HAND
OUT ASUHAN KALA I
|
Mata
Kuliah : Asuhan
Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir
Topik : Asuhan Kala I
Sub
Topik : 1. Pengurangan
rasa sakit
2. Persiapan persalinan
3. Pemenuhan kebutuhan fisik & psikologis
ibu dan keluarga
4. Tanda Bahaya kala I
5. Pendokumentasian kala I
Dosen : Fitria Desi
Natalina, SST
Waktu : 100 menit
OBJEK PERILAKU SISWA
Setelah
mengikuti perkuliahan, mahasiswa mampu :
a.
Menjelaskan Pengurangan rasa sakit
masa persalinan
b.
Menjelaskan Persiapan persalinan
c.
Menjelaskan Pemenuhan kebutuhan fisik
& psikologis ibu dan keluarga dalam persalinan
d.
Menjelaskan Tanda Bahaya kala I
e.
Menjelaskan Pendokumentasian kala I
REFRENSI
1.
Ai
Yeyeh Rukiyah, Lia Yulianti, Lilik Sulitiawati, Asuhan Kebidanan/Kehamilan,
Jakarta: Trans Info Media, 2011: 50-65.
2.
Ari
Sulistyawati, Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Jakarta: Salemba Medika,
2011: 35-40.
3.
Wiknjosastro Hanifaf. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
4.
JNPK-KR (2013). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR
PENDAHULUAN
Selama kala I persalinan, rencana
penatalaksanaan bidan termasuk memonitor kemajuan persalinan dengan partograf,
memonitor keadaan ibu dan bayi, menganjurkan posisi dan tindakan yang
menyenangkan ibui dan menganjurkan keluarga untuk terlibat dalam mendukung
proses persalinan ibu. Selama persalinan berlangsung normal sesuai dengan
partograf, bidan akan memanfaatkan rencana penatalaksanaan sepanjang kala I.
Untuk menentukan bahwa persalinan berjalan normal, bidan harus mengerti temuan
apa saja yang normal dan temuan yang abnormal. Jika terdapat beberapa temuan
yang abnormal, maka bidan harus segera membuat rujukan
URAIAN MATERI
PENGURANGAN RASA
SAKIT
1. Nyeri Dalam Persalinan
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak
menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2006)
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif
tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus dilatasi dan
penipisan serviks serta penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologi
terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernafasa,
keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot (Arifin, 2008)
Nyeri Persalinan adalah nyeri kontraksi uterus
yang dapat mengakibatkan peningkatan aktivitas sistem syaraf simpatis.
Nyeri adalah rasa tidak enak akibat perangsangan
ujung - ujung saraf khusus. Selama persalinan dan kelahiran pervaginam, nyeri
disebabkan oleh kontraksi Rahim, dilatasi serviks dan distensi perineum. Serat
saraf aferen visceral yang memebawa impuls sensorik dari Rahim memasuki medulla
spinalis pada segmen torakal kesepuluh, kesebelas dan keduabelas serta segmen
lumbal yang pertama (T 10 sampai L1). Nyeri darp perineum berjaln melewati
serat saraf aferen somatic, terutama pada saraf pudendus dan mencapai medulla
spinalis melalui segemen sacral kedua, ketiga dan keempat (S2 dsampai S4).
Serabut saraf sensorik yang dari Rahim dan perineum ini membuat hubungan
sinapsis pada konru medulla spinalis dengan sel yang memeberi aksin yang
merupakan saluran spinatalamik. Selama bagianakhri dari kala I dan disepanjang
kala II, impuls nyeri bukansaja muncul dari Rahim tetapi juga perineum saat
bagian janin melewati pelvis.
2. Teori nyeri
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya
rangsangan nyeri, yaitu :
a. Teori
Pemisahan ( Specificiy Theory). Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke
medulla spinalis (spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah
posterior, kemudian naik ke tractus lissur, dan menyilang di garis median ke
sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut
diteruskan.
b. Teori
Pola ( Pattern Theory), rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke
medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu
respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri,
serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan
nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T.
c. Teori
Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory). Yang dikemukakan oleh melzak dan
wall, teori ini lebih komprehensip dalam menjelaskan tramisi dan presepsi
nyeri, nyeri tergantung dari kerja serta saraf besar dan kecil yang keduanya
berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsang pada serat saraf besar akan
mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat
dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar
dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan
ke dalam medulla spinalis melalui spinalis serat eferen dan reaksinya
memengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat
aktivitas substansia gelatiosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang
aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
d. Teori
Trasmisi dan Inhibisi, adanya stimulus pada noiciceptor memulai implus-implus
saraf, sehingga transmisi implus nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter
yang spesifik. Kemudian, inhibisi implus nyeri menjadi efektif oleh
implus-implus pada serabut-serabut besar yang memblok implusimplus pada serabut
lamban dan endogen opiate system supresif (Hidayat, 2006)
3. Faktor – factor yang mempengaruhi
rasa nyeri dalam persalinan
Salah satu kebutuhan wanita dalam
proses persalnan adalah keringanan rasa sakit. Presepsi rasa sakit, cara yang
dirasakan oleh individu dan reaksi terhadap rasa sakit dipengaruhi oleh
berbagai factor.
a)
Rasa takut atau kecemasan akan
meninggikan respon individual terhadap rasa sakit. Rasa takut terhadap hal yang
tidak diketahui, rasa takut ditinggal sendri pada saat proses persalinan (tanpa
pendamping)dan rasa takut atas kegagalan persalinan dapat meninggalakan
kecemasan. Pengalaman buruk persalinan yang lalu akan menambah kecemasan.
b)
Kepribadian ibu berperan dalam penting
rasa sakit, ibu yang secra alamiah tegang dan cemas akan lebih lemah dalam
menghadapi stress dibanding wanta yang rileks dan percaya diri.
c)
Kelelahan, ibu yang sudah lelah selama
beberapa jam persalinan, mungkin sebelumnay sudah terganggu tidurnay oleh
ketidaknyamanan dari akhir masa kehamilannya akan kurang mampu mentolerir rasa
sakit
d)
Faktor social dan budaya juga berperan
penting dalam reaksi rasa sakit. Beberapa budaya mengahrapkan stoicisme (sabar
dan membiarkanya) sedang budaya lainya mendorong keterbukaan untuk menyatakan
perasaan.
e)
Pengaharapan akan memberi warna pada
pengalaman. Wanita yang realistis dalam pengahrapannya mengenai persalinanya
dan tanggapannya terhadap hal tersebut mungkin adalah persiapan yang terbaik
sepanjang ia merasa percaya diri bahwa ia kan menerima pertolongan dan dukungan
yang diperlukannya dan yakinbahwa ia akan menerima analgesic yang sesuai.
