HAND OUT KOMUNIKASI TERAPEUTIK
|
Mata Kuliah :
Komunikasi dalam Pelayanan Kebidanan
Topik :
Komunikasi Terapeutik
Sub Topik :
1. Pengertian Komunikasi Terapeutik
2. Proses Komunikasi Terapeutik
Dosen :
Fitria Desi Natalina, SST
OBJEK PERILAKU SISWA
Setelah
mengikuti perkuliahan, mahasiswa mampu :
a.
Menjelaskan Pengertian
Komunikasi Terapeutik
b.
Menjabarkan Unsur-unsur
Komunikasi Terapeutik
|
Refrensi
|
2) Pusdiknakes, Komunikasi Teurapetik Kebidanan
3) Enjang AS, 2009, Komunikasi Konseling ,PT. Nuansa, Bandung
4) MNH ( 2002 ) Modul Pelatihan Ketrampilan KIP/K
5) M.Taufik dan Juliane,
2010, Komunikasi dan Konseling Dalam
Praktik Kebidanan, PT.Salemba Medika, Jakarta
6) Tyastuti,
dkk., 2008, Komunikasi & Konseling
Dalam Praktik Kebidanan, Yogyakarta: Fitramaya
7) Uripni,
Sujianto, Indrawati, 2003. Komunikasi
Kebidanan, Jakarta: EGC.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Komunikasi merupakan
proses yang sangat khusus dan paling bermakna dalam perilaku manusia. Pada profesi
Kebidanan komunikasi lebih bermakna karena merupakan metode utama dalam
mengimplementasikan proses manajemen kebidanan.
Sebagai tenaga profesional,
bidan mengunakan pendekatan pemecahna masalah dalam memberikan asuhan. Langkah
pertama dalam pendekatan ini adalah pengkajain, yang bertujuan mengumpulkan
data secara valid dan akurat sebgai dasar untuk menegakkan masalah atau
diagnose. Pada tahap ini, komunikasi memegang peranan penting karena untuk
mendapatkan data subjektif dibutuhkan kemmapuan berkomunikasi yang efektif. Di
smaping itu, kemmapuan ini juga dibutuhkan dalam memberikan intervensi.
Hay dan Larson
mengidentifkasi sejumlah teknik yang dapat membentu dalam melkaukan interaksi
yang lebih terapetik dnegan kliennya. Teknik teknik ini dikenal dengan teknik
komunikasi terapeutik. Bidan yang menguasai teknik ini akan mencapai tujuan
asuhan dengan lebih efektif. Hal ini terjadi akan lebih mudah menjalin hubungan
salin percaya (trust) dengan klien. Dampak selanjutnya adalah memebrikan
kepuasan perofesinal dalam pelayanan.
A.
Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi
terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan
komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien,
sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan
pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan.
Komunikasi
terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan,
disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai
karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan
beragam latar belakang dan masalahnya.
B.
Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat
komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara
perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi.
mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan
oleh perawat.
C.
Tujuan Komunikasi Terapeutik.
Membantu pasien
untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat
mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain,
lingkungan fisik dan diri sendiri. Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien, Bila
perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah
hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien,
tetapi hubungan sosial biasa.
Tujuan
terapeutik akan tercapai bila bidan melkukan helping relationship yang memilki
karakteristik sebagai berikut :
a)
Kesadaran diri terhadap
nilai yang dianut
Bidan harus mampu menjelaskan tentang dirinya sendiir,
keyakinanaya, dan apa yang mmenurutnya penting dalam kehidupannya setelah itu
ia kan mampu menolong orang lain dan menjawab tentang hal – hal tersebut.
b)
Eksprorasi
perasaan
Bidan perlu terbuka dan sadar terhadap perasaanya,
serta mengontrol agar ia dapat mengunakan dirinya secara terapeutik
c)
Kemampuan untuk
menganalisis perasaanya sendiri
Bidan secara bertahap belajar mengenai dan mengatasi
berbagai perasaan yang dialaminya, seperti malu, marah, kecewa dan putus asa.
d)
Kemampuan
menjadi model peran (role model)
Bidan perlu mempunyai pola dan gaya hidup yang sehat,
termasuk kempuanya dalam menjaga kesehatan agar dapat menjadi contoh bagi orang
lain terutama kliennya.
e)
Altrustik
Bidan merasakan kepuasan karena mampu menolong orang
lain dengan cara yang manusiawi
f)
Rasa tanggung
jawab etik dan moral
Tiap keputusan yang dibuat sellau memperhatikan
prinsip – prinsip yang menjunjung tinggi kesehatan dan kesejahteraan manusiawi.
Dimensi tanggung jawab perlu diperhatukan yaitu tanggung jawab terhadap
tindakan sendiri dan berbagi dengan orang lain.
Dengan memiliki karekteristik – karakteristik
tersebut, diharapkan bidan dapat mengunakan dirinya secra terapeutik
(therapeutic use of self) sehingga tercapai kondisi helping relationship.
Selain itu, untuk mempertajam presepsi terhadap kebutuhan orang lain perlu
dikembangkan kemmapuan empati.
D.
Hubungan
Terapeutik
Hubungan antara bidan dengan klien merupakan hubungan
terapeutik., sebagaimana halnya hubungan yang terjadi antar perawat dengan
klien, dan bukan merupakan hubungan social.
E.
Proses
Komunikais Terapeutik yang efektif
Proses komunikasi terapeutik yang efektif antar bidan
dengan klien dapat dibagi dalam 4 fase seperti pada proses komunikasi
terapeutik antara perawat dengan klien. Fase – fase tersebut adalah sebagai
berikut :
1)
Fase pra –
interaksi : dimulai sebelum kontak pertama dengan klien
2)
Fase orientasi
: dimulai pada kontak pertama dengan klien
3)
Fase kerja :
Pada fase ini bidan dan klien mengeksplorasi stressor yang tepat dan mendukung
perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan presepsi, pikiran, perasaan
dan perbuatan klien.
4)
Fase terminasi
: Merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik karena
hubungan saling percaya dan hubungan intim yang terapeutik sudah terbina dan
berada pada tingkat optimal
Table perbedaan
hubungan social dengan hubungan terapeutik
Komponen
|
Hubungan Sosial
|
Hubungan Terapeutik
|
Keterbukaan
|
Bervariasi
|
Kline :
membuka diri
Bidan :
Membuka diri hanya untuk menanggapi
|
Fokus
percakapan
|
Tidak dikenal
oleh partisipan
|
Dikenal oleh
bidan dan klien
|
Topik yang
tepat
|
Social,
bisnis, umum, dab bukan hal pribadi
|
Hal – hal pribadi
yang berhubungan dengan bidan klien
|
Hubungan
pengalaman dengan topic percakapan
|
Tidak saling
terkait dan menggunakan pengetahuan yang tidak berhubungan
|
Ada
keterlibatan dan mengunakan pengetahuan yang berkaitan
|
Orientasi
waktu
|
Masa lalu dan
mendatang
|
Sekarang
(saat ini)
|
Pengungkapan
perasaan
|
Pengungkapan
persaan dihindari
|
Membutuhkan
pengungkapan perasan yang didukung oleh bidan
|
Pengakuan
harkat individual
|
Tidak diakui
|
Sangat diakui
|
Table Tugas Bidan pada setiap fase
Fase
|
Tugas
|
Pra interaksi
|
Ekplorasi
perasaan, fantasi dan ketakutan diri,. Analisa kekuatan dan kelemahan
profesioanl diri. Dapatkan data awal tentang klien jika mungkin. Buat rencana
pertemuan pertama
|
Orientasi
|
Tentukan
masalah klien meminta pertolongan. Bina hubungan saling percaya, penerimanan,
dan komunikasi terbuka,. Rumuskan kontak bersama klien. Eksplorasi pikiran,
perasaan dan pebuatan klien. Identifikasi
masalah klien. Rumuskan tujuan bersama klien
|
Kerja
|
Eksplorasi
stressor yang tepat. Dukung perkembangan kesadaran diri klien dan pemakaian
mekanisme koping yang konstruktif. atasi penolakan perilaku maladaptif
|
Terminasi
|
Ciptakan
realitas perpisahan. Bicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan. Saling
mengeksplorasi perasaan penolakan dan kehilangan, sedih, marah, serta
perilaku lain.
|
A. Unsur unsur
dalam membangun komunikasi terapeutik yang efektik
Egan mengidentifikasi unsur dalam dlam komunikasi
terapeutik yang efektif ke dalam 5 sikap (cara) dan teknik untuk menghadirkan
diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik sebagi
berikut :
a)
Berhadapan :
arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda
b)
Mempertahankan
kontak mata : kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan
menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi
c)
Membungkuk kea
rah klien : Posisi ini menunjukan keingan untuk mengatakan mengatakan atau mendengarkan
sesuatu
d)
Mempertahkan sikap terbuka : dalam arti tidak
melipat kaki atau tangan. Menunjukan keterbukaan untuk berkomunikasi
e)
Tetap relaks :
Sikap relaks dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi
dalam memberi respons pada klien.
Selain hal
diats, sikap terapeutik juga dapat teridentifikasi melalui perilaku nonverbal.
Struar dan Sundenn menyatakan ada 5 kategori komunikasi nonverbal yaitu sebagai
berikut :
a)
Isyarat vocal :
yaitu isyarat paralinguistic, termasuk semua kualitas bicara nonverbal.
Misalnya tekanan suara, kualitas suara, tertawa, orama dan kecepatan bicara
b)
Isyarat
tindakan : yaitu semua gerakan tubuh, termasuk ekspresi wajah dan sikap tubuh
c)
Isyarat objek :
yaitu objek yang digunakan secara sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang
seperti pakaian dan benda pribadi lainya
d)
Ruang :
memberikan isyarat tentang kedekatan hubunagn anatar dua orang. Hal ini
didasari pada norma – norma sosaial budaya yang dimiliki.
e)
Sentuhan :
yaitu kontak fisik antara 2 orang dan merupakan komunikasi nonverbal yang
paling profesianal. Respon seseorang terhadap tindakan ini snagat dipengaruhi
oleh tatanan dan latar belakang budaya, jenis hubungan, jenis kelamin , usia
dan harapan.
B.
Teknik
Komunikasi terapeutik yang efektif
Dua syarat untuk membina komunikasi yang efektif
menurut stuar dan sundeen adalah semua komunikasi harus mempunyai tujuan untuk
menjaga harga diri pengirimin maupun penerima pesan dan komuniaksi yang
menciptkan saling pengertian harus dilakukan lebih dahulu sebelum membrikan
saran, informasi maupun masukan.
Beberapan jenis teknik momunikasi terapeutik menurut
stuart dan sundeen adalah sebagia berikut :
a)
Mendengarkan
klien denagn penuh perhatian (listening)
Dalam hal ini bidan harus berusaha mengeri klien
dengan cara mendenagrkan apa yang sedang disampaikan oleh klien. Satu – satunya
orang yang dapat menceritakan kepada bidan tentang perasaan, ikiran, dan
presepsi klien adalah klien itu sendiri. Sikap yang dibutuhkan untuk
mendengarkan dengan penuh perhatian adalah pandanagn klien saat sedang bicara,
tidak menyilangkan kaki dan tanagn, hindari gerakan yang tidak perlu, anggukan
kepala jika klien membicarkan hal yang penting atau memerlukan umpan balik,
condongkan tubuh kea arah klien.
b)
Menunjukkan
penerimaan
Menerima tidak berarti menyutui. Menerima berrtai
bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukakna keraguan atau
ketidaksetujuan. Bidan harus waspada terhadap ekspresi wajah dan gerakan tubuh
yang mentyatakn tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelang yang
menyatakan tidak percaya. Sikap yang menyatakan penerimaan adalah mendengarkan
tanpa memutus pembicaraan, memberikan umpan balik verbal yang menyatakan
pengertian, memeastikan nbahawa isyarat nonverbal cocok denagn komunikais
verbal, menghindari perdebatan, ekspresi keraguan, atau usaha untuk mengubah pikiran
klien.
c)
Menyakan
pertanyaan yang terkait
Tujuan bidan bertanya adalah untuk mendapatkan
informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan klien. Oleh karena itu,
pertanyaan sebaiknya dikaitkan dengan topic yang dibicarkan dan gunakan kata –
kata yang sesuai dengan latar belakang social budaya klien. Misalnya “tadi ibu
mengatakan memliki 3 orang saudara, siapa yang pali ibu rasa paling dkeat
dengan ibu?
d)
Mengulang
ucapan klien dengan mengunakan kata – kata sendiri
Melalui pengulangan kembali kata – kata klien, bidan
memebrikan umpan balik bahwa ia mengrti pesan klien dan berharap komunikasi
dilanjutkan. Misalnya, klien mengatakan saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya
terjaga karena bayi saya menangis terus lalu bidan mengatakan Ibu mengalami
kesulitan untuk tidur.
e)
Mengklarifikasi
Klarifikasi
terjadi saat bidan menejlaskan kembali dengan mengunakan kata – kata nya
sendiir mengenaii ide atau pikiran (implisit dan eksplisit) klien yang tidak
diakatkan dengan jelas. Tujuan dari teknik ini adalah menyaman presepsi dan
pengertian. Misalnya, bidan dapat mengatakan “saya yakin dapat mengikuti apa
yang Ibu katakana atau Apa ayang ibu maksud dengan….”
f)
Memfokuskan
Teknik ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan
sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengrti. Hal yang perlu
diperhatikan dalam mengunakan teknik ini adalahh usahakan untuk tidak memutus
pembicaraan ketika klien menyampaikan maslah yang penting. Misalnya, bidan dapat
mengatakan hal ini tampaknya penting, mari kita bicarakan lebih dalam lagi atau apa yang sudah kita sepakati untuk
dibicarakan.
g)
Menyatakan
hasil observasi
Bidan harus membrikan umpan balik kepada klien dengan
menyatakan hasil pengamatannya sehingga klien dapat mengetahui apakah pesanya
diterima dengan benar atau tidak. Dalam hal ini, bidan menguraikan kesan yang
ditimbulkan oleh isyarat nonverbal klien. Teknik ini sering kali membuat klien
berkomunikasi lebih jelas tanpa bidan harus bertanya, memfokuskan dan
mengklarifikasi pesan. Misalnya bidan dapat menjelaskan “Ibu tampak tenang atau
Ibu tampak tidak tenang apabila..
h)
Menawarkan
informasi
Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan
penyuluahn kesehatan untuk klien. Bidan tidak dibenarkan membrikan nasihat
kepada klien ketika membri informasi karena tujuan dari teknik ini adalah
memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.
i)
Memberikan
kesempatan pada klien untuk diam
Diam akan
memberi kesempatan kepada klien untuk mengorganisasikan pikiranya. Pengguna
teknik ini memerlukan keterampilan dan dan ketetapan waktu, jika tidak maka
akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk
berkomunikasi dengtan dirinya, mengorganisasikan pikiran, dan memproses
informasi. Teknik diam sagan berguna pada saat klien harus mengambil keputusan.
j)
Meringkas
Merupkaan pengulangan ide utama yang telah
dikomunikasikan secra singkat. Teknik ini bermanfaat untuk membantu topic yang
telah dibahas sebleum meneruskan pembicaraan ke topic berikutnya. Disamping
itu, meringkas dapat membantu bidan untuk mengulang aspek penting dalam
interaksi sehingga dapat melanjutkan kepda interaksi berikutnya. Misalnya,
bidan mengatakan selama 15 menit ini Ibu dan saya telah membicarakan…..
k)
Memberikan penghargaan
Penghargaan janganlah sampai menjadi beban untuk klien
dalam arti janagn sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi
mendapatkan pujian dan persetujuan atas perbuatanya. Selain itu, teknik ini
bukan dimaksudkan untuk menilai suatu hal sebagai sesuatu yang baik atau buruk.
Misalnya, bidan mengatakan ibu tampak coock seklai mengenakan baju warna kuning
ini.
l)
Memberikan
kesempatan kepada klien untuk memuai pembicaraan
Berikan kesempatan kepada klien untuk berinisiatif
dalam memilih topic pembicaraan. Jika klien merasa ragu – ragu tidak pasti
tentang perannya dalam interaksi ini, maka bidan dapat menstimulusnya dengan
mengambil inisiatif dan menciptakan suasana bahwa klien diharapkan untuk
membuka pembicaraan. Misalnya bidan mengatakan adakah sesuatu yang ingin yang
ingin ibu bicarakan atau apakah yang sedang ibu pikirkan?
m)
Menganjurkan
untuk meneruskan pembicaran
Teknik ini memberikan kesempatan kepada bidan untuk
mengarahkan hamper seluruh topic pembicaraan. JUga mengindikasikan bahwa bidan
mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan tertarik dengan apa nyang akan
dibicarakan selanjutnya. Bidan lebih berusaha menafsirkan daripada mengarahkan
diskusi atau pembicaraan. Misalnya , dengan mengunkan kata kata seperti
teruskan, kemudian dan lalu. Bidan dapat juga mengatakan, coba ceritakan kepada
saya tentanag riwayat kehamilan/persalinan/masa nifas ibu yang lalu.
n)
Menempatkan
kejadian secara berurutan
Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu
bidan dank lien untuk melihat dalam suatu
prespektif. Kelanjutan dari suatu kejadian akan menuntun bidan dank lien
untuk melihaty kejadian berikutnya yang merupakn akibat dari kejadian
sebelumnya dan juga dapat menemukan pola kesukaran interpersonal klien.
Misalnya, bidan mengatakan “Apakah yang terjadi sebelum dan sesudah persalinan
yang Ibu alami? Atau Kpan proses persalinan pertama ibu?
o)
Memberikan
kesemptan pada klien untuk mengurai presepsinya
Apabila bidan ingin mengerti klien, maka ia harus
melihat segala sesuatunya dari prespektif klien. Klien harus merasa bebas untuk
menguraikan presepsinya kepada bidan. Sementara itu, bidan harus waspada
terhadap gejala kecemasan (ansietas) yang mungkin timbul. Misalnya bidan
menagtakan “Coba ibu ceritakan kepadas saya begaimana perasaan ibu menjelang
proses peralinan ini?
p)
Refleksi
Refleksi
memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan menerima ide perasaan
sebagai bagian dari dirinya. Denagn demikian, bidan dapat mengindikasikan
pendapat klien sehingga klien dapat membuat keputusan dan berfikir untuk
dirinya sendiri. Misalnya klien mengatakan “Apakah menurut bidan, saya harus
mengatakannya kepada Pak Dokter?, sedangkan bidan mengatakan, “Apakah menurut
ibu sendiri, ibu harus mengatakanya?
Bertanya efektif
Bertanya efektif dimaksudkan untuk mengetahui
kebutuhan dan pengetahun klien. Bertanya efektif dapat dilakukan dengan
membrikan pertanyaan terbuka mampun tertutup. Pertanyaan tertutup sering kali
hanya memerlukan jawaban yang singkat dan biasanya hanya satu atau dua kata,
misalnya ya tau tidak. Apabila bidan menginginkan jawaban yang melibatkan
perasaan dan pendapat klien sebaiknya mengunakan pertanyaan terbuka. Tujuan
bertanya efektif adalah :
1. Mengetahi kebutuhan dan pengetahuan klien
2. Melibatkan klein sebagai patner
3. Memancing kebutuhan, perhatian, dan pilihanya.
4. Membina hubungan baik
5. Priritas isu inti waktu singkat
6. Mengetahui tingkat pendidikan dan bahsa klien
7. Menghadari pengulangan informasi yang sudah diketahi
klien
8. Memperbaiki salah pengertain terhadap isu tertentu
Sedangkan
perilaku bertanya efektif adalah :
1)
Menjaga kontak
mata
2)
Menjukkana
minat mendengarka
3)
Menunjukan
perhatian
4)
Tidak bicara
saat mendengarkan
5)
Mengajukan
pertanyaan yang relevan
6)
Menunjukkan
empati
7)
Refleksi
8)
Mengutip kata –
kata klien untuk diskusi
9)
Diam,
memfokuskan, Dan broad opening
10)
Tidak
menimgkatkan kaki
Mendengarkan efektif
Mendengarkan adalah suatu proses aktif yang
membutuhkan partisipasi aktif dari yang mendengarkan (listening). Mendengar
merepukan proses mendengar suara melalui alat pendengaran tanpa ada proses si
pendengar dalam menyerap apa – apa yang didengar (hear – masuk telinga kiri
keluar telinga kanan). Mendengar efektif adalah suatu cara untuk menunjukan
perhatian dan membangun rapport atau trust dengan klien. Mendengar efektif
merupakan kunci dari konseling dan snagat efesien untuk mengungkapkan kebutuhan
dan keperluan klien yang dilakukan untuk memperoleh keterampilan baru atau
melakukan sesuatu secara lebih efektif.
Hambatan dalam mendengar efektif yang perlu
dianisipasi oleh bidan adalah sibuk dengan diri sendiri atau masalah eksternal,
mempertajam (sharpening), cenderung merekontruksi pesan (assimilation), serta
factor kawan atau lawan. Sedangkan, dimensi mendengar yang berpartisipasi dan
pasif, mendengarkan dengan empati dan objektif, mendengarkan tanpa menilai dan
kritis, mendengarkan secara dangkal dan dalam.
Keterampilan mendengar membutuhkan latihan secra terus
– mennerus dan perilaku yang baik. Perilaku yang harus dimiliki bidan agar
dapat mendengar secara efektif adalah perhatian, kosentrasi pada klien, tidak
memotong ucapan klien, serta membrikan tanggapan baik verbal maupun nonverbal
(anggukan).
Tips bertanya efektif
NO
|
TIPS
|
1
|
Gunakan intonasi suara yang menunjukan perhatian, minat dan keakraban
|
2
|
Gunakan kata-kata yang dipahami oleh klien
|
3
|
Ajukan pertanyaan satu per satu. Tunggu jawabn dengan penuh minat, jangan
memotong pembicaraan klien
|
4
|
Gunakan kata-kata yang mendukung klien untuk tetap berbicara seperti dan
lalu serta kemudian
|
5
|
Apabila harus menanyakan hal – hala yang sangat pribadi, jelaskan alasan
mengapa hal itu harus ditanyakan
|
6
|
Hindari pengunaan kata Tanya mengapa karena memungkinkan klien untuk
merasa bersalah
|
7
|
Hindari prtanyaan yang mengarang (leading)
|
8
|
Gunakan pertanyaan terbuka
|
Tabel Mendengarkan efektif
NO
|
TIPS
|
1
|
Terima klien apa adanya. Hargai klien sebagai
individu yang unik dan berbeda dan individu
|
2
|
Dengarkan pa yang dikatakn klien dan juga bagaimana
ia mengatakan hal itu. Perhatikan intonasi suara, pemilihan kata, ekspresi
wjah dan gerakan – gerakan tubuh
|
3
|
Tempatkan diri pada posisi klien selama mendengarkan
|
4
|
Kadang-kadang lakukan mendengar pasif (diam). Beri
waktu klien untuk berfikir, bertanya dan berbicara. Sesuaikan dengan
kecepatan klien
|
5
|
Dengarkan klein dengan saksama, janagn berfikir apa yang akan anda katakana
sendiri
|
6
|
Lakukan pengulangan (refleksi) apa yang anda dengar,
sehingga baik anda maupun klien tahu
bahwa telah paham
|
7
|
Duduk mengahdap klien dengan nyaman, hindari gerakan
yang menggangu, tatap dan perhatian klien ketika berbicara
|
8
|
Tunjukan tanda perhatian verbal dan nonverbal
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar