Senin, 01 Juni 2015

KB METODE MODERN STERILISASI







                                                   KB METODE MODERN STERILISASI                   

Mata Kuliah                : Pelayanan KB
Kode Mata kuliah       : Bd.308
Beban Studi                : 3 SKS (T = 1, P = 2)
Pokok Bahasan           : KB Metode Modern Sterilisasi

SUB TOPIK
  1. Sterilisasi Pada wanita (MOW)
  2. Sterilisasi Pada pria (MOP)
OBJEKTIF PERILAKU SISWA 


Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :

1.      Menjelaskan tentang pengertian tentang pengertian MOW (Tubektomi)

2.      Menjelaskan tentang pengertian tentang pengertian MOP (Vasektomi)

3.      Memberikan asuhan pelayanan kontrasepsi metode modern sterilisasi yaitu vasektomi dan tubektomi dengan benar.


 REFERENSI


1.    Saifuddin, A. B. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. .Jakarta.  Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2.    Manuaba. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC; 1998.
3.    Mochtar R. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jilid 1 Edisi 2, Jakarta : EGC; 1998.
4.    Prawirohardjo S.  Ilmu Kebidanan, Jakarta : YBPSP; 2008
5.    Saifuddin. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal, Jakarta : JNPKKR; 2001
6.    Wiknjosastro, H. Ilmu Kandungan. 2008. Jakarta. Bina Pustaka Sarwono  Prawirohardjo
7.    //www.seksualitas.net/definisi-tujuan-cara-risiko-vasektomi.

URAIAN MATERI
 



2.3  KB dengan metode Sterilisasi/Modern
Kontrasepsi mantap adalah satu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran telur (pada perempuan) atau saluran sperma (pada lelaki). Kontrasepsi mantap ( Kontap ) dikenal ada dua macam, yaitu Kontap Pria dan Kontap Wanita. Kontap Wanita atau merupakan metode sterilisasi pada wanita dikenal dengan MOW atau tubektomi dan pada laki – laki dikenal dengan MOP atau Vasektomi.
Kontrasepsi ini bisa di sebut juga kontrasepsi mantap pada wanita disebut tubektomi,yaitu tindakan mengikat dan memotong atau memasang cincin tuba fallopii/tuba uterina.

1.      PADA WANITA (TUBEKTOMI)
Tubektomi merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba uterine dengan penutupan tuba uterine dengan maksud tertentu untuk tidak mendapatkan keturunan dalam jangka panjang sampai seumur hidup.
Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falloppi wanita yang mengakibatkan seseorang tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi. ( Ilmu Kandungan, 2008 : 563 ).
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seseorang perempuan.
a.      Profil
1)   Sangat efektif dan mantap
2)   Tindakan pembedahan yang aman dan sederhana
3)   Tidak ada efek samping
4)   Konseling dan informed consent (persetujuan tindakan) mutlak diperlukan

b.      Jenis
1)      Minilaparotomi
2)      Laparoskopi

c.       Mekanisme Kerja
Dengan mengoklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum

d.      Keuntungan Kontrasepsi
1)      Sangat efektif (0,2-4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan)
2)      Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
3)        Tidak bergantung pada faktor senggama
4)        Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risik kesehatan yang serius
5)        Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
6)        Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
7)        Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium)

e.       Keuntungan Non Kontrasepsi
1)      Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur ini
2)      Informed consent harus diperoleh dan standard consent form harus ditanda-tangani oleh klien sebelum prosedur dilakukan

f.        Keterbatasan
1)      Harus dipertimbangkan sifat mantap metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan rekanalisasi
2)      Klien dapat menyesal di kemudian hari
3)      Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum)
4)      Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
5)      Dilakukan oleh dokter terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi untuk proses laparoskopi)
6)      Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS

g.      Isu- Isu Klien
1)      Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur ini
2)      Informed consent harus diperoleh dan standard consent form harus ditanda-tangani oleh klien sebelum prosedur dilakukan

h.      Yang Dapat Menjalani Tubektomi
1)      Usia > 26 tahun
2)      Paritas (jumlah anak) minimal 2 dengan umur anak terkecil 5  tahun
3)      Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
4)      Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius
5)      Pascapersalinan dan atau pasca keguguran
6)      Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini

i.        Yang Tidak Boleh Menjalani Tubektomi
1)      Hamil
2)      Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan
3)      Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
4)      Tidak boleh menjalani proses pembedahan
5)      Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
6)      Belum memberikan persetujuan tertulis

j.        Kapan Dilakukan
1)      Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tidak hamil
2)      Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
3)      Pascapersalinan; minilap di dalam waktu 2 hari atau hingga 6 minggu atau 12 minggu, laparoskopi tidak tepat untuk klien pascapersalinan
4)      Pascakeguguran; Triwulan pertama (minilap atau laparoskopi), Triwulan kedua (minilap saja)

k.      Cara Sterilisasi
Tuba falopi adalah saluran sepanjang sekitar 10 cm yang menghubungkan ovarium dengan uterus. Pada saat ovulasi, sel telur dikeluarkan dari ovarium dan bergerak menuju uterus. Bila ada sperma di tuba falopi, ovum akan terbuahi dan menjadi embrio yang kemudian melekat di uterus.
Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran tuba falopi yang menghubungkan ovarium dan rahim (uterus) tersebut dipotong dan ujung-ujungnya ditutup dengan cincin atau dibakar (kauter). Metode lain yang tidak melakukan pemotongan adalah dengan mengikat atau menjepit saluran tuba falopi (tubal ring/tubal clip). Hal ini menyebabkan sel telur tidak dapat terjangkau sperma. Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum atau lokal (spinal/epidural). Dokter dapat menggunakan alat bantu berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah sayatan kecil di perut untuk menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat untuk memasukkan alat pemotong tuba falopi. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi kemudian ditutup dengan jepitan. Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi tidak menggunakan teleskop dan membutuhkan sayatan yang lebih besar.
Sterilisasi dapat dilakukan kapan saja, termasuk setelah persalinan atau bersamaan dengan prosedur pembedahan perut yang lain, seperti operasi caesar.
Langkah-langkah persiapan pelayanan Kontap Wanita (MOW) adalah :
1)      Sebelum menjalani tindakan, lakukan puasa mulai tengah malam, atau sekurang-kurangnya 6 jam sebelum operasi
2)      Mencukur rambut kemaluan dan rambut di perut bagian bawah antara pusar dan tulang kemaluan sampai bersih.
3)      Bawalah surat persetujuan dari suami yang telah di tandatangani atau di cap jempol.
4)      Menjelang operasi harus kencing terlebih dahulu.
5)      Datang ke klinik tempat operasi tepat pada waktunya ditemani oleh suami atau anggota keluarga, langsung segera melapor ke petugas.
Akseptor telah selesai menjalani pemasangan kontap wanita / MOW harus melakukan hal sebagai berikut :
1)      Istirahat secukupnya
2)      Minumlah obat sesuai dengan anjuran
3)      7 hari setelah pemasangan tidak bekerja berat, kemudian secara bertahap boleh bekerja seperti biasa
4)      Perawatan luka, bekas luka operasi harus selalu bersih dan kering
5)      Kalau ada keluhan, muntah yang hebat, nyeri perut, sesak napas, pendarahan, demam, segera kembali ke tempat pelayanan terdekat
6)      Persetubuhan boleh dilakukan setelah 1 minggu ( setelah luka kering )
7)      Kontrol untuk pemeriksaan diri setelah 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, dan setahun, atau bila ada keluhan.