4. Fisiologi Rasa sakit
Jalur rasa sakit atau jalan indra
atas bermula di ujung syaraf pengindraan di tempat terjadinya trauma. Impuls
tersebut menjalar sepanjang syaraf perasa menuju simpul syaraf belakang (dorsal
root ganglion) dari syaraf belakang yang bersangkutan dan diteruskan ke massa
syaraf belakang (posterior horn) dari kumpulan syaraf tulang punggung (sinal
cord) dikenal dengan neuron pertama (first neuron).
a)
Nyeri yang akut
Sensasi semacam ini dikirmkan melalui serabut
delta A yang merupakan serabut syarat besar yang menampung rasa nyeri yang
akut. Rasa sakit jenis ini akan dirasakan sebagai nyeri yang menusuk yang
dengan mudah dapat dilokalisir oelh penderitanya.
b)
Nyeri yang kronis
Jalur nyeri yang kronis adalah sedikit berbeda,
serabut – serabut syaraf yang terlibat adalah sayaraf yang diameternya lebih
kecil dan disebut serabut c. Nyeri kronis sering digambarkan sebgai sakit yang
memebkar yang sulit dilokalir.
c)
Neurotransmitter
Pengiriman rangsangan syarat dilakukan atau
dihambat oleh zat-zat yang disebut neuro transmitter. Zat-zat ini bisa bersifat
merangsang (excitatory) atau menghambat (inhibitory). Mereka berinteraksi untuk
mempertahan kan keseimbangan penelaran rasa nyeri. Salah satu contoh dari
neurotransmitter ini adalah acetylcholine dan satu contoh dari inhibitory
neurotransmitter ialah enkephaline. Larutan anestesi local bertindak dengan
bersaing untuk mencapai reseptor accttycholine pada neuorone dan membendung
aksi tersebut. Metode pengukuran nya rasa sakit yang diberikan selama mendukung
persalinan ialah:
a)
Caranya sederhana
b)
Efektif
c)
Biayanya rendah
d)
Resikonya rendah
e)
Dapat meningkatkan kemajuan persalinan
f)
Hasil luaran janinnya baik
g)
Bersifat sayang ibu
Penny
Simpkin mengatakan cara untuk mengurangi rasa sakit ini ialah : mengurangi
sakit langsung dari sumbernya, memberikan rangsangan alternative yang kuat,
mengurangi reaksi mental negative, emosional dan fisik terhadap rasa sakit.
5. Teknik dukungan untuk cara
mengurangi rasa sakit
Kehadiran
pendamping selama proses persalinan, sentuhan penghiburan dan dorongan orang
yang mendukung, kehadiran pendamping sangat besar artinya karena dapat membantu
ibu saat proses persalinan. Pendamping ibu saat proses persalinan sebaiknya
adalah orang yang peduli pada ibu dan yang paling penting adalah orang yang
diingkin ibu untuk memdampingi ibu selama proses persalinan.
Perubahan
posisi dan pergerakan, ibu mungkin memerlukan bantuan untuk dan menemukan
posisi yang nyaman, untuk membantu ibu agar ibu tetap tenang dan rileks sedapat
mungkin bidan tidak boleh memaksa posisi yang telah dipilih ibu, bidan hanya
menyarankan alternative-alternatif apabila tindakan ibu tidak efektif.
Sentuhan dan
masase, relaksasi sentuhan mungkin akan membantu ibu rileks dengan cara
pasangan menyentuh atau mengusap bagian tubuh ibu. Pemijatan secara lembut akan
membantu merasa lebih segar, rileks dan nyaman selama persalinan. Sebuah
penelitian menyebutkan ibu yang dipijat 20 menit setiap jam selama tahapan
persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal itu terjadi karena pijat merangsang
tubuh melepaskan senyawa endorphin yang merupakan pereda sakit alami. Endorphin
jiga dapat diciptakan perasaan nyaman dan enak.
Dalam
persalinan, pijat juga dapat membantu ibu merasa lebih dekat dengan orang yang
merawatnya. Sentuhan seseorang yang peduli yang ingin menolong merupakan sumber
kenikmatan saat ibu sakit, lelah, takut. Bagian tubuh ibu yang dipijat adalah
kepala, leher, punggung dan tungkai. Saat melakukan pemijatan dapat menggunakan
minyak sayur, minyak pijat atau sedikit bedak supaya tengan agak licin dan ibu
merasa nyaman.
Umumnya, ada 2
teknik pemijatan yang dilakukan dalam persalinan, yaitu effleurage dan counterpressure.
Effleurage adalah teknik pemijatan
berupa pemijatan lembut, lambat atau panjang tidak putus-putus. Tekinik ini
menimbulkan efek relaksasi. Dalam, persalinan effleurage dilakukan dengan menggunakan ujung jari yang ditekan
lembut dan ringan. Lakukan usapan dengan ringan dan tnapa tekanan kuat, tetapi
usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit.
Pijat
counterssure adalah pijat tekanan kuat dengan cara meletakkan tumit tangan atau
bagian datar dari tangan, atau juga dengan menggunakan bola tenis. Tekanan
dapat diberikan dalam gerakan lurus atau lingkaran kecil. Teknik ini efektif
menghilangkan sakit punggung akibat persalian. Namun perlu disadari bahwa ada
ibu yang tidak bisa dipijat, bahkan disentuh saat mangalami kontraksi, hal ini
disebabkan karena kontraksi sedemikian kuatnya sehinggaa ibu tidak sanggup lagi
menerima rangsangan apapaun pada tubuh. Bidan harus memahami hal ini dan
menghormati keinginan ibu.
Panas buatan
dan dingin buatan, pemanasan merupakan metode sederhana yang digunakan pada ibu
untuk meredekan rasa sakit. Dalam persalinan, panas buatan dapat dilakukan
dengan cara meletakkan botol air panas yang dibungkus denganhanduk di punggung,
menggukan kantong kain berisi kulit ari beras/gandum yang dipanaskan beberapa
menit di microwave, melakukan pemijatan denga cara menggosokan tangan
pendamping persalainan di punggung ibu.
Pijat ini akan menghangatkan kulit sekaligus merangsang tubuh melepaskan
senyawa alamiah pereda sakit. Dingin buatan dapat dilakukan dengancara mengompres
punggung ibu menggunakan air es menggunakan washlap atau kantong kompres khusus
untuk es.
Pencelipan air
di dalam air, Air dapat mengatasi rasa sakit Karena dapat menyebabkan
relaksasi, jika ibu merasa tegang, kontraksi menjadi sangat menyakitkan
sehingga dapat menyebabkan pembukaan serviks tidak lancer. Air membantu ibu
lebih rileks dan lebih dapat mengendalikan diri menghadapi kontraksi sehingga
tidak terlalu menyakitkan. Selain itu di dalam air oto-otot ibu mengendur.
Pengeluran
suara (pernafasan), teknik pernafasan yang tepat dapat mengurangi rasa sakit
persalinan. Teknik pernafasan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pernafasan pada
kala awal dan teknik peranafasan pada kala 1 akhir.
1.
Teknik pernafasan kala 1 awal,
dilakukan dengan cara tiap kali kontraksi dari awal sampai akhir kontrakasi ibu
diminta untuk menarik nafas dalam-dalam dan teratur melalui hidung dan kluarkan
lewat mulut. Pada puncak kontraksi bernafaslah dengan ringan dan pendek-pendek
melalui mulut tetapi jangan terlalu lama karena bisa mengakibatkan ibu kekurangan
oksigen.
2.
Teknik pernafsan kala 1 akhir,
kontraksi pada kala 1 akhir akan terjadi selama satu menit dan bisa terasa
setiap menit. Agar ibu tidak mengejan terlalu awal minta ibu untuk mnegatakan
“huh” huh, “pyuh”, sambil bernafas pendek-pendek lalu bernafaslah panjang.
Setelah itu, bernafaslah perlahan dan teratur. Masa transisi ini merupakan masa
yang paling sulit karena kontraksi akan sangat kuat, tetapi serviks belom
membuka seluruh nya. Pada tahap ini, minta ibu jangan mengejan terlebih dahulukarena
akan menyebabkan serviks oedema.
Visualisasi
dan pemutusan perhatian, para penggagas metode ini percaya melahirkan dapat
menyenangkan jika ibu melibatkan otak kanandalam proses persalinannya..
sehari-hari, manusia lebih bnayak bekerja dengan menggunakan otak kiri. Disisi
lain, tak kanan menyimpan memori tentang keindahan, keyakinan, imajinasi, dan
fantasi sering tidak diperdayakan.
Padahal,
dengan otak kanan kita mampu menyembuhkan diri dan menghilangkan rasa sakit
termasuk dalam persalinan. Pemberdayaan otak kanan untuk persalinan yang bebas
sakit pada dasar nya menanamkan keyakinan “melahirkan itu tidak sakit”. Hal ini
tidak mudah diterima begitu saja sehingga otak kanan harus difungsikan meyakini
nya. Otak kanan adalah bagian yang mampu memvisualisasikan sesuatu seolah-olah
sedang berda ditaman bunga dan bayi sudah bersam ibu. Saat otak kanan memcapai
8-13 Hz ternyata kondisi ini merupakan gelombang alfa atau relaksasi. Seseorang
lebih mudah untuk memvisualisasikan serta merasa lebih nyaman dan tenang.
Sehingga tingkat stress tinggi. Orang mudah merasa sakit, letih dan jenuh.
Setiap ibu bisa melakukan visualisasi , sebaiknya dilakukan sejak kandungan
berusia dua bulan atau paling lambat tujuh bulan dengan visualisasi, ibu juga
dibantu untuk tenang dan menghilangkan trauma atau naluri ekstra bawah sadar.
Ibu dapat berlatih visualisasi dalam waktu 7 x 2,5 jam ( lebih baik dibawah
bimbingan pelatih profisioanal). Music dapat membantu ibu mngalihkan perhatian
dari rasa nyeri sehingga ibu merasa rileks.
6. Metode dan obat penghilang rasa
sakit.
Rasa sakit juga dapat dihilangkan dengan
menggunakan beberapa metode atau pemberian obat-obatan penghilang rasa sakit,
misalnya pethidin, anastesi pedural, entonox, TENS atau ILA (Intrathecal
Labooour Analgesia). Namun, belum semua metode dan obat ada di Indonesia.
a)
Pethidin,
pemberian pethidin akan membuat tenang, rileks, malas bergerak dan terasa
mengantuk, tetapi tetap sadar. Obat ini beraksi 20 menit, kemudian akan bekerja
selama 2-3 jam dan biasanya disuntikan di berikan pada kala 1. Obat biasanya di
bagian paha atau pantat. Penggunaan obat
ini juga menyebabkan banyi mengantuk, tetapi pengaruhnya akan hilang setelah
bayi lahir. Pethidin tidak diberikan secara rutin, tetapi diberikan pada
keadaan kontraksi Rahim yang terlalu kuat.
b)
Anastesi
epidural, metode ini paling sering dilakukan karena
kemungkinan ibu untuk tidak merasa sakit tanpa tidur. Obat anastesi disuntikan
pada organ kosong tipis (epidural) diantara tulang punggung bagian bawah.
Spesialis anastesi akan mamasang kateter untuk mengalirkan obat yang
mengakibatkan saraf tubuh bagian bawah matirasa selama 2 jam, sehingga rasa
sakit tidak terasa. Pemberian obat harus diperhitungkan agar tidak ada pengaruh
nya paada kala II persalinan, jika tidak maka ibu akan mengedan lebih lama.
c)
Entonox,
metode ini menggunakan campuran oksigen
dan nitrous oxide, dapat menghilangkan rasa skit, efeknya lebih ringan dari
pada epidural dan dapat digunakan sendiri. Jika kontraksi mulai terasa, pegang
masker di muka, lalu tarik nafas dalam-dalam. Rasa sakit akan berkurang dan
kepala terasa sakit lebih ringan.
d)
Tens,
metode
penghilang rasa sakit menggunakan mesin TENS (transcutaneous Electrical Nerves
Stimulation) dipilih jika rasa sakit ingin hilang tanpa menggukan obat. Mesin
ini merupakan suatu sensor elektronik yang membantu tubuh menahan rasa sakit
dengan mengirim arus pulsa arus listrik ke punggung. Beberapa elektroda
ditempelkan diatas saraf punggung. Menuju dan dihubungkan dengan panel control
yang dipegang untuk menambah atau mengurangi arus listrik. Alat ini mudah
digunakan dan tidak membahayakan.
e)
Intrathecal
Labour Analgesia, intrathecal labour analgesia (ILA)
adalah suatu teknik baru untuk menghilangkan nyeri persalinan yang hamper mirip
dengan epidural, tetapi tadi berbeda pada lokasi dan cara pemberian obat
anastesinya. Pada ILA, obat anastesi disuntikan intratekal, suatu daerah
sedikit di atas epidural dan dosis obat yang diberikan lebih sedikit
dibandingkan epudural. Keuntunganaa dari teknik ILA disbanding epidural dalah
lebih aman karena dosis obat lebih sedikit, lebih mudah dilakukan, dan biayanya
relative lebih murah.
PERSIAPAN PERSALINAN (DEPKES RI 2007)
1. Mempersiapkan
Ruangan untuk Persalinan dan Kelahiran Bayi
Persalinan
dan kelahiran bayi mungkin terjadi di rumah (rumah ibu maupun kerabat), di
tempat bidan, Puskesmas, Polindes atau Rumah Sakit. Pastikan ketersediaan
bahan-bahan dan saran yang memadai. Laksanakan upaya PI sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan (JNPK-KR, 2007).
Di manapun
persalinandan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal-hal pokok seprti berikut:
ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan
terlindung dari tiupan angina; sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan
dan memandikan sebelum dan sesudah melahirkan; Air DTT (air yang didihkan atau
didinginkan) untuk membersihkan vulva dan perenium sebelum melakukan
pemerikasaan dalam dan membersihkan perenium setelah melahirkan.
Kecukupan
air bersih, klorin, deterjen, kain pemversih, kain pel dan sarung tangan karet
untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi dan proses
peralatan.
Kamar mandi
yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolongan persalinan. Pastikan
bahwa kamar mandi telah di dekontaminasikan dengan larutan klorin 0,5%,
dibersihkan dengan deterjen dan iar sebelum persalinan dimulai dan setelah bayi
lahir.
Tempat yang
lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan, melahirkan bayi
dan untuk memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan. Pastikan
bahwa ibu mendapatkan privasi yang dinginkan.
Penerangan
yang yang cukup, baik siang hari maupun malam hari; tempat tidur yang bersih
untuk ibu, tutupi kasur dengan dengan plastic atau lembarab yang mudah
dibersihkan jika terkontaminasi.
Meja yang
bersih untuk menaruh tempat tidur peralatan persalinan, meja untuk tindakan
resusitasi bayi baru lahir (JNPK-KR,2007).
2. Persiapan
Perlengkapan, Bahan-bahan dan Obat-obatan yang Diperlukan
Pastikan
kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta dalam keadaan
siap pakai pada setiap persalinan daan kelahiran bayi. Jika tempat persalinan
dan kelahiran bayi jauh dari fasilitas kesehatan, bawalah semua keperluan
tersebut kelokasi persalinan. Ketidak mampuan untuk menyediaankan semua
perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obtan esensial pada saat diperlukan akan
meningkatkan resiko terjadinya penyulit pada ibu dan bayi baru lahir sehingga
keadaan ini dapat membahayakan keselamatan jiwa mereka (JNPK-KR,2007).
a. Pada
setiap persalinan dan kelahiran bayi: periksa semua peralatan sebelum dan setelah memberikan
asuhan. Segera ganti peralatan yang hilang atau rusak; Periksa semua
obat-obatan dan bahan-bahan sebelum dan setelah menolong persalinan dan
melahirkan bayi. Segera ganti obat apapun yang telah digunakan atau hilang;
pastikan bahwa perlengkapan dan bahan-bahan sudah bersih dan siap pakai. Partus
set, peralatan unytuk melakukan penjahitan, dan peralatan untuk resusitasi bayi
baru lahir sesudah dalam keadaan DTT atau steril (JNPk-KR,2007).
PEMENUHAN KEBUTUHAN FISIK DAN
PSIKOLOGIS IBU DAN KELUARGA
Lima kebutuhan wanita dalam persalinan
antara lain
Asuhan fisik
dan psikologi, kehadiran seorang pendamping secara terus menerus, pengurangan
rasa sakit, penerimaan atas sikap dan perilakunya, informasikan kepastian
tentang persalinan yang aman.
1. Memberikan
asuhan sayang ibu
Persalinan
aadalah saat menegangkan dan dapat menggugah emosi ibu dan kluarga nya atau
bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Upaya untuk
mengatasi gangguan emosional dan pengalaman yang mengangkat tersebut sebaiknya
dilakukan melalui asuhan saying ibu selama persalinan dan proses kalahiran
bayinya (JNPK-KR,2007).
Prinsip-prinsip
umum asuhan sayang ibu adalah: menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak
dengan tenang dan berikan dukungan penuh selama persalinan dan kelahiran bayi;
jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau anggota kluarga; anjurkan
suami dan anggota keliarga ibu untuk hadir dan memberikan dukungan nya. Waspadai gejala atau tanda penyulit selama
proses persalinan dan lakukan tindakan sesuai jika diperlukan; siap dengan
rencana rujukan (JNPK-KR,2007).
Asuhan
sayang ibu selama persalinan termasuk: memberikan dukungan emosional, membantu pengaturan posisi
ibu, memberikan cairan dan nutrisi, keleluasan untuk menggunakan kamar mandi
secara taratur, pencegahan infeksi (JNPK-KR2007).
Perawatan
fisik: kebersihan
dan kenyaman, wanita yang sedang bersalin akan merasa sangat panas dan
berkeringat banyak. Bila memungkinkan ibu bisa mandi dan beganti pakaian, atau
bila tidak cukup dengan menyeka tubuh nya dan mengganti pakaiannya. Baju yang
bersih dan terbuat dari bahan katun akan membuat ibu berasa nyaman. Mulut nya
bisa disegarkan derngaan jalan menggosok gigi atau mouthwash.
2. Mengatur
posisi
Anjurkan
ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan melahirkan
bayi serta anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti
posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau
merangkak. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau atau jongkok dapat
membantu turunnya kepala bayidan seringkali memperndek waktu persalinan. Bantu
ibu untuk sering berganti posisi selama persalinan. Beritahukan pada ibu untuk
tidak berbaring terlentang labih dari 10 menit. Jika ibu berbaring terlentang
maka berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban, plasenta, dll) akan
menekan vena cava inferior. Hal ini akan mengakibatkan turun nya aliran darah
dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan hipoksia
atau kekurangan pasokan oksigen pada janin. Selain itu, posisi terlentang
berhubungan dengan gangguan terhadap proses kemajuan persalinan (JNPK-RK,
2007).
Rasa sakit
akibat konrtaksi akan semakin terasa sesuai dengan tambahan pembukaan serviks.
Ibu mungkin memerlukan bantuan untuk mencari dan menemukan posisi yang nyaman.
Dan ada beberapa posisi tertentu yang dapat membantu mengurangirasa sakit,
misalnya posisi duduk, bersandar tegak, bersandar kedepan, berlutut kedepan,
murut punggung atau bersandar pada suami.
Pada kala
1, biasaya secara naluri ibu bergerak mencari posisi yang nyaman dan tetap pada
posisi tersebut selama kala 1. Posisi yang dianjurkan adalah:
1.
Posisi terlentang (supine)
Posisi ini juga menyebabkan waktu persalinan menjadi
lebih lama, besar kemungkinan terjadinya laserasi perineum dan dapat
mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.
Dan juga menyebabkan beberapa hal
seperti : Dapat menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya
menekan aorta, vena cava inferior serta pembuluh-pembuluh darah lain sehingga
menyebabkan suplai darah ke janin menjadi berkurang, dimana akhirnya ibu dapat
pingsan dan bayi mengalami fetal distress ataupun anoksia janin.
a.
Ibu mengalami gangguan untuk bernafas.
b.
Buang air kecil terganggu.
c.
Mobilisasi ibu kurang bebas.
d.
Ibu kurang semangat.
e.
Resiko laserasi jalan lahir bertambah.
f.
Dapat mengakibatkan kerusakan pada
syaraf kaki dan punggung.
g.
Rasa nyeri yang bertambah.
2.
Posisi duduk/setengah duduk
Posisi ini akan membantu dalam
penurunan janin dengan bantuan gravitasi bumi untuk menurunkan janin kedalam
panggul dan terus turun kedasar panggul. Posisi berjongkok akan memaksimumkan
sudut dalam lengkungan Carrus, yang akan memungkinkan bahu besar dapat turun ke
rongga panggul dan tidak terhalang (macet) diatas simpisis pubis. Dalam posisi
berjongkok ataupun berdiri, seorang ibu bisa lebih mudah mengosongkan kandung
kemihnya, dimana kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat penurunan
bagian bawah janin
3.
Posisi jongkok/ berdiri
Jongkok atau berdiri memudahkan penuran
kepala janin, memperluas panggul sebesar dua puluh delapan persen lebih besar
pada pintu bawah panggul, memperkuat dorongan meneran. Namun posisi ini
beresiko terjadinya laserasi ( perlukaan jalan lahir). Dalam posisi
berjongkok ataupun berdiri, seorang ibu bisa lebih mudah mengosongkan kandung
kemihnya, dimana kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat penurunan
bagian bawah janin.
4.
Berbaring miring kekiri
Posisi berbaring miring kekiri dapat
mengurangi penekanan pada vena cava inferior sehingga dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya hipoksia, karena suplay oksigen tidak terganggu, dapat
member suasana rileks bagi ibu yang mengalami kecapekan dan dapat pencegahan
terjadinya laserasi/robekan jalan lahir.
