
bulan
|
· mengangkat
kepala,
· guling-guling,
· menahan
kepala tetap tegak,
|
· melihat,
meraih dan menendang mainan gantung,
· memperhatikan
benda bergerak,
· melihat
benda-benda kecil,
· memegang
benda,
· meraba
dan merasakan bentuk permukaan,
|
3-6
bulan
|
· menyangga
berat,
· mengembangkan
kontrol kepala.
· Duduk.
|
· memegang
benda dengan kuat,
· Memegang
benda dengan kedua tangan,
· makan
sendiri,
· mengambil
benda-benda kecil.
|
6-9
bulan
|
· merangkak
· menarik
ke posisi berdiri
· berjalan
berpegangan
· berjalan
dengan bantuan.
|
· Memasukkan
benda kedalam wadah,
· Bermain
'genderang'
· Memegang
alat tulis dan mencoret-coret
· Bermain
mainan yang mengapung di air
· Membuat
bunyi-bunyian.
· Menyembunyikan
dan mencari mainan
|
9-12
bulan
|
· bermain
bola
· membungkuk
· berjalan
sendiri
· naik
tangga.
|
· Menyusun
balok/kotak
· Menggambar
· Bermain
di dapur.
|
b) Kemampuan
Bicara dan Bahasa
Masa bayi adalah
masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin sehingga dalam masa ini,
pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar. Kemampuan bicara bayi masih
dalam bentuk pra bicara, yang diekspresikan dengan cara menangis, mengoceh,
gerakan isyarat dan ekspresi wajah seperti tersenyum. Bahkan pada masa ini lebih
sering muncul senyum sosial sebagai reaksi terhadap rangsangan dari luar
. Ekspresi emosi adalah bahasa pertama sebelum bayi
berbicara, sebagai cara untuk mengkomunikasikan dirinya pada orang tua atau
orang lain. Bayi akan bereaksi pada ekspresi wajah dan tekanan suara,
sebaliknya orangtua membaca ekspresi bayi dan merespon jika ekspresi bayi
menunjukkan tertekan atau gembira. Terkait dengan ekspresi emosi bayi, yang
mudah dikondisikan, maka ekspresi emosi bayi mudah dikondisikan. Jika orangtua
lebih banyak menunjukkan suasana hati yang positif seperti selalu gembira,
santai dan menyenangkan, akan mempengaruhi pemahaman bayi terhadap sesuatu dan
cenderung menimbulkansuasana hati yang menyenangkan. Sebaliknya jika orang
dewasa mengkondisikan dengan situasi yang tidak menyenangkan maka suasana emosi
bayi cenderung buruk.
Kemampuan bicara
pada bayi sebenarnya ada hubungannya dengan perkembangan otak, terutama pada
saat bayi menangkap kata-kata yang diucapkan dan menyampaikan apa yang ada
dalam pikirannya. Pada saat bayi berjalan, berbicara, tersenyum dan mengerutkan
dahi, sebenarnya tengah berlangsung perubahan dalam otak. Meski keterkaitan
sel-sel syaraf (neuron) yang dimiliki bayi, masih sangat lemah, namun akan
sangat mempengaruhi pada perkembangan sel syaraf pada tahap selanjutnya. Bayi
mengerti dan memahami sesuatu yang berada disekelilingnya, tidak terbatas
dengan melihat serta memanipulasi namun sebenarnya bayi sudah memiliki
kemampuan untuk memberi perhatian, menciptakan simbolisasi, meniru dan menangkap
suatu konsep melalui gerakan sudah lebih berkembang. Oleh karenanya untuk
mengoptimalkan kemampuan otaknya maka bayi perlu lebih banyak menstimulasi bayi
untuk mengenal benda-benda sekelilingnya sambil terus mengajak berbicara.
Kemampuan bicara dan berbahasa pada masa bayi sbb:
Usia
|
Kemampuan
Bicara dan Bahasa
|
0-3
bulan
|
· prabicara,
· meniru
suara-suara,
· mengenali
berbagai suara.
|
3-6
bulan
|
· mencari
sumber suara,
· menirukan
kata-kata..
|
6-9
bulan
|
· menyebutkan
nama gambar di buku majalah,
· menunjuk
dan menyebutkan nama gambar-gambar.
|
9-12
bulan
|
· menirukan
kata-kata
· berbicara
dengan boneka
· bersenandung
dan bernyanyi.
|
c) Kemampuan
Sosialisasi dan Kemandirian
Kemampuan
sosialisasi dan kemandirian dapat dirangsang dengan sosialisasi pada masa bayi
diawali di dalam keluarga, dimana dalam keluarga terjadi hubungan timbal balik
antara bayi dan pengasuh atau orangtua. Melalui perhatian dan perilaku orangtua
akan memberi kerangka pada bayi dalam berinteraksi dan pengalaman yang
terpenting bagi bayi karena keluarga adalah melibatkan proses kasih sayang.
Kemampuan bayi untuk bersosialisasi mulai muncul, dasar-dasar sosial mulai
dibentuk, yang diperoleh dengan cara mencontoh perilaku pada situasi sosial
tertentu, misalnya mencontoh perilaku sosial dari kakak atau orang tuanya, yang
akhirnya akan mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosialnya dikemudian
hari. Kemampuan sosialisasi dan kemandirian pada masa bayi sbb:
Usia
|
Kemampuan
Sosialisasi dan Kemandirian
|
0-3
bulan
|
· memberi
rasa aman dan kasih sayang,
· mengajak
bayi tersenyum,
· mengajak
bayi mengamati benda-benda dan keadaan di sekitarnya,
· meniru
ocehan dan mimik muka bayi,
· mengayun
bayi,
· menina
bobokan.
|
3-6
bulan
|
· bermain
"ciluk ba',
· melihat
dirinya di kaca,
· berusaha
meraih mainan.
|
6-9
bulan
|
· mulai
bermain atau 'bersosialisasi' dengan orang lain.
· Mulai
melambaikan tangan jika ditinggal pergi.
· Mulai
membalas lambaian tangan orang lain.
|
9-12
bulan
|
· Minum
sendiri dari sebuah cangkir,
· Makan
bersama-sama
· Menarik
mainan yang letaknya agak jauh.
|
2. Kemampuan Anak di Bawah
Usia Lima Tahun (12 – 59 bulan)
Pada masa ini
kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan
motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi eksresi/pembuangan. Periode
penting dalam tumbuh kembang masa usia ini akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Pada usia 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan
dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan tejadi pertumbuhan
serabut-serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf
dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel
syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan
belajar berjalan, mengenal huruf hingga bersosialisasi.
a) Kemampuan
Motorik
Masa ini disebut
sebagai masa sangat aktif dari seluruh masa kehidupannya, karena tingkat
aktivitasnya dan perkembangan otot besar mereka sedang tumbuh. Demikian halnya
dengan kemampuan motorik halus anak, sudah mulai meningkat dan menjadi lebih tepat
pada saat berusia 5 tahun. Koordinasi tangan, lengan dan tubuh dapat bergerak
bersama dibawah koordinasi yang lebih baik daripada mata.
Dengan demikian masa ini disebut
juga sebagai masa belajar berbagai kemampuan dan keterampilan, dengan berbekal
rasa ingin tahu yang cukup kuat dengan seringnya anak mencoba hal-hal baru dan
seringnya pengulangan menyebabkan masa ini menjadi masa yang tepat untuk
mempelajari keterampilan baru.
Kemampuan motorik yang dimiliki anak sebagai berikut:
Usia
|
Gerak
Kasar
|
Gerak
Halus
|
12-15
bulan
|
· Berjalan
tanpa pegangan sambil menarik mainan yang bersuara,
· Berjalan
mundur,
· Berjalan
naik dan turun tangga,
· Berjalan
sambil berjinjit
· Menangkap
dan melempar bola
|
· Bermainan
balok dan menyusun balok.
· Memasukkan
dan mengeluarkan benda kedalam wadah.
· Memasukkan
benda yang satu ke benda lainnya.
|
15-18
bulan
|
· Bermain
di luar rumah.
· Bermain
air
· Menendang
bola.
|
· Meniup
,
· Membuat
untaian.
|
18-24
bulan
|
· Melompat,
· Melatih
keseimbangan tubuh,
· Mendorong
mainan dengan kaki.
|
· Mengenal
berbagai ukuran dan bentuk,
· Bermain
puzzle,
· Menggambar
wajah atau bentuk,
· Membuat
berbagai bentuk dari adonan kue/lilin mainan.
|
24-36
bulan
|
· Latihan
menghadapi rintangan,
· Melompat
jauh,
· Melempar
dan menangkap bola besar.
|
· Membuat
gambar tempelan,
· Memilih
dan mengelompokkan benda-benda menurut jenisnya,
· Mencocokan
gambar dan benda,
· Konsep
jumlah,
· Bermain/menyusun
balok-balok.
|
36-48
bulan
|
· Menangkap
bola kecil dan melemparkan kembali.
· Berjalan
mengikuti garis lurus,
· Melompat
dengan satu kaki,
· Melempar
benda-benda kecil ke atas,
· Menirukan
binatang berjalan,
· Berjalan
jinjit secara bergantian.
|
· Memotong
dengan menggunakan gunting,
· Menempel
guntingan gambar sesuai dengan cerita.
· Menempel
gambar pada karton.
· Belajar
'menjahit' dengan tali rafia.
· Menggambar/menulis
garis lurus, bulatan,segi empat, huruf dan angka.
· Menghitung
lebih dari 2 atau 3 angka.
· Menggambar
dengan jari, memakai cat,
· Mengenal
campuran warna dengan cat air,
· Mengenal
bentuk dengan menempel potongan bentuk.
|
48-60
bulan
|
· Lomba
karung
· Main
engklek
· Melompat
tali.
|
· Mengenal
konsep "separuh atau satu"
· Menggambar
dan atau melengkapi gambar,
· Menghitung
benda-benda kecil dan mencocokkan dengan angka.
· Menggunting
kertas (sudah dilipat) dengan gunting tumpul,
· Membandingkan
besar/kecil, banyak/sedikit, berat/ringan.
· Belajar
'percobaan ilmiah'
· Berkebun.
|
b) Kemampuan
Bicara dan Bahasa
Bertambahnya
kematangan otak dikombinasikan dengan peluang-peluang untuk menjelajahi dunia
sekelilingnya dan sebagai penyumbang terbesar untuk lahirnya kemampuan kognitif
anak. Sejumlah kemampuan anak, seperti belajar membaca adalah berkaitan dengan
masukan dari mata anak yang ditransmisikan ke otak anak, kemudian melalui
sistem yang ada di otak, menterjemahkannya kedalam kode huruf-huruf, kata-kata
dan asosiasinya. Akhirnya akan dikeluarkan dalam bentuk bicara. Bakat bicara
anak karena sistem otak diorganisasikan sedemikian rupa sehingga memungkinkan
anak memproses sebagai bahasa.
Anak mulai
pandai berbicara, sejalan dengan perkembangannya memahami sesuatu. Biasanya
anak mulai berbicara sendiri, kemudian berkembang menjadi kemampuan untuk
bertindak tanpa harus mengucapkannya. Dalam hal ini anak telah
menginternalisasikan pembicaraan yang egocentris dalam bentuk berbicara sendiri
menjadi pemikiran anak. Hal ini merupakan suatu transisi awal untuk dapat lebih
berkomunikasi secara sosial.
Usia
|
Kemampuan
Bicara dan Bahasa
|
12-15
bulan
|
· Membuat
suara dari dari barang2 yang dipilihnya,
· Menyebut
nama bagian tubuh,
· Melakukan
pembicaraan.,
|
15-18
bulan
|
· Bercerita
tentang gambar di buku/majalah,
· Permainan
telepon-teleponan,
· Menyebut
berbagai nama barang.
|
18-24
bulan
|
· Melihat
acara televisi,
· Mengerjakan
perintah sederhana,
· Bercerita
tentang apa yang dilihatnya.
|
24-36
bulan
|
· Menyebut
nama lengkap anak,
· Bercerita
tentang diri anak,
· Menyebut
berbagi jenis pakaian.