l.        Langkah-langkah Tubektomi
Secara umum ada dua langkah tindakan dalam tubektomi, yaitu :
1.      Tindakan pendahuluan guna penutupan tuba
Tindakan pendahuluan guna penutupan tuba atau tindakan mencapai tuba dapat dilakukan dengan cara :
a.       Laparatomi
Tindakan ini tidak dilakukan lagi sebagai tindakan khusus guna tubektomi. Disini penutupan tuba di jalankan sebagai tindakan tambahan apabila wanita yang bersangkutan perlu dibedah untuk keperluan lain. Misalnya pada wanita yang perlu di seksio sesarea, kadang- kadang tuba kanan dan kiri di tutup apabila tidak diinginkan bahwa ia hamil lagi.
b.      Laparatomi post partum
Laparatomi ini dilakukan satu hari postpartum. Keuntungannya ialah waktu perawatan perawatan nifas sekaligus dapat digunakan untuk perawatan pascaoperasi, dan karna uterus masih besar, cukup dilakukan sayatan kecil dekat fundus uteri untuk mencapai tuba kanan dan kiri. Sayatan yang dilakukan dengan panjang sayatan semi lunar ( bulan sabit) digaris tengah distal dari pusat dengan panjang kurang lebih 3 cm dan penutupan tuba biasanya diselenggarakan dengan cara Pomeroy.
c.       Minilaparotomi
Laparatomi mini dilakukan dalam masa interval. Sayatan dibuat di garis tengah diatas simpisis sepanjang 3 cm pada daerah perut bawah (suprapubik) maupun subumbilikal pada lingkar pusat bawah sampai menembus peritoneum. Untuk mencapai tuba dimasukkan alat khusus ( elevator uterus) kedalam kavum uteri. Dengan bantuan uterus bilamana dalam retrofleksi di jadikan letak antrofleksidahulu dan kemudian dan kemudian di dorong ke dalam lobang sayatan.
d.      Laparaskopi
Mula- mula dipasang cunam serviks pada bibir depan portio uteri, dengan maksud upaya kelak dapat menggerakkan uterus jika hal itu diperlukan pada waktu laparaskopi. Setelah dilakukan persiapan seperlunya, dibuat sayatan kulit di bawah pusat sepanjang lebih 1 cm. Kemudian di tempat luka tersebut dilakukan pungsi sampai rongga perineumdengan jarum khusus (jarum Veres), dan melalui jarum itu dibuat pneumoperitoneum dengan memasukkan CO2  sebanyak 1 sampai 3 liter dengan kecepatan sekitar 1 liter per menit. Setelah pneumoperitoneum di rasa cukup, jarum Veres dikeluarkan dan sebagai gantinya di masukkan troikar (dengan tabungnya). Sesudah itu, troikar di angkat dan dimasukkan laparaskop melalui tabung. Untuk memudahkan penglihatan uterus dan adneks, penderita di letakkan dalam posisi trendelemburg dan uterus di gerakkan melalui cunam serviks pada portio uteri.
Kemudian, dengan cunam yang masuk dalam rongga peritoneum bersama- sama dengan laparaskop , tuba di jepit dan dilakukan penutupan tuba dengan kauterisasi, atau memasang pada tuba cincin yoon atau cincin falope atau clip hulka. Berhubungan dengan kemungkinan komplikasi yang lebih besar pada kauterisasi, sekarang lebih banyak di lakukan cara- cara yang lain. Tekhnik ini dapat dilakukan pada 6-8 minggu pascapersalinan atau setelah abortus (tanpa komplikasi).
e.       Kuldoskopi
Wanita di tempatkan pada posisi menungging (posisi genupektoral) dan setelah spekulum dimasukkan dan bibir belakang serviks uteri dijepit dan uterus di tarik keluar dan agak ke atas, tampak kaum Douglasi mekar di antara ligamentun sakro –uterinum kanan dan kiri sebagai tanda tidak ada pelekatan. Dilakukan pungsi dengan menggunakan jarum Touhy di belakang uterus, dan melalui jarum tersebut udara masuk dan usus –usus terdorong ke rongga perut. Dan setelah jarum di angkat, lobang di perbesar, sehingga dapat di masukkan kuldoskop. Melalui kuldoskop dilakukan pengamatan adneksa dan cunam khusus tuba di jepit dan di tarik keluar untuk dilakukan penutupannya dengan cara Pomeroy, dan dengan cara Kroener, kauterisasi, atau pemasangan cincin Falope.

m.    Cara Penutupan Tuba
Oklusi / penutupan tuba fallopi dilakukan berdasarkan :
1.      Tempat oklusi tuba fallopi.
Oklusi / penutupan tuba fallopi dapat dilakukan pada bagian :
a)      Infundibulum ( bagian distal / fimbrae )
b)      Ampulla atau isthmus ( bagian tengah )
c)      Interstitial ( dekat utero-tubal junction )

2.      Cara oklusi tuba fallopi adalah dengan :
a)      Cara madlener : Bagian tengah dari tuba di angkat dengan cunam Pean, sehingga terbentuk suatu lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut di jepit dengan cunam kuat- kuat, dan selanjutnya dasar itu di ikat dengan benang yang tidak dapat di serap. Pada cara ini tidak dilakukan pemotongan tuba. Sekarang cara Madlener tidak dilakukan lagi karena angka kegagalannya relatif tinggi, yaitu 1 % sampai 3%.
b)      Cara Pomeroy : Cara pemoroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian tengah tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba di atas dasar itu di potong. Setelah benang pengikat di serap, maka ujung- ujung tuba terpisah satu sama lain. Angka kegagalan berkisar antara 0 – 0,4%.
c)      Cara irving : Pada cara ini tuba dipotong di antara dua ikatan benang yang dapat di serap, ujung proksimal dari tuba di tanamkan ke dalam miometrium, sedangkan ujung distal di tanamkan ke dalam ligamentum latum.
d)     Cara aldrige : Peritoneum dari ligamentum di buka dan kemudian tuba bagian distal bersama- sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.
e)      Cara uchida : Pada cara ini tuba di tarik keluar abdomen melalui suatu insisi kecil (minilaparatomi) di atas simpisis pubis. Kemudian di daerah ampula tuba di lakukan suntikan dengan larutan adrenalin dalam air garam dibawah serosa tuba. Akibat suntikan ini, mesosapling di daerah tersebut mengembung. Lalu, dibuat sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut,. Serosa di bebaskan dari tuba sepanjang kira- kira 4- 5 cm, tubadi cari dan setelah di temukan di jepit, diikat, lalu di gunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya di bawah serosa, sedangkan ujung tuba yang distal di biarkan berada di luar serosa. Luka sayatan di jahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0.
f)       Cara kroener : Bagian fimbria dari tuba di keluarkan dari lobang operasi. Suatu ikatan dengan benang sutera di buat melalui bagian mesosalping di bawah fimbria. Jahitan ini diikat 2 kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria di potong. Setelah pasti tidak ada pendarahan, maka tuba dikembalikan ke dalam rongga perut. Teknik ini banyak yang di gunakan. Keuntungan cara ini antara lain ialah sangat kecil kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka kegagalan 0,19%.
g)      Pemasangan cincin falope : Dengan aplikator,bagian ismus tuba ditarik dan cincin dipasang pada bagian tersebut.sesudah terpasang lipatan tuba tampak keputih-putihan oleh karena tidak mendapat suplai darah lagi dan akan menjadi fibrotik.
h)      Pemasangan Klip : Klip Filshine mempunyai keuntungan dapat digunakan pada tuba yang edema. Klip Huka-Clemens digunakan dengan cara menjepit tuba. Oleh karena tidak memperpendek panjang tuba maka rekanalisasi lebih mungkin dikerjakan.
i)       
Elektro koagulasi dan pemutusan tuba : Cara ini dahulu banyak dikerjakan pada tubektomi laparaskopi. Dengan memasukkan grasping forceps melalui laparoskop, tuba fallopi dijepit kurang lebih 2 cm dari koruna kemudian diangkat menjauhi uterus dan alat-alat panggul lainnya.



m.    Kembalinya Kesuburan
Karena metode tubektomi merupakan kontrasepsi permanen, sebelum mengalami keputusan untuk tubektomi, istri dan suami terlebih dahulu harus mempertimbangkanya secara matang. meskipun saluran telur yang tadinya dipotong atau diikat dapat disambung kembali, namun tingkat untuk hamil lagi sangat kecil

n.      Pelaksanaan Pelayanan
1.      Ruang Operasi
Ruang operasi harus tertutup dengan pintu yang dapat dikunci dan harus jauh dari daerah sibuk. Untuk diperlukan:
·         Penerangan yang cukup,
·         Lantai semen atau keramik yang mudah dibersihkan,
·         Bebas debu dan serangga, dan
·         Alat pengatur suhu ruangan ( sedapat mungkin ). Apabila sarana tersebut tidak tersedia, sebaiknya ruangan tersebut mempunyai ventilasi yang baik.
Tempat pelayanan harus mempunyai/ada air bersih yang mengalir, tempat cuci tangan dekat dengan ruang operasi dan ruang ganti pakaian sehingga petugas ruangan bedah tidak melalui ruangan lain (yang sibuk) untuk mencapai ruangan operasi. Tersedia pula tempat atau kantong plastic yang dapat ditutup rapat dan bebas dari kebocoran untuk pembuangan limbah.

2.      Suasana ruang operasi
Jumlah mikro organisme akan cenderung meningkat pada tempat/ruang operasi dengan bertambahnya jumlah petugas dan kegiatan yang dilakukannya di dalam ruang tersebut. Untuk mengurangi kejadian tersebut maka:
·         Minimalkan jumlah petugas dan kegiatan selama operasi berlangsung.
·         Kunci ruang bedah agar petugas yang tidak berkepentingan tidak keluar masuk ruangan  dan suhu ruangan bedah tetap terjaga.
·         Pisahkan peralatan yang tercemar dengan yang masih steril.
·         Klien diatur agar tidak menyentuh instrument steril yang tersedia atau tersimpan pada saat masuk dan keluar rungan bedah.

3.      Persiapan klien
Walaupun kulit sekitar vagina dan vagina tidak dapat disterilkan pencucian dengan larutan antiseptic pada daerah yang akan dilakukan sayatan ( termasuk vagina dan serviks) sudah jauh mengurangi kandungan mikroorganisme sehingga resiko infeksi dapat dikurangi.
·         Klien dianjurkan mandi sebelum mengunjungi tempat pelayanan. Bila tidak sempat, minta lien untuk membersihkan bagian abdomen/ perut bawah, pubis dan vagina dengan sabun dan air.
·         Bila menutupi daerah operasi, rambut pubis cukup digunting (bukan/tidak dicukur). Pencukran hanya dilakukan apabila sangat menutupi daerah operasi dan waktu pencukuran adalah sesaat  sebelum operasi dilaksanakan.
·         Bila menggunakan elevator atau manipulator rahim, sebaiknya dilakukan pengusapan larutan antiseptic (misal povidon iodine) pada serviks dan vagina (terutama klien masa interval).
·         Setelah pengolesan betadin/povidon iodine pada kulit, tunggu 1-2 menit agar jodium bebas yang dilepaskan dapat membunuh mikroorganisme dengan baik.