5. Posisi merangkak
Posisi ini akan meningkatkan oksigenisasi bagi bayi dan bisa mengurangi rasa
sakit punggung bagi ibu. Posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan dengan
rasa sakit punggung, mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta peregangan
pada perineum berkurang. Posisi merangkak juga dapat membantu penurunan
kepala janin lebih dalam ke panggul
CARA MENERAN
Beberapa cara meneran menurut berbagai
sumber yang dapat dilakukan yaitu :
1.
Menurut Manuaba cara meneran yaitu :
a)
Anjurkan ibu untuk meneran sesuai
dengan dorongan alamiahnya selama kontraksi.
b)
Jangan anjurkan untuk menahan nafas
pada saat meneran.
c)
Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan
beristirahat diantara kontraksi.
d)
Jika ibu berbaring miring atau setengah
duduk, ibu mungkin merasa lebih mudah untuk meneran jika ia menarik lutut
kearah dada dan menempelkan dagu ke dada.
e)
Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat
bokong saat meneran.
f)
Jangan melakukan dorongan pada fundus
untuk membantu kelahiran bayi.
2.
Menurut JNPK-KR (2007), dorongan
pada fundus meningkatkan resiko distosia bahu dan rupture uteri. Cegah setiap
anggota keluarga yang mencoba melakukan dorongan pada fundus. Untuk
mengkoordinasikan semua kekuatan menjadi optimal saat his dan mengejan dapat
dilakukan hal-hal sebagai berikut
a.
Parturien diminta untuk merangkul kedua
pahanya, sehingga dapat menambah pembukaan pintu bawah panggul.
b.
Badan ibu dilengkungkan sampai dagu
menempel di dada, sehingga arah kekuatan menuju jalan lahir.
c.
His dan mengejan dilakukan bersamaan
sehingga kekuatannya optimal.
d.
Saat mengejan ditarik sedalam mungkin
dan dipertahankan dengan demikian diafragma abdominal membantu dorongan kearah
jalan lahir.
e.
Bila lelah dan his masih berlangsung,
nafas dapat dikeluarkan dan selanjutnya ditarik kembali utnuk dipergunakan
mengejan.
3.
Menurut Sarwono ada 2 cara mengejan
yaitu :
a)
Wanita tersebut dalam letak berbaring
merangkul kedua pahanya sampai batas siku, kepala sedikit diangkat sehingga
dagu mendekati dadanya dan dapat melihat perutnya
b)
Sikap seperti diatas, tetapi badan
dalam posisi miring kekiri atau kekanan tergantung pada letak punggung janin,
hanya satu kaki dirangkul, yakni kaki yang berda diatas. Posisi yang menggulung
ini memang fisiologis. Posisi ini baik dilakukan bila putaran paksi dalam belum
sempurna.
HAL-HAL YANG PERLU
DIPERHATIKAN
Menurut Sarwono
(2002), juga ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat mengejan, yaitu
:
1.
Mengejan hanya diperbolehkan sewaktu
ada his dan pembukaan lengkap.
2.
Pasien tidur terlentang, kedua kaki
difleksikan, kedua tangan memegang kaki atau tepi tempat tidur sebelah atas,
bila kondisi janin kurang baik, pasien mengejan dalam posisi miring.
3.
Pada permulaan his, pasien disuruh
menarik nafas dalam, tutup mulut, mengejan sekuat-kuatnya dan selama mungkin,
bila his masih kuat menarik nafas pengejanan dapat diulang kembali. Bila his
tidak ada, pasien istirahat, menunggu datangnya his berikutnya.
a) Kontak
fisik, ibu mungkin
tidak ingin bercakap-cakap tetapi mungkin akan merasa nyaman dengan kontak
fisik. Suami hendaknya dianjurkan untuk memengang tangannya, menggosok punggung
nya, menyeka wajahnya dengan washlap atau hanya mendekapnya. Suatu saat mungkin
ada baiknya untuk meninggal kedua pasangan itu sendirian jika mereka
menginginkan nya.
b) Pijatan,
wanita yang menderita sakit punggung
atau nyeri selama persalinan mungkin akan merasakan pijatan yang saangat
meringakan bidan atau suami ibu bisa melakaukan pijatan yang sangat meringakan.
Bidan atau suami bisa melakukan pijatan melingkar dibagian lumbosacralnya
dengan menggunakan bedak aatau body lotion untuk mengurangi fiksi. Pijatan
mendalam diberikan dengan diberikan dengan tekanan dengan telapak trangan, buku
jari atau benda-benda seperti bola tenis. Sebagian wanita mungkin akan
merasakan pijatan pada abdominal menyenangkan, elusan ringan diatas seluruh
perut dan menggunakan kedua tangan dan dengan ujung jari menyentuh symphisis
pubis, melintas diatas fundus uteri dan kemudian turun kedua sisi perut.
Sebagian mungkin bawah mungkin lebh menyukai teknik kedua tangan yang sama
melintas bagian bawah abdomen dimana rasa nyeri kontraksi uterus bisa
nyadirasakan, wanita juga suka melakaukannya sendiri.
3. Perawatan
kandung kemih dan perut
Anjurkan
ibu untuk mengosongkan kandung kemih secara rutin selama persalinan, ibu harus
berkemih setidaknya 2 jam atau lebih sering jika ibu ingin merasa berkemih atau
jika kandung kemih tersa penuh. Periksa kandung kemih sebelum memeriksa DJJ (amati
atau lakukan palpasi tepat diatas simpisis pubis untuk mengetahui apakah
kandung kemih penuh).
Anjurkan
dan antarkan ibu berkemih dikamar mandi. Jika ibu tidak dapat berjalan kekamar
mandi berikan wadah urine. Who dan asosiasi rumah sakit dengan kamar mandi atau
tolet yang tingginya frekuensi penggunaan, lalu lintas adntar ruangan, potensi
cemara, mikroorganisme, percikan air atau lantay yang basah akan meningkatkan
resiko infeksi noaokomil terhadap ibu, bayi batu lahir dan penolong sendiri
(JNPK-RK,2007).
Hindarkan
terjadinya kandung kemih yang penuh karena berpotensi untuk Memperlambat turunnya
janin ndan ganguan kemajuan persalianan menyebabkan ibu untuk tidak nyaman;
meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia
uteri; mengganggu penatalaksanaan distosia bahu; meningkatkan resiko infeksi
sluran kemih paska persalinan ( JNKP-RK, 2007).
Anjurkan
ibu untuk buang air besar jika perlu. Jika ibu ingin buang air besar saat fase
aktif persalinan, lakukan periksa dalam untuk memastikan bahwa apa yang
dirasakan ibu bukan disebabkan oleh tekanan bayi pada rectum. Bila memang bukan
gejala kala kala II persalinan maka ijinkan ibu atau perbolehkan ibu untuk ke
kamar mandi. Jangan melakukan klisama secara rutin selama persalinan. Klisma
tidak akan memperpendek waktu persalinan, menurunkan angka infeksi bayai baru
lahir atau infeksi lika pasca persalinan dan malahan akan meningkatkan jumlah
tinja yang kluar selama kala II persalinan (JNKP-RK, 2007).
4.
Pemberian cairan dan nutrisi:
Anjurkan
ibu untuk mendapatkan asupan (makan ringan dan munum air) selama persalinan dan
proses kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten
persalinan tetapi seytelah memasuki fase aktif mereka hanya ingin mengkonsumsi
cairan saja. Anjurkan angagoata keluarga sesering mungkin menawarkan ibu minum
dan makan ringan selama proses persalinan. Makanan ringan dan asupan cairan
yang cukup selama persalaainan akan memberikan lebih banyak energy dan mencegah
dehidrasi. Dehidrasi bis memperlambat kontraksi dan/atau membuat kontraksi
menjadi tidak teratur dan kurang efektif (JNKP-KR,2007).
5. Dukungan
emosional
Dukungan
dan ajurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama
persalinan dan proses kelahiran bayi. Anjurkan mereka untuk berperan aktif
dalam mendukung dan mengenali berbagai upaya yang mungkin sangat membantu
kenyaman ibu. Hargai keinginan ibu untuk menghindirkan teman atau saudara yang
secara khusus diminta untuk menemaninnya (JNPK-RK,2007).
Bekerja
bersama anggota keluarga untuk mengucapkan kata-kata yng berdasarkan hati dan
pijian kepada ibu, membantu ibu bernafas secara benar pada saat kontraksi;
memijat punggung, kaki atau kepala ibu dan tindakan-tindakan yang bermanfaat
lain ny; menyeka muka ibu secara lembut dengan menggunakan kain yang dibasahi
air hangat atau dingin; menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa ama
(JNPK-KR,2007).
6. Pencegahan
infeksi
Menjaga
lingkungan tetap bersih merupakan hal penting dalam mewujudkan persalinan yang
bersih dan aman bagi ibu fdan bayiny. Hal ini merupakan unsur penting dalam
asuhan saying ibu. Kepatuhan dalam menjalankan praktik-praktik pencegah infeksi
yang baik, juga akan melindungi penolong persalinan dan kluarga ibu dari
infeksi. Ikuti praktik-praktik pencegah infeksi yang telah telah ditetapkan
untuk mempersiapkan persalinan dan proses kelahiran bayi. Anjurkan ibu untuk
mandi pada saat awal persalinan dan pastikan ibu memakai pakaian yang bersih.
Cuci tangan sesering mungkin, gunakan peralatan steril atau DTT dan gunakan sarung
tangan saat diperlukan. Anjurkan anggota keluarga untuk mencuci tangan mereka
sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan ibu dan bayi/atau bayi baru lahir.
Pencegahan infeksi saangat penting daklam menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan keterampilan untuk melaksanakan
prosedur pencegahan infeksi baik dan benar juga dapat melindungi penolong
persalianan terhadap resiko infeksi (JNPK-KR, 2007).
TANDA BAHAYA KALA I
Tanda bahaya kala 1 dapat diketahui dari hasil anamnesis
maupun observasi/pengamatan kala 1 –> meliputi keadaan ibu dan janin. Temuan-temuan tanda bahaya kala 1
dari hasil anamnesis dan pemeriksaan :
a. Perdarahan pervaginam selain lendir bercampur
darah (show). Tindakan : baringkan ibu miring, pasang infuse RL atau garam
fisiologis (NS) ukuran vena catether 16/18, rujuk segera dan dampingi.
b. Ketuban pecah disertai dengan keluar mekonium
kental. Tindakan: baringkan ibu miring, pantau ketat DJJ, segera rujuk dan
dampingi (membawa partus set dan penghisap lender De Lee).
c. Tanda-tanda atau gejala infeksi –> temperature >380 C, menggigil, nyeri abdomen, cairan ketuban berbau. Tindakan :
baringkan ibu miring, pasang infuse RL atau garam fisiologis (NS) ukuran vena
catether 16/18 dengan dosis 125 cc/jam, segera rujuk dan dampingi.
d. Tekanan darah lebih dari 160/110 mmHg dan atau
terdapat protein urine (pre eklamsia). Tindakan : baringkan ibu miring, pasang
infuse RL atau garam fisiologis (NS) ukuran vena catether 16/18, berikan dosis
awal 4 gram MgSO4 20% parenteral (IV) selama 20 menit, berikan 10 gram MgSO4
50% parenteral (IM), segera rujuk dan dampingi.
e. DJJ kurang dari 110 atau lebih dari 160 kali
per menit pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit –> dikatakan gawat janin. Tindakan : baringkan ibu miring, pasang
infuse RL atau garam fisiologis (NS) ukuran vena catether 16/18 dengan dosis
125 cc/jam, segera rujuk dan dampingi.
f.
Tanda
dan gejala syok –> nadi cepat dan lemah (lebih dari 110 kali per
menit), TD menurun (sistolik kurang dari 90 mmHg), pucat, berkeringat atau
kulit lembab dan dingin, nafas cepat (lebih dari 30 kali per menit), cemas dan
bingung atau tidak sadar, dan produksi urine sedikit (kurang dari 30 mL/jam).
Tindakan : baringkan ibu miring (jika mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk
meningkatkan aliran darah ke jantung), pasang infuse RL atau garam fisiologis
(NS) ukuran vena catether 16/18 dengan dosis awal 1 liter dalam waktu 15 – 20
menit dan dilanjutkan dengan 2 liter dalam 1 jam pertama kemudian turunkan
dengan dosis 125 mL/jam, segera rujuk dan dampingi.
g. Tanda dan gejala fase laten memanjang pembukaan cerviks kurang dari 4 cm setelah 8
jam, kontraksi teratur (lebih dari 2 kali dalam 10 menit). Tindakan : segera
rujuk dan dampingi.
h. Tanda dan gejala partus lama –> pembukaan fase aktif melebihi garis waspada (pada partograf),
pembukaan cerviks kurang dari 1 cm tiap jam, frekuensi kontraksi kurang dari 2
kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik. Tindakan : rujuk segera
dan dampingi.
PENDOKUMENTASIAN
KALA I
Menurut
Helen Varney’s 2007, alur berfikir bidan saat menghadapi kimen meliputi tujuh
langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oelh seorang bidan
melalui proses berfikir sistematis, maka di dokumentasikan dalam bentuk SOAP,
yaitu :
Langkah
1
Data
Subjektif
Menggambarkan
pendokumentasian hanya pengumpulan data klien melalui anamnesis tanda gejala
subjektif yang diperoleeh dari hasil beryanya dari pasien, suami atau keluarga
(identitas umu, keluhan, riwayat menarche, riwayat perkawinan, riwayat
kehamilan, riwayat persalinan, riwayat kb, riwayat penyakit kelurga, riwayat
openyakit keturunan, riwayat psikososial dan pola hidup).
Tujuan anamnesis
adalah mengumpulakn informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan
persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk
emnentukan diagnosis dan mengembangkan rencana atau perawatan yang sesuai.
Tanyakan pada ibu :
nama, umur dan alamat, gravid, para dan abortus, hari pertama haid terakhir,
kapan bayi akan dilahirkan (menurut taksiran persalinan), riwayat alargi obat
obatan tertentu, riwayat kehamilan sekrang, pemeriksaan antenatal, amsalah
kehamilan, kapan mulai kontraksi (teratur atau tida, seberapa sering), gerakan
bayi, selaput keptuban sudah pecah (warna, kental.encer, kapan pecahnya), kapan
terkahir makan dan minum, kesulitan dalam berkemih.
Riwayat kehamilan
sebelumnya, masalah selama persalinan atau kelahiran (bedah sesar, ekstraksi
vakum dan forcep, induksi oksitosin, hipertensi yang diinduksi oelh ekhamilan,
pre eklampsia/eklampsia, perdarahan pasca perslinan), berat badan lahir yang
paling besar, bayi bermasalah pada kehamilan dan persalinan sebelumnya.
Riwayat medis lainya
(masalah pernapsan, hipertensi, gangguan jantung, berkemih, dll), masalah medis
lainya ( sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing, atau nyeri epigastrium
bagian atas) pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas atau berbagai bentuk
kekhawatiran lainya.
Langkah
2
Data
objektif
Menggambarkan
pendokumentasian hasil analisa dan fidik klien, hasil laboratorium, dan test
diagnostic lain yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung assessment.
Tanda dan gejala objektif yang diperoleh dan hasil pemeriksaan. (Tekanan darah,
nadi, suhu tubuh, edema pada muka, jari dan tangan, pretibia tungaki bawah.
Warna pucat pada mulut dan conjunctiva,
reflek reflek pada kedua lutut. Abdomen ; ada tidaknya bekas luka operasi
section secaria, pengukuran tinggi fundus uteri (TFU), gerakan janin, kontraksi
uteri, *emeriksaan Leopold I –IV, penurunan kepala janin, mendengarkandetak
jantung janin. Genetelia luar ; luka , cairan, lender darah, eprdarahan, cairan
ketuban. Genetalia dalam : penipisan serviks, dilatasi, penurunan kepala janin,
membrane, selaput bketuban dan pemeriksaan penunjang) .Pemeriksaan dengan inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi.
Perubahan serviks ; kepastian
persalianan dapat ditentukan hanya jika serviks secara progesif menipis dan
membuka, kontraksi yang cukup/adekuat. Kontraksi dianggap adekuat apabila ;
kontraksi terjadi teratur, minimal 3 kali dalam 10 menit, setiap kontraksi
berlangsung sedikitnya 40 detik, uterus mengeras selama kontraksi, misalnya
pemeriksa tidak bisa menekan uterus menggunakan jari anda
Bidan mungkin tidak mempunyai waktu
meengambil riwayat pemeriksaan fisik jika ibu datang saat menjelang persalinan
atau sudah hamper melahirkan, sangatlah penting keseluruhan bagi bidan
bertindak fleksibel pada bagian proses ini, dan emnyesuaikan bagaiman
mengumpulkan informasi mengenai keadaan fisik dan emosi ibu.
1. Pemeriksaan fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk
menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu
bersalin. Informasi dari hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis diolah untuk
membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan
atau perawatan yang paling sesuai dengan kondisi ibu. Jelaskan pada ibu dan
kelurganya tentang apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan dan apa alasanya.
Anjurkan mereka untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan sehingga
mereka memahami kepentingan pemeriksaan.
2. Pemeriksaan Abdomen
Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen,
pastikan dulu bahwa ibu sudah mengosongkan kandung kemihnya, kemudian minta ibu
berbaring. Tempatkan bantal di bawah kepala ndan bahunya dan minta ibu untuk
menekuk lutunya. Jika ibu gugup, beri bantuan agar ia memperoleh rasa nyaman
dengan meminta ibu menarik nafas dalam berualang ulang kali. Jangan biarkan ibu
dalam posisi terlentang dalam waktu lebih dari 10 menit.
3. Menentukan Tinggi Fundus
Pastikan pengukuran dilakukan pada
saat uterus tidak sedang berkontaksi. Ukur tinggi fundus uteri tidak sedang
berkontraksi. Ukur tinggi fundus dengan menggunakan pita pengukur. Mulai dari
tepi tas simpisis pubis kemudian rentangkan pita pengukur hingga ke puncak
mengikuti aksi atau linea medialis dinding andomen. Lebar pita harus menempel
pada dinding abdomen ibu. Jarak anatar tepi atas simpisis pubis dengan puncak
fundus uteri adalah fundus uteri.
4. Memantau Kontraksi Uterus
Gunakan jarum detik yanga ada pada jam
dinsing atau jam tangan untuk memantau kontraksi uterus. Secara hati hati,
letakkan tangan penolong diatas uterus dan palpasi jumlah kontraksi yang
terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi
yang etrjadi. Pada fase aktif persalinan, minimal terjadi 2 kontraksi dalam 10
menit, lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih. Diantara dua kontraksi akan
terjadi relaksasi dinding uterus.
5. Memantau Denyut jantung janin
Gunakan fetoskop pinnards atau Doppler
untuk mendengarkan DJJ dalam rahim ibu dan untuk menhitung denyut jantung janin
perm menit.n Gunakan jarum detik pada jam dinsing atau jam tangan.
6. Menentukan Presentasi
Untuk menentukan presentasi bayi
(apakah presentasi kepala atau bokong). Berdiri di samping ibu dan menghadap
kea rah kepala ibu (minta ibu mengakat tungkai atas dan menekuk lutunya).
Dengan ibu jarri dan jari tengah dari satu tangan (hati hati tapi mantap)
pegang bagian terbawah janin yang mengisi bagian bawah abdomen (diatas simpisi
pubis). Bgaian yang berada di antara ibu jari dan jari tengah penolong adalah
petuunjuk presentasi bayi.
7. Menentukan penurunan bagaian
terbawah janin
Pemeriksaan penurunan bagian terbawah
janin ke dalam rongga panggul melalui pengukuran pada dinding abdomen akan
memberikan tingkat kenyamanan yang lebih baik bagi ibu jika dibandingkan dengan
melakukan periksa dalam (vaginal toucher). Selain itu, cara penilaian di atas (
bila dilakukan secara benar) dapat memebrikan informasi yang sama baiknya dengan
hasil periksa dalam tentang kemajuan persalinan (penurunan bagian terbawah
janin) dan dapat mencegah periksa dalam yang tidak perlu atau berlebihan
Penilian penurunan kepala janin
dilakukan dengan menghitung proporsi bagian terbawah janin yang masih berada di
atas simpisis dan dapat diukur dengan lima jari tangan pemeriksaan (perlimaan).
Bagain di atas simpisis adalah proporsi yang belum masuk pintu atas panggul dan
sisanya (tidak teraba) menunjukkan sejauh mana bagian terbawah janin telah
masuk ke dalam rongga panggul.
8. Penurunan bagian terbawah janin
dengan metode lima jari (perlimaan)
Lima perlimaan (5/5) jika kelima jari
tangan penolong dapat meraba bagian terbawah janin itu artinya kepala belum
masuk PAP,
a.
4/5 jika empat jari tangan penolong
dapat meraba bagian terendah janin berarti sebagian (1/5) bagian terbawah janin
telah memasuki PAP,
b.
3/5 jika tiga jari tangan penolong
daopat meraba bagian terendah janin itu berarti sebagian (2/5) bagian terbawah
janin telah memasuki rongga panggul,
c.
2/5 jika dua jari tangan penolong
dapat meraba bagian terendah janinitu berate hanya sebagian dari bagian
etrbawah janin masih berada di aats simpisis dan 3/5 bagian telah turun
melewati bidang tengah rongga panggul (tridak dapat digerakkan),
d.
1/5 jika satu jaritangan penolong
dapat meraba bagian terendah janin itu berarti bagian 1 dari 5 jari masih dapat
meraba bagian terbawah janin yang berada di atas simpisi dan 4/5 bagian telah
masuk ke dalam rongga panggul,
e.
0/5 jika bagian terbawah janin sudah
tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin
sudah masuk ke dalam rongga panggul.
9. Periksa Dalam
Langkah – langkah dalam melakukan
pemeriksaan dalam termasuk : Tutupi badan ibu sebanyak mungkin dengan sarung
ataus elimut : Minta ibu berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan paha
dibentangkan (mungkin akan membantu jika ibu menempelkan kedua telapak kaki
satu sama lain: Gunakan sarung tangan desinfektan tingkat tinggi atau steril
sat melakukan pemriksaan ; Gunakan kasa atau gulungan kapas desinfektan tingkat
tinggi yang dicelupkan ke air desinfektan tingkatb tinggi/larutan antiseptic.
Basuh labis secara hati-hati, seka dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi
feses (tinja).
Periksa genetalia eksterna, perhatikan
apakah ada luka atau massa (benjolan) termasuk kondilomata, varikositas vulva
atau rectum atau luka parut di perineum. Nilai cairan vagina dan tentukan
apakah ada bercak darah, perdarahn pervaginam atau mekonium ; Jika ada
perdarahan pervaginam, jangan melakukan pemeriksaan dalam ; jika ketuban sudah
pecah, lihat warna dan bau air ketuban. Jika terlihat perwarnaan mekonium,
nilai apakah kental atau encer.
Dengan hati-hati pisahkan labia mayora
dengan jari manis dan ibu jari (gunakan sarung tangan pemeriksa). Masukkan
(hati-hati) jari telunjuk yang diikuti jari tengah. Jangan meneglurakan kedua
jari tersebut sampai pemeriksaan selesai dilakukan. Jika selaput ketuban belum
pecah, jangan melakukan amniotomi. Karena dapat meninggalakan resiko infeksi
terhadap ibu dan bayi serta gawat janin.
Nilai vagina, luka parut di vagina
mengindikasikan adanya riwayat robbekan perineum atau tindakan episiotomy
sebelumnya. Hal ini merupakan informasi penting untuk menentukan tindakan pada
saat kelahiran bayi. Nilai pembukaan dan penipisan serviks; pastikan tali pusat
dan/atau bagian-bagian kecil (tangan tau kaki) tidak teraba pada saat melakukan
pemeriksaan dalam. Jika teraba maka ikuti langkah-langkah gawat darurat dan
segera rujuk ibu.
Nilai penurunan bagian terbawah janin
adalah kepala, pastikan petunjuknya (ubun ubun kecil, ubun ubun besar atau
fontanela magna) dan celah (sutura) sagitalis untuk emnilai derajat penyusupan
atau tumpang tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala janin sesuai dengan
ukuran jalan lahir.
Jika pemeriksaan sudah lengkap,
keluarkan kedua jari (hati-hati) celupkan sarung tangan ke dalam larutan untuk
dekontaminasi, lepaskan kedua sarung tangan secara terbalik dan rendam selama
10 menit.
Cuci kedua tangan dan segera keringkan
dengan handuk bersih dan kering kemudian bantu ibu untuk mengambil posisi yang
lebih nyaman dan tidak lupa dengan menjelaskan hasil – hasil pemeriksaan pada
ibu dan keluarganya.
Langkah berikutnya agar mencatat dan
mengkajhi hasil anmnesa serta pemerikaan fisik.
Dengan memperhatikan prinsip : cata
semua temuan hasil anmnesa dan pemeriksaan fisik secara teliti dan lengkap.
Gunakan informasi yang ada untuk menentukan apakah ibu sudah inpartu, tahapan
dan fase persalinan. Jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm, berarti ibu masih
dalam fase laten kala I persalianan dan perlu penilian ulang 4 jam kemudian.
Jika pembukaan telah ,encapai atau lebih dari 4 cm maka ibu dalam fase aktif
kala I persalinan sehingga perlu dimulai pemantaun kemajuan persalinan dengan
partograf.
Temukan ada tidaknya masalah atau
penyulit yang harus ditatalkasana secara khusus. Setiap kali selesai melakukan
penilain, lakukan kajian data yang terkumpul dan buat diagnosis berdasrakan
informsib tersebut. Susun rencana penatalaksanaan asuhan ibubersalin.
Penatalksanna harus didasarkan pada kajian temuan dan diagnosis.
Jika temuan, diagnosis dan rencana
penatalaknsaan kepda ibu dan kelurga sehingga mereka megerti tentang tujuan
asuhan yang diberikan
Langkah
3
Assesment
Masalah atau diagnose yang ditegakkan
berdsarakan data atau infoemsi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru
baik subjektif dan sering diungkapkan secra terpisah-pisah, maka proses
pengkajian adalah suatu proses dinamik.
Sering menganalisa adalah sesuatu yang
penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin suatu perubahan baru
cepat diketahui dan dapat diikutio sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasi data subjektif
dan objektif dalam suatu identifikasi. Diagnosa adalah rumusan dan ahsil
pengkajian mengenai kondisi klien, hamil ; berdasarkan hasil analisa data yang
didapat; Msalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhab klien
terganggu, kemungkinan menggangu kehamilan atau kesehatan tetapi tidak etrmasuk
dalam diagnose.
Mmebuat diagnose berdasrakan
temuan-temuan dalam riwayat kesehatan, bidan akan dapat mengambil keputusan
apakah ibu dalam persalinan sesungguhnya dan jika benar demikian dalam kala
serta fase berapa ibu sekarang?
Assesment untuk persalinan
sesungguhnya persalinan patut dicurigai juka setelah usia kehimlan 22 minggu
usia kehamilan, ibu nyeri abdomen berulang yang disertai dengan cairan lender
yang mengandung darah atau “show”. Agar daoat mendiagnosa persalinan, bidan
memastikan perubahan serviks dan kontraksi yang cukup.
Langkah
4
Membuat
rencana asuhan (planning).
Selama persalinan dan kelahiran,
rencana suhan seorang bidan harus melakukan assessment dan intervensi agar
dapat memantau perubahantubuh ibu untuk menentukan apakah persalinan dalam
kemajuan yang normal, memeriksa perasaan ibu dan respon fisik tethadap
persalinan memeriksa bagaiman bayi bereaksi saat persalinan dan kelahiran,
membantu memahami apa yang sedang terjadi sehingga ia berperan serta aktif
dalam menetukan asuhan, menolong kelhairan dan memberikan asuhan pasca
persalinan dini, mengenali masalah secepatnya dan mengambil keputusan serta tindakan
yang tepat guna dan tepat waktu.
Assesment dan intervensi berikut yang
perlu dimasukkan dalam rencana asuhan pemantaun terus menerus kemajuan
persalinan menggunakan partograf, epmantaun terus menerus tanda- tanda vital
ibu. Pemantaun terus menerus keadaan bayi, memenuhi kebutuhan hidrasi ibu,
mengajurkan perubahan posisi dan ambulasi, melakukan tindakan yang membrikan
rasa nyaman, menganjrkan kelurga memberiakan dukungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar