HAND OUT DETEKSI DINI KOMPLIKASI PADA IBU MASA
NIFAS
DAN HEALTH EDUCATION
Mata
Kuliah : Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui
Topik :
Deteksi dini
komplikasi pada ibu masa nifas dan health education
Sub
Topik :
1. Deteksi dini
komplikasi pada ibu masa nifas
2. Health education
Waktu
: Rabu, 22
November 2017
Dosen : Fitria DN
OBJEK PRILAKU SISWA
Setelah
perkuliah ini, diharapkan agar mahasiswa mampu :
1. Memahami Deteksi dini
komplikasi pada ibu masa nifas
2. Memahami Health education
REFRENSI
1. Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2010. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
2. Ambarwati, Eny Retna. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.
Jogjakarta: Nuha Medika
3.
Saleha, Sitti. 2009.
Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
4.
Wiknjosastro, Hanifa.
2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
5.
Affandi Biran, dkk, (2007), JNPK-KR
Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial Persalinan, Save The Children Federation
Inc-US dan Jhpiego Corporation, Jakarta.
6.
Ambarwati Retna Eny dan Wulandari
Diah, (2010), Asuhan Kebidanan Nifas, Mitra Cendikia Press,
Jogjakarta.
7.
Anggraini yetti, (2010), Asuhan
Kebidanan Masa Nifas, pustaka Rihama, Yogyakarta.
8.
Bahiyatun, (2009),Buku Ajar
Kebidanan Nifas Normal, ECG, Jakarta.
DETEKSI DINI KOMPLIKASI PADA IBU MASA NIFAS
DAN HEALTH EDUCATION
Masa nifas (puerperium) dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Abdul
Bari, 2002). Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003). Masa nifas
merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi
minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak
hamil yang normal. (F.Gary Cunningham, Mac Donald, 1995).
Masa nifas adalah masa setelah
seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya
kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. (Ibrahim C, 1998).
Tujuan dari pemberian asuhan pada
masa nifas untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologis, melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi, memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan
manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari,
memberikan pelayanan keluarga berencana serta mendapatkan kesehatan emosi.
Kebijakan program nasional pada
masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas,
dengan tujuan untuk :
1.
Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2.
Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan
adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3.
Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi
pada masa nifas.
4.
Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan
mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang
disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan terjadi selama empat jam pertama setelah
kelahiran bayi. Karena alasan ini sangatlah penting untuk memantau ibu secara
ketat segera setelah persalinan. Jika tanda-tanda vital dan kontraksi uterus
masih dalam batas normal selama dua jam pertama pasca persalinan, mungkin ibu
tidak akan mengalami perdarahan persalinan. Penting untuk berada di samping ibu
dan bayinya selama dua jam pertama pasca persalinan.
INFEKSI NIFAS
1.
Definisi
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genital pada waktu
persalinan dan nifas.Demam dalam nifas sering disebabkan infeksi nifas,
ditandai dengan suhu 38 ºC yang terjadi selama 2 hari berturut-turut.Kuman
penyebab infeksi dapat berasal dari eksogen atau endogen (seperti
streptococcus, bacil coli, staphylococcus).
Dengan tanda dan gejala secara umum sebagai berikut:
a) Setelah
24 jam pertama, suhu di atas 37 0 C lebih dari 1 hari. Tetapi
kenaikan suhu tubuh temporal hingga 410C tepat seusai melahirkan (karena
dehidrasi) atau demam ringan tidak lebih dari 380C pada waktu air
susu mulai keluar tidak perlu dikhawatirkan.
b) Rasa
sakit atau tidak nyaman, dengan atau tanpa pembengkakan, di area abdominal
bawah usai beberapa hari melahirkan.
c) Rasa
sakit yang tak kunjung reda di daerah perineal, setelah beberapa hari pertama.
d) Bengkak
di tempat tertentu dan/atau kemerahan, panas, dan keluar darah di tempat insisi
Caesar.
e)
Rasa sakit di tempat
tertentu, bengkak, kemerahan, panas, dan rasa lembek pada payudara begitu
produksi penuh air susu mulai berkurang yang bisa berarti tanda-tanda mastitis.
Infeksi pada dan melalui
traktus genitalis setelah persalinan disebut infeksi nifas. Suhu 380C
atau lebih yang terjadi antara hari ke 2- 10 postpartum dan diukur per oral
sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu
pada masa nifas dianggap sebagai infeksi nifas apabila tidak ditemukan
sebab-sebab ekstragenital (Saifuddin, 2007) Infeksi
peurperium adalah infeksi bakteri yang berasal dari saluran reproduksi selama
persalinan atau puerperium (Varney, 2008).
Penyebab predisposisi infeksi nifas:
a) Persalinan
lama, khususnya dengan pecah ketuban
b) Pecah
ketuban yang lama sebelum persalinan
c) Teknik
aseptik tidak sempurna
d) Bermacam-macam
pemeriksaan vagina selama persalinan, khususnya pecah ketuban
e) Tidak
memperhatikan teknik mencuci tangan
f) Manipulasi
intra uteri (misal: eksplorasi uteri, pengeluaran plasenta manual)
g) Trauma
jaringan yang luas atau luka terbuka, seperti laserasi yang tidak diperbaiki
Hematoma
Hematoma
h) Hemoragi,
khususnya jika kehilangan darah lebih dari 1000 ml
i)
Pelahiran operatif terutama
pelahiran melalui seksio sesaria
j)
Retensi sisa plasenta atau
membran janin
k) Perawatan
perineum tidak memadai
l)
Infeksi vagina/serviks atau
penyakit menular seksual yang tidak ditangani
Faktor Predisposisi
a)
Semua
keadaan yang menurunkan imun, Keadaan Umum dankelelahan seperti : Perdarahan, Diabetes Melitus, preeklampsi, malnutrisi, anemia, pneumonia,
penyakit jantung
b)
Tindakan
obstetrik operatif (pervaginam danperabdominam)
c)
Proses
persalinan bermasalah seperti partus lama atau macet dengan
ketuban pecah lama, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan
ketuban pecah lama, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan
d)
Episiotomi
atau laserasi
e)
Tertinggalnya
sisa plasenta, selaput ketuban danbekuan darah dalam rahim
Mekanisme terjadinya penyakit
a) Manipulasi penolong
b) Infeksi yang didapat di RS
c) Hubungan seks menjelang persalinan
d) Sudah terdapat infeksi intrapartum
2.
Bentuk Infeksi Nifas
a)
Infeksi lokal à luka episiotomi, infeksi vagina
dan serviks
Dengan gambaran klinis :
Pembengkakan luka episiotomi, terjadi pernanahan, perubahan warna lokal,
pengeluaran lokia bercampur nanah, mobilisasi terbatas karena nyeri, temperatur
badan meningkat
b)
Infeksi general à parametritis, peritonitis,
septikemia danpiema
Dengan gambaran klinis : Tampak
sakit dan lemah, suhu meningkat > 39 0C, Tekanan Darah menurun,
Nadi meningkat dan Respiasi menurun hingga sesak, kesadaran gelisah hingga
koma, terjadi gangguan involusi uterus dan lokia : berbau, bernanah serta kotor
c)
Penyebaran infeksi general à berkelanjutan atau
perkotinuitatum, melalui pembuluh darah danlimfa, bekas implantasi plasenta
Patologi
Patologi infeksi nifas sama dengan
infeksi luka. Infeksi itu dapat:
a)
Terbatas pada lukanya (infeksi
luka perineum, vagina, serviks atau endometrium)
b)
Infeksi itu menjalar dari luka ke
jaringan sekitarnya (thrombophlebitis, parametritis, salpingitis, peritonitis)
Pencegahan infeksi nifas
a) Masa kehamilan
1) Mencegah/mengurangi faktor predisposisi
2) Pemeriksaan dilakukan bila ada indikasi
3) Koitus pada hamil tua dikurangi atau dilakukan dengan hati-hati
b) Selama persalinan
1)
Hindari partus lama dan KPD
2)
Menyelesaikan persalinan dengan
trauma sedikit mungkin
3)
Perlukaan karena tindakan
dibersihkan dan dijahit sebaik mungkin
4)
Mencegah terjadinya perdarahan
banyak
5)
Petugas memakai APD
6)
Alat harus steril
c) Selama nifas
1)
Perawatan luka dengan baik
2)
Penderita dengan infeksi
diisolasi
3)
Pengunjung dibatasi
3.
Pengobatan
a. Berikan terapi sesuai indikasi
b. Perawatan luka
c. Lakukan pemeriksaan penunjang (lab à kultur)
4.