· Menyatakan
keadaan suatu benda.
|
36-48
bulan
|
· Berbicara
dengan anak,
· Bercerita
mengenai dirinya,
· Bercerita
melalui album foto,
· Mengenal
huruf besar menurut alfabet di koran/majalah.
|
48-60
bulan
|
· Belajar
mengingat-ingat,
· Mengenal
huruf dan simbol,
· Mengenal
angka,
· Membaca
majalah,
· Mengenal
musim,
· Mengumpulkan
foto kegiatan keluarga,
· Mengenal
dan mencintai buku,
· Melengkapi
dan menyelesaikan kalimat,
· Menceritakan
masa kecil anak,
· Membantu
pekerjaan di dapur.
|
c) Kemampuan
Bersosialisasi dan Kemandirian
Dasar-dasar
sosialisasi yang sudah diletakkan pada masa bayi, maka pada masa ini mulai
berkembang. Dalam hal ini hubungan keluarga, orangtua-anak, antar saudara dan hubungan
dengan sanak keluarga cukup berperan. Pengasuhan pada tahun pertama berpusat
pada perawatan, berubah ke arah kegiatan-kegiatan seperti permainan,
pembicaraan dan pemberian disiplin, akhirnya mengajak anak untuk menalar
terhadap sesuatu. Pada masa ini sebagai masa bermain, anak mulai melibatkan
teman sebayanya, melalui bermain, meski interaksi yang dibangun dalam permainan
bukan bersifat sosial, namun sebagai kegiatan untuk menyenangkan dan
dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri. Jenis permainan yang dilakukan bisa
berbentuk konstruktif, permainan pura-pura, permainan sensori motorik,
permainan sosial atau melibatkan orang lain, games atau berkompetisi.
Usia
|
Kemampuan
Bersosialisasi dan Kemandirian
|
12-15
bulan
|
· Menirukan
pekerjaan rumah tangga,
· Melepas
pakaian,
· Makan
sendiri,
· Merawat
mainan,
· Pergi
ke tempat-tempat umum.
|
15-18
bulan
|
· Belajar
memeluk dan mencium,
· Membereskan
mainan/membantu kegiatan di rumah,
· Bermain
dengan teman sebaya,
· Permainan
baru,
· Bermain
petak umpet.
|
18-24
bulan
|
· Mengancingkan
kancing baju,
· Permainan
yang memerlukan interkasi dengan teman bermain.
· Membuat
rumah-rumahan,
· Berpakaian,
· Memisahkan
diri dengan anak.
|
24-36
bulan
|
· Melatih
buang air kecil dan buang air besar di WC/kamar mandi.
· Berdandan/memilih
pakaian sendiri.
· Berpakaian
sendiri.
|
36-48
bulan
|
· Mengancingkan
kancing tarik,
· Makan
pakai sendok garpu,
· Membantu
memasak,
· Mencuci
tangan dan kaki,
· Mengenal
aturan/batasan.
|
48-60
bulan
|
· Membentuk
kemandirian dengan memberi kesempatan mengunjungi temannya tanpa ditemani.
· Membuat
atau menempel foto keluarga,
· Membuat
mainan/boneka dari kertas.
· Menggambar
orang,
· Mengikuti
aturan permainan/petunjuk,
· Bermain
kreatif dengan teman-temannya,
· Bermain
'berjualan dan berbelanja di toko"
|
3. Masa Anak Pra Sekolah
(usia 60-72 bulan atau 5-6 tahun);
Pada masa ini,
pertumbuhan berlangsung dengan stabil, aktivitas jasmani semakin bertambah dan
meiningkatnya keterampilan dan proses berpikir. Anak mulai menunjukkan keinginannya
seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini, anak mulai
diperkenalkan dengan lingkungan luar selain lingkungan dalam rumah, sehingga
anak mulai senang bermain di luar rumah. Anak mulai berteman bahkan anak banyak
keluarga menghabiskan waktunya bermain di luar rumah, seperti bermain di taman
atau ke tempat-tempat yang menyediakan fasilitas bermain anak.
Pada masa ini
anak dipersiapkan untuk sekolah, oleh karenanya panca indera dan sistim
reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak
mampu belajar dengan baik. Proses belajar yang tepat bagi usia ini adalah
dengan cara bermain.
Kemampuan yang dimiliki pada anak
pra sekolah adalah sbb:
Kemampuan
|
Keterangan
|
Gerak
kasar
|
· bermain
bola dengan teman sebayanya
· naik
sepeda, bermain sepatu roda.
|
Gerak
halus
|
· mengerti
urutan kegiatan,
· berlatih
mengingat-ingat,
· membuat
sesuatu dari tanah liat/lilin,
· bermain
"berjualan",
· belajar
bertukang, memakai pali, gergaji dan paku,
· mengumpulkan
benda-benda,
· belajar
memasak,
· mengenal
kalender
· mengenal
waktu,
· menggambar
dari berbagai sudut pandang,
· belajar
mengukur.
|
Bicara
dan bahasa
|
· mengenal
benda yang serupa dan berbeda,
· bermain
tebak-tebakan,
· berlatih
mengingat-ingat,
· menjawab
pertanyaan "mengapa ?"
· menganal
rambut/tanda lalu lintas,
· mengenal
uang logam,
· mengamati/meneliti
keadaan sekitar.
|
Bersosialisasi
dan kemandirian.
|
· Berkomunikasi
dengan anak,
· Berteman
dan bergaul,
· Mematuhi
peraturan keluarga
|
KEBUTUHAN
FISIK DAN PSIKOSOSIAL PADA BAYI DAN BALITA
Kebutuhan fisik dan psikososial pada
bayi dan balita
Kebutuhan psikososial adalah kebutuhan
ASIH dan ASAH.
Kebutuhan ASIH
meliputi : perhatian segera, kasih sayang, rasa aman, dilindungi, mandiri,rasa
memiliki,kebutuhan akan sukses,mendapatkan kesempatan dan pengalaman,dibantu
dan dihargai.
Kebutuhan ASAH
meliputi : stimulasi (rangsangan) dini pada semua indera (pendengaran,
penglihatan, sentuhan, membau, mengecap), sistem gerak kasar dan halus,
komunikasi, emosi-sosial dan rangsangan untuk berpikir. Stimulasi merupakan
kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak
yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat berkembang
dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan stimulasi.Pemberian stimulasi
ini sudah dapat dilakukan sejak masa pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekan
bayi pada ibunya sedini mungkin. Asah merupakan kebutuhan untuk perkembangan
mental psikososial anak yang didapat melalui pendidikan dan latihan
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ERIKSON
Menurut Erik Erikson (1963)
perkembangan psikososial terbagi menjadi beberapa tahap. Masing-masing tahap
psikososial memiliki dua komponen, yaitu komponen yang baik (yang diharapkan)
dan yang tidak baik (yang tidak diharapkan). Perkembangan pada fase selanjutnya
tergantung pada pemecahan masalah pada tahap masa sebelumnya.
Adapun tahap-tahap perkembangan
psikososial anak adalah sebagai berikut:
1. Percaya Vs Tidak percaya ( 0-1 tahun )
Komponen awal yang
sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya. Membangun rasa percaya ini
mendasari tahun pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan kontakl dengnan dunia
luar maka ia mutlak terganting dengan orang lain. Rasa aman dan rasa percaya
pada lingkungan merupakan kebutuhan. Alat yang digunakan bayi untuk berhubungan
dengan dunia luar adalah mulut dan panca indera, sedangkan perantara yang tepat
antara bayi dengan lingkungan dalah ibu.
Hubungan ibu dan anak
yang harmonis yaitu melalui pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial,
merupakan pengalaman dasar rasa percaya bagi anak. Apabila pada umur ini tidak
tercapai rasa percaya dengan lingkungan maka dapat timbul berbagai masalah.
Rasa tidak percaya ini timbul bila pengalaman untukmeningkatkan rasa percaya
kurang atau kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekwat, yaitu kurangnya
pemenuhan kebutuhan fisik., psikologis dan sosial yang kurang misalnya: anak
tidak mendapat minuman atau air susu yang edukat ketika ia lapar, tidak
mendapat respon ketika ia menggigit dot botol dan sebagainya.
2. Otonomi Vs Rasa Malu dan Ragu ( 1-3
tahun )
Pada masa ini alat
gerak dan rasa telah matang dan ada rasa percaya terhadap ibu dan lingkungan.
Perkembangan Otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan
anak untuk mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya. Anak menyadari ia
dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan berbuat sesuai dengan
kemauannya misalnya: kepuasan untuk berjalan atau memanjat. Selain itu anak
menggunakan kemampuan mentalnya untuk menolak dan mengambil keputusan. Rasa
Otonomi diri ini perku dikembangkan karena penting untik terbentuknya rasa
percaya diri dan harga diri di kemudian hari. Hubungan dengan orang lain
bersifat egosentris atau mementingkan diri sendiri.
Peran lingkungan pada
usia ini adalah memberikan support dan memberi keyakinan yang jelas. Perasaan
negatif yaitu rasa malu dan ragu timbul apabila anak merasa tidak mampu
mengatasi tindakan yang di pilihnya serta kurangnya support dari orangtua dan
lingkungannya, misalnya orangtua terlalu mengontrol anak.
3. Inisiatif Vs Rasa Bersalah ( 3-6 tahun
)
Pada tahap ini anak
belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Rasa inisiatif mulai
menguasai anak. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas tertentu. Anak mulai
diikut sertakan sebagai individu misalnya turut serta merapihkan tempat tidur
atau membantu orangtua di dapur. Anak mulai memperluas ruang lingkup
pergaulannya misalnya menjadi aktif diluar rumah, kemampuan berbahasa semakin
meningkat. Hubungan dengan teman sebaya dan saudara sekandung untuk menang
sendiri.
Peran ayah sudah
mulai berjalan pada fase ini dan hubungan segitiga antara Ayah-Ibu-Anak sangat
penting untuk membina kemantapan idantitas diri. Orangtua dapat melatih anak
untuk menguntegrasikan peran-peran sosial dan tanggungjawab sosial. Pada tahap
ini kadang-kadang anak tidak dapat mencapai tujuannya atau kegiatannya karena
keterbatasannya, tetapi bila tuntutan lingkungan misalnya dari orangtua atau
orang lain terlalu tinggi atau berlebihan maka dapat mengakibatkan anak merasa
aktifitasnya atau imajinasinya buruk, akhirnya timbul rasa kecewa dan rasa
bersalah.
4. Industri Vs Inferioritas ( 6-12 tahun )
Pada tahap ini anak
dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang akhirnya dan dapat
menghasilkan sesuatu. Anak siap untuk meninggalkan rumah atau orangtua dalam
waktu terbatas yaitu untuk sekolah. Melalui proses pendidikan ini anak belajar
untuk bersaing (sifat kompetetif), juga sifat kooperatif dengan orang lain,
saling memberi dan menerima, setia kawan dan belajar peraturan-peraturan yang
berlaku.
Kunci proses
sosialisasi pada tahap ini adalah guru dan teman sebaya. Dalam hal ini peranan
guru sangat sentral. Identifikasi bukan terjadi pada orangtua atau pada orang
lain, misalnya sangat menyukai gurunya dan patuh sekali pada gurunya
dibandingkan pada orangtuanya. Apabila anak tidak dapat memenuhi keinginan
sesuai standart dan terlalu banyak yang diharapkan dari mereka maka dapat timbul
masalah atau gangguan.
5. Identitas Vs Difusi Peran ( 12-18 tahun
)
Pada tahap ini
terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti orang dewasa.
sehingga nampak adanya kontradiksi bahwa dilain pihak ia dianggap dewasa tetapi
disisi lain ia dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan masa standarisasi
diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan,
Peran orangtua sebagai sumber perlindungan dan sumber nilai utama mulai
menurun. Sedangkan peran kelompok atau teman sebaya tinggi. Teman sebaya di
pandang sebagai teman senasib, patner dan saingan. Melalui kehidupan
berkelompok ini remaja bereksperimen dengan peranan dan dapat menyalurkan diri.
Remaja memilih orang-orang dewasa yang penting baginya yang dapat mereka
percayai dan tempat mereka berpaling saat kritis.
Tiga kebutuhan pokok
untuk mengembangkan kecerdasan antara lain adalah kebutuhan FISIK-BIOLOGIS
(terutama untuk pertumbuhan otak, sistem sensorik dan motorik), EMOSI-KASIH
SAYANG (mempengaruhi kecerdasan emosi, inter dan intrapersonal) dan STIMULASI
DINI (merangsang kecerdasan-kecerdas an lain).
1.
Kebutuhan FISIK-BIOLOGIS terutama gizi
yang baik sejak di dalam kandungan sampai remaja terutama untuk perkembangan
otak, pencegahan dan pengobatan penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi
perkembangan kecerdasan, dan ketrampilan fisik untuk melakukan aktivitas
sehari-hari.
2.
Kebutuhan EMOSI-KASIH SAYANG : terutama
dengan melindungi, menimbulkan rasa aman dan nyaman, memperhatikan dan
menghargai anak, tidak mengutamakan hukuman dengan kemarahan tetapi lebih
banyak memberikan contoh-contoh dengan penuh kasih sayang.
3.
Kebutuhan STIMULASI meliputi rangsangan
yang terus menerus dengan berbagai cara untuk merangsang semua system sensorik
dan motorik.
Ketiga kebutuhan
pokok tersebut harus diberikan secara bersamaan sejak janin didalam kandungan
karena akan saling berpengaruh. Bila kebutuhan biofisik tidak tercukupi,
gizinya kurang, sering sakit, maka perkembangan otaknya tidak optimal. Bila
kebutuhan emosi dan kasih sayang tidak tercukupi maka kecerdasan inter dan
antar personal juga rendah. Bila stimulasi dalam interaksi sehari-hari kurang
bervariasi maka perkembangan kecerdasan juga kurang bervariasi.
Apa itu STIMULASI DINI ? Apa manfaatnya
?
Stimulasi dini adalah
rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak janin 6
bulan di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem
indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan). Selain itu
harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari,
mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan dan pikiran
bayi dan balita. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus menerus,
bervariasi, dengan suasana bermain dan kasih sayang, akan memacu berbagai aspek
kecerdasan anak (kecerdasan multipel) yaitu kecerdasan : logiko-matematik,
emosi, komunikasi bahasa (lingusitik) , kecerdasan musikal, gerak (kinestetik)
, visuo-spasial, senirupa dll.
Cara melakukan stimulasi dini
Cara melakukan stimulasi dini
·
Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap
kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita. misalnya ketika
memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak
berjalan-jalan, bermain, menonton TV, di dalam kendaraan, menjelang
tidur.Stimulasi untuk bayi 0 – 3 bulan dengan cara : mengusahakan rasa nyaman,
aman dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak
tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian,
menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran atau
kotak-kotak hitam-putih) , benda-benda berbunyi, mengulingkan bayi
kekanan-kekiri, tengkurap-telentang , dirangsang untuk meraih dan memegang
mainan
·
Umur 3 – 6 bulan ditambah dengan
bermain 'cilukba', melihat wajah bayi dan ibu di cermin, dirangsang untuk
tengkurap, telentang bolak-balik, duduk.
·
Umur 6 – 9 bulan ditambah dengan
memanggil namanya, mengajak bersalaman, tepuk tangan, membacakan dongeng,
merangsang duduk, dilatih berdiri berpegangan.
·
Umur 9 – 12 bulan ditambah dengan
mengulang-ulang menyebutkan mama-papa, kakak, memasukkan mainan ke dalam wadah,
minum dari gelas, menggelindingkan bola, dilatih berdiri, berjalan dengan berpegangan.
·
Umur 12 – 18 bulan ditambah dengan
latihan mencoret-coret menggunakan pensil warna, menyusun kubus, balok-balok,
potongan gambar sederhana (puzzle) memasukkan dan mengeluarkan benda-benda
kecil dari wadahnya, bermain dengan boneka, sendok, piring, gelas, teko, sapu,
lap. Latihlah berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur, memanjat tangga,
menendang bola, melepas celana, mengerti dan melakukan perintah-perintah
sederhana (mana bola, pegang ini, masukan itu, ambil itu), menyebutkan nama
atau menunjukkan benda-benda.
·
Umur 18 – 24 bulan ditambah dengan
menanyakan, menyebutkan dan menunjukkan bagian-bagian tubuh (mana mata ?
hidung?, telinga?, mulut ? dll), menanyakan gambar atau menyebutkan nama
binatang & benda-benda di sekitar rumah, mengajak bicara tentang kegiatan
sehari-hari (makan, minum mandi, main, minta dll), latihan menggambar
garis-garis, mencuci tangan, memakai celana - baju, bermain melempar bola,
melompat.
·
Umur 2 – 3 tahun ditambah dengan
mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat (besar-kecil,
panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit dll), menyebutkan nama-nama teman,
menghitung benda-benda, memakai baju, menyikat gigi, bermain kartu, boneka,
masak-masakan, menggambar garis, lingkaran, manusia, latihan berdiri di satu
kaki, buang air kecil / besar di toilet.
Setelah umur 3 tahun selain mengembangkan kemampuan-kemampuan umur sebelumnya, stimulasi juga di arahkan untuk kesiapan bersekolah antara lain : memegang pensil dengan baik, menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana (buang air kecil / besar di toilet), dan kemandirian (ditinggalkan di sekolah), berbagi dengan teman dll. Perangsangan dapat dilakukan di rumah (oleh pengasuh dan keluarga) namun dapat pula di Kelompok Bermain, Taman Kanak - Kanak atau sejenisnya. Pentingnya suasana ketika stimulasi
Setelah umur 3 tahun selain mengembangkan kemampuan-kemampuan umur sebelumnya, stimulasi juga di arahkan untuk kesiapan bersekolah antara lain : memegang pensil dengan baik, menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana (buang air kecil / besar di toilet), dan kemandirian (ditinggalkan di sekolah), berbagi dengan teman dll. Perangsangan dapat dilakukan di rumah (oleh pengasuh dan keluarga) namun dapat pula di Kelompok Bermain, Taman Kanak - Kanak atau sejenisnya. Pentingnya suasana ketika stimulasi
·
Stimulasi dilakukan setiap ada
kesempatan berinteraksi dengan bayi-balita, setiap hari, terus menerus,
bervariasi, disesuaikan dengan umur perkembangan kemampuannya, dilakukan oleh
keluarga (terutama ibu atau pengganti ibu).
·
Stimulasi harus dilakukan dalam suasana
yang menyenangkan dan kegembiraan antara ibu dan bayi/balitanya. Jangan
memberikan stimulasi dengan terburu-terburu, memaksakan kehendak pengasuh,
tidak memperhatikan minat atau keinginan bayi/balita, atau bayi-balita sedang
mengantuk, bosan atau ingin bermain yang lain. Pengasuh yang sering marah,
bosan, sebal, maka tanpa disadari pengasuh justru memberikan rangsang emosional
yang negatif. Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan pengasuh
adalah merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan ditiru atau justru
menimbulkan ketakutan bayi-balita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar