Kamis, 21 Juli 2016

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

HAND OUT KOMUNIKASI TERAPEUTIK


Mata Kuliah                   : Komunikasi dalam Pelayanan Kebidanan
Topik                            : Komunikasi Terapeutik
Sub Topik                     : 1. Pengertian Komunikasi Terapeutik
                                       2. Proses Komunikasi Terapeutik
                                     
Dosen                           : Fitria Desi Natalina, SST
Waktu                           : 100 menit




OBJEK PERILAKU SISWA
Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa mampu :
a.    Menjelaskan Pengertian Komunikasi Terapeutik
b.    Menjabarkan Unsur-unsur Komunikasi Terapeutik

Refrensi
 1)       Anwar A, Ilmu Komunikasi
2)       Pusdiknakes, Komunikasi Teurapetik Kebidanan
3)       Enjang AS, 2009, Komunikasi Konseling ,PT. Nuansa, Bandung
4)       MNH ( 2002 ) Modul Pelatihan Ketrampilan KIP/K
5)       M.Taufik dan Juliane, 2010, Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan, PT.Salemba Medika, Jakarta
6)       Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan, Yogyakarta: Fitramaya
7)       Uripni, Sujianto, Indrawati, 2003. Komunikasi Kebidanan, Jakarta: EGC.



KOMUNIKASI TERAPEUTIK
          Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan paling bermakna dalam perilaku manusia. Pada profesi Kebidanan komunikasi lebih bermakna karena merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses manajemen kebidanan.
          Sebagai tenaga profesional, bidan mengunakan pendekatan pemecahna masalah dalam memberikan asuhan. Langkah pertama dalam pendekatan ini adalah pengkajain, yang bertujuan mengumpulkan data secara valid dan akurat sebgai dasar untuk menegakkan masalah atau diagnose. Pada tahap ini, komunikasi memegang peranan penting karena untuk mendapatkan data subjektif dibutuhkan kemmapuan berkomunikasi yang efektif. Di smaping itu, kemmapuan ini juga dibutuhkan dalam memberikan intervensi.
          Hay dan Larson mengidentifkasi sejumlah teknik yang dapat membentu dalam melkaukan interaksi yang lebih terapetik dnegan kliennya. Teknik teknik ini dikenal dengan teknik komunikasi terapeutik. Bidan yang menguasai teknik ini akan mencapai tujuan asuhan dengan lebih efektif. Hal ini terjadi akan lebih mudah menjalin hubungan salin percaya (trust) dengan klien. Dampak selanjutnya adalah memebrikan kepuasan perofesinal dalam pelayanan.
A.      Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan.
Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya.
B.      Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.
C.     Tujuan Komunikasi Terapeutik.
Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri. Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa.
Tujuan terapeutik akan tercapai bila bidan melkukan helping relationship yang memilki karakteristik sebagai berikut :
a)       Kesadaran diri terhadap nilai yang dianut
Bidan harus mampu menjelaskan tentang dirinya sendiir, keyakinanaya, dan apa yang mmenurutnya penting dalam kehidupannya setelah itu ia kan mampu menolong orang lain dan menjawab tentang hal – hal tersebut.
b)       Eksprorasi perasaan
Bidan perlu terbuka dan sadar terhadap perasaanya, serta mengontrol agar ia dapat mengunakan dirinya secara terapeutik
c)       Kemampuan untuk menganalisis perasaanya sendiri
Bidan secara bertahap belajar mengenai dan mengatasi berbagai perasaan yang dialaminya, seperti malu, marah, kecewa dan putus asa.
d)       Kemampuan menjadi model peran (role model)
Bidan perlu mempunyai pola dan gaya hidup yang sehat, termasuk kempuanya dalam menjaga kesehatan agar dapat menjadi contoh bagi orang lain terutama kliennya.
e)       Altrustik
Bidan merasakan kepuasan karena mampu menolong orang lain dengan cara yang manusiawi
f)        Rasa tanggung jawab etik dan moral
Tiap keputusan yang dibuat sellau memperhatikan prinsip – prinsip yang menjunjung tinggi kesehatan dan kesejahteraan manusiawi. Dimensi tanggung jawab perlu diperhatukan yaitu tanggung jawab terhadap tindakan sendiri dan berbagi dengan orang lain.
Dengan memiliki karekteristik – karakteristik tersebut, diharapkan bidan dapat mengunakan dirinya secra terapeutik (therapeutic use of self) sehingga tercapai kondisi helping relationship. Selain itu, untuk mempertajam presepsi terhadap kebutuhan orang lain perlu dikembangkan kemmapuan empati.

D.     Hubungan Terapeutik
Hubungan antara bidan dengan klien merupakan hubungan terapeutik., sebagaimana halnya hubungan yang terjadi antar perawat dengan klien, dan bukan merupakan hubungan social.
E.      Proses Komunikais Terapeutik yang efektif
Proses komunikasi terapeutik yang efektif antar bidan dengan klien dapat dibagi dalam 4 fase seperti pada proses komunikasi terapeutik antara perawat dengan klien. Fase – fase tersebut adalah sebagai berikut :
1)       Fase pra – interaksi : dimulai sebelum kontak pertama dengan klien
2)       Fase orientasi : dimulai pada kontak pertama dengan klien
3)       Fase kerja : Pada fase ini bidan dan klien mengeksplorasi stressor yang tepat dan mendukung perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan presepsi, pikiran, perasaan dan perbuatan klien.
4)       Fase terminasi : Merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik karena hubungan saling percaya dan hubungan intim yang terapeutik sudah terbina dan berada pada tingkat optimal

Table perbedaan hubungan social dengan hubungan terapeutik
Komponen
Hubungan Sosial
Hubungan Terapeutik
Keterbukaan
Bervariasi
Kline : membuka diri
Bidan : Membuka diri hanya untuk menanggapi
Fokus percakapan
Tidak dikenal oleh partisipan
Dikenal oleh bidan dan klien
Topik yang tepat
Social, bisnis, umum, dab bukan hal pribadi
Hal – hal pribadi yang berhubungan dengan bidan klien
Hubungan pengalaman dengan topic percakapan
Tidak saling terkait dan menggunakan pengetahuan yang tidak berhubungan
Ada keterlibatan dan mengunakan pengetahuan yang berkaitan
Orientasi waktu
Masa lalu dan mendatang
Sekarang (saat ini)
Pengungkapan perasaan
Pengungkapan persaan dihindari
Membutuhkan pengungkapan perasan yang didukung oleh bidan
Pengakuan harkat individual
Tidak diakui
Sangat diakui



Table Tugas Bidan pada setiap fase
Fase
Tugas
Pra interaksi
Ekplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri,. Analisa kekuatan dan kelemahan profesioanl diri. Dapatkan data awal tentang klien jika mungkin. Buat rencana pertemuan pertama
Orientasi
Tentukan masalah klien meminta pertolongan. Bina hubungan saling percaya, penerimanan, dan komunikasi terbuka,. Rumuskan kontak bersama klien. Eksplorasi pikiran, perasaan dan pebuatan klien. Identifikasi  masalah klien. Rumuskan tujuan bersama klien
Kerja
Eksplorasi stressor yang tepat. Dukung perkembangan kesadaran diri klien dan pemakaian mekanisme koping yang konstruktif. atasi penolakan perilaku maladaptif
Terminasi
Ciptakan realitas perpisahan. Bicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan. Saling mengeksplorasi perasaan penolakan dan kehilangan, sedih, marah, serta perilaku lain.




A.     Unsur unsur dalam membangun komunikasi terapeutik yang efektik
Egan mengidentifikasi unsur dalam dlam komunikasi terapeutik yang efektif ke dalam 5 sikap (cara) dan teknik untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik sebagi berikut :
a)       Berhadapan : arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda
b)       Mempertahankan kontak mata : kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi
c)       Membungkuk kea rah klien : Posisi ini menunjukan keingan untuk mengatakan mengatakan atau mendengarkan sesuatu
d)        Mempertahkan sikap terbuka : dalam arti tidak melipat kaki atau tangan. Menunjukan keterbukaan untuk berkomunikasi
e)       Tetap relaks : Sikap relaks dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi respons pada klien.
Selain hal diats, sikap terapeutik juga dapat teridentifikasi melalui perilaku nonverbal. Struar dan Sundenn menyatakan ada 5 kategori komunikasi nonverbal yaitu sebagai berikut  :
a)       Isyarat vocal : yaitu isyarat paralinguistic, termasuk semua kualitas bicara nonverbal. Misalnya tekanan suara, kualitas suara, tertawa, orama dan kecepatan bicara
b)       Isyarat tindakan : yaitu semua gerakan tubuh, termasuk ekspresi wajah dan sikap tubuh
c)       Isyarat objek : yaitu objek yang digunakan secara sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang seperti pakaian dan benda pribadi lainya
d)       Ruang : memberikan isyarat tentang kedekatan hubunagn anatar dua orang. Hal ini didasari pada norma – norma sosaial budaya yang dimiliki.
e)       Sentuhan : yaitu kontak fisik antara 2 orang dan merupakan komunikasi nonverbal yang paling profesianal. Respon seseorang terhadap tindakan ini snagat dipengaruhi oleh tatanan dan latar belakang budaya, jenis hubungan, jenis kelamin , usia dan harapan.
B.      Teknik Komunikasi terapeutik yang efektif
Dua syarat untuk membina komunikasi yang efektif menurut stuar dan sundeen adalah semua komunikasi harus mempunyai tujuan untuk menjaga harga diri pengirimin maupun penerima pesan dan komuniaksi yang menciptkan saling pengertian harus dilakukan lebih dahulu sebelum membrikan saran, informasi maupun masukan.
Beberapan jenis teknik momunikasi terapeutik menurut stuart dan sundeen adalah sebagia berikut :
a)       Mendengarkan klien denagn penuh perhatian (listening)
Dalam hal ini bidan harus berusaha mengeri klien dengan cara mendenagrkan apa yang sedang disampaikan oleh klien. Satu – satunya orang yang dapat menceritakan kepada bidan tentang perasaan, ikiran, dan presepsi klien adalah klien itu sendiri. Sikap yang dibutuhkan untuk mendengarkan dengan penuh perhatian adalah pandanagn klien saat sedang bicara, tidak menyilangkan kaki dan tanagn, hindari gerakan yang tidak perlu, anggukan kepala jika klien membicarkan hal yang penting atau memerlukan umpan balik, condongkan tubuh kea arah klien.
b)       Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyutui. Menerima berrtai bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukakna keraguan atau ketidaksetujuan. Bidan harus waspada terhadap ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang mentyatakn tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelang yang menyatakan tidak percaya. Sikap yang menyatakan penerimaan adalah mendengarkan tanpa memutus pembicaraan, memberikan umpan balik verbal yang menyatakan pengertian, memeastikan nbahawa isyarat nonverbal cocok denagn komunikais verbal, menghindari perdebatan, ekspresi keraguan, atau usaha untuk mengubah pikiran klien.
c)       Menyakan pertanyaan yang terkait
Tujuan bidan bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan klien. Oleh karena itu, pertanyaan sebaiknya dikaitkan dengan topic yang dibicarkan dan gunakan kata – kata yang sesuai dengan latar belakang social budaya klien. Misalnya “tadi ibu mengatakan memliki 3 orang saudara, siapa yang pali ibu rasa paling dkeat dengan ibu?
d)       Mengulang ucapan klien dengan mengunakan kata – kata sendiri
Melalui pengulangan kembali kata – kata klien, bidan memebrikan umpan balik bahwa ia mengrti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan. Misalnya, klien mengatakan saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga karena bayi saya menangis terus lalu bidan mengatakan Ibu mengalami kesulitan untuk tidur.
e)       Mengklarifikasi
Klarifikasi terjadi saat bidan menejlaskan kembali dengan mengunakan kata – kata nya sendiir mengenaii ide atau pikiran (implisit dan eksplisit) klien yang tidak diakatkan dengan jelas. Tujuan dari teknik ini adalah menyaman presepsi dan pengertian. Misalnya, bidan dapat mengatakan “saya yakin dapat mengikuti apa yang Ibu katakana atau Apa ayang ibu maksud dengan….”

f)        Memfokuskan
Teknik ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengrti. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengunakan teknik ini adalahh usahakan untuk tidak memutus pembicaraan ketika klien menyampaikan maslah yang penting. Misalnya, bidan dapat mengatakan hal ini tampaknya penting, mari kita bicarakan lebih dalam lagi  atau apa yang sudah kita sepakati untuk dibicarakan.
g)       Menyatakan hasil observasi
Bidan harus membrikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya sehingga klien dapat mengetahui apakah pesanya diterima dengan benar atau tidak. Dalam hal ini, bidan menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh isyarat nonverbal klien. Teknik ini sering kali membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa bidan harus bertanya, memfokuskan dan mengklarifikasi pesan. Misalnya bidan dapat menjelaskan “Ibu tampak tenang atau Ibu tampak tidak tenang apabila..
h)       Menawarkan informasi
Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluahn kesehatan untuk klien. Bidan tidak dibenarkan membrikan nasihat kepada klien ketika membri informasi karena tujuan dari teknik ini adalah memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.
i)         Memberikan kesempatan pada klien untuk diam
Diam akan memberi kesempatan kepada klien untuk mengorganisasikan pikiranya. Pengguna teknik ini memerlukan keterampilan dan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengtan dirinya, mengorganisasikan pikiran, dan memproses informasi. Teknik diam sagan berguna pada saat klien harus mengambil keputusan.
j)         Meringkas
Merupkaan pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secra singkat. Teknik ini bermanfaat untuk membantu topic yang telah dibahas sebleum meneruskan pembicaraan ke topic berikutnya. Disamping itu, meringkas dapat membantu bidan untuk mengulang aspek penting dalam interaksi sehingga dapat melanjutkan kepda interaksi berikutnya. Misalnya, bidan mengatakan selama 15 menit ini Ibu dan saya telah membicarakan…..
k)       Memberikan penghargaan
Penghargaan janganlah sampai menjadi beban untuk klien dalam arti janagn sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi mendapatkan pujian dan persetujuan atas perbuatanya. Selain itu, teknik ini bukan dimaksudkan untuk menilai suatu hal sebagai sesuatu yang baik atau buruk. Misalnya, bidan mengatakan ibu tampak coock seklai mengenakan baju warna kuning ini.
l)         Memberikan kesempatan kepada klien untuk memuai pembicaraan
Berikan kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih topic pembicaraan. Jika klien merasa ragu – ragu tidak pasti tentang perannya dalam interaksi ini, maka bidan dapat menstimulusnya dengan mengambil inisiatif dan menciptakan suasana bahwa klien diharapkan untuk membuka pembicaraan. Misalnya bidan mengatakan adakah sesuatu yang ingin yang ingin ibu bicarakan atau apakah yang sedang ibu pikirkan?
m)     Menganjurkan untuk meneruskan pembicaran
Teknik ini memberikan kesempatan kepada bidan untuk mengarahkan hamper seluruh topic pembicaraan. JUga mengindikasikan bahwa bidan mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan tertarik dengan apa nyang akan dibicarakan selanjutnya. Bidan lebih berusaha menafsirkan daripada mengarahkan diskusi atau pembicaraan. Misalnya , dengan mengunkan kata kata seperti teruskan, kemudian dan lalu. Bidan dapat juga mengatakan, coba ceritakan kepada saya tentanag riwayat kehamilan/persalinan/masa nifas ibu yang lalu.
n)       Menempatkan kejadian secara berurutan
Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu bidan dank lien untuk melihat dalam suatu  prespektif. Kelanjutan dari suatu kejadian akan menuntun bidan dank lien untuk melihaty kejadian berikutnya yang merupakn akibat dari kejadian sebelumnya dan juga dapat menemukan pola kesukaran interpersonal klien. Misalnya, bidan mengatakan “Apakah yang terjadi sebelum dan sesudah persalinan yang Ibu alami? Atau Kpan proses persalinan pertama ibu?
o)       Memberikan kesemptan pada klien untuk mengurai presepsinya
Apabila bidan ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesuatunya dari prespektif klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan presepsinya kepada bidan. Sementara itu, bidan harus waspada terhadap gejala kecemasan (ansietas) yang mungkin timbul. Misalnya bidan menagtakan “Coba ibu ceritakan kepadas saya begaimana perasaan ibu menjelang proses peralinan ini?
p)       Refleksi
Refleksi memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan menerima ide perasaan sebagai bagian dari dirinya. Denagn demikian, bidan dapat mengindikasikan pendapat klien sehingga klien dapat membuat keputusan dan berfikir untuk dirinya sendiri. Misalnya klien mengatakan “Apakah menurut bidan, saya harus mengatakannya kepada Pak Dokter?, sedangkan bidan mengatakan, “Apakah menurut ibu sendiri, ibu harus mengatakanya?                 
                            

Bertanya efektif
Bertanya efektif dimaksudkan untuk mengetahui kebutuhan dan pengetahun klien. Bertanya efektif dapat dilakukan dengan membrikan pertanyaan terbuka mampun tertutup. Pertanyaan tertutup sering kali hanya memerlukan jawaban yang singkat dan biasanya hanya satu atau dua kata, misalnya ya tau tidak. Apabila bidan menginginkan jawaban yang melibatkan perasaan dan pendapat klien sebaiknya mengunakan pertanyaan terbuka. Tujuan bertanya efektif adalah :
1.       Mengetahi kebutuhan dan pengetahuan klien
2.       Melibatkan klein sebagai patner
3.       Memancing kebutuhan, perhatian, dan pilihanya.
4.       Membina hubungan baik
5.       Priritas isu inti waktu singkat
6.       Mengetahui tingkat pendidikan dan bahsa klien
7.       Menghadari pengulangan informasi yang sudah diketahi klien
8.       Memperbaiki salah pengertain terhadap isu tertentu

Sedangkan perilaku bertanya efektif adalah :
1)       Menjaga kontak mata
2)       Menjukkana minat mendengarka
3)       Menunjukan perhatian
4)       Tidak bicara saat mendengarkan
5)       Mengajukan pertanyaan yang relevan
6)       Menunjukkan empati
7)       Refleksi
8)       Mengutip kata – kata klien untuk diskusi
9)       Diam, memfokuskan, Dan broad opening
10)   Tidak menimgkatkan kaki

Mendengarkan efektif
Mendengarkan adalah suatu proses aktif yang membutuhkan partisipasi aktif dari yang mendengarkan (listening). Mendengar merepukan proses mendengar suara melalui alat pendengaran tanpa ada proses si pendengar dalam menyerap apa – apa yang didengar (hear – masuk telinga kiri keluar telinga kanan). Mendengar efektif adalah suatu cara untuk menunjukan perhatian dan membangun rapport atau trust dengan klien. Mendengar efektif merupakan kunci dari konseling dan snagat efesien untuk mengungkapkan kebutuhan dan keperluan klien yang dilakukan untuk memperoleh keterampilan baru atau melakukan sesuatu secara lebih efektif.
Hambatan dalam mendengar efektif yang perlu dianisipasi oleh bidan adalah sibuk dengan diri sendiri atau masalah eksternal, mempertajam (sharpening), cenderung merekontruksi pesan (assimilation), serta factor kawan atau lawan. Sedangkan, dimensi mendengar yang berpartisipasi dan pasif, mendengarkan dengan empati dan objektif, mendengarkan tanpa menilai dan kritis, mendengarkan secara dangkal dan dalam.
Keterampilan mendengar membutuhkan latihan secra terus – mennerus dan perilaku yang baik. Perilaku yang harus dimiliki bidan agar dapat mendengar secara efektif adalah perhatian, kosentrasi pada klien, tidak memotong ucapan klien, serta membrikan tanggapan baik verbal maupun nonverbal (anggukan).

Tips bertanya efektif
NO
TIPS
1
Gunakan intonasi suara yang menunjukan perhatian, minat dan keakraban
2
Gunakan kata-kata yang dipahami oleh klien
3
Ajukan pertanyaan satu per satu. Tunggu jawabn dengan penuh minat, jangan memotong pembicaraan klien
4
Gunakan kata-kata yang mendukung klien untuk tetap berbicara seperti dan lalu serta kemudian
5
Apabila harus menanyakan hal – hala yang sangat pribadi, jelaskan alasan mengapa hal itu harus ditanyakan
6
Hindari pengunaan kata Tanya mengapa karena memungkinkan klien untuk merasa bersalah
7
Hindari prtanyaan yang mengarang (leading)
8
Gunakan pertanyaan terbuka


Tabel Mendengarkan efektif
NO
TIPS
1
Terima klien apa adanya. Hargai klien sebagai individu yang unik dan berbeda dan individu
2
Dengarkan pa yang dikatakn klien dan juga bagaimana ia mengatakan hal itu. Perhatikan intonasi suara, pemilihan kata, ekspresi wjah dan gerakan – gerakan tubuh
3
Tempatkan diri pada posisi klien selama mendengarkan
4
Kadang-kadang lakukan mendengar pasif (diam). Beri waktu klien untuk berfikir, bertanya dan berbicara. Sesuaikan dengan kecepatan klien
5
Dengarkan klein dengan saksama, janagn   berfikir apa yang akan anda katakana sendiri
6
Lakukan pengulangan (refleksi) apa yang anda dengar, sehingga baik anda maupun  klien tahu bahwa telah paham
7
Duduk mengahdap klien dengan nyaman, hindari gerakan yang menggangu, tatap dan perhatian klien ketika berbicara
8
Tunjukan tanda perhatian verbal dan nonverbal


Tidak ada komentar:

Posting Komentar