4.      Kelengkapan untuk klien dan petugas ruang operasi
Karena ruang bedah dirancang bebas dari berbagai pencemaran,klien dan petugas ruang bedah harus dipersiapan sebaik mungkin.
·         Klien menggunakan pakaian operasi. Bila tidak tersedia, kain penutup yang bersih dapat dipergunakan untuk klien.
·         Operator dan petugas kamar operasi harus dalam keadaan siap (mencuci tangan, berpakaian operasi, memakai sarung tangan, topi, dan masker) saat berada diruang operasi.
·         Masker harus menutup mulut dan hidung, bila basah/lembab harus diganti.
·         Topi harus menutupi rambut.
·         Sepatu luar harus dilepas, ganti dengan sepatu atau sandal yang tertutup yang khusus dipergunakan untuk ruang operasi.

5.      Pencegahan infeksi
a)      Sebelum pembedahan.
Operator dan petugas mencuci tangan dengan menggunakan larutan antiseptic, serta mengenakan pakaian operasi dan sarung tangan yang steril.
·         Gunakan larutan antiseptic untuk membersihkan vagina dan serviks.
·         Usapkan larutan antiseptic pada daerah operasi, mulai dari tengah kemudian meluas ke daerah luar dengan gerakan memutar hingga bagian tepi dinding perut. Untuk klien pascapersalinan bersikan daerah sekitar pusat/umbilicus dengan baik. Tunggu 1-2 menit agar jodium bebas yang dilepaskan dapat membunuh mikroorganisme dengan baik.
        
b)      Selama pembedahan
·         Batasi  dan jumblah petugas didalam ruang operasi.
·         Pergunaan instrumen, sarung tangan dan kain penutup yang steril/DTT.
·         Kerjakan dengan keterampilan dan teknik yang tinggi untuk menghindarkan trauma dan komplikasi (perdarahaan)
·         Gunakan teknik “pass” yang aman untuk menghindari luka tusuk instrumen

c)      Setelah perbedahan
·         Sementara menggunakan sarung tangan operator dan/atau petugas ruang operasi harus membuang limbah kedalam wadah atau kantong yang tertutup rapat dan bebas dari kebocoran.
·         Lakukan tindakan dekontaminasi pada intrumen atau peralatan yang akan dipergunakan sebelum dilakukan pencucian, dekontaminasi dengan larutan klorin 0,5%.
·         Lakukan dekontaminasi pada meja operasi, lampu, atau benda lain yang mungkin terkontaminasi/tercemar selama operasi dengan mengusapkan larutan klorin 0,5%.
·         Lakukan pencucian dan penatalaksanaan instrument/peralatan seperti biasa.
·         Cuci tangan setelah melepas sarung tangan.

d)     Premidikasi dan anestesi
Pada umumnya pemberian premidikasi untuk tubektomi tidak dibutuhkan malahan sedapat mungkin dihindarkan. Bila klien tampak cemas, cari penyebab kecemasan tersebut, dan lakukan konseling tambahan agar klien menjadi tenang. Bila tak dapat ditemukan penyebabnya, berikan 5 – 10 mg diazepam secara oral, 30 -45 menit sebelum operasi dilakukan.

e)      Tujuan anestesi pada tubektomi
·         Menghindarkan nyeri dan rasa tidak nyaman.
·         Mengurangi kecemasan dan ketegangan.
Bila pemberian anestesi tepat, sudah memadai bagi operator untuk melakukan tindakan bedah, baik minilaparotomi maupun laparoskopi. Karena tubektomi diarahkan untuk rawat jalan  anestesi yang dibutuhkan bergantung pada pengalaman operator, apakah cukup local atau perlu tambahan analgesia. Anestesi local yang menggunakan lidokain 1% dianggap lbih aman dibandingkan dengan anestesi umum atau konduksi (spinal/epidural) terutama bila dilaksanakan/diperlakukan sebagai klien rawat jalan.penggunaan anestesi umum mungkin meningkatkan komplikasi respirastory depression  ( misalnya aspirasi atau henti jantung ) akibat kesalahan pemberian bahan anestesi,tekni yang tidak tepat,pemantau yang kurang baik, dan gagal melakukan intubasi. Juga pasilitas mungkin tidak lengkap untuk menangani komplikasi akibat anestesi umum.
Pada penggunaan anastesi local atau anestesi local yang dimodipikasi,dianjurkan;
·         Agar pemberian anestesi sebaik nya dilakukan oleh operator atau asistennya.
·         Klien dan penanganan efek samping perlu mendapat pemantauan.
·         Dosis sebaiknya diberikan dalam unit/kg untuk menghindarkan pemberian yang berlebihan dank lien ditangani secara individual.
·         Peralatan dan obat darurat harus tersedia.

6)      Teknik Operasi
Dikenal 2 tipe yang sering digunakan dalam pelayanan tubektomi yaitu minilaparotomi dan laparoskopi. Teknik ini menggunakan anestesi lokal dan bila dilakukan secara benar, kedua teknik tersebut tidak banyak menimbulkan komplikasi.


1.      Minilaparotomi
Metode ini merupakan penyederhadaan laparotomi terdahulu, hanya diperlukan sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada daerah perut bawah (suprapubik) maupun subumbilikal (pada lingkar pusat bawah). Tindakan ini dapat dilakukan terhadap banyak klien, relatif murah dan dapat dilakukan oleh dokter yang diberi latihan khusus. Opreasi ini aman dan efektif.
Baik untuk masa interval maupun pascapersalinan, pengambilan tuba dilakukan melalui sayatan kecil. Setelah tuba didapat, kemudian dikeluarkan, diikat dan dipotong sebagian. Setelah itu, dinding perut ditutup kembali, luka sayatan ditutup dengan kassa yang kering dan steril dan apabila dan tidak ditemukan masalah yang berarti, klien dapat dipulangkan setelah 2 – 4 jam.
2.      Laparoskopi
Produser ini memerlukan tenaga Spesialis Kebidanan dan penyakit kandungan yang telah dilatih secara khusus agar pelaksanaanya aman dan efektif. Teknik ini dapat dilakukan pada 6 – 8 minggu pascapersalinan aman dan efektif dan setelah aburtus (tanpa komplikasi). Laparoskopi sebaiknya dipergunakan pada jumlah klien yang memadai karena peralatan laparoskopi dan biaya pemeliharaan cukup mahal.
Seperti halnya minilaparotomi, laparoskopi dapat digunakan dengan anestesi lokal dan diperlakukan sebagai klien rawat jalan setelah pelayanan. Laparoskopi juga cocok untuk klien yabg tidak tahan sakit atau sangat memperhatikan faktor estetika karen atidak banyak menimbulkan rasa tidak enak serta parut lukanya minimal. Peralatan ini juga dapat dipakai untuk diagnostik. Peralatan ini memerlukan perawatan yang cukup rumit dan sebaiknya ada ahli tenaga anestesi bila prosedur laparoskopi memerlukan anestesi umum.



7)      Instrumen untuk Minilaporotomi dan Laparoskopi
Kit minilaparotomi juga diperlukan untuk laparoskopi, sedangkan laparoskopi sendiri terdiri dari laparoskop, sistem pencahayaan, gas insuflasi, jarum khusus, dan trokat. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk laparoskopi adalah
·         Persediaan suku cadang harus ada setiap saat
·         Terdapat tenaga khusus untuk perbaikan dan pemeliharaan
·         Larutan Cidex untuk DTT dan sterilisasi
·         DTT kimiawi memerlukan waktu 20 menit untuk membuat laparoskop menjadi layak pakai.

8)      Peralatan Resusitasi dan Tindakan darurat
9)      Perawatan Pasca Bedah dan pengamatan lanjut
·            Istirahat selama 1-2 hari dan menghindari pekerjaan berat selama 7 hari
·            Kebersihan harus dijaga terutama daerah luka operasi jangan sampai terkena air selama 1 minggu ( sampai benar-benar kering )
·            Makanlah obat yang diberikan dokter secara teratur sesuai petunjuk
·            Senggama boleh dilakukan setelah 1 minggu, yaitu setelah luka operasi kering. Tetapi bila tubektomi dilaksanakan setelah melahirkan atau keguguran, maka senggama baru boleh dilakukan setelah 40 hari.
·             Lakukan romberg sign (klien disuruh bediri dengan mata tertutup) bila penderita tamapak stabik, suruh mengenakan pakaian dan tentukan pemulihan kesadaran. Apabila semua berjlanan baik, klien dapat dipulangkan.

10)  Pesan Kepada Klien sebelum Pulang
·            Istirahat dan jaga tempat sayatan operasi agar tidak basah minimal 2 hari. Umumnya klien akan merasa bauk setelah 7 hari.
·            Dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas seksual selama 1 minggu dan apabila setelah itu masih merasa krang nyaman, tunda kegiatan tersebut
·            Jangan mengangkat benda yang berat atau menekan daerah operasi sekurang – kurangnya selama 1 minggu.
·            Bila terdapat gejala – gejala tersebut di bawah ini, segera memeriksakan diri ke klinik :
1.      Panas/demam diatas 38 0  
2.      Pusing dan rasa berputar/bergoyang
3.      Nyeri perut menetap atau meningkat
4.      Kleuar cairan atau darah dari/melalui luka sayatan
·            Untuk mengurangi nyeri, pergunakan analgesik (ibuprofen) setiap 4 – 6 jam. Jangan pergunakan aspirin karena dapat meningkatkan perdarahan.
·            Segera kunjungi klinik bila klien merasakan tanda – tanda kehamilan.
·            Kontrol ulang dilakukan setelah seminggu pasca tubektomi dan kontol lanjutan seminggu kemudian. Pemeriksaan meliputi daerah operasi, tanda – tanda komplikasi atau hal – hal yang dikeluhkan oleh klien. Bila digunakan benang sutra, cabut benang tersebut pada sat kontrol pertama.

11)    Kegagalan
Tubektomi sangat efektif tetapi kemungkinan terjadinya kehamilan tetap ada,baik di dalam rahim maupun di luar rahim/ektopik sehungga petugas klinik terdekat harus mengetahui gejala – gejala kehamilan tersebut. Selanjutnya membawa klien tersebut ke klinik/dokter untuk membuat diagnosis pasti. Bila ternyata terjadi kehamilan ektopik, harus dilakukan tundakan segera, untuk mengatasinya.

12)   Penatalakanaan Komplikasi Pasca Bedah
Kejadian fatal yang berkaitan dengan tubektomi sangat jarang terutama bila komplikasi dikenal sejak dini. Komplikasi tersebut dapat berupa :
·         Perdarahan dari dinding perut atau mesosalping dan jaringan di sekitar tuba
·         Cedera dalam rongga perut
1.      Perforasi rahim
2.      Usus tersayat
3.      Kandung kemih tersayat
·         Infeksi luka atau jaringan panggul

13)   Kompikasi
KOMPLIKASI
PENANGANAN
Infeksi Luka
Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan antibiotik.
Demam pascaoperasi ( > 38 oC)
Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan
Luka pada kandung kemih. Intestinal (jarang terjadi).
Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat. Apabila kandung kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer. Apabila ditemukan pasca operasi, dirujuk kerumah sakit yang tepat bila perlu.
Hematoma (subkutan)
Gunakan pack yang hangat dan lembab ditempat tersebut.
Emboli gas yang dilakukan oleh laparoskopi (sangat jarang terjadi)
Ajurkan ke tingkat asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi intensif, termasuk cairan intravena, resusitasi cardiopulmonary dan tindakan penunjang kehidupan lainnya.
Rasa sakit pada lokasi pembedahan
Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang ditemukan
Perdarahan superficial (tepi tepi kulit atau subkutan)
Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang ditemukan.

14)         Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Wanita dengan   Kontrasepsi Tubektomi
a)      Konseling
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam konseling . Konseling pre operatif tubektomi, terdiri dari :
1.      Menyambut klien dengan ramah
2.      Menjelaskan kontrapsepsi yang akan digunakan
3.      Menerangkan bahwa tindakan sterilisasi dilakukan ditempat khusus yang klien tidak akan malu
4.      Memberitahu bahwa yang dibicarakan menjadi rahasia
5.      Menanyakan permasalahan, pengalaman klien mengenai alat kontrapsepsi dan kesehatan reproduksinya
6.      Menanyakan apakah klien mempunyai kontrapsepsi yang akan dipilih
7.      Konselor memberikan informasi yang lengkap tentang kontrapsepsi mantap tetapi ajukan pula metode lain
8.      Bantu klien untuk memilih kontrapsepsi yang tepat

b)     Konseling post operatif tubektomi, terdiri dari :
1.       Istirahat selama 2-3 hari
2.       Hindari mengangkat benda-benda berat dan bekerja keras selama 1 minggu.
3.       Dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas seksual selama 1 minggu, dan apabila setelah itu masih merasa kurang nyaman, tunda kegiatan tersebut.

c)      Persiapan untuk calon akseptor tubektomi
               Persiapan pasien pra bedah dapat dibagi atas langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Menerangkan bahwa untuk operasi ini diperlukan izin/persetujuan penderita dan keluarga.
2.      Pasien diminta untuk puasa 6-8 jam sebelum tindakan dilakukan
3.      Diberi pencahar ringan Dulcolax (R) 2 tablet, apabila operasi akan dilakukan, maksudnya agar usus-usus dalam keadaan kosong dan tidak mengganggu jalannya operasi.
4.      Rambut kemaluan dinding perut dicukur dan dibersihkan dengan sabun.
5.      Pasien terlebih dahulu diminta untuk BAB atau bila perlu diklisma untuk merangsang defekasi.
6.      Melakukan pengosongan kandung kencing.
7.      Memasing infus cairan

d)     Perawatan awal tubektomi
1.      Letakan pasien dalam posisi untuk pemulihan
2.      Tidur miring kepala agak ekstensi untuk membebaskan jalan napas
3.      Letakan lengan atas dimuka tubuh agar mudah melakukan tekanan darah
4.      Tungkai bawah agak tertekuk, bagian atas lebih tekuk daripada bagian bawah untuk menjaga keseimbangan
5.      Segera setelah selesai pembedahan periksa kondisi pasien.
6.      Cek tanda vital setiap 10 menit pada 1 jam pertama, 30 menit pada 1 jam kedua, dan selanjutnya setiap 60 menit pada jam-jam berikutnya.
7.      Pantau pula keluhan pasien, perdarahan baik pada luka operasi maupun dari kemaluan dan suhu badan.
8.      Minum dan makan lunak dapat diberikan apabila pasien sudah sadar betul
e)      Mobilisasi
                  Mobilisasi pasien tubektomi yang bersamaan dengan sectio caesar Miring ke kanan dan ke kiri sudah dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah penderita sadar. Latihan pernapasan dapat dilakukan penderita sambil tidur terlentang sedini setelah sadar. Pada hari kedua penderita dapat didudukan selama 5 menit dan diminta untuk bernapas dalam-dalam untuk melonggarkan pernapasan mungkin dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri penderita bahwa ia mulai pulih kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk (posisi semi powler). Secara berturut-turut hari demi hari penderita dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan kemudian berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari kelima pasca bedah.
Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombosis dan emboli sebaliknya, bila terlalu dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat adalah yang paling dianjurkan (Mochtar, 1998 : 157).
Mobilisasi pasien tubektomi yang dilakukan setelah keguguran duduk dan mencoba berdiri apabila tidak pusing lagi
f)       Konseling
                  Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dan membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.
Konseling merupakan salah satu bagian penting dalam peleyanan kontap. Tujuannya ialah untuk membantu calon akseptor kontap memperoleh informasi lebih lanjut mengenai kontap, dan pengertian yang lebih baik mengenai dirinya, keinginannya, sikapnya, kekhawatirannya dan sebagainya, dalam usahanya untuk memahami, dan mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya. Kegiatan konseling dengan demikian merupakan kegiatan penyelenggaraan suatu bentuk percakapan yang dilaksanakan berdasarkan persyaratan tertentu. Hal ini berarti setiap tenaga konselor perlu mengikuti pendidikan konseling yang khusus diadakan untuk keperluan kontap ini. Oleh karena pelayanan konseling merupakan bagian dari pelayanan kontap secara menyeluruh, maka pelayanan konseling harus diprogramkan dengan baik. Hal ini berarti bahwa pelayanan konseliang kontap tidak berhenti pada pratindakan kontap itu saja, tetapi dapat berlanjut pada saat tindakan tu sendiri dan sesudah tindakan kontap tersebut dilaksanakan.
Secara khusus dapat dikatakan bahwa tujuan konseling pra tindakan tubektomi bertujuan untuk :
1.      Membantu suami istri untuk memilih salah satu cara kontrasepsi yang paling baik digunakan mereka dalam kurun reproduksinya.
2.      Mengenal dan menghilangkan keragu-raguan atau kesalahpahaman mengenai kontrasepsi tubektomi itu sendiri.
3.      Menjamin bahwa pilihan untuk memilih kontrasepsi tubektomi itu sendiri sebagai kontrasepsi bagi dirinya adalah benar-benar sukarela tanpa paksaan.
4.      Memberikan informasi mengenai tata cara pelaksanaan kontrasepsi tubektomi itu sendiri termasuk pengisian permohonan dan persetujuan untuk dilaksanakan tubektomi pada dirinya, prosedur operasinya, follow up nya.
5.      Sesudah tindakan, maka tujuan konseling ialah :
·            Mengenal dan menghilangkan kesalahpahaman yang dikaitkan dengan kontap yang diperolehnya.
·            Membantu meningkatkan keyakinan dan penerimaan akseptor akan pelayanan kontap yang diperolehnya.




2.      PADA PRIA (VASEKTOMI)
Vasektomi adalah istilah dalam ilmu bedah yang terbentuk dari dua kata yaitu vas dan ektomi. Vas atau vasa deferensia artinya adalah saluran benih yaitu saluran yang menyalurkan sel benih jantan (spermatozoa) keluar dari buah zakar (testis) yaitu tempat sel benih itu diproduksi menuju kantung mani (vesikulaseminalis) sebagai tempat penampungan sel benih jantan sebelum dipancarkan keluar pada saat puncak sanggama (ejakulasi). Ektomi atau ektomia artinya pemotongan sebagian.
Jadi vasektomi artinya adalah pemotongan sebagian (0.5 cm – 1 cm) saluran benih sehingga terdapat jarak diantara ujung saluran benih bagian sisi testis dan saluran benih bagian sisi lainya yang masih tersisa dan pada masing-masing kedua ujung saluran yang tersisa tersebut dilakukan pengikatan sehingga saluran menjadi buntu/tersumbat.
Vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anestesi umum. Vasektomi merupakan satu dari beberapa pilihan penggunaan alat kontrasepsi bagi program Keluarga Berencana (KB) yang di laksanakan oleh BKKBN dalam upaya menekan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia. Vasektomi adalah tindakan memotong saluran sperma yang menghubungkan buah zakar (testis) dengan kantong sperma.
Akibat dari pemotongan dan pengikatan saluran ini, maka sel benih yang diproduksi pada buah zakar tidak bisa keluar dan terbendung pada saluran benih bagian sisi testis yang diikat. Akibat pemotongan dan pengikatan saluran benih ini, fungsi buah zakar sebagai organ yang menghasilkan sel benih jantan dan hormon kelamin tidak terganggu, sehingga nafsu birahi pada laki-laki yang menjalani vasektomi tidak terganggu. Air mani tetap dipancarkan pada saat puncak sanggama, tapi tidak mengandung sel benih jantan. Efek inilah yang dimanfaatkan sebagai cara kontrasepsi mantap. Sel benih yang terbendung pada saluran yang diikat akan mati setelah kurang lebih 100 hari. Sebaliknya, fungsi buah zakar (testis) dalam memproduksi sel benih dan fungsi-fungsi lainnya tetap berjalan.
b.      Profil
1.      Sangat efektif dan permanen
2.      Tidak ada efek samping jangka panjanng
3.      Tindak bedah yang aman dan sederhana
4.      Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan
5.      Konseling dan inform consent mutlak di perlukan

c.       Mekanisme Tindakan
Vasektomi merupakan operasi kecil  dimana vas deferens yang berfungsi sebagai  saluran transportasi spermatozoa dipotong dan disumbat. Setelah operasi minor ini, spermatozoa akan terbendung pada  ujung vas sisi testis yang telah disumbat. Karena vasektomi tidak mempengaruhi fungsi dari kelenjar-kelenjar asesoris maka produksi cairan semen tetap berlangsung dan  pria yang divasektomi tetap berejakulasi dan ejakulatnya  tanpa mengandung sel spermatozoa. Testis juga tidak terpengaruh dan tetap berfungsi penuh sehingga pria tetap mempunyai perasaan, keinginan, dan kemampuan seksual yang sama dengan sebelum vasektomi.

d.      Akibat Dari Vasektomi
Pandangan keliru sampai saat ini dari sebagian besar masyarakat masih menganggap vasektomi sama dengan kastrasi (kebiri), sehingga dikhawatirkan dapat mengakibatkan kegemukan dan kehilangan potensi sebagai laki-laki. Tindakan vasektomi hanya memutus kontinuitas vas deferens yang berfungsi  menyalurkan spermatozoa dari testis, sehingga penyaluran spermatozoa melalui saluran tersebut dihambat.  Sumbatan pada vas deferen tidak mempengaruhi jaringan interstitiel pada testis, sehingga sel-sel  Leydig tetap menghasilkan hormon testosteron seperti biasa dan libido juga tidak berubah.

e.       Kondisi Yang Memerlukan Perhatian Khusus Bagi Tindakan Vasektomi
1.      Kondisi kulit pada daerah operasi
2.      Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien
3.      Hidrokel atau varikokel yang besar
4.      Filiariasis
5.      Undesensus testikularis
6.      Masa intraskrotalis
7.      Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan antikoagulansia

  
f.       Waktu Dilakukan Prosedur Vasektomi
Setiap pria, suami dari suatu pasangan usia subur yang telah memiliki jumlah anak cukup dan tidak ingin menambah anak lagi,  sehat tanpa kontraindikasi dapat dilakuan prosedur vasektomi tanpa pisau sesegera mungkin sesuai dengan keinginan mereka

g.      Tempat Dan Provider Vasektomi
Vasektomi dapat dilakukan di rumah sakit, klinik keluarga berencana, puskesmas, praktek bersama dokter spesialis, tempat praktek dokter pribadi, dan fasilitas layanan bergerak. Provider Vasektomi adalah dokter spesialis urologi atau bedah dan atau dokter umum yang terlatih

h.      Efektivitas


Vasektomi salah satu metode kontrasepsi paling efektif. Angka kegagalan biasanya kurang dari 0,1%-0,15% pada tahun pertama pemakaian

i.        Keamanan
Prosedur Vasektomi dilakukan dengan anastesi lokal dan akses terhadap vas mudah diperoleh, maka prosedur ini lebih aman dibandingkan teknik kontrasepsi mantap wanita. Kurang dari 0,4 % pria (Nirapathpongporn et al., 1990) mengalami komplikasi dalam bentuk infeksi maupun pembentukan hematoma. Penapisan klien sebelum prosedur dilakukan, mengurangi kemungkinan munculnya komplikasi. Faktor-faktor yang mungkin menimbulkan komplikasi pada Vasektomi mencakup pembedahan/cedera saluran genital yang terjadi sebelumnya dan kelainan kongenital.

j.        Persyaratan Pasien Dapat Di Lakukan Prosedur Vasektomi
1.    Sukarela, artinya klien telah mengerti dan memahami segala akibat prosedur vasektomi selanjutnya memutuskan pilihannya atas keinginan sendiri, dengan mengisi dan menandatangani informed concent (persetujuan tindakan)
2.    Bahagia, artinya klien terikat dalam perkawinan yang syah dan telah mempunyai jumlah anak minimal 2 orang dengan umur anak terkecil minimal 2 tahun
3.    Sehat, melalui pemeriksaan oleh dokter klien dianggap sehat dan memenuhi persyaratan medis untuk dilakukan prosedur tindakan vasektomi

k.      Efek Samping
Rasa nyeri atau ketidaknyamanan akibat pembedahan yang biasanya hanya berlangsung beberapa hari. Pembentukan granuloma relatif jarang dan merupakan keluhan yang nantinya hilang sendiri.

l.        Persiapan Vasektomi
Vasektomi dapat dilakukan di fasilitas kesehatan yang umum yang mempunyai ruang tindakan untuk bedah minor. Ruang yang dipilih sebaiknya tidak di bagian yang sibuk/banyak orang yang lalu lalang. Rungan yang tersebut sebaiknya
·         Mendapat penerangan yang cukup
·         Lantainya terbuat dari semen atau vinyl agar mudah dibersihkan, bebas dari debu dan serangga.
·         Sedapat mungkin dilengakapi denagn alat pengatur suhu ruangan/air conditioner.
                    Bila tidak memungkinkan, ventilasi ruangan harus sebaik mungkin atau apabila jendela dibuka, tirai harus terpasang baik dan kuat. Untuk mencuci sebaiknya disediakan air bersih yang mengalir dan jumlahna cukup. Tangki air harus bersih, dekat dengan tempat mencuci tangan, dan tertutup baik ssedangkan tempat pembungan limbah harus rapat dan bebas dari kebocoran.

1)      Persiapan klien
Walaupun kulit tidak distrerilisasi,tindakan pembersihan dengan melakukan antiseptik  sudah sangat mengurangi mikroorganisme yang ada permukaan kulit (skrotum dan inguinal) terutama mikroorganisme yang dapat menyebabkan komplikasi brat (tetanus ).
·         Klien sebaiknya mandiserta menggunakan pakaian yang bersih dan longgar sebelim mengunjungi klinik. Bila klien tidak cukup waktu untuk mandi, klien dianjurkan untuk membersihkan daerah skrotum dan inguinal /lipat paha sebelum masuk keruang tindakan.
·         Klien dianjurkan untuk membawa celana dalam untuk membawa skrotum.
·         Rambut pubis cukup digunting pendek bila menutupi daerah operasi . Waktu yang paling baik untuk menggunting adalah  sesaat sebelum tindakan dilakukan agar resiko infeksi ditekan serendah mungkin.
·         Cuci/bersihkan daerah operasi dengan sabun dan air  kemudian ulangi sekali lagi dengan larutan antiseptik atau langsung diberi antiseptik  (Povidon lodin )
·         Bila dipergunakan larutan Povidon lodin seperti Betadin ,tunggu 1 atau 2 menit hingga jodium bebas yang terlepas dapat membunuh mikroorganisme.

2)      Kelengkapan  untuk Klien dan Petugas
Karena vasektomi merupakan tindakan bedah minor dan kadang memerlukan insisi yang kecil/tanpa insisi sehingga hanya meliputi daerah superfisial, maka ;
·         Klien dapat menggunakan pakaian sendiri asal terjamin kebersihannya.
·         Operator dan petugas tindakan harus menggunakan topi bedah, masker, atau  baju operasi.

3)      Pencegahan infeksi
a)      Sebelum tindakan
·    Cuci dan gosok skrotrum, penis  dan daerah pubis dengan sabun dan bilas dengan air yang bersih. Setelah itu, oleskan cairan antiseptik pada daerah operasi.
·    Operator mencuci tangan dengan larutan antiseptik dan membilasnya dengan air yang bersih.

b)      Selama tindakan
·  Gunakan intsrumen yang telah disterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggii, temasuk sarung tangan dan kain penutup.
·   Lakukan dengan tingkat keterampilan yang tinggi sehingga akan sangat mengurangi risiko pendarahan dan infeksi.


c)      Setelah Tindakan
·            Sementara masih menggukan sarung tangan operator,membuang bahan-bahan yang terkontaminasi (kapas,kain kasa atau bahan lainnya) ke dalam wadah atau kantong plastik yang tertutup rapat.
·            Lakukan tindakan dekontaminasidengan larutan klorin 0,5% pada intrumen atau alat yang masih akan digunakan lagi, baik sementara dalam ruangan tindakan maupun sebelum dilakukan pencucian.
·            Lakukan dekontaminasi pada meja operasi, meja instrumen, lampu dan benda/perlengkapan lain yang mungkin terkontaminasi selama tindakan berlangsung
·            Ikuti petunjuk dalam bab lain yang membahas mengenai pencucian dan penanganan instrumen,sarung tangan, kain penutup dan jaru, suntik yang sudah dipakai/dipergunakan.
·            Cuci tangan setelah melepas sarung tangan.

d)     Medikasi Prabedah dan Anestesi
Pada umumnya tidak diperlukan medikasi prabedah tetepi apabila klien tampak sangat gelisah,segera tentukan penyebab kegelisahan tersebut. Pada umumnya dengan konseling yang baik hal tersebut dapat diatasi,tetapi bila tidak diketahui secara pasti tentang penyebab  kegelisahan klien dapat diberi diazepam 5 – 10 mg per oral, 30 - 45menit sebelum operasi.
Tujuan Anestesi
·           Menghilangkan rasa nyeri dan rasa tidak enak.
·           Mengurangi stres dan kecemasan
Vasektomi harus menggunakan anestesi  lokal  (lidokain tanpa epenefrin) karena ;
·             Cara pemberian anastesi yang tepat sudah cukup menghambat rasa nyeri pada skrotum dan bungkus vasdeferens .
·            Dengan tindakan yang halus (tidak banyak manipulasi jaringan) operator dapattetap bekerja walaupun klien dalam keadaan sdar atau sedikit dipengaruhi obat penenang dan kadang – kadang dengan sedikit berdialog, pasien merasa senang.
·             Anastesi umum lebih mengandung risiko, penggunaannya pada vasektomi terbatas pada kasus yang khusus saja,misalnya klien dengan kelainan anatomi atau terdapat masalah medis yang serius.
   
m.    Konseling dan Pemeriksaan Pascabedah Vasektomi
Setiap pasca tindak pembadahan batapapun kecilnya memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan. Pada pascatindak bedah vasektomi dianjurkan dilakukan hal – hal sebagai berikut :
a.     Dipersilahkan berbaringt selama 15 menit
b.    Amati rasa nyeri dan pendarahan pada luka
c.     Pasien dapat dipulangkan bila keadaan pasien dan luka operasi baik
Sebelum pulang berikan nasehat sebagai berikut
d.    Perawatan luka, diusahakan gar tetap kering dan jangan sampai basah sebelum sembuh, karena dapat mengakibatkan infeksi. Pakailah celana dalam yang bersih.
e.     Segera kembali ke rumah sakit apabila terjadi pendarahan, badan panas, nyeri yang hebat, pusing, muntah batau sesak nafas.
f.     Memakan obat yang diberikan yaitu antibiotika profilaktik dan analgetika seperlunya.
g.    Jangan bekerja berat/naik sepeda.
h.     Setelah divasektomi tetap diperbolehkan. Bahkan dianjurka untuk melakukan hubungan seksual dengan istri, namun harus diingat bahwa di dlam saluran mani ( pipa – pipa ) Vas deferens masih terdapat sisa – sisa sperma ( bibit ), sehingga selma masih ada sisa sperma, sebaiknya suami dan istri tetap menggunakan alat pencegahan kehamilan.
i.       Dalam waktu 3 bulan memakai alat kontrasepsi lainnya.
j.      Boleh mandi setelah 24 jam, asal daerah luka tidak basahsetelah 3 hari, luka boleh dicuci dengan air.
k.     Pemeriksa ulang dalam jangka waktu 1 minggu, 3 bulan, 6 bulan, dan 1 tahun setelah operasi