Macam-macam infeksi nifas :
a. ENDOMETRITIS
Merupakan jenis infeksi yang paling sering,
kuman-kuman memasuki endometrium biasanya pada luka bekas insersio plasenta dandalam
waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada batas antara daerah yang
meradang dandaerah sehat terdapat lapisan terdiri atas leukosit. Leukosit akan
membuat pagar pertahanan dandisamping itu akan keluar serum yang mengandung zat
anti. Gambaran klinik
tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat trauma
pada jalan lahir. Kadang-kadang lokea tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta
dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokeaometra. Hal ini dapat
menyebabkan kenaikan suhu.
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita pada
hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri, milai hari ke-3 suhunya
meningkat, nadi cepat, namun dalam kurun waktu 1 mingguu keadaan akan menjadi
normal.
Tanda – tanda dan gejala
a. Takikardi
b. Suhu, 38 – 40 derajat
celcius
c. Menggigil
d. Nyeri tekan uterus
e. subinvolusi
f.
distensi abdomen
g. lokea sedikit dan
tidak berbau, atau banyak, berbau busuk, mengandung darah, dan seropuralen
h. jumlah sel darah
putih meningkat
Menurut Varney, H. (2001),
hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi pada wanita adalah:
1.
Waktu persalinan lama,
terutama disertai pecahnya ketuban.
2.
Pecahnya ketuban
berlangsung lama.
3.
Adanya pemeriksaan vagina
selama persalinan dan disertai pecahnya ketuban.
4.
Teknik aseptik tidak
dipatuhi.
5.
Manipulasi intrauterus
(pengangkatan plasenta secara manual).
6.
Trauma jaringan yang
luas/luka terbuka.
7.
Kelahiran secara bedah.
8.
Retensi fragmen
plasenta/membran amnion.
10. Endometritis
biasa terjadi setelah kejadian aborsi ,
kelahiran kembar ,
serta kerusakan jalan kelahiran sesudah melahirkan.
PENATALAKSANAAN
1.
Antibiotika ditambah drainase
yang memadai merupakan pojok sasaran terpi. Evaluasi klinis dari organisme yang
terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi
dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotik.
2.
Cairan intravena dan elektrolit
merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi ditambah terapi pemeliharaan untuk
pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat
mungkin pasien diberikan diit per oral untuk memberikan nutrisi yang memadai.
3.
Pengganti darah dapat
diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus atau post partum.
4.
Tirah baring dan analgesia
merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya.
5.
Tindakan bedah: endometritis post
partum sering disertai dengan jaringan plasenta yang tertahan atau obstruksi
serviks. Drainase lokia yang memadai sangat penting. Jaringan plasenta yang
tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan-lahan dan hati-hati.
Histerektomi dan salpingo – oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan bila
klostridia telah meluas melampaui endometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis
sistemik klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal)
b.
PERITONITIS
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus
langsung mencapai peritonium shg menyebabkan peritonitis. Peritonitis yang hanya terbatas pada daerah pelvis, gejalanya tidak seberat
pada peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah
nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Sedangkan pada peritonitis umum suhu
meningkat mjd tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri. Muka
mejadi pucat, mata cekung dan kulit muka dingin.
Penanganan yang diberikan :Lakukan nasogastric
suction, berikan infus (NaCl atau RL), berikan antibiotika sehingga bebas
panas selama 24 jam (Ampisilin 2 gr IV, kemudian 1 gr setiap 6 jam, ditambah
gentamicin 5 mg/kgBB IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam), Laparotomi diperlukan untuk pembersihan perut (peritoneal lavage).
Penyebab
Infeksi asenden, umumnya
setelah menstruasi atau abortus, gonore, jarang abses tuba ovarium yang pecah.
Penanganan Umum Demam Pasca
Persalinan
a.
Istirahat baring
b.
Rehidrasi peroral atau infuse
c.
Kompres untuk menurunkan suhu
d.
Jika ada syok, segera beri
pengobatan.
Gambran klinis dan Diagnosis
a)
Pelvioperitonitis: demam, nyeri
perut bawah, nyeri pada periksa dalam, kavum douglasi menonjol karena adanya
abses.
b)
Peritonitis umum adalah berbahaya
bila disebabkan oleh kuman yang pathogen. Perut kembung, meteorismus, dan dapat
terjadi paralitik ileus. Suhu badan tinggi, nadi cepat dan kecil, perut nyeri
tekan, pucat, muka cekung, kulit dingin, mata cekung yang di sebut muka
hipokrates.
Diagnosa di bantu dengan
pemeriksaan laboratorium.
Gejala dan tanda selalu ada
·
Demam tidak tinggi
·
Nyeri perut bawah
·
Bising usus lemah/(-)
Gejala dan tanda kadang-kadang ada
o
Nyeri lepas
o
Perut kembung
o
Anoreksia
o
Mual muntah
o
syok
Penanganan
a)
Lakukan nasogastric suction
b)
Berikan infus (NaCl atau Ringer
Laktat)
c)
Berikan antibiotik sehingga bebas
panas selama 24 jam: Ampisilin 2 g IV, kemudian 1 g setiap 6 jam, ditambah
gentamisin 5 mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan
metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
d)
Laparatomi diperlukan untuk
pembersihan perut (peritoneal lavage)
c.
BENDUNGAN ASI
Bendungan ASI adalah pembendungan
air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Mochtar,
1996). Menurut Huliana
(2003) payudara bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran
kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul
karena produksi yang berlebihan, sementara kebutuhan bayi pada hari pertama
lahir masih sedikit.
Faktor predisposisi terjadinya
bendungan ASI antara lain :Faktor hormon, hisapan bayi, pengosongan payudara, cara
menyusui, faktor gizi dan kelainan pada puting susu. Gejala yang biasa terjadi
pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat dan keras,
terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. Patofisiologi
terjadinya bendungan ASI biasanya ASI mengalir tidak lancar, namun ada pula
payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu
teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut
untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang
dalam 24 jam (Mochtar, 1998).
Faktor-
factor penyebab bendungan ASI
a. Pengosongan mamae
yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi,
terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan.
apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak
dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut
jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI).
b. Faktor hisapan bayi
yang tidak aktif. Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering
mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan
ASI).
c. Faktor posisi
menyusui bayi yang tidak benar. Teknik yang salah dalam menyusui dapat
mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat
bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan
ASI).
d. Puting susu terbenam.
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi
tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya
terjadi bendungan ASI).(Manuaba: 317)
e. Puting susu terlalu
panjang. Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu
karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk
mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI).
(Manuaba:317)
f.
Pengeluaran ASI. Bendungan juga
dapat terjadi pada ibu yang ASI nya tidak keluar sama sekali (agalaksia), ASI
sedikit (oligolaksia) dan ASI terlalu banyak (poligalaksia) tapi tidak
dikeluarkan/ disusukan. (Manuaba:317)
Tanda dan Gejala Bendungan ASI menurut Prawirohardjo, (2007: 700)
Keluhan ibu adalah payudara yang terbendung, bengkak,
keras, panas dan nyeri, terlihat mengkilap dan puting susu teregang
menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI
sampai bengkak berkurang
Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :
1.
Menyusui dini, susui bayi sesegera
mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan
2.
Susui bayi tanpa jadwal atau
ondemand
3.
Keluarkan ASI dengan tangan atau
pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi
4.
Perawatan payudara pasca
persalinan
Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :
1.
Kompres hangat payudara agar
menjadi lebih lembek
2.
Keluarkansedikit ASI sehingga
puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi.
3.
Sesudahbayi kenyang keluarkan
sisa ASI
4.
Untukmengurangi rasa sakit pada
payudara, berikan kompres dingin
5.
Untukmengurangi statis di vena
dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai
dari putin kearah korpus. (Sastrawinata, 2004).
Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
bendungan ASI adalah Perawatan Payudara pada Masa
Nifas Menurut Depkes, RI (1993) adalah Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3
macam cara
a. Tempatkan kedua
telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut keatas, terus kesamping,
kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan
tangan dari payudara.
b. Telapak tangan kiri
menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi
kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian
pula payudara kanan.
c. Telapak tangan
menopang payudara pada cara ke – 2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan
kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.
d. Menyusui bayi segera
setelah lahir, bila memungkinkan tanpa dijadwal (on-demand)(Kapita Selekta
Kedokteran 1:323)
e. Keluarkan ASI dengan
pompa /tangan bila produksi ASI terlalu berlebihan bagi kebutuhan bayi (ASI
dapat disimpan di Kulkas). (Kapita Selekta Kedokteran 1:323)
f.
Pada payudara yang putting
susunya terbenam/datar, dapat dilakukan diperbaiki dengan melakukan gerakat
Hoffman, yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk/ ibu jari di areola mammae
kemudian di masase ke arah berlawanan saat kehamilan 7 bulan dan dilakukan 2
kali sehari sebanyak masing-masing 30 kali ,dan dapat dengan menggunakan
bantuan pompa putting pada minggu terakhir kehamilan . (Kapita Selekta
Kedokteran 1 :324)
g. Pada payudara dengan
putting susu lecet dapat
INFEKSI PAYUDARA / MASTITIS
Dalam masa nifas dapat terjadi
infeksi dan peradangan pada mammae terutama pada primipara. Tanda-tanda adanya
infeksi adalah rasa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu, penderita
merasa lesu dan tidak ada nafsu makan. Penyebab infeksi adalah staphilococcus
aureus. Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah, membengkak
sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan bisa terjadi abses. Berdasarkan tempatnya
infeksi dibedakan menjadi :
a)
Mastitis yang menyebabkan abses
dibawah areola mamae.
b)
Mastitis ditengah-tengah mammae
yang menyebabkan abses ditempat itu.
c)
Mastitis pada jaringan dibawah
dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses antara mammae dan
otot-otot dibawahnya.
Untuk pencegahan sebaiknya
dilakukan perawatan puting susu pada laktasi merupakan usaha penting untuk
mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan puting susu dengan
minyak baby oil sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu
yang sudah mengering. Selain itu juga memberi pertolongan kepada ibu menyusui
bayinya harus bebas infeksi dengan stafilococus. Bila ada luka atau retak pada puting
sebaiknya bayi jangan menyusu pada mammae yang bersangkutan, dan air susu dapat
dikeluarkan dengan pijitan.
Untuk pengobatan yaitu segera
setelah mastitis ditemukan pemberian susu pada bayi dihentikan dan diberikan
pengobatan sebagai berikut :Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10
hari., sangga payudara, kompres dingin, bila diperlukan berikan parasetamol 500
mg per oral setiap 4 jam. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian
pengobatan, bila ada abses atau nanah perlu dikeluarkan dengan sayatan sedikit
mungkin pada abses, dan nanah dikeluarkan sesudah itu dipasang pipa ketengah
abses, agar nanah bisa keluar. Untuk mencegah kerusakan pada duktus laktiferus
sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-duktus.
Jika terdapat masa padat,
mengeras dibawah kulit yang kemerahan : Berikan antibiotik kloksasilin 500 mg
per oral 4 kali sehari selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali
sehari selama 10 hari. Untuk dariain abses : Anestesi umum dianjurkan, lakukan
insisi radial dari batas puting ke lateral untuk menghindari cidera atau duktus,
gunakan sarung tangan steril, Tampon longgar dengan kasa, lepaskan tampon 24
jam ganti dengan tampon kecil. Jika masih banyak pus tetap berikan tampon dalam
lubang dan buka tepinya, yakinkan ibu tetap menggunakan kutang, berikan
paracetamol 500 mg bila perlu dan evaluasi 3 hari.
·
Demam dengan suhu lebih dari 38,5oC
·
Menggigil
·
Nyeri atau ngilu seluruh tubuh
·
Payudara menjadi kemerahan, tegang, panas, bengkak,
dan terasa sangat nyeri.
·
Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi
menolak menyusu karena ASI terasa asin
·
Timbul garis-garis merah ke arah ketiak.
Patofisiologi
Terjadinya mastitis
diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI) akibat stasis
ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang
berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan
tertekan, sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen
(terutama protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI
dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis
ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan memudahkan terjadinya
infeksi.
Terdapat beberapa
cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi, melalui
puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui
penyebaran hematogen (pembuluh darah). Organisme yang paling sering adalah
Staphylococcus aureus, Escherecia coli dan Streptococcus. Kadangkadang
ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita
tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis
tuberkulosis mencapai 1%. Faktor risiko
terjadinya mastitis antara lain:
a) Terdapat riwayat
mastitis pada anak sebelumnya.
b) Puting lecet.
c) Puting lecet
menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat kebanyakan ibu menghindari
pengosongan payudara secara sempurna.
d) Frekuensi menyusui
yang jarang atau waktu menyusui yang pendek. Biasanya mulai
terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya minum sepanjang malam
atau pada ibu yang menyusui dengan tergesa-gesa.
e) Pengosongan payudara
yang tidak sempurna
f)
Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik. Bayi
yang hanya mengisap puting (tidak termasuk areola) menyebabkan puting terhimpit
diantara gusi atau bibir sehingga aliran ASI tidak sempurna.
g) Ibu atau bayi sakit.
h) Frenulum pendek.
i)
Produksi ASI yang terlalu banyak.
j)
Berhenti menyusu secara cepat/ mendadak, misalnya saat
bepergian.
k) Penekanan payudara
misalnya oleh bra yang terlalu ketat atau sabuk pengaman pada mobil.
l)
Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan
ASI, jamur, serpihan kulit, dan
lain-lain.
m) Penggunaan krim pada
puting.
n) Ibu stres atau
kelelahan.
o) Ibu malnutrisi. Hal
ini berhubungan dengan daya tahan tubuh yang rendah.
Pencegahan
Pencegahan terhadap
kejadian mastitis dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor risiko di atas.
Bila payudara penuh dan bengkak (engorgement), bayi biasanya menjadi
sulit melekat dengan baik, karena permukaan payudara menjadi sangat tegang. Ibu
dibantu untuk mengeluarkan sebagian ASI setiap 3 - 4 jam dengan cara memerah
dengan tangan atau pompa ASI yang direkomendasikan. Sebelum memerah ASI pijatan
di leher dan punggung dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang
menyebabkan ASI mengalir dan rasa nyeri berkurang. Teknik memerah dengan tangan
yang benar perlu diperlihatkan dan diajarkan kepada ibu agar perahan tersebut
efektif. ASI hasil perahan dapat diminumkan ke bayi dengan menggunakan cangkir
atau sendok. Pembengkakan payudara ini perlu segera ditangani untuk mencegah
terjadinya feedback inhibitor of lactin (FIL) yang menghambat
penyaluran ASI.
Pengosongan yang
tidak sempurna atau tertekannya duktus akibat pakaian yang ketat dapat
menyebabkan ASI terbendung. Ibu dianjurkan untuk segera memeriksa payudaranya
bila teraba benjolan, terasa nyeri dan kemerahan. Selain itu ibu juga perlu
beristirahat, meningkatkan frekuensi menyusui terutama pada sisi payudara yang
bermasalah serta melakukan pijatan dan kompres hangat di daerah benjolan.
Pada kasus puting
lecet, bayi yang tidak tenang saat menetek, dan ibu-ibu yang merasa ASInya kurang, perlu
dibantu untuk mengatasi masalahnya. Pada peradangan puting dapat diterapi
dengan suatu bahan penyembuh luka seperti atau lanolin, yang segera meresap ke
jaringan sebelum bayi menyusu. Pada tahap awal pengobatan dapat dilakukan
dengan mengoleskan ASI akhir (hind milk) setelah menyusui pada puting dan
areola dan dibiarkan mengering. Tidak ada bukti dari literatur yang mendukung
penggunaan bahan topikal lainnya.
Kelelahan sering
menjadi pencetus terjadinya mastitis. Seorang tenaga kesehatan harus selalu
menganjurkan ibu menyusui cukup beristirahat dan juga mengingatkan anggota
keluarga lainnya bahwa seorang ibu menyusui membutuhkan lebih banyak bantuan. Ibu harus senantiasa
memperhatikan kebersihan tangannya karena Staphylococcus aureus adalah kuman
komensal yang paling banyak terdapat di rumah sakit maupun masyarakat. Penting
sekali untuk tenaga kesehatan rumah sakit, ibu yang baru pertama kali menyusui
dan keluarganya untuk mengetahui teknik mencuci tangan yang baik. Alat pompa
ASI juga biasanya menjadi sumber kontaminasi sehingga perlu dicuci dengan sabun
dan air panas setelah digunakan.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan lain untuk menunjang diagnosis tidak selalu diperlukan. World
Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji
sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila:
a) pengobatan dengan
antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik
dalam 2 hari
b) terjadi mastitis
berulang
c)
mastitis terjadi di rumah sakit
d) penderita alergi
terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat.
Bahan kultur diambil dari ASI
pancar tengah hasil dari perahan tangan yang langsung ditampung menggunakan
penampung urin steril. Puting harus dibersihkan terlebih dulu dan bibir
penampung diusahakan tidak menyentuh puting untuk mengurangi kontaminasi dari
kuman yang terdapat di kulit yang dapat memberikan hasil positif palsu dari
kultur. Beberapa penelitian memperlihatkan beratnya gejala yang muncul
berhubungan erat dengan tingginya jumlah bakteri atau patogenitas bakteri.
Tata laksana suportif
Tata laksana mastitis
dimulai dengan memperbaiki teknik menyusui ibu. Aliran ASI yang baik merupakan
hal penting dalam tata laksana mastitis karena stasis ASI merupakan masalah
yang biasanya mengawali terjadinya mastitis. Ibu dianjurkan agar lebih sering
menyusui dimulai dari payudara yang bermasalah. Tetapi bila ibu merasa sangat
nyeri, ibu dapat mulai menyusui dari sisi payudara yang sehat, kemudian
sesegera mungkin dipindahkan ke payudara bermasalah, bila sebagian ASI telah
menetes (let down) dan nyeri sudah berkurang. Posisikan bayi pada
payudara sedemikian rupa sehingga dagu atau ujung hidung berada pada tempat
yang mengalami sumbatan. Hal ini akan membantu mengalirkan ASI dari daerah
tersebut.
Ibu dan bayi biasanya
mempunyai jenis pola kuman yang sama, demikian pula pada saat terjadi mastitis
sehingga proses menyusui dapat terus dilanjutkan dan ibu tidak perlu khawatir
terjadi transmisi bakteri ke bayinya. Tidak ada bukti terjadi gangguan
kesehatan pada bayi yang terus menyusu dari payudara yang mengalami mastitis.
Ibu yang tidak mampu melanjutkan menyusui harus memerah ASI dari payudara
dengan tangan atau pompa. Penghentian menyusui dengan segera memicu risiko yang
lebih besar terhadap terjadinya abses dibandingkan yang melanjutkan menyusui.
Pijatan payudara yang dilakukan dengan jari-jari yang dilumuri minyak atau krim
selama proses menyusui dari daerah sumbatan ke arah puting juga dapat membantu
melancarkan aliran ASI.
Hal lain yang juga
perlu diperhatikan adalah ibu harus beristirahat, mengkonsumsi cairan yang
adekuat dan nutrisi berimbang. Anggota keluarga yang lain perlu membantu ibu di
rumah agar ibu dapat beristirahat. Kompres hangat terutama saat menyusu akan
sangat membantu mengalirkan ASI. Setelah menyusui atau memerah ASI, kompres
dingin dapat dipakai untuk mengurangi nyeri dan bengkak. Pada payudara yang
sangat bengkak kompres panas kadang membuat rasa nyeri bertambah. Pada kondisi
ini kompres dingin justru membuat ibu lebih nyaman. Keputusan untuk memilih
kompres panas atau dingin lebih tergantung pada kenyamanan ibu. Perawatan di rumah
sakit dipertimbangkan bila ibu sakit berat atau tidak ada yang dapat
membantunya di rumah. Selama di rumah sakit dianjurkan rawat gabung ibu dan
bayi agar proses menyusui terus berlangsung.
Penggunaan obat-obatan
Meskipun ibu menyusui sering
enggan untuk mengkonsumsi obat, ibu dengan mastitis dianjurkan untuk
mengkonsumsi beberapa obat sesuai indikasi.
Analgesik
Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon
oksitosin yang berguna dalam proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri pada mastitis. Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti
inflamasi seperti ibuprofen. Ibuprofen lebih efektif dalam menurunkan gejala
yang berhubungan dengan peradangan dibandingkan parasetamol atau asetaminofen.
Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi pada ASI sehingga
direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis.
Antibiotik
Jika gejala mastitis masih ringan dan berlangsung
kurang dari 24 jam, maka perawatan konservatif (mengalirkan ASI dan perawatan
suportif) sudah cukup membantu. Jika tidak terlihat perbaikan gejala dalam 12 -
24 jam atau jika ibu tampak sakit berat.
d.
THROMBOPHLEBITIS
Tromboflebitis adalah
invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah disepanjang
vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis didahului dengan trombosis, dapat
terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering ditemukan pada masa nifas.
Penjalaran infeksi melalui vena.
Sering terjadi dan menyebabkan kematian. Dua golongan vena yang memegang
peranan yaitu:Vena-vena dinding rahim ligamen Latum (vena ovarica, vena
uterina, dan vena hipogastrika) atau disebut tromboplebitis pelvic dan Vena-vena
tungkai (vena femoralis, poplitea, dan saphena) atau disebut tromboplebitis
femoralis.
1) Tromboplebitis pelvic
Yang paling sering meradang adalah vena ovarica,
karena pada vena ini mengalirkan darah dari luka bekas plasenta. Penjalarannya yaitu dari
vena ovarica kiri ke vena renalis, vena ovarica kanan ke cava inferior
2) Tromboplebitis femoralis
Daritrombophelebitis vena saphena magna atau
peradangan vena femoralis sendiri. Penjalaranthrombophebitis vena terin. Akibat
parametritis : thrombophlebitis pada vena femoralis mungkin terjadi karena
alirandarah lambat didaerah lipat paha karena vena tertekan ligameninguinale. Thrombophlebitisfemoralis
terjadi oedem tungkai yang mulai pada jari kaki dan naik ke kaki, betis, dan
paha. Biasanya hanya 1 kaki yang bengkak tapi kadang keduanya. Penyakit ini dikenal dengann
nama phlegmasia alba dolens (radang yang putih dan nyeri)
Penyebab
·
Perubahan susunan darah
·
Perubahan laju peredaran darah
·
Perlukaan lapisan intema pembuluh darah
Pada masa hamil dan khususnya persalinan saat
terlepasnya plasenta kadar fibrinogen yang memegang peranan penting dalam pembekuan
darah meningkat sehingga memudahkan timbulnya pembekuan.
Faktor predisposisi
·
riwayat bedah kebidanan
·
usia lanjut
·
multi paritas
·
varices
·
infeksi nifas
Trombosis bisa terdapat pada
vena-vena kaki juga pada vena-vena panggul. Trombosis pada vena-vena yang dekat
pada permukaan biasanya disertai peradangan, sehingga merupakan tromboflebitis.
Adanya septikhema, dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari
darah.
Klasifikasi
Pelvio tromboflebitis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding
uterus dan ligamentum latum yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena
hipogastika. Vena yang paling sering terkena adalah vena ovarika dextra
perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ke vena renalis, sedangkan
perluasan infeksi dari vena ovarika dextra adalah ke vena cava inferior.
Gejala
·
Nyeri terdapat pada perut bagian bawah atau perut
bagian samping, timbul pada hari ke 2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas
·
Penderita tampak sakit berat dengan gambaran
karakteristik sebagai berikut :
o Menggigil berulang
kali, menggigil terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan interval hanya
beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari. Pada waktu menggigil penderita
hampir tidak panas.
o Suhu badan naik turun
secara tajam (36ᵒC-40ᵒC)
o Penyakit dapat
berlangsung selama 1-3 bulan
o Cenderung terbentuk
pus yang menjalar kemana-mana terutama ke paru-paru
o Gambaran darah
§ Terdapat leukositosis
§ Untuk membuat kultur
darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulai menggigil, kultur darah
sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
§ Pada pemeriksaan
dalam hampir tidak ditemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena adalah
vena ovarika
Komplikasi
·
Komplikais pada paru-paru infark, abses, pneumonia
·
Komplikasi pada ginjal sinistra, yaitu nyeri mendadak
yang diikuti dengan proteinuria dan hematuria
·
Komplikasi pada mata, persendian dan jaringan
subkutan.
Penanganan
·
Rawat inap, penderita tirah baring
untuk pemantauan gejala penyakitnya dan mencegah terjadinya emboli pulmonal.
·
Therapi medik, pemberian antibiotika
atau pemberian heparin jika terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli
pulmonal
·
Therapi operati , peningkatan vena cava
inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus berlangsung sampai mencapai
paru-paru meskipun sedang dilakukan heparisasi
e.
LUKA PERINIUM
Luka akan menjadi nyeri, merah
dan bengkak akhirnya luka terbuka dan mengeluarkan getah bernanah.
Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir adalah
terpotongnya selaput lendir vagina, selaput dara, serviks, portio, septum
rektovaginalis akibat dari tekanan benda tumpul. Robekan jalan lahir
selalu memberikan perdarahan dalam jumlah bervariasi banyaknya. Perdarahan yang
berasal dari jalan lahir selalu di evaluasi yaitu sumber dan jumlah perdarahan
sehingga dapat diatasi, sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina,
serviks dan robekan uterus, perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan
jalan lahir dengan perdarahan yang bersifat arteli atau pecahnya pembuluh darah
vena. Untuk dapat menetapkan sumber perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan
dalam dan pemeriksaan speculum setelah sumber perdarahan diketahui dengan pasti
perdarahan dihentikan segera dengan menggunakan ligase atau penyempitan
pembuluh darah
Ruptur Perineum
Ruptur Perineum dapat
terjadi karena adanya ruptur spontan maupun episiotomi. Perineum yang dilakukan
dengan episiotomi itu sendiri harus dilakukan atas indikasi antara lain : bayi besar, perineum
kaku, persalinan yang kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik
forceps maupun vacum. Karena apabila episiotomi itu tidak dilakukan atas
indikasi dalam keadaan yang tidak perlu dilakukan dengan indikasi di atas, maka
menyebabkan peningkatan kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah perineum
yang lebih berat. Sedangkan luka perineum itu sendiri akan mempunyai dampak
tersendiri bagi ibu yaitu gangguan ketidaknyamanan.
Indikasi
Ruptur perineum
spontan
Faktor Ibu
a.
Partus presipitatus yang tidak
dikendalikan dan tidak ditolong (sebab paling sering).
b.
Pasien tidak mampu berhenti mengejan.
c.
Partus diselesaikan secara tergesa- gesa
dengan dorongan fundus yang berlebihan.
d.
Edema dan kerapuhan pada perineum.
e.
Varikositas vulva yang melemahkan jaringan
perineum.
f.
Arcus pubis sempit dengan pintu bawah
panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi kearah posterior.
g.
Perluasan episiotomi.
Faktor Bayi
1)
Bayi yang besar.
2)
Posisi kepala yang abnormal, misalnya
presentasi muka dan occipitoposterior.
3)
Kelahiran bokong.
4)
Ekstaksi forceps yang sukar.
5)
Distosia bahu.
6)
Anomaly kongenital, seperti hydrocephalus.
Derajat robekan
perineum
Robekan perineum ini
di bagi menjadi empat, yaitu robekan derajat 1,2,3, dan 4.
Derajat 1
|
:
|
Robekan derajat
pertama meliputi mukosa vagina, fourchette dan kulit perineum
tepat dibawahnya.
|
Derajat 2
|
:
|
Robekan derajat
kedua meliputi mukosa vagina, fauchette posterior, kulit
perineum,otot perineum.
|
Derajat 3
|
:
|
Robekan derajat ketiga meluas sampai
mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot
spinter ani eksterna.
|
Derajat 4
|
:
|
Robekan derajat
keempat mengenai mukosa vagina, fauhette posterior, kulit perineum, otot
perineum,otot spinter ani eksterna, dinding rectum anterior.
|
Penanganan ruptur
perineum dan robekan vagina (dilakukan oleh yang sudah berpengalaman terutama
dokter kandungan). Robekan derajat
pertama ini kecil dan diperbaiki seseerhana mungkin. Tujuannya adalah
merapatkan kembali jaringan yang terpotong dan menghasilkan hemostatis. Pada
rata- rata kasus, beberapa jahitan terputus lewat mukosa vagina, fourchette dan
kulit perineum sudah memadai. Jika perdarahannya banyak dilakukan penjahitan
angka 8. Jahitan ini kurang disimpul secara longgar paling baik bagi kulit
karena jahitan ini kurang menimbulkan tegangan dan lebih menyenangkan bagi
pasien.
Robekan perineum yang
melebihi derajat 1 harus di jahit. Hal ini dapat dilakukan sebelum placenta lahir, tetapi
apabila ada kemungkinan placenta harus dikeluarkan
secara manual, lebih baik tindakan itu ditunda sampai menunggu plasenta lahir.
Dengan penderita berbaring secara lithotomi dilakukan
pembersihan luka dengan cairan antiseptik dan luas robekan
ditentukan secara seksama. Pada robekan perineum
derajat 2 setelah diberi anestesi lokal, otot- otot
diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan
kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutup dengan mengikutsertakan
jaringan- jaringan bawahnya.
PERDARAHAN POST PARTUM DAN PENANGANNYA
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 350
atau 500-600 ml selama 24 jam setelahbayi lahir. Sedangkan menurut Williams
(1998) yang dinamakan Haemoragic Post
Partum (HPP) adalah hilangnya darah > 500 ml dalam 24 jam pertama
setelah kelahiran bayi.
Tahap perdarahan Post Partum
1.
Early post partum (primer), terjadi 24
jam pertama setelah bayi lahir
2.
Late post partum (sekunder), terjadi
lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
3 Hal yang harus diperhatikan dalam menolong
persalinan dengan komplikasi perdarahan Post Partum :
1.
Menghentikan perdarahan
2.
Mencegah timbulnya syok
3.
Mengganti darah yang hilang
Hal-hal yang menyebabkan perdarahan Post Partum
1. Atonia uteri
a.
Definisi
Gagalnya uterus berkontraksi dengann
baik setelah persalinan
b.
Penyebab
1)
Umur yang terlalu muda/terlalu
tua
2)
Paritas (multipara dan
grandemulti)
3)
Partus lama
4)
Uterus terlalu regang atau besar
(pada gemelli,bayi besar)
5)
Kelainan uterus
6)
Faktor sosial ekonomi
c.
Penanganan
1)
Segera lakukan massage uterus dan
suntikan ergometrin secara IV.
2)
Jika tindakan ini tidak berhasil
lakukan kompresi bimanual pada uterus.
2. Retensio plasenta
a.
Definisi :
Keadaan dimana plasenta belum
lahir dalamwaktu lebih dari 30 menit setelah bayi lahir
b.
Penyebab :
Plasenta belum lepas dari dinding
uterus, menurut perlekatannya dibagi mejadi:Plasenta normal, Plasenta adhesiva,
Plasenta inkreta, Plasenta akreta, Plasenta prekreta dan Plasenta sudah lepas
akan tetapi belum dilahirkan
c.
Penanganan :
1)
Manual plasenta
2)
Perasat Crede
3)
Perasat Brant
3. Inversio Uteri
a.
Definisi :
Keadaan dmn keadaan fundus uteri
terbalik sebagian atau seluruhnya ke dalam kavum uteri.
b.
InversioUteri di bagi menjadi :
1)
Inversio uteri ringan : Fundus
uteri terbalik menonjol dalam kavum uteri, namun belum keluar dari ruangan
rongga rahim
2)
Inversio uteri sedang : fundus
uteri terbalik dansudah masuk dalam vagina
3)
Inversio uteri berat : uterus danvagina
smuanya terbalik dansebagian udh keluar vagina
c.
Penyebab :
1)
Uterus lembek, lemah, tipis
dindingnya
2)
Grandemultipara
3)
Kelemahan alat kandungan (tonus
otot rahim yang lemah)
4)
Tekanan intra abdominal yang
tinggi (ex. Mengejan / batuk)
d.
Penanganan :
1)
Perbaiki KU ibu
2)
Berikan Oksigen
3)
Infus IV cairan elektrolit dan
transfusi darah
4)
Setelah itu lakukan reposisi
dengan anestesi umum
4. Sebagian plasenta yang tertinggal (plasenta restan)
Sebab-sebab plasenta belum lahir adalah kontraksi
uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta, plasenta melekat erat pada
dinding uterus, karena atonia uteri atau salah penanganan pada kala III
sehingga menyebabkan lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang
menghalangi keluarnya plasenta.
Tanda Dan Gejala
Pada perdarahan post
partum dan akibat sisa plasenta ditandai dengan
perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi
baik. Pada perdarahan post partum lambat gejalanya sama dengan subinvolusi
rahim yaitu perdarahan yang berulang atau berlangsung terus dan berasal dari rongga
rahim. Perdarahan akibat sisa plasenta jarang menimbulkan syok. Gejala yang lain
adalah uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang. Gejala dan tanda yang
selalu ada :
1. Plasenta atau selaput
yang mengandung pembuluh darah tidak lengkap
2. Perdarahan segera Perdarahan
sedikit dalam waktu lama tanpa disadari proses telah banyak
kehilangan darah.
DIAGNOSA
Penilaian klinis
sulit untuk memastikan adanya sisa plasenta, kecuali apabila penolong
persalinan memeriksa lengkapan plasen ta setelah plasenta lahir. Apabila
kelahiran plasenta dilakukan oleh orang lain atau terdapat keraguan akan sisa
plasenta maka untuk memastikannnya dengan eksplorasi dengan tangan, kuret, atau
alat bantu diagnostik yang ultrasonografi. Pada umumnya
perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi
rahim dianggap baik sebagai sisa plasenta yang yang tertinggal dalam rahim.
a) Anamnesis, Serta
riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau
timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
b) Pada pemeriksaan
pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara
parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
c) Hitung darah lengkap:
untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct), melihat adanya
trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan
infeksi, leukosit biasanya meningkat.
d) Menentukan adanya
gangguan koagulasi dengan hitung protrombin time (PT) dan activated Partial
Tromboplastin Time (aPTT) atau yang sederhana dengan Clotting Time (CT) atau
Bleeding Time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan
oleh faktorlain.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi
meliputi:
a)
Komplikasi yang berhubungan
dengan transfusi darah yang dilakukan.
b)
Multiple organ failure yang berhubungan
dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ.
c)
Sepsis
d)
Kebutuhan terhadap histerektomi
dan hilangnya potensi untuk memiliki anak selanjutnya.
Sisa plasenta dalam nifas
menyebabkan
·
Perdarahan
·
Infeksi
Perdarahan yang
banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh sisa plasenta.
PATOFISIOLOGI
Setelah bayi
dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi
otot-otot terus menyelesaikan proses ini pada akhir
persalinan. Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan
menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung
kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil
sehingga ukuran juga mengecil. Pengecian mendadak uterus ini disertai
mengecilnya daerahtempat perlekatan plasenta.
Ketika jaringan
penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat berkontraksi
mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya
menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan
plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di
uterus berada di antara serat-serat oto miometrium yang saling bersilangan.
Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan retaksi otot ini
mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti.
Pengamatan terhadap
persalinan kala tiga dengan menggunakan pencitraan ultrasonografi secara
dinamis telah membuka perspektif baru tentang mekanisme kala tiga persalinan.
Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:
a)
Fase laten, ditandai oleh
menebalnya dinding uterus yang bebas tempat plasenta, namun dinding
uterus tempat plasenta melekat masih tipis.
b)
Fase kontraksi, ditandai oleh
menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat (dari ketebalan
kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).
c)
Fase pelepasan plasenta, fase
dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya dari dinding uterus dan
lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus dengan plasenta.
Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan
otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang
mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di
lapisan spongiosa.
d)
Fase pengeluaran, dimana plasenta
bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak
berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam rongga rahim. Ini
menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta lebih merupakan akibat,
bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase
kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta lepas
dalam waktu satu menit daritempat implantasinya.
GANGGUAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS
a.
Post Partum Blues
Post partum blues merupakan
gangguan psikologis ringan yang sering terjadi pada minggu pertama. Post partum
blues merupakan kesedihan atau kemurungan yang terjadi setelah melahirkan,
biasanya muncul sementara waktu yatu pada hari kedua setelah kelahiran bayi
hingga 2 minggu post partum. Gejala yang sering
timbul adalah :
a)
Tidak sabar
b)
Tidak percaya diri
c)
Menangis tanpa sebab
d)
Cemas tanpa sebab
e)
Sensitif
f)
Merasa kurang menyayangi bayinya
g)
Mudah tersinggung
Disebabkan oleh perubahan
perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya.
Biasanya muncul sekitar 2 hari smp 2 minggu sejak kelahiran bayi.Sebetulnya ini
hal yang normal danakan hilang dengan sndarinya sekitarnya 10-14 hari setelahh
melahirkan.
Etiologi :
a.
Perubahan Hormon
b)
Stress
c)
Ketidaknyamanan fisik
d)
ASI tidak keluar
e)
Kelelahan pasca kelahiran
f)
Suami yang tidak mau membantu
g)
Problem dengan orang tua dan
mertua
h)
Takut kehilangan bayi atau rasa
memiliki bayi yang terlalu dalam
i)
Bayi sakit
j)
Rasa bosan si ibu dan problem sibling rivalry
Adakalanya ibu merasakan
kesedihan karena kebebasan, otonomi, interaksi sosial, kemandiriannya berkurang
hal ini menyebabkan depresi post partum.
Cara
mengatasi post partum blues yaitu :
a)
Dengan cara pendekatan komunikasi
terapeutik
b)
Dengan cara peningkatan support
mental atau dukungan keluarga
b.
Depresi Post Partum
Definisi menurut Hadi (2004)
dikatan depresi post partum adalah perasaan tidak ada harapan lagi dan
pengalaman yang menyakitkan. Sedangkan pengertian lain dari depresi post partum
adalah gangguan alam perasaan (emosi, fisik dan spiritual) yang terjadi dalam
bulan-bulan pertama .
Prediktor :
a.
Depresi
pranatal
b.
Stres
mengasuh anak & hidup
c.
Kurangnya
dukungan sosial
d.
Kecemasan
pranatal
e.
Kepuasan
perkawinan
f.
Riwayat
depresi sebelumnya
g.
Status
sosek & Tempramen bayi
Gejala :
a.
Merasa bosan dansedih atau
menangis sesudah melahirkan.
b.
Mudah marah, tersinggung dan
perasaan lebih sensitif kala melihat bayi menangis, sering muntah, tanpa sadar
kadang suka memarahi sang bayi.
c.
Merasa tersinggiung, bersalah, danmalu
selama di RS.
d.
Nafsu makan hilang, dan takut
menyentuh bayi
e.
Tidak ada perhatian untuk
penampilan pribadi
f.
Gejala fisik seperti banyak
wanita sulit bernafas atau berdebar-debar.
Penanganan :
a.
Pelajari diri sendiri
b.
Tidur danmakan yang cukup
c.
Olah raga
d.
Hindari perubahan hidup sbelum
dan sudah melahirkan
e.
Beritahukan perasaan anda
f.
Dukungan keluarga danorang lain
g.
Persiapan diri dengan baik
h.
Lakukan pekerjaan rumah tangga
i.
Dukungan emosional
c.
Post Partum Psikosa
Adalah depresi yang terjadi pada
minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan.
Penyebab
Disebabkan karena wanita
menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik lainnya yang disebut
schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena
post partum psikosa.
Gejala yang sering terjadi adalah:
1.
Delusi
2.
Halusinasi
3.
Gangguan saat tidur
4.
Obsesi mengenai bayi
Gambaran Klinik
1.
Terkena perubahan mood secara dariastis,
dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu singkat.
2.
Penderita kehilangan semangat dan
kenyamanan dalam beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga,
sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta
nafas terasa cepat.
Pencegahan
Untuk mengurangi jumlah penderita
ini sebagai anggota keluarga hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan
keadaan ibu serta memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan
perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
1.
Beristirahat cukup
2.
Mengkonsumsi makanan dengan gizi
yang seimbang
3.
Bergabung dengan orang-orang yang
baru
4.
Bersikap fleksible
5.
Berbagi cerita dengan orang
terdekat
6.
Sarankan untuk berkonsultasi
dengan tenaga medis
Penanganan
1. Farmakologis. Penanganan dalam tingkat dini terdiri atas psikoanalisis dan obat-obat
sedatif dalam dosis tinggi (konsultasi dengann Dokter, Psikolog, Psikiater)
2. Tenaga kesehatan
a.
Yakinkan calon ibu bahwa
kehamilan dan persalinan merupakan hal yang normal dan wajar sejak kunjungan
awal ANC.
b.
Ajarkan dan berikan
latihan-latihan relaksasi otot dan pernafasan
c.
Hindari kata-kata yang mematahkan
semangat klien
d.
Tetap jaga wibawa, bila pasien
mencoba melucu (tidak ikut tertawa saat pasien mencoba menarik kita untuk
tertawa)
e.
Perhatikan adanya
kelainan-kelainan fisik
f.
Tinjau keluarga untuk menlihat
toleransi dan penerimaan/pengertian terhadap kondisi pasien serta untuk terapi
dan pengawasan selanjutnya.
Perjalanan penyakit dan pengobatan
1.
Perjalanan penyakit bervariasi
dan bergantung pada penyebab penyakit
2.
Keparahan psikosis post partum
mengharuskan diberikannya terapi farmakologis dan pada sebagian besar kasus
dilakukan rawat inap.
3.
Terapi Gangguan Jiwa
Saat ini tersedia sejumlah besar
obat psikotropika untuk mengatasi gangguan jiwa. Sebagian wanita hamil yang
memerlukan farmakoterapi telah menderita penyakit jiwa berat, misalnya gangguan
bipolar, gangguan skizoafektif, skizofrenia atau depresi mayor berulang. Wanita
lain yang memerlukan terapi adalah mereka yang mengalami gangguan emosi yang
berkembang selama kehamilan.
Antidepresan
a)
Depresi berat memerlukan terapi
dan pada sebagian besar kasus, manfaat terapi melabihi risikonya.
b)
Antidepresan trisiklik seperti
amitriptilin, doksepin, imipramin, dan nortriptilin sering digunakan untuk
gangguan-gangguan depresif.
c)
Efek samping pada ibu adalah
hipotensi ortostatik dan konstipasi. Sedasi juga sering terjadi, sehingga obat
golongan ini sangat bermanfaat bagi masalah tidur yang berkaitan dengan depresi
d)
Inhibitor monoamin oksidase
(MAOI) adalah antidepresan yang sangat efektif yang semakin jarang digunakan
karena menyebabkan hipotensi ortostatik. Pengalaman dengan inibitor selektif
ambilan ulang serotonin (selective serotonin reuptake inhibitors, SSRI),
termasuk fluoksetin dan sertralin, menyebabkan obat golongan ini menjadi terapi
primer bagi sebagian besar penyakit depresi. Obat-obat ini tidak menimbulkan
hipotensi ortostatik atau sedasi sehingga lebih disukai daripada antidepresan
lain.
Antipsikotik
a)
Wanita dengan sindariom-sindariom
kejiwaan yang berat seperti skizofrenia, gangguan skizoafektif, atau gangguan
bipolar sangat mungkin memerlukan terapi antipsikotik selama kehamilan.
b)
Antipsikotik tipikal adalah
golongan antagonis dopamine.
c)
Klozapin adalah satu-satunya
antipsikotik atipikal yang tersedia, dan obat ini memiliki kerja yang berbeda
tetapi tidak diketahui.
d)
Potensi dan efek samping berbagai
antipsikotik berbeda-beda. Obat-obat yang berpotensi lebih rendah, klorpromazin
dan tioridazin, memiliki efek antikolinergik yang lebih besar serta bersifat
sedatif.
e)
Litium. Keamanan litium selama
kehamilan masih diperbebatkan. Selain kekhawatiran tantang teratogenesitas,
juga perlu dipertimbangkan indeks terapetiknya yang sempit. Pernah dilaporkan
toksisitas litium pada neonatus yang mendapat ASI.
f)
Benzidiazepin. Obat golongan ini
mungkin diperlukan selama kehamilan bagi wanita dengan gangguan cemas yang
parah atau untuk pasien psikotik yang agitatif atau mengamuk.
g)
Diazepam mungkin menyebabkan
depresi neurologis berkepanjangan pada neonatus apabila pemberian dilakukan
dekat dengan kelahiran.
h)
Terapi Kejut Listrik (Elektroconvulsive Therapy / ECT). Terapi
dengan kejutan listrik untuk depresi selama kehamilan kadang-kadang diperlukan
pada pasien dengan gangguan mood mayor yang parah dan tidak berespon
terhadap terapi farmakologis.
HEALTH EDUCATION
A.
Personal hygiene
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi
dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu unutuk menjaga
kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti
pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Ibu harus
tetap bersih, segar dan wangi.
Pakaian
Sebaiknya pakaian
terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat
menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan
ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah dada
sehingga payudara tidak tertekan dan kering.Demikian juga dengan pakaian dalam,
agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea.
Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir,
ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut akibat gangguan perubahan hormon
sehingga keadaannya menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan
lamanya kerontokan berbeda-beda antara satu wanita dengan wanita yang lain.
Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih setelah beberapa bulan. Cuci rambut
dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut.Hindari
penggunaan pengering rambut.
Kebersihan kulit
Setelah persalinan,
ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan kembali melalui
air seni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis,
dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah
melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya.
Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.
Kebersihan vulva dan sekitarnya.
a.
Mengajarkan ibu membersihkan
daerah kelamin dengan cara membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih
dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.
b.
Sarankan ibu untuk mengganti
pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan
ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau
disetrika.
c.
Sarankan ibu untuk mencuci tangan
dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
d.
Jika ibu mempunyai luka episiotomi
atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh luka, cebok
dengan air dingin atau cuci menggunakan sabun.
B. Perawatan Perineum
Merawat perineum
dengan baik dengan menggunakan antiseptik (PK / Dethol) dan selalu diingat
bahwa membersihkan perineum dari arah depan ke belakang. Jaga kebersihan diri
secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun
kulit. Perawatan luka
perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan
mempercepat penyembuhan. Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan cara
mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang
dimulai dengan mencuci bagian depan, baru kenudian daerah anus. Sebelum dan
sesudahnya ibu dianjukan untuk mencuci tangan.Pembalut hendaknya diganti
minimal 2 kali sehari. Bila pembalut yang
dipakai ibu bukan pembalut habis pakai, pembalut dapat dipakai kembali dengan
dicuci, dijemur dibawah sinar matahari dan disetrika.
Waktu Perawatan Luka
perineum
1)
Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas
pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada
cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan
penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan
pembersihan perineum.
2)
Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil
kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni pada rektum akibatnya dapat
memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
3)
Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan
sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri
dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses
pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan (Wilujeng, 2011).
·
Mengajarkan
ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan daerah di sekitar
vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan
daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.
·
Sarankan
ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari.
Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di
bawah matahari atau disetrika.
·
Sarankan
ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelaminnya.
·
Jika ibu
mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari
menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci menggunakan sabun.
Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi,
meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan luka perineum
dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap
kali habis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci bagian depan, baru kenudian
daerah anus. Sebelum dan sesudahnya ibu dianjukan untuk mencuci tangan.
Pembalut hendaknya diganti minimal 2 kali sehari. Bila pembalut yang dipakai
ibu bukan pembalut habis pakai, pembalut dapat dipakai kembali dengan dicuci,
dijemur dibawah sinar matahari dan disetrika.
C. Nutrisi
Dalam masa nifas ibu
membutuhkan gizi yang cukup. Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya
dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi.
Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi ibu sangat berpengaruh pada jumlah
ASI yang dihasilkan, ibu menyusui disarankan memperoleh tambahan zat makanan
800 Kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktifitas ibu itu
sendiri. Sebuah teori,
maternal depletion syndrome menyatakan bahwa status gizi ibu setelah peristiwa
kehamilan dan persalinan, kemudian diikuti masa laktasi, tidak segera pulih dan
ditambah lagi pemenuhan gizi yang kurang, jumlah paritas yang banyak dengan
jarak kehamilan yang pendek, akan menyebabkan ibu mengalami drainage gizi.
Akibatnya ibu akan berada dalam status gizi yang kurang dengan akibat lebih
lanjut pada ibu dan anaknya. Oleh karena itu, ibu yang menyusui anaknya harus
diberikan pengetahuan tentang gizi.
Soal gizi ibu hamil
maupun nifas, di mana bila gizi yang dibutuhkan, hampir mirip, tetap berpedoman
pada 4 sehat 5 sempurna dengan menu seimbang. Kuantitas dan kualitas makanan
ibu yang baik pada saat hamil maupun mana nifas akan mempengaruhi produksi ASI.
Jika keadaan gizi ibu baik secara kuantitas, akan terproduksi ASI lebih banyak
daripada ibu dengan gizi kurang. Sedangkan secara kualitas tidak banyak
dipengaruhi kecuali lemak, vitamin dan mineral.
Pada dasarnya menu
untuk ibu hamil dan menyusui porsi makan baik nasi maupun lauk pauknya lebih
banyak daripada sebelum hamil dan menyusui. Pesan penting bagi ibu menyusui,
antara lain:
a. Banyak makan sayuran
yang beragam dan banyak minum sedikitnya 8 gelas sehari,
b. Pemakaian bumbu
jangan terlalu merangsang, tidak pedas,
c. Tetap memperhatikan
kecukupan gizi rata-rata dianjurkan (2900 k.kal.)
Fungsi gizi pada ibu nifas,
yaitu:
o
Memelihara proses tubuh dalam
pertumbuhan / perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak
o
Memperoleh energi guna melakukan
kegiatan sehari-hari atau aktivitas
o
Mengatur metabolisme dan mengatur
berbagai keseimbangan air, mineral dan cairan tubuh yang lain
o
Berperan dalam mekanisme
pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (protein)
o
Berguna untuk cadangan dalam
tubuh
o
Berguna untuk proses produksi ASI
yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan
o
Untuk pemulihan kesehatan ibu
setelah melahirkan
Manfaat
Gizi pada ibu masa nifas
Manfaat gizi pada ibu masa
nifas sangat penting karena ibu yang melahirkan akan memerlukan waktu untuk
memulihkan kembali kondisinya dan mempersiapkan ASI sebagai makanan pokok untuk
bayinya. Untuk keperluan metabolisme, tubuh memerlukan nutrisi atau gizi.
Kebutuhan pada ibu masa nifas terutama yang menyusui akan meningkat 25% karena
berguna untuk proses kesembuhan setelah melahirkan dan untuk memproduksi air
susu untuk menyehatkan bayi. Selain itu, ibu nifas juga memerlukan diet yang
seimbanguntuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi, dan
memulai proses pemberian ASI eksklusif. Asupan kalori ditingkatkan sampai 2700
kalori perhari. Sedangkan untuk asupan cairan ditingkatkan sampai 3000 ml
perhari (susu 1000 ml).
Suplemen zat besi dapat
diberikan pada ibu nifas selama 4 minggu pertama setelah kelahiran
Ibu menyusui harus :
1.
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori
tiap hari
2.
Makan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
3.
Pil zat besi harus diminum untuk
menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
4.
Minum Vitamin A (200.000 unit)
agar bisa memberikan Vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
5.
Sesudah satu bulan pasca
persalinan, makanlah makanan yang mengandung kalori cukup banyak untuk
mempertahankan berat badan si ibu.
6.
Jika ibu ingin menyusui bayi
kembar dua, kembar tiga atau bayi baru lahir beserta dengan kakaknya yang
balita ibu meembutuhkan kalori Iebih banyak dari pada ibu menyusui satu bayi
saja. Jika ibu ingin menurunkan berat badan batasi besarnya penurunan tersebut
sampai setengah kilogram perminggu. Pastikan diet ibu mengandung 1500 kalori
dan hidrusi diet cairan atau obat-obatan pengurus badan.
7.
Penurunan berat badan lebih dari
setengah kilogram perminggu dan pembatasan kalori yang terlalu ketat akan
rnengganggu gizi dan kesehatan ibu serta dapat membuat ibu memproduksi ASI
lebih lanjut.
D. Istirahat
Bidan tetap
mendampingi ibu selama 2 jam setelah pesalinan. Dalam masa nifas bidan
dianjurkan untuk menanyakan tentang perasaan ibu. Biasanya ibu merasa capek dan
lemas. Ibu dan bayi diberikan kesempatan untuk beristirahat. Saat ibu masih
merasa lemas, promosi kesehatan dapat diberikan melalui keluarga ibu nifas,
misanya keluarga pasien diberitahukan bawa ibu boleh minum dan makan ringan
setiap waktu, bangun bila mau kencing dan sebagainya. Baru setelah ibu
merasa lebih baik dan bersedia diberikan pendidikan kesehatan, bidan
diperkenankan untuk memberikan pendidikan kesehatan. Itupun sedikit demi
sedikit sesuai kemampuan ibu. Pendidikan kesehatan yang diberikan misalnya
setelah melahirkan ibu boleh makan seperti biasa, setiap hari minum air putih
minimal 8 gelas, ibu diajari cara menyusui dan perawatan payudara, gizi ibu
nifas dan sebagainya. Diharapkan dengan memberikan promosi kesehatan pada ibu
nifas, ibu nifas dapat menghadapi masa nifas dengan baik dan normal.
Istirahat yang
memuaskan bagi ibu yang baru melahirkan merupakan masalah yang sangat penting
sekalipun tidak mudah dicapai. Keharusan ibu untuk beristirahat sesudah
melahirkan memang tidak diragukan lagi, kehamilan dengan beban kandungan yang
berat dan banyak keadaan yang mengganggu lainnya, pekerjaan bersalin, bukan
persiapan yang baik dalam menghadapi kesibukan yang akan terjadi. Padahal
hari-hari postnatal akan dipenuhi oleh banyak hal, begitu banyak yang harus
dipelajari, ASI yang diproduksi dalam payudara, kegembiraan menerima kartu
ucapan selamat, karangan bunga, hadiah-hadiah serta menyambut tamu dan juga
kekhawatiran serta keprihatinan yang tidak ada kaitannya dengan situasi ini.
Jadi, dengan tubuh yang letih dan mungkin pula pikiran yang sangat aktif, ibu
sering perlu diingatkan dan dibantu agar mendapatkan istirahat yang cukup. Kegunaan atau fungsi
dari Tidur yang cukup :
1.
Regenerasi sel-sel tubuh yang
rusak menjadi baru.
2.
Memperlancar produksi hormon
pertumbuhan tubuh.
3.
Mengistirahatkan tubuh yang letih
akibat aktivitas seharian.
4.
Meningkatkan kekebalan tubuh kita
dari serangan penyakit.
5.
Menambah konsentrasi dan
kemampuan fisik.
Pola istirahat, yaitu:
a.
Anjurkan ibu untuk istirahat
cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
b.
Sarankan ibu untuk kembali ke
kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang
atau beristirahat selagi bayi tidur.
c.
Kurang istirahat akan
mempengaruhi ibu dalam berbagai hal :
1.
Mengurangi jumlah ASI yang
diproduksi
2.
Memperlambat proses involusi
uterus dan memperbanyak perdarahan
3.
Menyebabkan depresi dan
ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
4.
Anjurkan ibu untuk istirahat
cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Kurang istirahat dapat
mengurangi produksi ASI , memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
pendarahan, menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayinya
(Saifudin AB, 2002 : N – 25).
Setelah menghadapi ketegangan dan
kelelahan saat melahirkan, usahakan untuk rileks dan istirahat yang cukup,
terutama saat bayi sedang tidur. Kebutuhan istirahat dan tidur harus lebih
diutamakan daripada tugas-tugas rumah tangga yang kurang penting. Jangan
sungkan untuk meminta bantuan suami dan keluarga jika ibu merasa lelah.
Istirahat juga memberi ibu energi untuk memenuhi kebutuhan makan dan perawatan
bayi sering dapat tidak terduga. Pasang dan dengarkan lagu-lagu klasik pada
saat ibu dan bayi beristirahat untuk menghilangkan rasa tegang dan lelah.
E.
Ambulasi
Ambulasi adalah latihan yang paling berat dimana pasien yang dirawat dirumah
sakit dapat berpartisipasi kecuali dikontraindikasikan oleh kondisi pasien.
Ambulasi dini adalah tahapan
kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi dimulai dari bangun
dan duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan
bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien (Roper, 2002)
Ambulasi merupakan latihan yang
dilakukan dengan hati-hati tanpa tergesa-gesa untuk memperbaiki sirkulasi dan
mencegah flebotrombosis (Hin Chiff, 1999)
Hal ini harusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk semua pasien.
Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan fleksibelitas. Keuntungan dari
latihan berangsur-angsur dapat di tingkatkan seiring dengan pengkajian data
pasien menunjukkan tanda peningkatan toleransi aktivitas. Menurut Kozier (1995
dalam Asmandi, 2008) ambulasi adalah aktivitas berjalan. Ambulasi dini
merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien paska operasi
dimulai dari duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan
dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien.
Tujuan
1.
Untuk memenuhi kebutuan aktivitas
2.
Memenuhi kebutuhan ambulasi
3.
Mempertahankan kenyamanan
4.
Mempertahankan toleransi terhadap
aktivitas
5.
Mempertahankan control diri
pasien
6.
Memindahkan pasien untuk
pemeriksaan
Sedangkan Menurut Asmadi (2008) manfaat Ambulasi
adalah :
Mencegah dampak Immobilisasi pasca operasi meliputi :
a)
Sistem Integumen : kerusakan
integritas kulit seperti Abrasi, sirkulasi yang terlambat yang menyebabkan
terjadinya Atropi akut dan perubahan turgor kulit.
b)
Sistem Kardiovaskuler : Penurunan
Kardiak reserve, peningkatan beban kerja jantung, hipotensi ortostatic,
phlebotrombosis.
c)
Sistem Respirasi : Penurunan
kapasitas vital, Penurunan ventilasi volunter maksimal, penurunan ventilasi /
perfusi setempat, mekanisme batuk yang menurun.
d)
Sistem Pencernaan :
Anoreksi-Konstipasi, Penurunan Metabolisme.
e)
Sistem Perkemihan : Menyebabkan
perubahan pada Eliminasi Urine, infeksi saluran kemih, hiperkalsiuria
f)
Sistem Muskulo Skeletal :
Penurunan masa otot, osteoporosis, pemendekan serat otot
g)
Sistem Neurosensoris : Kerusakan
jaringan, menimbulkan gangguan syaraf pada bagian distal, nyeri yang hebat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar