Jumat, 13 November 2015

PENGUMPULAN DATA BBL ( Pengkajian fisik, penampilan & perilaku, penilaian pertumbuhan & perekembangan, stimulasi tumbang, kebutuhan fisik)

HAND OUT PENGUMPULAN DATA



Mata Kuliah                   : Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita & Pra Sekolah
Topik                            : Pengumpulan data
Sub Topik                     :
1.       Pengkajian fisik bayi baru lahir
2.       Penampilan dan perilaku bayi baru lahir
3.       Penilaian pertumbuhan fisik bayi dan anak
4.       Penilaian perkembangan bayi dan anak
5.       Stimulasi tumbang bayi dan balita
6.       Kebutuhan fisik dan psikososial pada bayi dan balita

Dosen                           : Fitria Desi Natalina, SST
Waktu                           : 100 menit

Rounded Rectangle: OBJEK PERILAKU SISWA
Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan Pengkajian fisik bayi baru lahir 
b. Menjelaskan Penampilan dan perilaku bayi baru lahir
c. Menjelaskan Penilaian pertumbuhan fisik bayi dan anak
d. Menjelaskan Penilaian perkembangan bayi dan anak
e. Menjelaskan Stimulasi tumbang bayi dan balita
f. Menjelaskan Kebutuhan fisik dan psikososial pada bayi dan balita
 














Refrensi :
1.       Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Buku Saku Pratikum Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
2.       Hidayat, A. Aziz Alimul. 2011. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
3.       Donna, dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.
4.       Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta : EGC.
5.       Suriati. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung Seto.
6.       Stright. R.Barbara. 2004. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir : Jakarta : EGC.
7.       Buku Asuhan Persalinan Normal Revisi 2007.
8.       DEPKES RI.2003.Manajemen terpadu bayi muda . modul -6.DEPKES RI
9.       Prawirohardjo. Sarwono. 2005. Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal. Jakarta :JNPKKR. POGI

OBJEK PERILAKU SISWA
Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa mampu :
a.       Menjelaskan Pengkajian fisik bayi baru lahir
b.       Menjelaskan Penampilan dan perilaku bayi baru lahir
c.       Menjelaskan Penilaian pertumbuhan fisik bayi dan anak
d.       Menjelaskan Penilaian perkembangan bayi dan anak
e.       Menjelaskan Stimulasi tumbang bayi dan balita

f.        Menjelaskan Kebutuhan fisik dan psikososial pada bayi dan balita


 Uraian Materi

PENGKAJIAN FISIK BAYI BARU LAHIR

Definisi Pengkajian fisik
Pengkajian fisik adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi tentang anak dan keluarganya dengan menggunakan semua panca indra baik subjektif maupun objektif.  Pengkajian fisik BBL dan perkembangannya dilakukan bersamaan pada waktu melakukan pemeriksaan secara inspeksi maupun observasi.
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. hasil pemeriksaan akan di catat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter untuk menilai status kesehatannya.
Waktu pemeriksaan dapat di lakukan saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir (sesaat sesudah bayi lahir pada saat kondisi atau suhu tubuh sudah stabil dan setelah di lakukanpembersihan jalan nafas/resisutasi, pembersihan badan bayi, perawatan tali pusat ) dan akan pulang pulang dari rumah sakit.
Pengkajian ini dilakukan di kamar bersalin setelah bayi lahir dan setelah dilakukan pembersihan jalan nafas/resusitasi, pembersihan badan bayi, dan perawatan tali pusat. Bayi ditempatkan di atas tempat tidur yang hangat. Maksud pemeriksaan ini adalah untuk mengenal/menemukan kelainan yang perlu mendapatkan tindakan segera dan kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan kelahiran, misalnya; bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes melitus, eklamsia berat dan lain-lain, biasanya akan mengakibatkan kelainan bawaan pada bayi. Oleh karena itu, pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir ini harus segera dilakukan. Hal ini ditujukan untuk menetapkan keadaan bayi dan untuk menetapkan apakah seorang bayi dapat dirawat gabung atau di tempat khusus. Dengan pemeriksaan pertama ini juga bisa menentukan pemeriksaan dan terapi selanjutnya.

Tujuan Pengkajian Fisik Pada Bayi Baru Lahir           
Untuk mendeteksi kelainan-kelainan.      
Pemeriksaan awal pada bayi baru lahir harus dilakukan sesegera mungkin sesudah persalinan untuk mendeteksi kelainan-kelainan dan menegakkan diagnosa untuk persalinan yang beresiko tinggi. Pemeriksaan hatrus difokuskan pada anomali kegenital dan masalah-masalah patofisiologi yang dapat mengganggu adaptasi kardiopulmonal dan metabolik normal pada kehidupan extra uteri. Pemeriksaan dilakukan lebih rinci dan dilakukan dalam 24 jam setelah bayi lahir.          
Untuk mendeteksi segera kelainan dan dapat menjelaskan pada keluarga.
Apabila ditemukan kelainan pada bayi maka petugas harus dapat menjelaskan kepada keluarga, karena apabila keluarga menemukannya kemudian hari, akan menimbulkan dampak yang tidak baik dan menganggap dokter atau petugas tidak bisa mendeteksi kelainan pada bayinya.
1.       Mendapatkan hasil yang valid
2.       Mengetahui keadaan fisik secara umum
3.       Mengetahui kondisi normal/abnormal
4.       Untuk menentukan status kesehatan klien
5.       Mengidentifikasi masalah
6.       Mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
7.       Untuk untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu mendapat tindakan segera.
8.       Untuk menentukan data objektif dari riwayat keperawatan klien
                                                                                              
BAYI BARU LAHIR NORMAL
a)       Menurut Saifuddin, Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran.
b)       Menurut Donna L. Wong, Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.
c)       Menurut Dep. Kes. RI,  Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
d)       Menurut M. Sholeh Kosim, Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.

CIRI – CIRI BAYI BARU LAHIR
1.       Berat badan 2500 - 4000 gram
2.       Panjang badan 48 - 52 cm
3.        Lingkar dada 30 - 38 cm
4.        Lingkar kepala 33 - 35 cm
5.        Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit
6.       Pernafasan ± - 60 40 kali/menit
7.        Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup 
8.       Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9.       Kuku agak panjang dan lemas
10.    Genitalia; Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
11.    Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12.   Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13.    Reflek graps atau menggenggan sudah baik
14.   Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan 

Pengukuran Tanda-tanda vital
·         Periksa laju nafas dihitung selama satu menit penuh dengan mengamati naik turun perut bayi, bayi dalam keadaan tenang. Laju nafas normal 40-60 kali per menit.
·         Periksa laju jantung dengan menggunakan stetoskop dapat di dengar dengan jelas ,dihitung selam satu menit. Laju jantung normal 120 – 160 kali  permenit.
·         Suhu tubuh bayi baru lahir normal nya 36,5 o C – 37,5 o C diukur pada daerah aksila bayi selama lima menit dengan menggunakan termometer

PENGUKURAN ANTHOPOMETRI
1.       Penimbangan berat badan
Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi
2.       Pengukuran panjang badan
Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur.
3.       Ukur lingkar kepala
Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi.
4.       Ukur lingkar dada
Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada (pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu)

PEMERIKSAAN FISIK
1.       Kepala
·           Raba sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase.Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat deidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena adanya trisomi 21
·           Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak
·           Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya
·           Kepala Janin Dan Ukuran-Ukurannya.     
Bagian yang paling keras dan besar dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan. Kepala juga sering mengalami cedera, sehingga dapat membahayakan hidup.
Tengkorak bayi mungkin bertumpangan (molded) terutama bila bayi adalah anak pertama dan kepala telah berfiksasi beberapa waktu. Tulang parietal cenderung menumpangi tulang oksipital dan frontal. Garis sutura dan ukuran serta tekanan kontanela anterior dan posterior harus ditentukan secara digital.

Kepala janin terdiri dari:         
a. Bagian muka
- Tulang hidung (os nasake)
- Tulang pipi (oszygomaticum) ada dua buah.
- Tulang rahang atas (os maxilare)
- Tulang rahang bawah (os mandibularis)

b. Bagian tengkorak
Bagian ini yang terpenting pada persalinan karena biasanya bagian tengkoraklah yang paling depan.
Yang membentuk bagian tengkorak adalah:
- Tulang dahi (os frontale) 2 buah.
- Tulang ubun-ubun (os parletal) 2 buah.
- Tulang pelipis (os temporale) 2 buah.
- Tulang belakang kepala (os occipidale) 1 buah.
Yang penting dalam persalinan yaitu 7 tulang tersebut di atas. Diantara tulang-tulang tersebut terdapat sela tengkorak yang disebut sutura, yang mana ini membantu dalam persalinan.
Kalau kepala anak tertekan pada waktu kepala bergeser/bergerak di bawah kedua tulang ubun-ubun, ini salah satu tanda untuk mengenal tulang belakang kepala pada pemeriksan dalam.Sutura dan ubun-ubun penting diketahui untuk menetukan presentasi/bagian terendah dari kepala anak dalam jalan lahir.      

Macam-macam sutura yang kita kenal:
1. Sutura Sagitalis (sela panah) antara kedua ossa parletalis.
2. Sutura Coronaria (sela mahkota) antara os frontale dan os parletal.
3. Sutura Lambdoldea antara os occipitale dan kedua ossa parletal.
4. Sutura Frontalis antara os frontale kiri kanan.

Ubun-ubun besar (fonticulus mayor) merupakan lubang dalam tulang tengkorak yang berbentuk segi empat dan hanya tertutup oleh selaput. Ubun-ubun besar terdapat pasa pertemuan antara 4 sutura
1. Sutura Sagitalis 1.
2. Sutura Coronaria 2.
3. Sutura Frontale 1.

Bentuknya:
sudut depan yang runcing menunjukan bagian muka anak.
Susut belakang adalah tumpul.

Ubun-ubun kecil (frontikulus minor)
Ubun-ubun kecil terdiri dari 3 sutura:
- Sutura Lambdoldea 2 buah.
- Sutura Sagitalis 1 buah.
Tulang ubun-ubun ini baru akan tertutup nanti pada anak usia 1,5 – 2 tahun.

Ukuran-ukuran kepala bayi
a. Ukuran muka belakang
1. Diameter sub occipitalus-bregmatica dari foramen magnum ke ubun-ubun besar à 29,5 cm.
2. Diameter sub occipito frontalis: (dari foramen magnum ke pangkal hidung) à 11 cm.
3. Diameter fronto occipitalis (dar pangkal hidung ke titik yang terjadi pada belakang kepala. à 12 cm.
4. Diameter mento occipitalis (dari dagu ke titik yang terjauh pada belakang kepala). à 13,5 bertugas.
5. Diameter sub mento bragmatika (dari bawah dagu ke ubun-ubun besar) à 9 cm.

b. Ukuran lingkaran
1. Circumferentia sub occiput bregmatika. (lingkaran kecil kepala) à 31 cm.
2. Circumferentia fronto occipitalis (lingkaran sedang kepala) à 34 cm.
3. Circumferentia mento occipitalis (lingkaran besar kepala). à 35 cm. 

2.       Wajah
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan posisi bayi di intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.
1.       Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan posisi bayi di intrauteri. Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau sindrom piererobin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresis N.fasialis. MataGoyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
2.       Periksa jumlah, posisi atau letak mata
3.       Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
4.       Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesarankemudian sebagai kekeruhan pada kornea
5.       Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih.
Pupil harus tampak  bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapatmengindikasikan adanya defek retina
6.       Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
7.       Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
8.       Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down
3.       Mata
·         Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
·         Periksa jumlah, posisi atau letak mata
·         Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
·         Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea
·         Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina
·         Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
·         Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
·         Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down

4.       Hidung
·         Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm.
·         Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
·         Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini kemungkinan adanya sifilis kongenital
·         Perksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan adanya gangguan pernapasan ( Depkes Ri,2003 )

5.       Mulut
·         Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia
·         Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari dasar mulut)
·         Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum keras dan lunak
·         Perhatikan adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi akibatvEpistein’s pearl atau gigi
·         Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote)Bibir sumbing (Bennet & Brown, 1999)

6.       Telinga
·         Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya
·         Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang
·         Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagia atas
·         Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin)
·         Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal

7.       Leher
·         Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher
·         Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus brakhialis
·         Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
·         Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.


8.       Klavikula
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan adanya fraktur

9.       Tangan
·         Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke bawah
·         Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur
·         Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
·         Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21
·         Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan

10.   Dada
·         Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan
·         Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris
·         Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal

11.   Abdomen
·         Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan
·         Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
·         Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya
·         Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus omfaloentriskus persisten (Lodermik, Jensen 2005)

12.   Periksa pinggul, tungkai dan kaki.
a.       Pinggul : Untuk memeriksa pinggul ,peganglah tungkai kaki bayi seperti pada gambar. Tekan pangkal paha dengan lembut ke sisi luar, dengarkan atau rasakan adakah bunyi “klik” ketika anda menggerkan kaki nya, jika mendengar suara “klik” segera laporkan ke dokter anak untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan . Selanjutnya  lakukan gerakan dengan lembut setiap kaki naik dan turun . kembali dengarkan dan rasakan suara “klik” ketika anda menggerakannya .
b.      Tungkai dan kaki  : Yang perlu diperiksa adalah gerakan,  bentuk simetris dan panjang kedua kaki harus sama,  serta jumlah jari.

13.   Genetalia
·         Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis
·         Periksa adanya hipospadia dan epispadia
·         Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua
·         Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
·         Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
·         Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding)

14.   Anus dan rectum
·         Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya
·         Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belumkeluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan

15.   Tungkai
·         Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan keduanya dan bandingkan
·         Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
·         Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki





16.   Spinal
Periksa spinal dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau kolumna vertebra (Lodermik, Jensen 2005)

17.   Kulit
Pada kulit yang perlu diperhatikan verniks (cairan keputih-putihan, keabu-abuan, kekuning-kuningan, berminyak dan berlendir yang berfungsi melindungi kulit bayi agar tidak tenggelam oleh air ketuban selama ia berada di dalam rahim), warna, pembengkakan atau bercak bercak hitam, dan tanda tanda lahir.
Perhatikan kondisi kuli bayi.
·         Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir
·         Periksa adanya pembekakan
·         Perhatinan adanya vernik kaseosa
·         Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan

REFLEK – REFLEK FISIOLOGIS 
1.       Mata : Berkedip atau reflek corneal Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau pada pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial.
2.       Pupil Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang hidup.
3.       Glabela Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
4.       Mulut dan tenggorokan Menghisap Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
5.       Muntah Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah, reflek ini harus menetap sepanjang hidup.
6.       Rooting Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus hilang pada usia kira – kira 3 -4 bulan
7.       Menguap Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup
8.       Ekstrusi Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya keluar harus menghilang pada usia 4 bulan
9.       Batuk  Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus ada sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir
10.    Ekstrimitas
11.   Menggenggam  : Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki menyebabkan fleksi tangan dan jari
12.   Babinski : Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi
13.   Masa tubuh
14.   Reflek moro  :
Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba serta mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk “C” diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat fleksi dengan lemah.
15.   Startle
Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku tangan tetap tergenggam
16.    Tonik leher
 Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi.
17.   Neck – righting
Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvisInkurvasi batang tubuh (gallant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak kea rah sisi yang terstimulasi

PENAMPILAN DAN PERILAKU BAYI BARU LAHIR
Pada dasarnya bayi baru lahir sudah memiliki penampilan atau ciri-ciri dan perilaku yang khusus.
1.       Kebanyakan bayi baru lahir memiliki tubuh yang tidak proporsional. Ukuran kepala dan badannya tidak sebanding. Berbeda sekali dengan penampilan anak-anak dan orang dewasa pada umumnya. Perbedaan yang mencolok ini disebabkan oleh titik tengah tinggi badan bayi berada di pusat sedangkan orang dewasa berada di bagian kelamin.
2.       Warna kulit kemerah-merahan dan terkadang terdapat lapisan berwarna putih keruh. Lapisan ini disebut vernik caseosa berfungsu untuk melindungi bayi dari infeksi saat ia berada dalam uterus dan untuk menjaga suhu tubuh tetap hangat setelah keluar dari rahim ibu.
3.       Tubuh bayi yang baru saja dilahirkan terbungkus kulit berwarna cyanosis dan berkeriput disebabkan karena masih sedikitnya jumlah jaringan lemak bawah kulit. Keriput akan hilang sesuai dengan bertambahnya berat badan bayi.
4.       Lemak subkutan cukup tebal
5.       Bentuk kepala cenderung kerucut disebabkan oleh gaya yang bekerja saat proses persalinan dan juga sebagai akibat tulang tengkoarak yang tumpang tindih (molase).
6.       Ukuran lingkar kepala, antara lain: Fronto Oksipital 34 cm, Mento Oksipital 35 cm, Suboksipito Bregmatika 32 cm
7.       Ubun-ubun berdenyut karena belahan-belahan tulang tengkorknya belum menyatu dan mengeras dengan sempurna. Seiring dengan semakin sempurnanya proses penyatuan tulang-tulang tengkorak(kira-kira setelah 2 tahun) denyut di kepalanya akan hilang,
yang bisa dilakukan :
o Bersihkan rambut dan kepalanya dengan shampo khusus bayi dan segera keringkan.
o Hindari menyentuh dan menekan bagian kepalanya yang berdenyut-denyut itu, baik saat mencuci rambut atau menggendongnya.
8.       Rambut lanugo dan rambut kepala tumbuh dengan baik
9.       Mata bayi tampak keluar garis atau juling selama 2 -3 bulan pertama disebabkan karena pada beberapa saat setelah kelahiran, bayi baru membuka matanya dan melihat lingkungan disekitar. Penglihatannya baik namun belum terlalu fokus.
10.   Wajah sembab, kelopak mata terlihat bengkak atau menggembung terjadi karena bendungan yang muncul karena tekanan jalan lahir. Dalam 1 atau 2 hari bengkak pada wajah akan hilang.
Yang bisa dilakukan :
* Hindari posisi tidur telungkup atau menyamping untuk mengurangi tekanan pada wajah
* Bila ada benjolan atau bekas tekanan alat forcep pada kepala tampak sedikit bengkak, hindari menyentuh bagian tersebut sampai bengkaknya hilang.
11.   Mata berair disebabkan karena saluran hidung belum sempurna sehingga mengakibatkan aliran air mata yang diproduksi menjadi tidak lancar. Keadaan seperti ini dapat diatasi dengan mengurut kulit sepanjang saluran tersebut dimulai dari kulit pinggir mata ke arah pinggir hidung bagian bawah.
12.   Sensitif terhadap cahaya terang, yang menyebabkan mata bayi akan berkedip, dapat mengenali pola-pola hitam putih tang tercetak tebal dan bentuk wajah manusia. Jarak focus adalah sekitar 15-20 cm
13.   Bayi akan bereaksi dengan menggerakan matanya bila mendengar suara-suara yang nyaring. Ia lebih menyukai suara yang lembut dengan pola yang sama. Jika mendengar suara yang tiba-tiba, bayi akan bereaksi dengan menggerakan anggota tubuhnya.
14.   Kumisan, sisa lanugo (rambut janin) belum luruh semuanya. Selain kumis, bayi perempuan juga sering tampak berambut pada bahu dan punggungnya. Dalam beberapa minggu, kulit bayi akan tampak bersih dari rambut-rambut dan kumis itu.
Yang bisa dilakukan :
o Mandikan bayi untuk menjaga kebersihan dan kesehatan kulitnya
o Tidak perlu repot mencukurnya karena rambut dan kumis tersebut akan rontok dengan sendirinya.
15.   Aktifitas/gerakan aktif, ektremitas biasanya dalam keadaan fleksi
16.   Kaki dan tangannya pucat dan dingin. Sistem sirkulasi dan peredaran darah bayi baru lahir belum berkembang sempurna, sehingga tubuhnya memprioritaskan mengalirakan darah ke organ-organ tubuh yang epnting seprti otak, paru-paru dan jantung. Tangan dan kaki adalah organ tubuh yang paling akhir dialiri darah. Kondisi ini berakhir edngan sendirinya secara bertahap sampai bayi berusia 1 tahun.
Yang bisa dilakukan :
·         Kontak kulit setiap menyusui bayi untuk menghangatkan
·         Metode kangguru, letakkan bayi di dada ibu dalam keadaan telanjang sehingga terjadi kontak antar kulit. Lakukan sekitar 30 menit setiap hari
·         Sarungkan kaus kaki dan kakuas tangan khusus untuk bayi atau selimuti sampai tangan dan kakinya terasa hangat dan kulitnya sudah berwarna merah muda.
17.   BB berkisar antara 2500-3000 gram
18.   PB antara 50-55 cm
19.   Genitalia: labia mayora menutupi labia minora, testis sudah turun ke dalam skrotum
20.   Kelamin bayi besar dan membengkak dipengaruhi oleh hormon ibu lika memar dan jaringan alat kelamin yang bengkak disebabkan karena trauma saat lahir dan proses alami perkembangan alat kelamin, akan tampak noramal dalam waktu sekitar 1 minggu. Yang biasa dilakukan :
·         Bersihkan alat kelamin setiap kali mandi, lalu keringkan perlahan dan lembut
·         Jika menggunakan popok sekali pakai, perhatikan daya tampungnya, ganti segera setelah penuh dan begitu dia buang air besar.
21.   Pada bayi perempuan labia mayor terlihat menggembung, dapat terlihat keriput atau halus. Kadang mengeluarkan lendir atau darah selama beberapa hari. Hal ini tergolong perdarahan menstruasi normal dari uterus bayi disebabkan hormon estrogen ibu yang melewati bayi perlahan menghilang.
22.   Anus (+) dalam 24 jam pertama dapat mengeluarkan meconium
23.   Dalam 24 jam pertama bayi dapat BAK dengan volume 20-30 ml/hari
24.   Terkadang pada beberapa bayi ditemukan kelenjar mamae yang dapat membesar dan mengeluarkan ASI, akan mengempis dalam beberapa hari atau minggu. Yang bisa dilakukan :
·         Jangan menekan-nekan payudara bayi karena hanya akan menimbulkan rasa tak nyaman.
·         Bila menyabuni bagian dadanya, bilas sampai bersih.
25.   Bayi baru lahir sudah dapat membedakan aroma susu manusia/ibunya dengan aroma susu dari wanita lain, bereaksi secara kuat terhadap berbagai rasa dan memperlihatkan kesukaan yang kuat pada rasa manis.
26.   Bayi baru lahir sangat sensitive terhadap sentuhan dan sangat menyukai kontak langsung antara kulit dengan kulit Adalah normal bila dalam 2 minggu pertama bayi banyak tidur. BBL biasanya tidur selama 16-20 jam yang dibagi menjadi 4-5 periode. 
27.   Tangisan bayi berbeda-beda disesuaikan dengan apa yang dirasakannya, seperti sakit, merasa tidak nyaman karena basah, dingin, lapar, merasa kesepian dll.

PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK BAYI DAN ANAK
Pertumbuhan (growthialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang dan berat.
            Penilaian pertumbuhan dan perkembangan anak Penilaian tumbuh kembang anak secara medis atau secara statistik diperlukan untuk mengetahui apakah seorang anak tumbuh dan berkembang normal atau tidak. Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh kembang yang optimal apabila diberikan lingkungan bio-fisiko-psikososial adekuat.
Parameter ukuran antropometrik yang dipakai pada penilaian pertumbuhan fisik, antara lain tinggi badan, berat badan, lingkaran kepala, lingkaran dada, lipatan kulit, lingkaran lengan atas, panjang lengan (arm span), proporsi tubuh/perawakan, dan panjang tungkai. Penilaian pertumbuhan dimulai dengan memplot hasil pengukuran tinggi badan, berat badan pada kurva standar (misalnya NCHS, Lubschenko, Harvard, dan lain sebagainya), sejak dalam kandungan (intra uterin) hingga remaja. Sedangan penilaian perkembangan anak pada fase awal umumnya dibagi menjadi 4 aspek kemampuan fungsional, yaitu motorik kasar, motorik halus dan penglihatan, berbicara, bahasa dan pendengaran serta sosial emosi dan perilaku. Salah satu alat untuk skrining yang dipakai secara internasional, yaitu DDST (Denver Developmental Screening Test) disebut sebagai Denver II dengan menggunakan pass-fail ratings pada 4 ranah perkembangan, yaitu personal-social, fine motor adaptive, language, dan gross motor untuk anak sejak lahir sampai usia 6 tahun.
KMS (Kartu Menuju Sehat) merupakan alat yang penting untuk memantau tumbuh kembang anak. Aktifitasnya tidak hanya menimbang dan mengukur saja, tetapi harus menginterpretasikan tumbuh kembang anak kepada ibunya. KMS yang ada di Indonesia pada saat ini berdasarkan standar Harvard, dimana 50 persentil baku Harvard dianggap 100%. Seminar Antropometri di Ciloto 1991 merekomendasikan untuk menggunakan baku NCHS untuk menggantikan baku Harvard yang secara internasional mulai berkurang penggunaannya. Berikut rumus untuk memperkirakan berat badan dan tinggi badan normal pada bayi dan anak:
                                       
Berat Badan (Kilogram)
Lahir
3,25
3-12 bulan
Usia (bulan) + 9 2
1-6 tahun
Usia (tahun) x 2 + 8
7-12 tahun
Usia (tahun) x 7 – 5 2
Tinggi Badan (Centimeter)
Lahir
50
1 tahun
75
2-12 tahun
Usia (tahun) x 6 + 77

Beberapa ukuran yang perlu diketahui sebagai patokan:
Berat badan (BB)
Rata-rata lahir normal                    3.000-3.500 gr
Umur 5 bulan                                     2x berat badan lahir
Umur 1 tahun                                    3x berat badan lahir
Umur 2 tahun                                    4x berat badan lahir
Kenaikan berat badan pada tahun pertama kehidupan:
-          700-1000 gram/bulan pada triwulan I
-          500-600 gram/bulan pada triwulan II
-          350-450 gram/bulan pada triwulan III
-          250-350 gram/bulan pada triwulan IV


Pada masa pra sekolah kenaikan BB rata-rata 2 kg/tahun.
Tinggi badan (TB)
Rata-rata lahir normal                    50 cm
Umur 1 tahun                                    1,5 x TB lahir
Umur 4 tahun                                    2 x TB lahir
Umur 6 tahun                                    1,5 x TB setahun
Umur 13 tahun                                  3 x TB lahir
Dewasa                                                3,5 x TB lahir (2 x TB setahun)
Sedangkan untuk perkembangan anak, banyak “milestone” perkembangan anak yang penting, tetapi di bawah ini akan disajikan beberapa “milestone” pokok yang harus kita ketahui dalam mengetahui taraf perkembangan seorang anak (yang dimaksud dengan “milestone” perkembangan adalah tingkat perkembangan yang harus dicapai anak pada umur tertentu), misalnya:
Umur
Milestone” perkembangan
4-6 minggu
Tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu kemudian
12-16 minggu
-          Menegakkan kepala, tengkurap sendiri -          Menoleh ke arah suara
-          Memegang benda yang ditaruh di tangannya
20 minggu
Meraih benda yang didekatkan kepadanya
26 minggu
-          Dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya -          Duduk, makan dengan bantuan kedua tangannya ke depan
-          Makan biskuit sendiri
9-10 bulan
-          Menunjuk dengan jari telunjuk -          Memegang benda dengan ibu jari dan telunjuk
-          Merangkak
-          Bersuara da… da…
13 bulan
-          Berjalan tanpa bantuan -          Mengucapkan kata-kata tunggal
Dengan kita mengetahui berbagai “milestone” pokok ini, maka kita dapat mengetahui apakah seorang anak perkembangannya terlambat ataukah masih dalam batas-batas normal.

PENILAIAN PERKEMBANGAN BAYI & ANAK
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel sel tubuh, jaringan tubuh, organ organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing masing dapat memenuhi fungsinya. 
Sejak dahulu masalah perkembangan anak telah mendapat perhatian. Berbagai tulisan mengenai perkembangan anak telah dibuat. Menurut ilingworth, ulasan yang pertama kali dibuat mengenai perkembangan anak adalah yang dibuat oleh tiedeman dari jerman (1787) yang mencatat perkembangan dari seorang anak. Kemudian charles darwin (1877) mempublikasikan secara detail perkembangan salah satu dari 10 anaknya pada tahun 1931 shirley melaporkan perkembangan 25 anak secara lengkap. 1
Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan perkembangan anak telah dibuat. Demikian pula dengan skrining untuk mengetahui penyakit penyakit yang potensial dapat mengakibatkan gangguan perkembangan anak. Karena deteksi dini kelainan perkembangan anak sangat berguna, agar diagnosis maupun pemulihannya dapat dilakukan lebih awal, sehingga tumbuh kembang anak dapat berlangsung seoptimal mungkin. Sayangnya banyak ahli kesehatan yang percaya bahwa tidak banyak yang dapat dikerjakan untuk mengatasi kelainan ini dan mereka percaya pula bahwa kelainan yang ringan dapat normal dengan sendirinya. Sikap seperti ini dapat menghambat pemulihannya, bahkan pada kasus kasus tertentu dapat mengakibatkan cacat yang permanen, yang seharusnya dapat dihindari. 1
Penting untuk dipahami bahwa dengan skrining dan mengetahui adanya masalah pada perkembangan anak, tidak berarti bahwa diagnosis pasti dari kelainan tersebut telah ditetapkan. Skrining hanyalah prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh kembang anak sehari hari, yang dapat memberikan petunjuk kalau ada sesuatu yang perlu mendapat perhatian. Sehingga masih diperlukan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang lainnya agar diagnosis dapat dibuat, supaya intervensi dan pengobatan dapat dilakukan sebaik baiknya. 
Periode penting dalam tumbuh kembang adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral beserta dasar dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Sehingga setiap penyimpangan perkembangan sekecil apapun pada masa ini akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia kelak dikemudian hari. 1
Pada perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian. Perkembangan psikososial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tua dewasa lainnya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih dalam kandungan. Sedangkan lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat perkembangan anak. 1
TUJUAN PENILAIAN PERKEMBANGAN1                         
Tujuan dari penilaian perkembangan anak adalah agar para tenaga kesehatan1 :
1)       Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal hal lain yang merupakan resiko terjadinya kelainan perkembangan tersebut.
2)       Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan pengobatan konseling genetik.
3)       Mengetahui kapan anak perlu dirujuk ke senter yang lebih tinggi.




FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK
Masa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar dasar kepribadian manusia, kemampuan berfikir, pengindraan, keterampilan berbahasa dan berbicara, bertingkah laku sosial dan lain-lainnya. 
Ada dua faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang optimal seorang anak, yaitu:
·         faktor dalam
Yaitu faktor faktor yang ada pada diri anak itu sendiri baik faktor bawaan maupun faktor yang diperoleh, termasuk disini antara lain:
o    Hal hal yang diturunkan dari orang tua, kakek nenek atau generasi sebelumnya. Misalnya warna rambut dan bentuk tubuh.
o    Unsur berfikir dan kemampuan intelektual. Misalnya kecepatan berfikir.
o    Keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh. Misalnya: kekurangan hormon yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
o    Emosi dan sifat-sifat (temperamen) tertentu. Misalnya: pemalu, pemarah, tertutup, dan lain lain.
·         Faktor luar
o    Keluarga
Sikap dan kebiasaan keluarga dalam mengasuh dan mendidik anak, hubungan orang tua dengan anak, hubungan antara saudara, dan lain-lain.
o    Gizi
Kekurangan gizi dalam makanan menyebabkan pertumbuhan anak terganggu yang akan mempengaruhi perkembangan seluruh dirinya.
o    Budaya setempat
Asuhan dan kebiasaan dari suatu masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Misalnya kebersihan lingkungan, kesehatan, pendidikan.
o    Teman bermain dan sekolah
Ada tidaknya teman bermain. Tempat dan alat bermain, kesempatan pendidikan disekolah, akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak


ASPEK PERKEMBANGAN ANAK
Pencapaian suatu kemampuan pada setiap anak bisa berbeda beda, namun demikian ada patokan umur tentang kemampuan apa saja yang perlu dicapai seorang anak pada umur tertentu. Adanya patokan tersebut dimaksudkan agar anak yang belum mencapai tahap kemampuan tertentu itu perlu dilatih berbagai kemampuan untuk dapat mencapai perkembangan yang optimal.5 Ada 4 aspek yang perlu dibina dalam menghadapi masa depan anak, yaitu:
1.       Perkembangan motorik kasar dan motorik halus
Yang dimaksud gerakan (motorik) adalah semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh seluruh tubuh. Perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh, dan perkembangan tersebut erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik anak. Pada anak, gerakan ini dapat secara lebih jelas dibedakan antara gerakan motorik kasar dan halus. 
Disebut motorik kasar bila gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot otot yang lebih besar. Contohnya gerakan telungkup, gerakan berjalan, gerakan berlari. 
Disebut motorik halus bila hanya melibatkan bagian bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot otot kecil, karena itu tidak begitu memerlukan tenaga. Gerakan halus ini memerlukan koordinasi yang cermat. Contohnya gerakan mengambil benda dengan hanya ibu jari dan telunjuk, gerakan memasukkan benda kecil ke dalam lubang, membuat prakarya.  Melalui latihan latihan yang tepat gerakan gerakan kasar dan halus ini dapat ditingkatkan dalam hal keluwesan, kecepatan dan kecermatan. Sehingga secara bertahap seorang anak akan bertambah terampil dan mahir melakukan gerakan gerakan yang diperlukan guna penyesuaian dirinya. 

2.       Komunikasi aktif dan pasif
Sebagai mahluk sosial anak akan selalu berada diantara atau bersama orang lain, agar dicapai saling pengertian maka diperlukan kemampuan berkomunikasi. Pada bayi kemampuan berkata kata atau komunikasi aktif ini belum dapat dilakukan, ia menyatakan perasaan dan keinginannya melalui tangisan dan gerakan. Meskipun demikian, komunikasi dengan orang lain tetap dapat terjadi karena ia mengerti ucapan ucapan orang lain. Kesanggupan mengerti dan melakukan apa saja yang diperintahkan oleh orang lain disebut sebagai komunikasi pasif. Komunikasi aktif dan komunikasi pasif perlu dikembangkan secara bertahap, anak dilatih untuk mau dan mampu berkomunikasi aktif (berbicara, mengucapkan kalimat kalimat, bernyanyi dan bentuk ucapan lisan lainnya) dan komunikasi pasif (anak mampu mengerti orang lain). 
3.       Perkembangan kecerdasan (kognisi)
Pada balita kemampuan berfikir mula mula berkembang melalui kelima indra, misalnya melihat warna warna, mendengar suara atau bernyanyi, mengenal rasa. Melalui kata kata yang didengar dan diajarkan, ia mengerti bahwa segala sesuatu itu ada namanya. Daya fikir dan pengertian mula mula terbatas pada apa saja yang konkrit, yang dapat dilihat, dipegang atau dimainkan. Melalui bermain main serta latihan latihan yang diberikan oleh orang tua atau orang lain, setahap demi setahap anak akan mengenal, mengerti lingkungannya dan memiliki kemampuan merencanakan persoalan. Semua konsep atau pengertian ini kemudian meningkat sehingga memungkinkan anak untuk melakukan pemikiran pemikiran ke tingkat yang lebih tinggi, lebih abstrak, dan lebih majemuk, misalnya mengerti dan menggunakan konsep sama berbeda, bertambah berkurang, sebab akibat dan lain lain. 

4.       Perkembangan kemampuan menolong diri sendiri dan tingkah laku sosial
Pada awal kehidupannya seorang anak bergantung pada orang lain dalam hal pemenuhan kebutuhannya (misalnya makanan, pakaian, kesehatan, kasih sayang, pengertian rasa aman dan kebutuhan akan perangsangan mental, sosial dan emosional).  Kebutuhan kebutuhan anak berubah dalam jumlah maupun derajat kualitasnya sesuai dengan bertambahnya umur anak. Dengan makin mampunya anak melakukan gerakan motorik, anak terdorong melakukan sendiri berbagai hal dan terdorong untuk bergaul dengan orang lain selain anggota keluarganya sendiri. Orang tua harus melatih usaha mandiri anak, mula mula dalam hal menolong kebutuhan anak itu sendiri sehari hari, misalnya makan minum, buang air kecil dan sebagainya.  Kemampuan kemampuan ini makin ditingkatkan sesuai dengan bertambahnya usia, anak perlu berkawan, luas pergaulan harus dikembangkan pula, dan anak perlu diajar untuk aturan aturan disiplin, sopan santun dan sebagainya agar tidak canggung dalam memasuki lingkungan baru. 

TAHAP TAHAP PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK1
1.       Anamnesis
Tahap pertama adalah melakukan anamnesis yang lengkap, karena kelainan perkembangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Dengan anamnesis yang teliti maka salah satu penyebabnya dapat diketahui. 1
2.       Skrining gangguan perkembangan anak.
Pada tahap ini dianjurkan digunakan instrumen-instrumen untuk skrining guna mengetahui kelainan perkembangan anak, misalnya dengan menggunakan DDST, tes IQ, atau tes psikologik lainnya. 1
3.       Evaluasi lingkungan anak
Tumbuh kembang anak adalah hasil interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan biofisikopsikososial. Oleh karena itu untuk deteksi dini, kita juga melakukan evaluasi lingkungan anak tersebut.1
4.       Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak
Tes penglihatan misalnya untuk anak umur kurang dari 3 tahun dengan tes fiksasi, umur 2 ½ tahun – 3 tahun dengan kartu gambar dari allen dan diatas umur 3 tahun dengan huruf E. Juga diperiksa apakah ada tanda strabismus dan selanjutnya periksa kornea dan retinanya. Sedangkan skrining perkembangan anak, melalui anamnesis atau menggunakan audiometer kalau ada alatnya. Disamping itu dilakukan juga pemeriksaan bentuk telinga, hidung, mulut dan tenggorokan untuk mengetahui adanya kelainan bawaan. 1
5.       Evaluasi bicara dan bahasa anak
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan anakberbicara masih dalam batas batas normal atau tidak. Karena kemampuan berbicara menggambarkan kemampuan SSP, endokrin, ada atau tidaknya kelainan bawaan pada hidung, mulut dan pendengaran, stimulasi yang diberikan, emosi anak dan sebagainya. 1
6.       Pemeriksaan fisik
Untuk melengkapi anamnesis diperlukan pemeriksaan fisik, untuk mengetahui apakah terdapat kelainan fisik yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.misalnya berbagai sindrom, penyakit jantung bawaan, tanda tanda penyakit defisiensi dan lainnya. 1
7.       Pemeriksaan neurologi
Dimulai dengan anamnesis masalah neurologi dan keadaan keadaan yang diduga dapat mengakibatkan kelainan neurologi, seperti trauma lahir, persalinan yang lama, asfiksia berat dan sebagainya. Kemudian dilakukan tes neurologi yang teliti, maka dapat membantu dalam diagnosis suatu kelainan, misalnya kalau ada lesi intrakranial, serebral palsi, neuropati perifer, dan penyakit degeneratif lainnya.
Untuk mengetahui secara dini adanya cerebral palsi, dianjurkan menggunakan pemeriksaan neurologi menurut milani comparetti, yang merupakan cara untuk evaluasi perkembangan motorik dari lahir sampai umur 2 tahun.

8.       Evaluasi penyakit penyakit metabolik
Salah satu penyebab gangguan perkembangan pada anak adalah disebabkan oleh penyakit metabolik. Dari anamnesis dapat dicurigai adanya penyakit metabolik, apabila ada anggota keluarga lainnya yang terkena penyakit yang sama. Adanya tanda tanda klinis seperti rambut yang pirang dicurigai adanya PKU (phenylketouria), ataksia yang intermitten dicurigai adanya hiperamonemia dan sebagainya. Disamping itu diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan kecurigaan kita. 1
9.       Integrasi dari hasil penemuan
Berdasarkan anamnesis dan semua pemeriksaan tersebut diatas, dibuat suatu kesimpulan diagnosis dari gangguan perkembangan tersebut. Kemudian ditetapkan penatalaksanaannya, konsultasi kemana dan prognosisnya. 

SKRINING PERKEMBANGAN
Skrining perkembangan merupakan prosedur yang didesain untuk mengidentifikasi anak yang harus mendapatkan penilaian yang lebih intensif. Skrining digunakan untuk mendeteksi deviasi yang tak terduga dari perkembangan normal yang tidak seharusnya ada. Tujuan utama dari skrining adalah untuk mengidentifikasikan secepatnya disabilitas perkembangan pada anak yang beresiko tinggi sehingga penanganan dapat dilakukan pada usia dini dimana penanganan paling efektif. Skrining bukan merupakan tes yang hanya dilakukan pada satu waktu, tetapi lebih merupakan proses dan prosedur yang digunakan pada periode waktu tertentu.2
Tes skrining yang ideal harus mempunyai sensitivitas (mendeteksi hampir semua masalah pada anak) dan spesifitas (dapat mendeteksi anak dengan keterlambatan) yang tinggi. Tes tersebut juga harus dapat mengukur apa yang seharusnya terukur (validitas), memberikan hasil yang sama pada penggunaan berulang oleh pemeriksa yang berbeda, murah dan cepat digunakan. Skrining perkembangan yang ideal tidak sepenuhnya ada.4 Tabel 2 mencantumkan beberapa tes skrining perkembangan yang sering digunakan dan keterbatasannya.
Perlu dipisahkan antara skrining perkembangan, penilaian perkembangan maupun survailans perkembangan. Penilaian perkembangan ditujukan kepada pemeriksaan yang lebih detail dari perkembangan yang tertunda. Di satu sisi, survailans perkembangan merupakan tes yang berkelanjutan, fleksibel, dan proses yang komprehensif dimana termasuk aktifitas yang berhubungan pada deteksi dari masalah perkembangan dan promosi perkembangan selama kunjungan primer kesehatan anak. Survailans perkembangan termasuk identifikasi dari keadaan keluarga, observasi anak, skrining, dan imunisasi. 2
Terdapat tiga pendekatan pada proses skrining, yaitu skrining perkembangan informal, skrining perkembangan rutin dan skrining perkembangan terfokus. Skrining perkembangan informal berdasarkan observasi pada saat pemeriksaan rutin anak dan menanyakan orang tua mengenai perhatian mereka terhadap perkembangan anaknya. Ahli anak, bagaimanapun juga perlu membiasakan diri dengan berbagai variasi milestone perkembangan anak pada berbagai tingkat usia. Hal ini bukanlah tugas mudah untuk para klinisi umum. Nilai batas atas normal telah dipergunakan sebagai panduan untuk mengidentifikasikan keterlambatan. Sebagai tambahan, beberapa penelitian juga melaporkan bahwa ahli anak seringkali tidak akurat dalam memprediksikan status perkembangan anak. Hampir setengah dari keterlambatan perkembangan tidak teridentifikasi oleh ahli anak. Terlebih lagi, pengetahuan orang tua mengenai perkembangan anak sangat mempengaruhi, dikarenakan orang tua tidak mengindahkan pentingnya keterlambatan perkembangan. Daya ingat orang tua dari milestone perkembangan seringkali tidak akurat dan telah dilaporkan bahwa orang tua terlihat terlalu berlebihan dalam menilai perkembangan bahasa dari anak dan tidak mengindahkan kemampuan motorik halus dari anak. Didalam permasalahan ini seorang ahli penyakit anak tidak mungkin mampu mengidentifikasi secara benar anak yang mempunyai keterlambatan perkembangan pada mayoritas anak dengan keterlambatan perkembangan melalui metode skrining informal.2
Skrining perkembangan formal dilakukan secara sistematis dengan menggunakan insrumen skrining yang telah terstandarisasi. Bagaimanapun juga pendekatan ini membutuhkan waktu yang banyak dan orang yang terlatih. Dan tidak dapat pula menjamin untuk dapat menurunkan insiden dari masalah perkembangan pada populasi anak dengan resiko rendah. 2
Meskipun di negara berkembang, kegunaan dari skrining perkembangan rutin masih tetap dipertanyakan. Di swedia, dimana telah mempunyai sistem skrining yang sangat terorganisasi pada pusat pusat kesehatan anak, penelitian telah membuktikan bahwa pemeriksaan rutin pada pusat kesehatan hanya membuat perbedaan kecil dalam deteksi dini cerebral palsi. 2
Skrining perkembangan yang terfokus melibatkan dua kelompok anak, yaitu (a) anak dengan orang tua yang memberi perhatian yang lebih pada perkembangan anak dan guru atau dokter yang mencurigai adanya masalah, (b) neonatus dengan kondisi resiko tinggi untuk terjadinya keterlambatan perkembangan, 2 contohnya:
·         BBLR (<1500 g)
·         Kondisi neurologis
·         Perdarahan intraventrikular Gr. III or IV
·         Periventricular leukomalacia
·         Hipoksia iskemik ensefalopati
·         Apgar skor 0-3 pada menit 10, 15 and 20
·         Meningitis
·         Kejang persistent
·         Apnea
·         Hyperbilirubinemia
·         Kejang dengan hipoglikemi
·         Septikemia

MEMILIH INSTRUMEN TES PERKEMBANGAN
Meskipun semua instrument tes perkembangan didesain untuk mengidentifikasi anak yang potensial untuk keterlambatan perkembangan, masing masing instrumen mempunyai pendekatan yang berbeda beda dalam mengidentifikasi.6
Tidak ada instrument yang secara universal dapat diterima untuk semua populasi dan usia. Tes skrining yang ada bervariasi dari yang menilai perkembangan secara umum sampai yang terfokus pada area yang spesifik, seperti kemampuan motorik dan komunikasi. Tes skrining secara luas harus menilai berbagai aspek perkembangan, termasuk motorik kasar, motorik halus, bahasa, komunikasi, tingkah laku dan kemampuan personal sosial. Terdapat berbagai macam tes skrining, dan pilihan untuk memakai instrument yang mana bergantung pada populasi yang akan di skrining, tipe masalah yang di skrining pada populasi tersebut, waktu penilaian dan biaya dari instrument. 6
Tes skrining juga harus valid dan dapat diandalkan, dengan sensitifitas dan spesifitas yang baik. Realibilitas merupakan kemampuan dari suatu pengukuran untuk dapat menghasilkan hasil yang konsisten, validitas dari tes skrining perkembangan berhubungan dengan kemampuan untuk memisahkan antara anak yang normal atau anak dengan keterlambatan perkembangan, sensitifitas merupakan keakuratan dari tes tersebut untuk dapat mengidentifikasi anak dengan perkembangan yang terlambat, spesifitas merupakan keakuratan dari tes skrining untuk mengidentifikasi anak tanpa keterlambatan perkembangan. Jika tes skrining salah mengindentifikasikan anak yang normal sebagai anak yang terlambat dalam perkembangan maka akan menghasilkan yang disebut overreferrals, dan jika suatu tes salah mengidentifikasikan anak yang terlambat sebagai anak yang normal maka itu akan menghasilkan yang disebut sebagaiunderreferrals. Untuk tes skrining perkembangan, system penilaian harus dibuat untuk meminimalkan underreferrals danoverreferrals. Terdapat pertukaran nilai antara sensitifitas dan spesifitas ketika memperbaiki sistem penilaian tersebut, sensitifitas dan spesifitas pada level 70% sampai 80% telah dapat diterima untuk tes skrining perkembangan. 

INSTRUMEN TES PERKEMBANGAN
Ahli penyakit anak sekarang mempunyai banyak instrumen perkembangan yang dapat dipilih. Instrumen yang paling baik adalah yang mempunyai data psikometrik yang baik, termasuk sensitifitas, spesifitas, validitas, dan realibilitas yang baik, dan telah distandarisasi pada populasi luas. Instrumen yang dipakai oleh orang tua anak, sepertiParents’ Evaluation of Developmental Status,
Ages and Stages Questionnaires, dan Child Development Inventories Mempunyai data psikometrik ysng baik dan mempunyai keunggulan dimana untuk melakukannya membutuhkan waktu yang singkat bila dibandingkan dengan instrument yang membutuhkan pemeriksaan langsung oleh ahli penyakit anak. Instrument seperti Denver-II screening testBayley Infant Neurodevelopmental
ScreenerBattelle Developmental InventoryEarly Language Milestone Scale, dan
Brigance Screens melibatkan pemeriksaan langsung terhadap kemampuan anak. The CAT-CLAMS merupakan tes yang didesain khusus untuk dapat digunakan oleh ahli penyakit anak untuk menilai kemampuan kognitif dan bahasa dari anak.
Setiap tes skrining mempunyai kekuatan dan kelemahannya masing masing. Contohnya the Denver-II screening test yang telah digunakan secara luas, namun mempunyai sensitifitas dan spesifitas yang rendah tergantung dari interpretasi hasilnya. Setiap tes juga harus dilakukan sesuai instruksi yang ada, jika tidak maka hasilnya akan tidak valid.7
Skrining untuk psikososial dan tingkah laku pada anak terdapat beberapa tantangan, anak dengan perkembangan yang terhambat mempunyai resiko yang tinggi untuk memiliki masalah tingkah laku. Kebanyakan instrument skrining perkembangan tidak dapat menilai pada area ini secara adekuat. Instrument tes seperti the Temperament and Atypical Behavior ScaleChild Behavioral ChecklistThe Carey Temperament ScalesEyberg Child Behavior InventoryPediatric Symptom Checklist, and Family Psychosocial Screening, dapat membantu dalam mendeteksi masalah tingkah laku. Akhir akhir ini terdapat peningkatan ketertarikan dalam skrining anak untuk autistic spectrum disorders karena terdapatnya peningkatan pada prevalensi dan kemampuan untuk diagnosis dan intervensi dini. Instrument skrining spesifik seperti the Checklist for Autism
in Toddlers (CHAT), dapat membantu ahli penyakit anak untuk diagnostik, tetapi dapat terjadi kesalahan karena mempunyai sensitifitas yang rendah dan spesifitas yang tinggi.7
Tes yang paling sering digunakan adalah Denver Developmental Screening Test-II (Denver II). Bagaimanapun juga, dibalik kepopularannya, DDST II tidak berfungsi baik sebagai tes skrining, karena mempunyai sensitifitas yang terbatas dan validitas yang rendah. Tetapi tes ini tetap bernilai karena kemudahannya untuk digunakan. Skrining yang mempunyai sensitifitas dan spesifitas yang baik dengan menggunakan 10 set dari pertanyaan yang terstruktur yang dapat diperhatikan oleh orang tua di berbagai area perkembangan, pendekatan ini telah diformalkan sebagai Parents’ Evaluation of Developmental Status (PEDS) questionnaire. Cara ini merupakan cara yang akurat karena secara umum orang tua merupakan pengamat yang akurat dari tingkah laku dan perkembangan anak.4
Lebih jauh lagi efisiensi dari skrining dapat ditingkatkan dengan menggunakan skrining level kedua untuk anak yang dicurigai bermasalah dengan menggunakan The Ages and Stages Questionnaires (ASQ). Tes ini terdiri dari seri 11 pertanyaan yang didesain untuk dapat dilakukan dirumah dari usia 4 sampai 48 bulan, dan mempunyai validitas dan realibilitas yang baik sebesar 76-91%, meskipun ASQ mungkin gagal untuk mengidentifikasikan hampir 13% anak dengan keterlambatan perkembangan. Penilaian dan interpretasi dapat dilakukan dengan cepat, dimana sangat cocok untuk seseorang yang sibuk. 
Skrining untuk keterlambatan bahasa sangat penting, dikarenakan terdapat hubungan yang kuat antara bahasa dan perkembangan kognitif dan kemampuan pendidikan. Early Language Milestone (ELM) membutuhkan waktu pengerjaan 2-3 menit, sensitifitas untuk bahasa dan kognitif sangat tinggi bila dibandingkan dengan tes diagnostik standar baku. Masalah psikiatri dan tingkah laku sangat sering terjadi dan sering bersamaan dengan keterlambatan perkembangan. Skrining untuk masalah tingkah laku dapat dengan menggunakan Pediatric Symptom Checklist, yang sederhana dan validitas yang baik. 

PERANGKAP DALAM INTERPRETASI PERKEMBANGAN ANAK
Kesalahan kesalahan yang sering dibuat dalam menginterpretasikan perkembangan anak adalah sebagai berikut:
1.       Perkembangan motorik
Pada tahun pertama seringkali tenaga kesehatan/orangtua lebih menfokuskan pada perkembangan motorik kasar saja. Sehingga sering terkecoh pada perkembangan motorik yang dianggap normal tersebut dengan suatu harapan yang semu terhadap kemampuan intelektual anak. bebrapa penelitian menemukan bahwa kemampuan motorik bukanlah prediksi dari intelektualitas, dan didapatkan juga bahwa anak dengan retardasi mental yang sedang sampai berat tidak memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan motorik.Kemampuan intelektual anak dapat dilihat pada perkembangan bahasa dan pemecahan masalah. Selain itu perhatian juga kurang diberikan pada perkembangan motorik halus. Padahal perkembangan motorik halus merupakan indikator yang lebih baik daripada motorik kasar, dalam diagnosis gangguan motorik pada anak. Perkembangan motorik halus yang paling awal adalah jari jari tangan yang tidak menggenggam lagi pada bayi umur 3 bulan. Bila masih menggenggam setelah umur 3 bulan dicurigai adanya cerebral palsi.1,2
2.       Intelegensi: penampilan superfisial
Suatu konsep bahwa anak yang retardasi mental ditandai dengan muka yang khas. Pendapat ini tidak selamanya benar, karena itu kita seringkali terlambat membuat diagnosis pada anak yang retardasi mental dengan penampilan fisik seperti anak normal atau dengan kemampuan motorik kasar yang baik. Begitu pula sebaliknya, anak dengan raut wajah yang dysmorphic mungkin tidak memiliki defisiensi intelektualitas. Anak yang autistik sering dikatakan sebagai anak yang manis dan lain sebagainya.1,2
3.       Perkembangan bahasa
Kesalahan yang sering dibuat adalah pandangan yang mengatakan bahwa perkembangan bahasa belum dimulai sampai anak umur satu tahun dan tidak perlu kuatir akan adanya kelainan bahasa sampai anak umur 2 tahun. Hal penting untuk diingat ialah kemampuan bahasa, yang diukur dari ekspresif dan reseptif, merupakan salah satu prediktor yang baik terhadap intelegensia anak. Untuk mencegah kesalahan tersebut, diperlukan kemampuan dalam mendapatkan anamnesis yang akurat dan pengetahuan tentang milestone perkembangan bahasa.1,2
4.       Pendengaran
Kesalahan yang sering dibuat adalah pandangan bahwa ketulian sangat jarang pada anak. Sehingga sering tidak terdiagnosis sampai anak berumur lebih dari satu tahun.Ternyata 1 dari 1000 kelahiran adalah anak dengan ketulian berat. Rata rata diagnosis tuli kongenital baru dibuat pada saat anak berumur 2-2,5 tahun. Oleh karena itu anamnesis yang baik pada orang tuanya sangat penting, apakah anak ada respons terhadap bunyi bunyian, kapan anak mulai bisa mengoceh dan sebagainya
STIMULASI TUMBANG BAYI DAN BALITA
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Dan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologik seseorang yang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan bio-fisiko-psiko sosial dan perilaku.
Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda yang memberika ciri tersendiri pada setiap anak. Oleh karena itu, tumbuh kembang harus menjadi perhatian bagi pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat khususnya supaya anak Indonesia dapat mencapai kesehatan yang optimal. Memiliki anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah dambaan setiap orang tua. Untuk mewujudkannya tentu saja orang tua harus selalu memperhatikan,mengawasi, dan merawat anak secara seksama. Proses tumbuh kembang anak dapat berlangsung secara alamiah, tetapi proses tersebut sangat tergantung kepada orang dewasa atau orang tua. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas,kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Pada masa periode kritis ini, diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensinya berkembang. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih dalam kandungan. Untuk bisa merawat dan membesarkan anak secara maksimal tentu kita perlu mengetahui banyak hal yang berkaitan dengan anak itu sendiri, yang pada gilirannya akan menjadi bekal yang sangat berharga bagi kita dalam merawat dan membesarkan buah hati kita.

5.       Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun induvidu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter).
6.       Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan. Menyangkut perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

TUMBUH KEMBANG ANAK SEHAT
 Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,jumlah, atau ukuran, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) dan ukuran panjang (cm, meter), sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil berinteraksi dengan lingkungannya. Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak, yaitu:
1.       Faktor genetik
Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut. Kemampuan anak merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari orang tuanya.
2.       Faktor lingkungan
Yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak itu berada. Dalam hal inilingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang sejak dalam kandungan sampai dewasa. Lingkungan yang baik akan menunjang tumbuh kembang anak, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan menghambat tumbuh kembangnya.

Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum dibagi menjadi 3
kebutuhan dasar yaitu:
1.        Kebutuhan fisik-biomedis (”ASUH”)
Meliputi:
·         pangan/gizi
·         perawatan kesehatan dasar: imunisasi, pemberian ASI,
·         penimbangan yang teratur, pengobatan
·         pemukiman yang layak
·         kebersihan perseorangan, sanitasi lingkungan
·         pakaian
·         rekreasi, kesegaran jasmani
2.        Kebutuhan emosi/kasih sayang (”ASIH”)
Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik , mental, atau psikososial.
3.        Kebutuhan akan stimulasi mental (”ASAH”)
Stimulasi mental mengembangkan perkembangan kecerdasan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya.

CIRI-CIRI TUMBUH KEMBANG ANAK
1.       Tumbuh kembang adalah proses yang kotinu sejak dari konsepsi sampai maturitas atau dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
2.       Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya berbeda antara anak yang satu dengan yang lain berbeda.
3.       Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf.
4.       Aktivitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas
5.       Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
6.       Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini kemampuan berbahasa, kreativitas, sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini.
Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan cara pemeriksaan perkembangan secara berkala, apakah sesuai dengan umur atau telah terjadi penyimpangan dari perkembangan normal. Empat parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan anak adalah:
1.       Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).
2.       Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll).
3.       Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara spontan).
4.       Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya).

JENIS-JENIS STIMULASI YANG DI BUTUHKAN OLEH ANAK
1.       Stimulasi aspek fisik. Rangsangan untuk fisik bayi dan balita amat diperlukan, karena pada usia mereka perkembangan syaraf-syaraf motorik sangat pesat. Melakukan gerakan-gerakan sederhana seperti berlari, berjalan, menari akan sangat membantu perkembangan mereka.
2.       Stimulasi aspek emosi. Kenalkan mereka dengan bentuk emosi dasar, bahagia dan sedih. Dengan menghiburnya pada saat menangis karena mainannya rusak akan membantu. Ajari pula mereka untuk berbagi dengan teman sebayanya, misalnya dengan bernagi mainan, sehingga dapat menimbulkan kepekaan untuk bertoleransi dan berperilaku menyenangkan.
3.       Stimulasi aspek spiritual. Ajarilah anak untuk berdoa dengan menggunakan kata-kata yang sederhana, mengucapkan terimakasih kepada tuhan atas makanan, hari yang indah, dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan hari itu. Akan membuat anak semakin peka. Ajak juga mereka ke tempat ibadah, dan membacakan dongeng dan kisah-kisah para nabi juga akan membantu meningkatkan moral.
4.       Stimulasi aspek intelektual. Rangsangan intelektual dapat dilakukan dengan sering memberikan buku bacaan, mengajak anak melakukan permainan, dan rekreasi bersama, dan juga dengan rajin menjawab keingintahuan anak. Jadi sebagai orangtua juga harus rajin belajar agar sanggup memenuhi dan menjawab keingintahuan anak dengan baik dan benar.
5.       Stimulasi aspek sosial. Anak pun harus diajari untuk peka terhadap lingkungan sekitarnya. Membantu menjaga adik, membantu orangtua yang sedang sibuk, akan merangsang kepekaan alaminya.
Agar stimulasi ini dapat menunjukkan hasil yang baik, kita tidak boleh melupakan istirahat yang cukup dan asupan nutrisinya. Gizi yang baik amat sangat dibutuhkan oleh anak, karena mereka sedang berada dalam masa pertumbuhan. Jadi asupan nutrisi tentunya amat dibutuhkan untuk perkembangan fisik, daya tahan tubuh, pencernaan, dan juga tentunya untuk perkembangan otak mereka.


D. STIMULASI DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai umurnya. Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran, perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi seperti stimulasi visual (penglihatan), verbal (bicara),auditif (pendengaran), taktil (sentuhan) dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhankebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.
Pada tahap perkembangan awal anak berada pada tahap sensori motorik. Pemberian stimulasi
visual pada ranjang bayi akan meningkatkan perhatian anak terhadap lingkungannya, bayi akan gembira dengan tertawa-tawa dan menggerak-gerakkan seluruh tubuhnya. Tetapi bila rangsangan itu terlalu banyak, reaksi dapat sebaliknya yaitu perhatian anak akan berkurang dan anak akan menangis. Pada tahun-tahun pertama anak belajar mendengarkan. Stimulus verbal pada periode ini sangat penting untuk perkembangan bahasa anak pada tahun pertama kehidupannya. Kualitas dan kuantitas vokal seorang anak dapat bertambah dengan stimulasi verbal dan anak akan belajar menirukan kata-kata yang didengarnya. Tetapi bila simulasi auditif terlalu banyak (lingkungan ribut) anak akan mengalami kesukaran dalam membedakan berbagai macam suara. Stimulasi visual dan verbal pada permulaan perkembangan anak merupakan stimulasi awal yang penting, karena dapat menimbulkan sifat-sifat ekspresif misalnya mengangkat alis, membuka mulut dan mata seperti ekspresi keheranan. Selain itu anak juga memerlukan stimulasi taktil, kurangnya stimulasi taktil dapat menimbulkan penyimpangan perilaku sosial, emosional dan motorik.
Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang diperlukan anak, misalnya dengan bercakap-cakap, membelai, mencium, bermain. Stimulasi ini akan menimbulkan rasa aman dan rasa percaya diri pada anak, sehingga anak akan lebih responsif terhadap lingkungannya dan lebih berkembang. Pada anak yang lebih besar yang sudah mampu berjalan dan berbicara, akan senang melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap lingkungannya. Motif ini dapat diperkuat atau diperlemah oleh lingkungannya melalui sejumlah rekasi yang diberikan terhapap perilaku anak tersebut. Misalnya anak akan belajar untuk mengetahui perilaku mana yang membuat ibu senang/mendapat pujian dari ibu, dan perilaku mana yang mendapat marah dari ibu. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang responsif akan memperlihatkan perilaku eksploratif yang tinggi. Stimulasi verbal juga dibutuhkan pada tahap perkembangan ini. Dengan penguasaan bahasa, anak akan mengembangkan ide-idenya melalui pertanyaan-pertanyaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi perkembangan kognitifnya (kecerdasan).
Pada masa sekolah, perhatian anak mulai keluar dari lingkungan keluarganya, perhatian mulai teralih ke teman sebayanya. Akan sangat menguntungkan apabila anak mempunyai banyak kesempatan untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Melalui sosialisasi anak akan memperoleh lebih banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi perkembangan sosial anak. Pada saat ini di Indonesia telah dikembangkan program untuk anak-anak prasekolah yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan anak sedini mungkin, dengan menggunakan APE (alat permainan edukatif). APE adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk pengembangan aspek fisik (kegiatan-kegiatan yang menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak), aspek bahasa (dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar), aspek kecerdasan (dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna.), dan aspek sosial (khususnya dalam hubungannya dengan interaksi antara ibu dan anak, keluarga, dan masyarakat). Bermain, mengajak anak berbicara, dan kasih sayang adalah ’makanan’ yang penting untuk perkembangan anak, seperti halnya kebutuhan makan untuk pertumbuhan badan. Bermain bagi anak tidak sekedar mengisi waktu luang saja, tetapi melalui bermain anak belajar mengendalikan dan mengkoordinasikan otot-ototnya, melibatkan persaan, emosi, dan pikirannya. Sehingga dengan bermain anak mendapat berbagai pengalaman hidup, selain itu bila dikakukan bersama orang tuanya hubungan orang tua dan anak menjadi semakin akrab dan orang tua juga akan segera mengetahui kalau terdapat gangguan perkembangan anak secara dini.
Buku bacaan anak juga penting karena akan menambah kemampuan berbahasa, berkomunikasi, serta menambah wawasan terhadap lingkungannya.Untuk perkembangan motorik serta pertumbuhan otot-otot tubuh diperlukan stimulasi yang terarah dengan bermain, latihan-latihan atau olah raga. Anak perlu diperkenalkan dengan olah raga sedini mungkin, misalnya melempar/menangkap bola, melompat, main tali, naik sepeda).Seorang ahli mengatakan bahwa prioritas untuk anak adalah makanan, perawatan kesehatan, dan bermain. Makanan yang baik, pertumbuhan yang adekuat, dan kesehatan yang terpelihara adalah penting, tetapi perkembangan intelektual juga diperlukan. Bermain merupakan ”sekolah” yang berharga bagi anak sehingga
perkembangan intelektualnya optimal.
Ada beberapa fungsi bermain pada anak yaitu sebagai berikut.
1.       Perkembangan Sensorik
Aktivitas motor merupakan bagian yang berkembang pada masa bayi. Perkembangan sensorik motor ini didukung oleh keterampilan motorik kasar dan halus seperti stimulus visual,stimulus pendengaran,stimulus taktil (sentuhan),dan stimulasi kinetik.Stimulus sensorik yang diberikan oleh lingkungan anak akan direspon dengan memperlihatkan aktivitas-aktivitas motoriknya.Stimulasi visual merupakan stimulasi awal yang penting pada tahap permulaan perkembangan anak.Anak akan meningkatkan perhatiannya pada lingkungan sekitar melalui penglihatanny.Oleh karena itu,orang tua disarankan untuk memberikan mainan warna-warni pada usia 3 bulan pertama.Stimulasi pendengaran (stimulasi auditif) adalah sangat penting untuk perkembangan bahasanya (verbaal),terutama pada tahun pertama kehidupannya.Memberikan sentuhan (stimulus taktil) yang mencukupi pada anak berarti memberikan perhatian dan kasih sayng yang diperlukan oleh anak.Stimulus semacam ini akan menimbulkan rasa aman dan percaya diri pada anak sehingga anak lebiih responsif dan berkembang.Stimulasdi kinetik akan membantu anak untuk mengenal lingkungan yang berberda.

2.       Pekembangan Intelektual
Memberikan sumber-sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran Eksplorasi dan manipulasi bentuk,ukuran,tekstur,warna pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang konsep abstrak. Kesempatan untuk mempraktikkan dan memperluas keterampilan berbahasa.Memberikan kesempatan untuk melatih pengalaman masa lalu dalam upaya mengasimulasinya kedalam persepsi dan hubungan baru.Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan antara fantasi

3.       Perkembangan Sosialisasi dan Moral
Sejak awal masa anak-anak bayi telah menunjukkan ketertarikan dan kesenangan terhadap orang lain terutama terhgadap ibu.Dengan bermain,anak akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi,belajar untuk mengatasi persoalan yang timbul,mengenal nilai-niali moral dan etika,belajar mengenai apa yang salah dan benar,serta bertanggung jawab terhadap sesuatu yang diperbuatnya. Pada tahun pertama,anak hanya mengamati objek di sekitarnya.Pada usia 2-3 tahun,biasanya anak suka bermaian peran seperti peran sebagai ayah,ibu dan lain-lain. Pada usia pra sekolah anak lebih banyak bergabung dengan kelompok sebayanya (peer group) mempunyai teman favorit.
4.       Kreativitas
Situasi yang lebih menguntungkan/menyernagkan untuk berkreasi dari pada bermain.Anak-anak dapat bereksperimen dan mencoba ide-idenya.Sekali anak merasa puas untuk mencoba sesuatu yang baru dan berbeda,ia akan memindahkan kreasinya kesituasi yang lain.Memungkinkan fantasi dan imajinasi dan meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus.Untuk mengembangkan kreasi anak diperlukan lingkunagan yang mendukung
5.       Kesadaran Diri
Dengan aktivitas bermain,anak akan menyadari bahwa dirinya berbeda dengan yang lain dan memahami dirinya sendiri.Anak belajar untuk memahami kelemahan dan kemampuannya dibandingkan dengan anak yang lain.anak juga mulai melepaskan diri dari orang tuanya.
6.       Nilai Terapeutik
Bermain dapat mengurangi tekanan atau stres dari lingkungan.Dengan bermain,anak dapat mengekspresikan emosi dan ketik puasan atas situsi sosial serta rasa takutnya yang 9 tidak dapat diekspresikan di dunia nyata.Dengan bermain dapat memudahkan komunikasi verbal dan ninverbal tentang kebutuhan,rasa takut dan keinginan.
Kemampuan motorik pada bayi berdasarkan usia yakni:
Usia
Motorik kasar
Motorik halus
0-3 bulan
·         mengangkat kepala,
·         guling-guling, 
·         menahan kepala tetap tegak, 
·         melihat, meraih dan menendang mainan gantung,
·   memperhatikan benda bergerak,
·         melihat benda-benda kecil,
·         memegang benda,
·         meraba dan merasakan bentuk permukaan,
3-6 bulan
·         menyangga berat, 
·         mengembangkan kontrol kepala.
·         Duduk.
·         memegang benda dengan kuat,
·         Memegang benda dengan kedua tangan,
·         makan sendiri,
·         mengambil benda-benda kecil.
6-9 bulan
·         merangkak
·         menarik ke posisi berdiri
·         berjalan berpegangan
·         berjalan dengan bantuan.
·         Memasukkan benda kedalam wadah,
·         Bermain 'genderang'
·         Memegang alat tulis dan mencoret-coret
·         Bermain mainan yang mengapung di air
·         Membuat bunyi-bunyian.
·         Menyembunyikan dan mencari mainan
9-12 bulan
·         bermain bola
·         membungkuk
·         berjalan sendiri
·         naik tangga. 
·         Menyusun balok/kotak
·         Menggambar
·         Bermain di dapur.  

b)      Kemampuan Bicara dan Bahasa 
Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin sehingga dalam masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar. Kemampuan bicara bayi masih dalam bentuk pra bicara, yang diekspresikan dengan cara menangis, mengoceh, gerakan isyarat dan ekspresi wajah seperti tersenyum. Bahkan pada masa ini lebih sering muncul senyum sosial sebagai reaksi terhadap rangsangan dari luar .  Ekspresi emosi adalah bahasa pertama sebelum bayi berbicara, sebagai cara untuk mengkomunikasikan dirinya pada orang tua atau orang lain. Bayi akan bereaksi pada ekspresi wajah dan tekanan suara, sebaliknya orangtua membaca ekspresi bayi dan merespon jika ekspresi bayi menunjukkan tertekan atau gembira. Terkait dengan ekspresi emosi bayi, yang mudah dikondisikan, maka ekspresi emosi bayi mudah dikondisikan. Jika orangtua lebih banyak menunjukkan suasana hati yang positif seperti selalu gembira, santai dan menyenangkan, akan mempengaruhi pemahaman bayi terhadap sesuatu dan cenderung menimbulkansuasana hati yang menyenangkan. Sebaliknya jika orang dewasa mengkondisikan dengan situasi yang tidak menyenangkan maka suasana emosi bayi cenderung buruk.
Kemampuan bicara pada bayi sebenarnya ada hubungannya dengan perkembangan otak, terutama pada saat bayi menangkap kata-kata yang diucapkan dan menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya. Pada saat bayi berjalan, berbicara, tersenyum dan mengerutkan dahi, sebenarnya tengah berlangsung perubahan dalam otak. Meski keterkaitan sel-sel syaraf (neuron) yang dimiliki bayi, masih sangat lemah, namun akan sangat mempengaruhi pada perkembangan sel syaraf pada tahap selanjutnya. Bayi mengerti dan memahami sesuatu yang berada disekelilingnya, tidak terbatas dengan melihat serta memanipulasi namun sebenarnya bayi sudah memiliki kemampuan untuk memberi perhatian, menciptakan simbolisasi, meniru dan menangkap suatu konsep melalui gerakan sudah lebih berkembang. Oleh karenanya untuk mengoptimalkan kemampuan otaknya maka bayi perlu lebih banyak menstimulasi bayi untuk mengenal benda-benda sekelilingnya sambil terus mengajak berbicara.
Kemampuan bicara dan berbahasa pada masa bayi sbb:
Usia
Kemampuan Bicara dan Bahasa
0-3 bulan
·         prabicara,
·         meniru suara-suara, 
·         mengenali berbagai suara.
3-6 bulan
·         mencari sumber suara, 
·         menirukan kata-kata..
6-9 bulan
·         menyebutkan nama gambar di buku majalah,
·         menunjuk dan menyebutkan nama gambar-gambar.
9-12 bulan
·         menirukan kata-kata
·         berbicara dengan boneka
·         bersenandung dan bernyanyi. 

c)      Kemampuan Sosialisasi dan Kemandirian
Kemampuan sosialisasi dan kemandirian dapat dirangsang dengan sosialisasi pada masa bayi diawali di dalam keluarga, dimana dalam keluarga terjadi hubungan timbal balik antara bayi dan pengasuh atau orangtua. Melalui perhatian dan perilaku orangtua akan memberi kerangka pada bayi dalam berinteraksi dan pengalaman yang terpenting bagi bayi karena keluarga adalah melibatkan proses kasih sayang. Kemampuan bayi untuk bersosialisasi mulai muncul, dasar-dasar sosial mulai dibentuk, yang diperoleh dengan cara mencontoh perilaku pada situasi sosial tertentu, misalnya mencontoh perilaku sosial dari kakak atau orang tuanya, yang akhirnya akan mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosialnya dikemudian hari. Kemampuan sosialisasi dan kemandirian pada masa bayi sbb: 
Usia
Kemampuan Sosialisasi dan Kemandirian 
0-3 bulan
·         memberi rasa aman dan kasih sayang,
·         mengajak bayi tersenyum, 
·         mengajak bayi mengamati benda-benda dan keadaan di sekitarnya, 
·         meniru ocehan dan mimik muka bayi,
·         mengayun bayi,
·         menina bobokan.  
3-6 bulan
·         bermain "ciluk ba', 
·         melihat dirinya di kaca,
·         berusaha meraih mainan.
6-9 bulan
·         mulai bermain atau 'bersosialisasi' dengan orang lain.
·         Mulai melambaikan tangan jika ditinggal pergi.
·         Mulai membalas lambaian tangan orang lain.
9-12 bulan
·         Minum sendiri dari sebuah cangkir,
·         Makan bersama-sama
·         Menarik mainan yang letaknya agak jauh. 


2.      Kemampuan Anak di Bawah Usia Lima Tahun (12 – 59 bulan) 
Pada masa ini kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi eksresi/pembuangan. Periode penting dalam tumbuh kembang masa usia ini akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada usia 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan tejadi pertumbuhan serabut-serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf hingga bersosialisasi. 
a)      Kemampuan Motorik 
Masa ini disebut sebagai masa sangat aktif dari seluruh masa kehidupannya, karena tingkat aktivitasnya dan perkembangan otot besar mereka sedang tumbuh. Demikian halnya dengan kemampuan motorik halus anak, sudah mulai meningkat dan menjadi lebih tepat pada saat berusia 5 tahun. Koordinasi tangan, lengan dan tubuh dapat bergerak bersama dibawah koordinasi yang lebih baik daripada mata. 
Dengan demikian masa ini disebut juga sebagai masa belajar berbagai kemampuan dan keterampilan, dengan berbekal rasa ingin tahu yang cukup kuat dengan seringnya anak mencoba hal-hal baru dan seringnya pengulangan menyebabkan masa ini menjadi masa yang tepat untuk mempelajari keterampilan baru.
Kemampuan motorik yang dimiliki anak sebagai berikut:
Usia
Gerak Kasar
Gerak Halus
12-15 bulan
·         Berjalan tanpa pegangan sambil menarik mainan yang bersuara,
·         Berjalan mundur, 
·         Berjalan naik dan turun tangga,
·         Berjalan sambil berjinjit
·         Menangkap dan melempar bola
·         Bermainan balok dan menyusun balok. 
·         Memasukkan dan mengeluarkan benda kedalam wadah.
·         Memasukkan benda yang satu ke benda lainnya. 
15-18 bulan
·         Bermain di luar rumah.
·         Bermain air
·         Menendang bola.
·         Meniup ,
·         Membuat untaian.
18-24 bulan
·         Melompat,
·         Melatih keseimbangan tubuh,
·         Mendorong mainan dengan kaki.
·         Mengenal berbagai ukuran dan bentuk,
·         Bermain puzzle,
·         Menggambar wajah atau bentuk,
·         Membuat berbagai bentuk dari adonan kue/lilin mainan.
24-36 bulan
·         Latihan menghadapi rintangan,
·         Melompat jauh,
·         Melempar dan menangkap bola besar.
·         Membuat gambar tempelan,
·         Memilih dan mengelompokkan benda-benda menurut jenisnya,
·         Mencocokan gambar dan benda,
·         Konsep jumlah,
·         Bermain/menyusun balok-balok.
36-48 bulan
·         Menangkap bola kecil dan melemparkan kembali.
·         Berjalan mengikuti garis lurus,
·         Melompat dengan satu kaki,
·         Melempar benda-benda kecil ke atas,
·         Menirukan binatang berjalan,
·         Berjalan jinjit secara bergantian.
·         Memotong dengan menggunakan gunting,
·         Menempel guntingan gambar sesuai dengan cerita.
·         Menempel gambar pada karton.
·         Belajar 'menjahit' dengan tali rafia.
·         Menggambar/menulis garis lurus, bulatan,segi empat, huruf dan angka.
·         Menghitung lebih dari 2 atau 3 angka.
·         Menggambar dengan jari, memakai cat,
·         Mengenal campuran warna dengan cat air,
·         Mengenal bentuk dengan menempel potongan bentuk.
48-60 bulan
·         Lomba karung
·         Main engklek
·         Melompat tali.
·         Mengenal konsep "separuh atau satu"
·         Menggambar dan atau melengkapi gambar,
·         Menghitung benda-benda kecil dan mencocokkan dengan angka.
·         Menggunting kertas (sudah dilipat) dengan gunting tumpul,
·         Membandingkan besar/kecil, banyak/sedikit, berat/ringan.
·         Belajar 'percobaan ilmiah'
·         Berkebun.

b)      Kemampuan Bicara dan Bahasa   
Bertambahnya kematangan otak dikombinasikan dengan peluang-peluang untuk menjelajahi dunia sekelilingnya dan sebagai penyumbang terbesar untuk lahirnya kemampuan kognitif anak. Sejumlah kemampuan anak, seperti belajar membaca adalah berkaitan dengan masukan dari mata anak yang ditransmisikan ke otak anak, kemudian melalui sistem yang ada di otak, menterjemahkannya kedalam kode huruf-huruf, kata-kata dan asosiasinya. Akhirnya akan dikeluarkan dalam bentuk bicara. Bakat bicara anak karena sistem otak diorganisasikan sedemikian rupa sehingga memungkinkan anak memproses sebagai bahasa.
Anak mulai pandai berbicara, sejalan dengan perkembangannya memahami sesuatu. Biasanya anak mulai berbicara sendiri, kemudian berkembang menjadi kemampuan untuk bertindak tanpa harus mengucapkannya. Dalam hal ini anak telah menginternalisasikan pembicaraan yang egocentris dalam bentuk berbicara sendiri menjadi pemikiran anak. Hal ini merupakan suatu transisi awal untuk dapat lebih berkomunikasi secara sosial. 
Usia
Kemampuan Bicara dan Bahasa
12-15 bulan
·         Membuat suara dari dari barang2 yang dipilihnya,
·         Menyebut nama bagian tubuh,
·         Melakukan pembicaraan.,  
15-18 bulan
·         Bercerita tentang gambar di buku/majalah, 
·         Permainan telepon-teleponan,
·         Menyebut berbagai nama barang.
18-24 bulan
·         Melihat acara televisi,
·         Mengerjakan perintah sederhana,
·         Bercerita tentang apa yang dilihatnya.
24-36 bulan
·         Menyebut nama lengkap anak,
·         Bercerita tentang diri anak,
·         Menyebut berbagi jenis pakaian.
·         Menyatakan keadaan suatu benda. 
36-48 bulan
·         Berbicara dengan anak,
·         Bercerita mengenai dirinya,
·         Bercerita melalui album foto, 
·         Mengenal huruf besar menurut alfabet di koran/majalah.
48-60 bulan
·         Belajar mengingat-ingat,
·         Mengenal huruf dan simbol,
·         Mengenal angka,
·         Membaca majalah,
·         Mengenal musim,
·         Mengumpulkan foto kegiatan keluarga,
·         Mengenal dan mencintai buku,
·         Melengkapi dan menyelesaikan kalimat,
·         Menceritakan masa kecil anak,
·         Membantu pekerjaan di dapur.

c)      Kemampuan Bersosialisasi dan Kemandirian
Dasar-dasar sosialisasi yang sudah diletakkan pada masa bayi, maka pada masa ini mulai berkembang. Dalam hal ini hubungan keluarga, orangtua-anak, antar saudara dan hubungan dengan sanak keluarga cukup berperan. Pengasuhan pada tahun pertama berpusat pada perawatan, berubah ke arah kegiatan-kegiatan seperti permainan, pembicaraan dan pemberian disiplin, akhirnya mengajak anak untuk menalar terhadap sesuatu. Pada masa ini sebagai masa bermain, anak mulai melibatkan teman sebayanya, melalui bermain, meski interaksi yang dibangun dalam permainan bukan bersifat sosial, namun sebagai kegiatan untuk menyenangkan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri. Jenis permainan yang dilakukan bisa berbentuk konstruktif, permainan pura-pura, permainan sensori motorik, permainan sosial atau melibatkan orang lain, games atau berkompetisi.
Usia
Kemampuan Bersosialisasi dan Kemandirian
12-15 bulan
·         Menirukan pekerjaan rumah tangga,
·         Melepas pakaian,
·         Makan sendiri,
·         Merawat mainan,
·         Pergi ke tempat-tempat umum. 
15-18 bulan
·         Belajar memeluk dan mencium, 
·         Membereskan mainan/membantu kegiatan di rumah,
·         Bermain dengan teman sebaya,
·         Permainan baru,
·         Bermain petak umpet.
18-24 bulan
·         Mengancingkan kancing baju,
·         Permainan yang memerlukan interkasi dengan teman bermain.
·         Membuat rumah-rumahan,
·         Berpakaian,
·         Memisahkan diri dengan anak.
24-36 bulan
·         Melatih buang air kecil dan buang air besar di WC/kamar mandi.
·         Berdandan/memilih pakaian sendiri.
·         Berpakaian sendiri. 
36-48 bulan
·         Mengancingkan kancing tarik,
·         Makan pakai sendok garpu,
·         Membantu memasak,
·         Mencuci tangan dan kaki,
·         Mengenal aturan/batasan.  
48-60 bulan
·         Membentuk kemandirian dengan memberi kesempatan mengunjungi temannya tanpa ditemani.
·         Membuat atau menempel foto keluarga,
·         Membuat mainan/boneka dari kertas.
·         Menggambar orang,
·         Mengikuti aturan permainan/petunjuk,
·         Bermain kreatif dengan teman-temannya,
·         Bermain 'berjualan dan berbelanja di toko" 

3.      Masa Anak Pra Sekolah (usia 60-72 bulan atau 5-6 tahun);
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil, aktivitas jasmani semakin bertambah dan meiningkatnya keterampilan dan proses berpikir. Anak mulai menunjukkan keinginannya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini, anak mulai diperkenalkan dengan lingkungan luar selain lingkungan dalam rumah, sehingga anak mulai senang bermain di luar rumah. Anak mulai berteman bahkan anak banyak keluarga menghabiskan waktunya bermain di luar rumah, seperti bermain di taman atau ke tempat-tempat yang menyediakan fasilitas bermain anak.
Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, oleh karenanya panca indera dan sistim reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik. Proses belajar yang tepat bagi usia ini adalah dengan cara bermain. 
Kemampuan yang dimiliki pada anak pra sekolah adalah sbb:
Kemampuan 
Keterangan
Gerak kasar
·         bermain bola dengan teman sebayanya
·         naik sepeda, bermain sepatu roda.  
Gerak halus
·         mengerti urutan kegiatan,
·         berlatih mengingat-ingat,
·         membuat sesuatu dari tanah liat/lilin,
·         bermain "berjualan",
·         belajar bertukang, memakai pali, gergaji dan paku,
·         mengumpulkan benda-benda,
·         belajar memasak,
·         mengenal kalender
·         mengenal waktu,
·         menggambar dari berbagai sudut pandang, 
·         belajar mengukur.  
Bicara dan bahasa
·         mengenal benda yang serupa dan berbeda,
·         bermain tebak-tebakan,
·         berlatih mengingat-ingat,
·         menjawab pertanyaan "mengapa ?"
·         menganal rambut/tanda lalu lintas,
·         mengenal uang logam,
·         mengamati/meneliti keadaan sekitar. 
Bersosialisasi dan kemandirian.
·         Berkomunikasi dengan anak, 
·         Berteman dan bergaul,
·         Mematuhi peraturan keluarga 


KEBUTUHAN FISIK DAN PSIKOSOSIAL PADA BAYI DAN BALITA
Kebutuhan fisik dan psikososial pada bayi dan balita
Kebutuhan psikososial adalah kebutuhan ASIH dan ASAH. 
Kebutuhan ASIH meliputi : perhatian segera, kasih sayang, rasa aman, dilindungi, mandiri,rasa memiliki,kebutuhan akan sukses,mendapatkan kesempatan dan pengalaman,dibantu dan dihargai. 
Kebutuhan ASAH meliputi : stimulasi (rangsangan) dini pada semua indera (pendengaran, penglihatan, sentuhan, membau, mengecap), sistem gerak kasar dan halus, komunikasi, emosi-sosial dan rangsangan untuk berpikir. Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan stimulasi.Pemberian stimulasi ini sudah dapat dilakukan sejak masa pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekan bayi pada ibunya sedini mungkin. Asah merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial anak yang didapat melalui pendidikan dan latihan

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ERIKSON
Menurut Erik Erikson (1963) perkembangan psikososial terbagi menjadi beberapa tahap. Masing-masing tahap psikososial memiliki dua komponen, yaitu komponen yang baik (yang diharapkan) dan yang tidak baik (yang tidak diharapkan). Perkembangan pada fase selanjutnya tergantung pada pemecahan masalah pada tahap masa sebelumnya.
Adapun tahap-tahap perkembangan psikososial anak adalah sebagai berikut:
1.       Percaya Vs Tidak percaya ( 0-1 tahun )
Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya. Membangun rasa percaya ini mendasari tahun pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan kontakl dengnan dunia luar maka ia mutlak terganting dengan orang lain. Rasa aman dan rasa percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan. Alat yang digunakan bayi untuk berhubungan dengan dunia luar adalah mulut dan panca indera, sedangkan perantara yang tepat antara bayi dengan lingkungan dalah ibu.
Hubungan ibu dan anak yang harmonis yaitu melalui pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial, merupakan pengalaman dasar rasa percaya bagi anak. Apabila pada umur ini tidak tercapai rasa percaya dengan lingkungan maka dapat timbul berbagai masalah. Rasa tidak percaya ini timbul bila pengalaman untukmeningkatkan rasa percaya kurang atau kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekwat, yaitu kurangnya pemenuhan kebutuhan fisik., psikologis dan sosial yang kurang misalnya: anak tidak mendapat minuman atau air susu yang edukat ketika ia lapar, tidak mendapat respon ketika ia menggigit dot botol dan sebagainya.
2.       Otonomi Vs Rasa Malu dan Ragu ( 1-3 tahun )
Pada masa ini alat gerak dan rasa telah matang dan ada rasa percaya terhadap ibu dan lingkungan. Perkembangan Otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan anak untuk mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya. Anak menyadari ia dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan berbuat sesuai dengan kemauannya misalnya: kepuasan untuk berjalan atau memanjat. Selain itu anak menggunakan kemampuan mentalnya untuk menolak dan mengambil keputusan. Rasa Otonomi diri ini perku dikembangkan karena penting untik terbentuknya rasa percaya diri dan harga diri di kemudian hari. Hubungan dengan orang lain bersifat egosentris atau mementingkan diri sendiri.
Peran lingkungan pada usia ini adalah memberikan support dan memberi keyakinan yang jelas. Perasaan negatif yaitu rasa malu dan ragu timbul apabila anak merasa tidak mampu mengatasi tindakan yang di pilihnya serta kurangnya support dari orangtua dan lingkungannya, misalnya orangtua terlalu mengontrol anak.
3.       Inisiatif Vs Rasa Bersalah ( 3-6 tahun )
Pada tahap ini anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Rasa inisiatif mulai menguasai anak. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas tertentu. Anak mulai diikut sertakan sebagai individu misalnya turut serta merapihkan tempat tidur atau membantu orangtua di dapur. Anak mulai memperluas ruang lingkup pergaulannya misalnya menjadi aktif diluar rumah, kemampuan berbahasa semakin meningkat. Hubungan dengan teman sebaya dan saudara sekandung untuk menang sendiri.
Peran ayah sudah mulai berjalan pada fase ini dan hubungan segitiga antara Ayah-Ibu-Anak sangat penting untuk membina kemantapan idantitas diri. Orangtua dapat melatih anak untuk menguntegrasikan peran-peran sosial dan tanggungjawab sosial. Pada tahap ini kadang-kadang anak tidak dapat mencapai tujuannya atau kegiatannya karena keterbatasannya, tetapi bila tuntutan lingkungan misalnya dari orangtua atau orang lain terlalu tinggi atau berlebihan maka dapat mengakibatkan anak merasa aktifitasnya atau imajinasinya buruk, akhirnya timbul rasa kecewa dan rasa bersalah.
4.       Industri Vs Inferioritas ( 6-12 tahun )
Pada tahap ini anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang akhirnya dan dapat menghasilkan sesuatu. Anak siap untuk meninggalkan rumah atau orangtua dalam waktu terbatas yaitu untuk sekolah. Melalui proses pendidikan ini anak belajar untuk bersaing (sifat kompetetif), juga sifat kooperatif dengan orang lain, saling memberi dan menerima, setia kawan dan belajar peraturan-peraturan yang berlaku.
Kunci proses sosialisasi pada tahap ini adalah guru dan teman sebaya. Dalam hal ini peranan guru sangat sentral. Identifikasi bukan terjadi pada orangtua atau pada orang lain, misalnya sangat menyukai gurunya dan patuh sekali pada gurunya dibandingkan pada orangtuanya. Apabila anak tidak dapat memenuhi keinginan sesuai standart dan terlalu banyak yang diharapkan dari mereka maka dapat timbul masalah atau gangguan.
5.       Identitas Vs Difusi Peran ( 12-18 tahun )
Pada tahap ini terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti orang dewasa. sehingga nampak adanya kontradiksi bahwa dilain pihak ia dianggap dewasa tetapi disisi lain ia dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan masa standarisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan, Peran orangtua sebagai sumber perlindungan dan sumber nilai utama mulai menurun. Sedangkan peran kelompok atau teman sebaya tinggi. Teman sebaya di pandang sebagai teman senasib, patner dan saingan. Melalui kehidupan berkelompok ini remaja bereksperimen dengan peranan dan dapat menyalurkan diri. Remaja memilih orang-orang dewasa yang penting baginya yang dapat mereka percayai dan tempat mereka berpaling saat kritis.
Tiga kebutuhan pokok untuk mengembangkan kecerdasan antara lain adalah kebutuhan FISIK-BIOLOGIS (terutama untuk pertumbuhan otak, sistem sensorik dan motorik), EMOSI-KASIH SAYANG (mempengaruhi kecerdasan emosi, inter dan intrapersonal) dan STIMULASI DINI (merangsang kecerdasan-kecerdas an lain).
1.       Kebutuhan FISIK-BIOLOGIS terutama gizi yang baik sejak di dalam kandungan sampai remaja terutama untuk perkembangan otak, pencegahan dan pengobatan penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan, dan ketrampilan fisik untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2.       Kebutuhan EMOSI-KASIH SAYANG : terutama dengan melindungi, menimbulkan rasa aman dan nyaman, memperhatikan dan menghargai anak, tidak mengutamakan hukuman dengan kemarahan tetapi lebih banyak memberikan contoh-contoh dengan penuh kasih sayang.
3.       Kebutuhan STIMULASI meliputi rangsangan yang terus menerus dengan berbagai cara untuk merangsang semua system sensorik dan motorik.
Ketiga kebutuhan pokok tersebut harus diberikan secara bersamaan sejak janin didalam kandungan karena akan saling berpengaruh. Bila kebutuhan biofisik tidak tercukupi, gizinya kurang, sering sakit, maka perkembangan otaknya tidak optimal. Bila kebutuhan emosi dan kasih sayang tidak tercukupi maka kecerdasan inter dan antar personal juga rendah. Bila stimulasi dalam interaksi sehari-hari kurang bervariasi maka perkembangan kecerdasan juga kurang bervariasi.
Apa itu STIMULASI DINI ? Apa manfaatnya ?
Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak janin 6 bulan di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan). Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan dan pikiran bayi dan balita. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus menerus, bervariasi, dengan suasana bermain dan kasih sayang, akan memacu berbagai aspek kecerdasan anak (kecerdasan multipel) yaitu kecerdasan : logiko-matematik, emosi, komunikasi bahasa (lingusitik) , kecerdasan musikal, gerak (kinestetik) , visuo-spasial, senirupa dll.
Cara melakukan stimulasi dini
·         Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita. misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton TV, di dalam kendaraan, menjelang tidur.Stimulasi untuk bayi 0 – 3 bulan dengan cara : mengusahakan rasa nyaman, aman dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran atau kotak-kotak hitam-putih) , benda-benda berbunyi, mengulingkan bayi kekanan-kekiri, tengkurap-telentang , dirangsang untuk meraih dan memegang mainan
·         Umur 3 – 6 bulan ditambah dengan bermain 'cilukba', melihat wajah bayi dan ibu di cermin, dirangsang untuk tengkurap, telentang bolak-balik, duduk.
·         Umur 6 – 9 bulan ditambah dengan memanggil namanya, mengajak bersalaman, tepuk tangan, membacakan dongeng, merangsang duduk, dilatih berdiri berpegangan.
·         Umur 9 – 12 bulan ditambah dengan mengulang-ulang menyebutkan mama-papa, kakak, memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelindingkan bola, dilatih berdiri, berjalan dengan berpegangan.
·         Umur 12 – 18 bulan ditambah dengan latihan mencoret-coret menggunakan pensil warna, menyusun kubus, balok-balok, potongan gambar sederhana (puzzle) memasukkan dan mengeluarkan benda-benda kecil dari wadahnya, bermain dengan boneka, sendok, piring, gelas, teko, sapu, lap. Latihlah berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur, memanjat tangga, menendang bola, melepas celana, mengerti dan melakukan perintah-perintah sederhana (mana bola, pegang ini, masukan itu, ambil itu), menyebutkan nama atau menunjukkan benda-benda.
·         Umur 18 – 24 bulan ditambah dengan menanyakan, menyebutkan dan menunjukkan bagian-bagian tubuh (mana mata ? hidung?, telinga?, mulut ? dll), menanyakan gambar atau menyebutkan nama binatang & benda-benda di sekitar rumah, mengajak bicara tentang kegiatan sehari-hari (makan, minum mandi, main, minta dll), latihan menggambar garis-garis, mencuci tangan, memakai celana - baju, bermain melempar bola, melompat.
·         Umur 2 – 3 tahun ditambah dengan mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat (besar-kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit dll), menyebutkan nama-nama teman, menghitung benda-benda, memakai baju, menyikat gigi, bermain kartu, boneka, masak-masakan, menggambar garis, lingkaran, manusia, latihan berdiri di satu kaki, buang air kecil / besar di toilet.
Setelah umur 3 tahun selain mengembangkan kemampuan-kemampuan umur sebelumnya, stimulasi juga di arahkan untuk kesiapan bersekolah antara lain : memegang pensil dengan baik, menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana (buang air kecil / besar di toilet), dan kemandirian (ditinggalkan di sekolah), berbagi dengan teman dll. Perangsangan dapat dilakukan di rumah (oleh pengasuh dan keluarga) namun dapat pula di Kelompok Bermain, Taman Kanak - Kanak atau sejenisnya. Pentingnya suasana ketika stimulasi
·         Stimulasi dilakukan setiap ada kesempatan berinteraksi dengan bayi-balita, setiap hari, terus menerus, bervariasi, disesuaikan dengan umur perkembangan kemampuannya, dilakukan oleh keluarga (terutama ibu atau pengganti ibu).
·         Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan kegembiraan antara ibu dan bayi/balitanya. Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-terburu, memaksakan kehendak pengasuh, tidak memperhatikan minat atau keinginan bayi/balita, atau bayi-balita sedang mengantuk, bosan atau ingin bermain yang lain. Pengasuh yang sering marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari pengasuh justru memberikan rangsang emosional yang negatif. Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan pengasuh adalah merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan ditiru atau justru menimbulkan ketakutan bayi-balita.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar